"Akkkhhhh..." Bella menarik ulur nafasnya bersiap untuk mengejan. Perutnya semakin sakit dan kencang, walau sudah pernah lahiran satu kali, di saat seperti itu, Bella lupa, kalau belum pembukaan lengkap di larang untuk mengejan. "Jangan di dorong dulu, Nyonya, jika belum pembukaan lengkap, ini baru pembukaan 4." Mendengar ucapan Rika, sekuat tenaga Bella menahan agar tidak mengejan terlebih dahulu, walau hasrat ingin mengejan itu ada di setiap pembukaan bertambah, sekuat tenaga Bella tahan untuk tidak mengejan. "Ikuti saya, Nyonya. Tatik nafas... Huhhh.. hembuskan," sikap Rika yang tenang membuat Bella juga tenang dan mengatur pernafasannya agar bisa lebih rileks. "Bagus, seperti itu terus, atur pernapasan nya, sampai saya perintahkan untuk mengejan." Bella segera mengangguk, rasa sakit lahiran kedua ini berbeda ketika Bella melahirkan Ethan. Tiga puluh menit berlalu, rasa ingin mengejan itu semakin kuat. Pyuuukkk... Air ketuban sudah pecah, Rika dengan sigap menuntun
BAB ini ada adegan kekerasan fisik. Mohon bijak menyikapinya, hanya sebuah alur cerita, agar lebih menantang. ---------------------------------------------------- Pesawat jet yang Marco tumpangi mendarat dengan sempurna di bandara, di saat yang mendesak baginya, bantuan dari kakeknya dengan mengirimkan pesawat jet dan para bodyguard sangat membantu Marco. Informasi tentang semua yang Diego kerjakan bahkan tempat untuk menyembunyikan Bella sudah di Ketahui oleh Marco. "Bos, Diego membawa istri Anda ke sebuah gudang yang sudah tidak berfungsi. Disana penjagaannya begitu ketat," tutur seseorang yang Marco suruh untuk mencaritahu yang bernama Peter itu. "Kita akan kesana sekarang juga! Menyelamatkan istriku jauh lebih penting kali ini!" titah Marco dan supirnya membawa mereka ke gudang yang sudah tidak terpakai itu. Sebenarnya ada banyak hal yang Marco pikirkan, bagaimana bisa Diego 'menikmati' semua fasilitas milik keluarga Pratama, dari jet pribadi, bodyguard dan uang. Marc
POV Diego Alexander, menjebak kakek Yulius agar bisa menguasai hartanya. 5 bulan yang lalu... Malam itu seperti malam yang begitu gelap pekat, hujan yang deras di sertai guntur yang bersahutan bergantian. Aku meminta kakek Yulius, kakek kandungku untuk menemuiku. Bak dayung bersambut, kakek Yulius mau menemuiku. Ku pikir dirinya adalah orang yang paling egois di muka bumi ini tapi ternyata mau memenuhi permintaanku untuk bertemu denganku, cucu yang sudah dia buang sewaktu bayi. "Ada apa kamu ingin bertemu dengan Saya?" ucap pria tua yang masih terlihat bugar di usianya itu kepadaku. "Aku menemuimu hanya ingin meminta Hak ku yang telah kau rampas!" "Hak apa? Bukankah kamu hidup bahagia bersama keluarga angkatmu di America?" "Hak atas harta dan kekuasaanmu, Aku ingin memiliki lebih dari apa yang Marco miliki." Di luar dugaanku, kakek Yulius malah menghampiriku dengan kedua netra yang mengembun, memegang kedua pipiku lalu memelukku. "Kakek sangat merindukanmu Nak, m
"Jadi, dengan cara licik seperti itu, Diego menguasai harta dan kekuasaan keluarga Pratama!" ujar Marco dengan geram dan mengepalkan kedua tangannya.Rahangnya mengeras dan giginya saling bergeretak ketika Peter dan Jhony menceritakan semua kepadanya tentang sebuah kebenaran. Dimana Diego dengan begitu mudahnya memperdaya kakek dengan mengancamnya menggunakan Raffa disaat dirinya tidak ada dirumah lalu melumpuhkan kakek dengan sebuah racun yang membuat kakek tidak sadarkan diriWalau kini Peter dan Jhony harusnya mematuhi semua perintah Diego , tapi perasaan mereka sudah begitu setia kepada kakek Yulius dan Marco. Hingga menginginkan Marco lah yang akan menghancurkan Diego.Keduanya memerintah tanpa menghina dan menjadi pemimpin yang disukai oleh bawahannya, tidak seperti Diego yang tukang marah dan arogant."Kami harap Tuan muda bisa segera mengambil alih kekuasaan dan membebaskan Bos besar dari cengkraman Tuan Diego!" ucap Peter penuh putus asa.Selama beberapa bulan di pimpin oleh
Seorang dokter tengah berjalan dengan tegap menuju sebuah ruangan khusus pasien VVIP dengan seorang perawat pria yang mengekor di belakangnya lengkap menggunakan masker. Ruangan itu di jaga ketat oleh banyak penjaga dengan wajah sangar dan menakutkan. "Izinkan saya masuk, ini jadwal pengecekan Tuan Yulius." ujar dokter itu kepada para penjaga. Segera penjaga itu membukakan ruangan VVIP itu dan mempersilahkan dokter serta perawatnya untuk masuk lalu menutup kembali pintu itu setelah dokter dan perawatnya masuk. "Jangan lakukan hal nekat! Melakukan ini sama saja membuat karir serta nyawaku terancam," ucap dokter yang dikhususkan untuk merawat Tuan Yulius. Perawat pria yang tadi mengikutinya kini membuka maskernya, wajah tampannya yang dipenuhi luka yang mulai mengering membuat dokter itu sedikit terkejut karena mirip dengan bosnya, Diego. Pria itu segera meminta dokter itu agar membantunya membawa Tuan Yulius. "Bantu Aku membereskan semua yang dibutuhkan untuk membawanya!" t
"Hentikan kegilaan ini Diego! Cukup sampai disini, bayi itu bukanlah anakmu!" teriak Laura sembari berjalan mendekati dimana Diego dan Marco tengah bersitegang."Apa maksudmu, Lau?" Rahang Marco mengeras ketika mendengar Laura bilang bahwa bayi itu bukan anaknya.Laura lalu melemparkan kertas laporan kesehatan dari dokter dimana mereka periksa kesuburan. Saat itu Diego selalu menyalahkan Laura karena sudah keguguran dan tidak kunjung hamil lagi setelah keguguran, tapi kini semuanya jelas. Masalahnya ada pada Diego bukan pada Laura."Apa-apaan kamu! Dasar istri tidak tahu malu, sudah mandul juga tidak bisa menghargai suami!" sentak Diego pada Laura yang seenaknya melempari dirinya dengan beberapa kertas."Baca saja isi laporan itu, kamu akan tahu siapa yang mandul!" Ketus Laura.Diego yang tengah menahan Bella dengan segera merebut bayi kecil itu dari gendongan Bella, agar Bella tidak lari mendekati Marco. Lalu mengambil satu kertas laporan kesehatan itu. Di laporan itu jelas dikataka
Pagi sudah tiba, sinar matahari menerobos diantara celah horden kamar rawat inap Bella, cahaya itu bagaikan harapan baru untuk menjalani hari ini, Marco masih tertidur di sisi Bella karena kelelahan. Perlahan Bella membuka kedua matanya, samar-samar padangannya, Bella mulai mengerjapkan kedua matanya agar bisa melihat lebih jelas. "Sshhh.. sakit!" Bella meringis kesakitan di area punggungnya.Pikiran Bella lalu teringat kejadian yang bisa membuatnya berada di rumah sakit, dirinya tertembak oleh Diego. Ingatan, Bella sempura dia ingat kali ini. Membawa dirinya di antara hidup dan mati."Mas Marco!" Pekik Bella. Tangannya menyentuh rambut seseorang, ternyata suaminya sedang berada disisinya dengan setia menemaninya.Lembut Bella mengelus kepala suaminya, "kamu pasti sangat lelah telah menjagaku, Mas." Marco segera bangun dan mengucek matanya, betapa bahagia hatinya kini istri tercintanya telah siuman, segera Marco memeluk Bella erat."Baby! Syukurlah kamu sudah siuman, Mas begitu ta
Indahnya sinar matahari saat tenggelam menambah keromantisan di antara Marco dan Bella. Sebuah pantai dengan pasir putih yang begitu halus, air laut yang berwarna biru menambah pesona keindahan cinta yang tengah Bella dan Marco rasakan saat ini.Bulan madu yang belum pernah Marco dan Bella lakukan karena masalah demi masalah yang terjadi hingga melupakan bulan madu di usia pernikahan mereka yang masih sangat baru."Aku tidak pernah menyangka bahwa kita bisa melewati semua ujian cinta yang silih berganti, Mas," cicit Bella saat dirinya melabuhkan kepalanya di bahu Marco yang kokoh."Terima kasih sudah bertahan bersamaku, Baby." "Aku beruntung memilikimu, Mas." "Mas yang sangat beruntung kamu mampu bertahan bersamaku, tetaplah di sisiku apapun yang terjadi.""Selamanya kita akan bersama, Mas." Pandangan mereka saling bertemu, puncak cinta yang Mereka rasakan begitu indah. Bella dan Marco saling melumat memenuhi hasrat yang mulai menggebu.Pulau pribadi milik keluarga Pratama itu memi