"Aku sangat yakin dengan apa yang ku ucapkan, mulai hari ini kamu bebas dari perjanjian itu." Ucapannya sembari membingkai wajahku, terukir senyum tulus di bibirnya."Mulai hari ini kamu bisa pulang ke rumahmu, tidak ada beban untukmu agar melayaniku lagi. Terima kasih untuk empat bulan yang indah." Ucapnya lagi lalu mengecup keningku lembut.Mas Marco lantas perlahan pergi untuk meninggalkan Aku sendiri. Bibirnya terukir senyum tapi tidak bisa menutupi kesedihan di hatinya. Ku masih terdiam di tempat menatap punggungnya yang semakin jauh menuju lift.Tidak tahu apa yang harus ku lakukan, Aku hanya berdiam diri hingga dirinya tidak nampak lagi menghilang di balik lift dan langsung turun ke lantai dimana kami bekerja."Apa ini? Bukankah seharusnya Aku merasa senang karena sudah terbebas dari perjanjian itu? Kenapa hatiku justru merasa sakit." Gumamku sendiri tanpa terasa bulir bening kembali membasahi pipiku.--------------------------------------------Sudah dua Minggu sejak kejadian
Saat Aku telah membebaskan Bella dari keterikatan kontrak perjanjian tentang sugar baby agar hutangnya lunas, bearti Aku harus benar-benar belajar untuk melupakan dirinya.Di kantor Aku mulai bersandiwara untuk bersikap seperti seorang bos yang angkuh dan garang kepada karyawan jika melakukan kesalahan, tidak kecuali kepada Bella. Kini Aku mulai bersikap dingin dan acuh kepadanya. Pernah sesekali Aku menangkap dirinya sedang bersedih saat menatap ramainya petasan di saat malam pergantian tahun baru. Sebagai penanda penutup tahun baru, ingin sekali Aku menghampirinya dan memeluk tubuh itu agar tangisnya jatuh pada diriku.Segera ku tepis niatan itu dan berlalu meninggalkan Bella , Aku hanya ingin Bella bahagia dengan kehidupannya, sudah cukup Aku membuatnya menderita karena mengambil keuntungan dari kesulitannya. Walau mencuri-curi pandang kepadanya adalah pengobat rinduku, terkadang aku membuntuti dirinya saat pulang dari kantor, menggunakan sepeda motor untuk transportasi bekerja m
Cup... Ketika Aku mengecup pipi Mas Marco, hal itu mampu membuat rasa rinduku padanya terobati. Walau Aku menginginkannya untuk menginap di apartemen bersamaku, dengan alasan untuk bercerita tentang kejadian yang menimpaku tadi, tapi Mas Marco menolaknya. Aku merasa semakin menyukainya jika dia bisa menahan hasratnya kepadaku, berarti dia memang memegang teguh keputusannya saat membebaskan diriku dari perjanjian itu.Kami sama-sama berpisah, setelah itu aku segera masuk ke apartemen yang memiliki banyak kenangan ini. Namun ekor mataku menangkap siluet orang tengah duduk di sofa, siluet itu memperhatikan diriku. Bulu kudukku langsung berdiri. Pikiranku langsung memikirkan banyak hal. "Apa mungkin , di apartemen mewah seperti ini ada hantunya." Batinku tentunya.Tiba-tiba lampu yang berada diatas nakas dekat dengan siluet itu menyala dan menampakkan seorang wanita tengah menatap tajam ke arahku."A..anda siapa?" Tanyaku terbata.Wanita itu tersenyum mengejek kepadaku dengan senyuman h
Laura Chysara adalah namaku, wanita berusia 31 tahun yang telah menikah dengan seorang CEO yang tampan dan sangat mencintaiku, terlebih dia kaya raya. Tetapi hatiku tidak bisa mencintainya.Pernikahan kami di jodohkan oleh orangtua, padahal saat itu Aku telah memiliki kekasih yang begitu Aku cintai, hanya karena pria yang ku cinta itu bukan berasal dari latar belakang keluarga pengusaha , Ayahku sangat menentangnya dan membuat kami terpisah. Bram, dialah pria yang Aku cintai. Kami menjalin hubungan saat masih berkuliah dulu.Bram adalah pria biasa namun dia sangat baik dan cerdas, Bram memiliki pemikiran luas dan bisa melihat peluang, bahkan saat kuliah dulu Bram sudah terjun di dunia software, kuliah dengan jurusan IT membuatnya memiliki tekad kuat untuk membangun perusahaannya sendiri di bidang teknologi. sungguh itu membuatku terpesona.Semua hancur ketika Ayahku menjodohkan diriku dengan anak dari temannya yang sesama pengusaha. Katanya agar perusahaan kami semakin besar dan kuat,
Pagi itu Aku terbangun dengan memeluk wanita pujaanku. Isabella.Ku tatap wajahnya yang indah walau sedang tertidur, wajah itu membuatku nyaman melihatnya.Kini kami menyatu karena perasaan suka dan cinta di hati kami. Bukan karena memaksa ataupun terpaksa seperti dulu. Tak tahan melihat wajah cantiknya, ku belai pipinya lembut, wajah cantik yang terkena sinar matahari pagi sungguh membuatku terpesona. Ya, kami semalam tidur di halaman depan setelah bercinta."Sayang." Sapaku sambil membelai pipinya yang mulus dan chubby.Perlahan Bella membuka kedua matanya yang indah,menggeliat dan tersenyum kepadaku."Pagi Mas." Ucapnya sembari tersenyum manis padaku.Tak tahan melihat bibir sensualnya, ku kecup bibir itu. "Mas sama sekali tidak menyangka akan bangun di pagi hari yang indah seperti ini, sayang." Ujarku setelah melepas pagutanku."Apakah kebersamaan ini akan selamanya, Mas?" Aku segera membingkai wajahnya dan memberikan sebuah janji."Mas janji kita akan selalu bersama.""Lalu is
Setelah sampai di ruanganku, Aku meminta Bella untuk mencegah siapapun untuk datang ke ruanganku karena ada hal yang harus ku lakukan. Bella hanya menjawab dengan anggukan saja.Segera ku cari ponselku, dan membuka akun IG Laura, akun IG Laura yang di ikuti oleh tujuh ratus ribu followers itu bahkan berhasil sampai masuk ke berita gosip terkini di akun gosip ternama."Benar-benar Laura, bersikap playing vicrim! Seolah kaulah korbannya, padahal kaulah pemainnya." Gumamku saat melihat status IG yang dia bagikan.Di sana Bella menulis sebuah curahan hatinya yang sedang merasa tersakiti karena suaminya ketahuan selingkuh, bahkan di statusnya Laura menyebut wanita itu begitu rendahan dan tidak sederajat dengan dirinya. Hingga Laura akan tetap mempertahankan suaminya jika di pelakor meminta sejumlah uang demi bisa meninggalkan suaminya.Membacanya membuatku seperti ingin muntah. Muak sekali rasanya, bukankah dulu dia sendiri yang ingin sekali bercerai dariku? Selama sepuluh tahun ini Aku m
Braaakkkk... Laura memukul mejaku keras, wanita itu sengaja dagang ke kantor karena telponnya tidak Aku angkat sama sekali. Beruntung tadi Aku minta Bella untuk ikut dengan Bu Zoya untuk kunjungan ke pabrik kami. Hingga Bella tidak akan kena amuk wanita ini."Kenapa kamu malah menyebar hoax seperti itu? Bagaimana kamu memfitnahku telah berselingkuh! Jelas-jelas kamulah yang telah berselingkuh dengan wanita murahan itu." Cacinya padaku dengan emosi yang meledak-ledak."Kamu anggap Aku ini bodoh, hah? Sampai kamu berpikir bahwa Aku tidak akan tahu jika kamu bermain api di belakangku?""A..apa maksudmu?" Aku berdiri menghampirinya, ku tatap tajam Laura yang masih terlihat bertanya-tanya."Kamu berselingkuh dengan mantanmu, seluruh fasilitas, harta dan cinta yang ku berikan padamu tidak ada artinya, karena memang 'sampah' tidak pantas mendapatkan hal baik seperti yang Aku beri." "Apakah katamu, sampah?" Tanyanya."Mari kita bercerai, Laura. Kini Aku bebaskan diriku dari pernikahan yang
Berita viral itu masih hangat di perbincangkan, walau sudah lima hari berlalu. Kasuk kusuk di antara karyawan masih saja terdengar. Seperti berita trending nomor satu saat ini melebihi berita para artis. Aku hanya bisa terdiam dan berusaha tenang. Semenjak kejadian itu, Mas Marco memilih untuk tidak mendekatiku dulu, Akupun menyetujuinya. Situasi masih seperti ini , akan sangat beresiko jika kami selalu bersama. Lalu Aku memilih untuk ngekos saja tidak pulang ke apartemen. Tempat kos yang berukuran satu ruangan itu cukup untukku seorang, kos khusus wanita yang lumayan rapih dan bersih. Tempat kos ini memiliki jam malam hanya sampai jam 10 malam, jika melebihi jam itu pintu akan segera di kunci oleh penjaga kos. Saudara, keluarga ataupun teman laki-laki boleh main ke kos dengan syarat tidak menutup pintu kos dan tidak melebihi jam malam. Kebetulan di kosan itu sudah tersedia tempat tidur, lemari dan meja kecil serta kursi kecil yang bisa di jadikan tempat bekerja. Jadi Aku hanya ti
Axel memeluk tubuh indah Anjani yang tanpa memakai sehelai baju dan hanya tertutup selimut. Setelah lelah, Keduanya menghabiskan waktu untuk bercerita. "Mas minta maaf, karna tetap tidak bisa membatalkan pernikahan dengan Sandra." Mendengar itu Anjani hanya terdiam, pandangannya menerawang langit-langit rumahnya. Axel tahu jika Istri tercintanya itu kecewa, tetapi tidak mau mengungkapkan isi hatinya. "Andai kami menikah secara Sah negara mungkin Aku bisa mencegah pernikahan kedua suamiku. Tidak ada wanita yang mau berbagi suami. Posisiku hanya istri siri." batin Anjani. "Sayang... Aku tahu ini berat, tapi aku janji tidak akan pernah berpaling darimu. Ini hanya pernikahan Bisnis," bujuk Axel lalu mengecup pipi mulus Anjani. "Benarkah?" Anjani mengerlingkan matanya. "Tentu, Kamulah wanita satu-satunya di hatiku." Axel hendak mencium bibir ranum Anjani, namun istri sirinya itu malah menjauh. "Bagaimana jika kamu jatuh cinta kepada Wanita itu setelah melakukan mala
Malam ini, Axel pulang ke Apartemen Anjani. Pikirannya benar-benar sangat kusut kali ini, permasalahan perusahaannya sudah berakhir. Tapi dia tetap harus menikah dengan Sandra dan hari H menuju pernikahan mereka tinggal 7 hari lagi. Bagaimana tidak? Undangan sudah di sebar, gedung sudah di pesan, terlebih Sandra sudah begitu mengharap. Dalam dunia ini memang yang paling kerjam adalah sebuah harapan. "Mas, mandilah dulu, Aku sudah menyiapkan air hangat untuk kamu berendam." celetuk Anjani membuyarkan segala macam pikirannya. Axel berjalan mendekati Anjani, lalu memegang tangannya mesra lalu berbisik di telinga Anjani. "Ikut aku mandi." "Aku sudah mandi, Mas." Tidak ingin mendapatkan penolakan dari Anjani, Axel mendekatkan wajahnya ke ceruk leher Anjani lalu menciuminya. Hal yang Axel lakukan itu membuat Anjani memdesah pelan. "Sayang.. saat ini aku membutuhkanmu, jangan menolak permintaanku." bisiknya. "Baiklah kalau begitu." Setelah mendapat persetuju
"Pak Tristan, Maaf, saya ingin minta izin untuk pulang sekarang."Jono, Supir pribadi Tristan terlihat sangat panik. "Sa.. saya baru di kabari oleh ibu saya jika Istri saya jatuh dari tangga dan tidak sadarkan diri." Claire yang mendengarnya ikut khawatir dan kasihan. Namun, Wajah Tristan nampak tidak senang. "Bukankah saya sudah bilang jika saya tidak suka pekerja yang meminta izin di saat sedang bekerja!" Rasa kagum Claire saat di ruangan meeting tadi seolah sirna. Bosnya itu tetaplah pria dingin tak berperasaan. "Ma..Maafkan saya, Pak! Tapi ini sangat darurat, istri saya sedang mengandung 9 bulan, saya sangat khawatir dengan keadaan mereka berdua." Tristan nampak menimbang-nimbang, setelah mendengar istrinya Jono tengah mengandung masih ada sedikit rasa belas kasih di hati Tristan. "Baiklah, hanya kali ini saya menginzinkanmu." Awalnya Claire sangat tidak suka saat Tristan tidak mengizinkan Jono untuk pergi, tapi gadis itu juga ikut merasakan lega saat akhirnya
Pagi itu, Claire berjalan dengan cepat menghampiri ruangan CEO. Sorot matanya tajam penuh kemarahan dan tangannya mengepal karena menahan amarah. Baru hari ini Claire tahu masalah kedua orangtuanya tentang perusahaan mereka yang hampir bangkrut karena tender yang di rebut paksa oleh perusahaan Titan Corp, tempatnya bekerja. Bella dan Marco memang sengaja tidak memberitahukan keadaan mereka kepada Claire. Bagi mereka, Claire masih lah putri kecil yang tidak harus tahu segala permasalahan keluarganya. Ruangan Tristan yang memang berhadapan dengan meja kerja Claire sebagai sekretarisnya seolah tidak bisa menghentikan niat Claire untuk meluapkan emosinya. Tristan sedikit terkejut karena Claire membuka pintu ruangannya begitu saja. "Kenapa Anda melakukannya?" seru Claire tanpa rasa takut pada atasannya itu dan tanpa basa basi. "Rupanya kamu sudah mendengarnya?" Tristan tampak begitu santai menanggapi Claire. "Permasalahan sudah selesei, kamu tidak perlu khawatir lagi!"
Tristan duduk di depan sang ayah dengan perasaan berkecamuk. Pasalnya, sang Ayah telah mengambil langkah di luar perkiraannya, Franky langsung menyerang perusahaan Marco tanpa membicarakannya dengan Tristan terlebih dahulu. "Segera hentikan tindakan Papi!" Suara bariton Tristan berbicara santun namun tegas. "Bukan balas dendam seperti ini yang Aku inginkan, Pi." "Lalu seperti apa, Tan?" Franky menyesap rokoknya lalu menghembuskan asapnya. "Kamu terlalu lama dalam bertindak, sedangkan Aku sudah ingin melihat Marco dan keluarganya menderita." "Hal paling mudah untuk menyerang Marco memang langsung menyerang perushaannya." Tristan menyandarkan punggungnya dan menatap sang Ayah, "Hal itu pasti sudah Aku lakukan dari dulu, Pi. Tapi aku menginginkan hal yang lebih menyakitkan untuk mereka." "Hal seperti apa? Nyatanya, Papi belum melihat kamu melakukan tindakan apapun." "Aku ingin membuat Marco lebih menderita dengan memanfaatkan putri kesayangan mereka!" Tristan menatap taja
"A...Axel sudah menikah?" pekik Sandra terkejut dengan apa yang baru saja dia dengar. Bella segera mengajak Sandra ke dalam kamar Axel agar tidak membuat keributan dan terdengar oleh Tuan Chandra. Axel juga terkejut melihat kedatangan Mamanya bersama Sandra. "Ada apa ini, Ma?" "Sepertinya kamu harus menjelaskan saat ini juga yang sebenarnya kepada Sandra, Axel." Melihat tatapan Sandra yang penuh tanda tanya dan juga kesedihan Axel mengerti maksud Mamanya. Mungkin tadi Sandra mendengar apa yang Bella dan Axel katakan. "Jelaskan semuanya kepadaku, Xel." Sandra duduk di samping Axel. "Aku butuh kejelasan untuk apa yang aku dengar." Axel menghembuskan nafasnya, sebenarnya Axel tidak tega jika menceritakan yang sebenernya kepada Sandra, tapi Sandra sudah mendengar kebenarannya. "Baiklah, Aku akan menceritakan semuanya kepadamu." Dengan penuh perhatian Sandra memperhatikan Axel yang tengah membicarakan tentang hubungannya dengan Anjani. Berulang kali Sandra memejamkam mat
"Axel , putraku." Seru Marco, "Kamu akan segera menikah dengan Casandra, ini sudah keputusan kami semua." Bagaikan petir di siang bolong, ucapan Ayahnya mampu membuatnya tidak bisa berkata apapun. "Papa dan Om Chandra sudah sepakat untuk menikahkan kamu dengan Casandra, satu bulan lagi." Lanjut Marco menjelaskan. "Pernikahan!" Pekik Axel tercekat. "Iya Axel, pernikahan kamu dan Casandra," Ulang Marco saat melihat putranya tercengang, "Papa sudah yakin bahwa kamu dan Casandra sangat cocok." "Tapi pa.." Marco segera memotong ucapan Axel, "Jika kamu ingin protes, kita bisa bicarakan nanti, sekarang ajak Casandra berbicara agar kalian jadi lebih dekat." Marco memberikan kode kepada Axel untuk berhenti tidak mengucapkan hal yang ingin dia katakan. "Tentang Anjani akan kita bicarakan setelah para tamu ini pulang. Sekarang, patuhi saja apa kata Papa." Tekan Marco dengan membisikkan pada putranya. Tidak ingin membuat malu Ayahnya, Axel terpaksa menuruti permintaannya.
"A...Apa?" Marco seolah tidak yakin dengan apa yang di dengarnya, "Kenapa Titan Excelent seolah menyerang perusahaanku?" Untuk pertama kalinya, perusahaan Marco mengalami kesulitan. Media yang terus 'menggoreng' berita menjadikan semakin runyam. Marco berupaya untuk menyelesaikan masalah ini dengan mengadakan konferensi pers. Bermaksud agar kesalahpahaman menjadi terang. Marco membuat keputusan, "Segera adakan konferensi pers, agar masalah ini tidak berlarut dan semakin runyam." "Tapi pak, apakah kita tidak seharusnya mencari dalang di balik ini semua? Baru kita melakukan konferensi pers." ujar Axel memberi masukan. "Kita tidak punya waktu lagi, sebelum saham kita semakin merosot turun, kita harus memberikan penjelasan kepada khalayak." Saran Axel tidak di hiraukan oleh Marco. Konferensi pers itu akan segera di adakan. Besok siang adalah waktu yang tepat untuk meluruskan semua kesalahpahaman tersebut. Axel masuk ke ruangan ayahnya dengan raut wajah sedikit gusar, "Pah
Hubungan Marco dan Axel menjadi merenggang pasca Marco mengetahui, putranya telah menikahi seorang muslim. Marco tidak mempermasalahkan latar belakang Anjani, bukan soal harta. Hanya saja sebuah pernikahan harus berlandaskan pada pandasi yang kuat. Yang satu keyakinan saja masih sering mengalami cekcok , apalagi yang berbeda keyakinan. Marco hanya tidak ingin Putranya gagal. Bella yang tidak tahan melihat suami dan putranya saling mendiamkan merasa sangat jengah, "Sampai kapan kalian akan saling mendiamkan seperti ini?" "Sampai Axel memutuskan hubungan dengan Anjani." Seru Marco tanpa keraguan sembari melahap makanannya. Axel tidak terima dengan ucapan ayahnya, "Dan Sampai kapanpun aku tidak akan melepaskan Anjani, Pah." Brakk... Marco menggebrak meja makan dan membuat Bella serta Claire terkejut. "Apa kamu mau menghancurkan keluarga ini, Axel!" pekik Marco dengan suara baritonnya. "Tidak ada yang ingin menghancurkan keluarga ini, Anjani wanita yang sangat baik.