Marco berangkat ke kantor dengan perasaan bahagia karena mendapat jatah pagi dari istrinya. Hatinya berbunga-bunga, seolah menemukan gairah baru setelah sebulan lamanya bersedih karena kehilangan calon anaknya.Langkah Marco terhenti karena Bu Zoya memanggilnya. "Pak Marco, tunggu!" Panggil Bu Zoya sedikit berteriak dan berlari kecil menghampiri Marco."Ada apa, Bu Zoya? Apakah ada hal yang penting?" Masih terengah-engah, Bu Zoya menekan dadanya yang sedikit sesak karena berlari."Ada yang harus saya sampaikan, pak? Bisakah kita ke ruang meeting sekarang?" "Baiklah, ayo segera kita kesana." Melihat Bu Zoya dengan wajah serius membuat hati Marco yang semula berbunga-bunga kini menjadi khawatir. Ruangan meeting yang berada di lantai dasar membuat keduanya bisa segera sampai."Katakanlah, ada hal apa yang hendak kamu sampaikan, hingga kita harus berbicara empat mata seperti ini." Tanya Marco setelah Marco dan Bu Zoya sampai di ruangan meeting dan duduk saling menghadap."Saya memah
"Diego juga salah satu pewaris dari Perusahaan M&P , Diego juga cucu saya." Suara pak Yulius yang tiba-tiba datang dari arah belakang Marco, dan membuat Marco terkejut. "Kakek." Gumam Marco lirih.Kakek Yulius dan Marco saling tatap, sepertinya ini waktu yang tepat untuk publik tahu tentang saudara kembar Marco. Riuh pertanyaan mulai berdatangan dari para karyawan, bahkan ada siaran televisi langsung yang menyiarkannya. "42 tahun yang lalu, saat menantuku melahirkan anak pertamanya, ternyata bayi kembar, awalnya salah satu dari bayi kembar itu meninggal saat di lahirkan. Setelah pengumuman kelahiran cucuku saat itu yang hidup hanya Marco. Namun tiba-tiba, sebuah keajaiban terjadi, ketika menantuku memeluk erat bayinya yang meninggal itu ke dalam dekapannya , bayi itu mulai menangis kencang dan membuat semua orang yang ada di ruangan itu terkagum.""Tapi saya tidak bisa mengumumkan kembali cucuku yang satunya lagi karena sudah membuat statement bahwa cucuku Marco adalah pewaris sat
Marco sudah berada di jet pribadinya untuk segera menghampiri Bella, Marco sudah tahu keberadaan Diego yang membawa Bella. "Cepatlah, siapkan helikopter untukku jika sudah sampai di bandara!" Titah Marco memerintah semua staf-nya untuk segera membawanya terbang.Jet mewah pribadi milik Marco segera terbang ke Bali, hanya butuh beberapa jam Marco sudah sampai di bandara Bali. Segera Marco berpindah ke helikopter yang sudah menunggunya untuk segera sampai di Amanjiwo Bali.--------------------Di kamar mewah tempat Diego membawa Bella, deru nafas saling beradu dan rintihan kenikmatan memenuhi kamar mewah itu.Bella berada di atas Diego dan menarik turunkan pinggulnya dengan penuh hasrat. Diego seolah terbang ke atas awan atas service yang Bella berikan."Aku akan keluar, Honey. Ahhh..." Pekik Diego di sela-sela deru nafasnya."Kita keluar bareng, Mas. Oohh..." Diego dengan sigap memindahkan posisinya agar berada diatas dan menindih Bella tanpa melepaskan miliknya di dalam Bella. Gerak
Satu bulan kemudian setelah kejadian di villa Amanjiwo Bali hubungan Marco dan Bella menjadi renggang. Bella lebih banyak menghindari Marco dan tidak ingin tidur bersama. Sikap Bella yang seperti itu membuat Marco menjadi tambah frustasi. Rasa bersalahnya kepada istrinya semakin besar, walau Marco sudah meminta maaf berulang kali hal itu itu tidak akan mengubah apa yang sudah terjadi."Ku mohon, jangan seperti ini, Honey!" Ucap Marco pada Bella saat mereka hendak sarapan bersama tetapi Bella justru hendak pergi. "Seperti ini bagaimana maksudmu?" "Sikapmu yang dingin seperti ini, Mas mohon maafkan Mas dan kembalikan lagi keceriaan dan kebahagiaan Bella yang dulu." Bella menatap suaminya dengan tatapan yang tajam, seolah hendak menerkam suaminya."Apakah Mas bisa menghapus semua kejadian yang terjadi di Bali?""Tidak. Tapi Mas sudah bilang, lupakan hal itu dan kita tata kembali kehidupan kita, sayang."Bella terkekeh mendengar ucapan suaminya, seolah begitu mudah dia mengucapkan ha
Ferry menepis tangan Alexa yang hendak memasangkan dasi kepadanya."Tidak perlu repot-repot memasangkannya! Aku bisa sendiri!" Ketus Ferry.Dengan langkah cepat Ferry meninggalkan istrinya itu menjauh untuk berkaca memasangkan dasinya sendiri."Mas! Sudah cukup kamu bersikap seperti ini kepadaku. Sampai kapan kamu memgacuhkanku." Ferry menghentikan aktifitasnya dan menghampiri istrinya."Kamu tanya Sampai kapan kita akan seperti ini?""Kita sudah lama seperti ini, Mas! Berhentilah bersikap dingin dan ketus kepadaku." "Apakah kamu masih tidak merasa berdosa?" "Berdosa untuk apa, Mas? Semua hal yang ku lakukan itu benar." Ferry terkekeh, istrinya masih saja bersikap seolah semuanya yang telah dilakukannya adalah hal yang benar."Kamu telah mem bu nuh, Alexa!""Itu bukan kejahatan, toh Aku hanya menggugurkan kandungan Bella. Melihatnya menderitanya adalah kebahagiaanku, Mas." "Kamu benar-benar sudah gila, Alexa! Lihatlah kita sekarang, kita sama sekali belum di karuniai seorang anak
Waktu terus berlalu, 9 bulan sudah terlewati dengan penuh perjuangan. Setelah mengetahui kehamilan Bella, Marco sengaja membawa Bella pergi ke luar negri, tempat dimana semua orang tidak bisa menemukan mereka berdua. Selama sembilan bulan juga, hubungan Bella dan Marco mulai merenggang, mereka bersama tapi tidak banyak bicara, tidur tidak saling menghadap malah saling memunggungi. Bella masih belum bisa menerima kenyataan dirinya hamil. Entah anak siapa yang dia kandung, anak Marco atau Diego?Marco tidak bisa tidur, waktu setempat menunjukkan pukul 10 malam, Marco memilih pergi ke dekat kolam renang dan memandangi langit London yang cerah dengan berbagai bintang yang indah. Walau Marco hanya diam tapi pikirannya begitu ramai, banyak hal yang Marco pikirkan.Marco sebenarnya begitu jengah dengan kondisi rumah tangganya, tadinya meraka hidup bahagia dan penuh gairah, tapi kini hubungan mereka sangat dingin, seperti dua orang asing. Namun, Marco menyadari, perubahan sikap Bella padanya
Marco memandangi istri yang sudah memberikan kepuasan kepadanya tadi malam, dipandanginya wajah cantik Bella walau tanpa polesan make up, bibir seksinya yang membuat Marco kecanduan, apalagi cinta Bella pada Marco yang telah mengisi hari-hari hampanya menjadi lebih berwarna.Bella menggeliat saat jemari Marco bermain di pipinya yang mulus, "Mas, kamu sudah bangun," tanya Bella ketika sudah terbangun."Sudah." "Aku terlalu lama tidur ya? Mas ingin makan sesuatu?" "Tidak, Mas hanya ingin memandangi wajah cantik istriku ini," cicit Marco sambil tersenyum dan terus memandangi Bella."Sudah ah, Aku mau mandi dulu," Bella malu di pandangi seperti itu oleh Marco, pipinya bersemu merah."Ayo mandi bareng saja kalau gitu," Marco lalu segera bangun dan memegang tangan istrinya untuk di ajak ke kamar mandi.Mengerti maksud suaminya, kalau suaminya pasti tidak hanya akan mandi saja, melainkan meminta jatah lagi, Bella berusaha menolak."Mas, kita semalam sudah melakukannya, Aku lelah," ujar B
"Cepat! Bawa masuk wanita ini ke dalam mobil, jangan sampai ada yang melihat!" titah Diego pada orang suruhannya untuk membawa Bella.Melihat Bella yang di bawa dengan kasar, Diego membentak kacungnya, "Hati-hati t*lol! Dia sedang mengandung anakku!" "Ma..maaf bos!" jawab dua kacung itu lalu membawa Bella dengan hati-hati.Diego masuk ke kursi belakang pengemudi, agar bisa memeluk Bella dan menjaganya.Kali ini tingkah Diego sudah di luar batas, kakak iparnya sendiri ia culik dalam kondisinya sedang hamil besar. "Kita ke apartemenku, cepat!" titah Diego."Baik bos." Mobil Alphard itu segera melaju meninggalkan rumah sakit, Diego memeluk erat Bella dalam dekapannya. "Kini Kamu dan bayiku akan menjadi milikku seutuhnya!" lirih Diego sambil mengelus kepala Bella dan sesekali menyentuh perut buncit Bella.*******Marco yang tadi sedang pergi untuk membeli bunga di toko bunga, tiba-tiba mobilnya mengalami pecah ban dan ponselnya mati. Padahal Marco belum sempat mengabari istrinya untuk