Habislah Kamu!Karena aduan Husna yang menyertakan video bukti kedekatan suaminya, dan Sania. Membuat Bu Yani naik pitam. Bu Yani menarik tangan Husna."Mau ke mana, Bu?" tanya Husna."Ayo ikut saya ke rumah mertuamu! Kita labrak Sania!" ujar Bu Yani, Husna tertegun. Jika dia ikut Bu Yani untuk melabrak Sania, pasti dia akan semakin dihajar oleh mertuanya.Mereka kan masih berseteru."Bu Yani, jangan bilang ini video dari aki. Kan yang penting aku sudah kasih tahu. Lagian aku juga mau pulang ke rumah, suamiku pasti sudah nungguin. Karena aku belum masak, pulang dulu ya Bu!" Husna bergegas pulang dia juga sudah mendapat uang dari Bu Yani, karena menjual informasi perselingkuhan suaminya."Lumayan aku dapat uang!" gumam Husna dan berlalu menggunakan sepeda motor menuju pulang ke rumah. Husna senyum-senyum senang karena sebentar lagi Sania akan dilabrak oleh tetangganya. Apakah Husna akan dijambak, atau di tampar atau beneran itunya dikasih cabe, pasti seru sekali, batin Husna. Drrtt..
Satu persatu keluarga jahat hancur!"Berani ya kamu gatal dengan suami saya, sampai belikan barang mahal seperti ini! Dasar centil, murah*n..!" Bu Yani mengumpat karena kesal pada Sania."Hei Bu, ngaca dong! Suami Ibu mau selingkuh dengan saya itu berarti dia itu salah, salahin dia juga dong kenapa cuma saya yang disalahkan!" ucap Sania tidak terima. "Suami saya juga akan saya hajar nanti!" sahut Bu Yani."Tapi kamu lebih dulu saya beli pelajaran!" Bu Yani kemudian mencakar wajah Sania.Sania menjerit karena wajahnya terasa perih, apalagi Bu Yani menggunakan kuku palsu yang panjang. Laras dengan sekuat tenaga mendorong Bu Yani hingga menjauh dari Sania."Anak saya sakit, Bu!" teriak Laras. Kemudian Sania mengambil kaca yang ada di tasnya, kini wajahnya sudah bergaris bekas cakaran kuku Bu Yani."Bu Yani, harus tahu jawab dengan luka ini!" ujar Sania. "Tanggung jawab? Enak saja kamu saja sudah selingkuh dengan suami saya!" jawab Bu Yani sinis. "Tapi muka saya jadi sakit, mau aku l
PoV NajwaAku mendapat kiriman foto dari Hani, di saat akan menikmati makan siang. Hani mengirimkan foto yang cukup mengerikan bagiku. Itu adalah foto Tante Ratu yang sedang berada di rumah sakit, dengan keadaan yang memprihatinkan atau mungkin mengenaskan. Karena wajahnya lebam, matanya bengkak. Ia seperti usai mengalami kecelakaan. Aku menelpon Hani untuk menanyakan apa yang sebenarnya terjadi. Panggilan tersambung. "Apa yang terjadi?" tanyaku pada Hani saat dia sudah menjawab panggilan telepon dariku. "Tante Ratu kecelakaan, bersama papaku. Keadaannya cukup parah Najwa, kata dokter dia lumpuh!" jawab Hani."Lumpuh?" tanyaku memastikan. Aku tidak senang dengan berita ini. Kasihan juga Tante Ratu."Apakah kamu mau akan datang kemari?" tanya Hani padaku."Ya aku akan datang, beri alamat rumah sakit, aku akan datang bersama nenek, nanti!" jawabku."Baiklah, aku akan segera mengirimnya." panggilan telepon ku akhiri. Aku harus melihat keadaan Tante Ratu. Sangat memprihatinkan kea
Terima Kasih Mbak.."Keluarlah Sayang, aku menunggumu!" Sania berteriak di depan pagar rumah Nathan. Dia sudah berusaha menghubungi Nathan di nomornya, namun tetap tidak diangkat. "Tidak bisa tersambung, pasti dia juga sudah memblokirku di nomor seluler!" gerutu Sania sambil menatap ke rumah Nathan. Tak ada tanda-tanda pria itu akan keluar. Sania nekat untuk menunggunya di depan rumah.Nathan ternyata memperhatikan Sania, dari cctv. Saat ini, ia sedang berdiri di depan pagar rumahnya. Mungkin Sania sudah hampir 1 jam berdiri di sana, cuaca di luar mendung. Langit sangat gelap, sepertinya sebentar lagi akan turun hujan. Dan Sania belum juga pergi. Rumah Nathan bukanlah di kawasan elit, dia juga tidak punya satpam yang berjaga di depan rumah. Akhirnya Nathan keluar juga dari rumah, untuk menemui Sania. "Sayang, kamu menemuiku juga!" ucap Sania antusias melihat Nathan keluar dan menghampirinya."Pulanglah, sebentar lagi akan turun hujan!" ujar Nathan."Aku tidak mau pulang, ada sesua
Saat TertidurHampir 1 jam Nathan menunggu Najwa. Akhirnya Najwa terbangun, beberapa kali Najwa mengerjapkan mata. Ia amat merasa pusing, dan terasa tubuhnya limbung saat Najwa mencoba untuk duduk. Yang Najwa ingat, tadi dia usai minum tehyang dibuatkan oleh office girl di kantor, setelah minum kopi itu Najwa merasa mengantuk dan akhirnya dia tidur di sofa. Najwa melihat Nathan tertidur duduk di sofa, dengan posisi berbaring dan melipat kedua tangannya didada. Najwa heran kenapa Nathan bisa berada di situ, dalam keadaan tidur. Najwa berdiri, melirik pada jam digital, sudah menunjukkan pukul 23.15 malam. sudah sangat larut. Ia mengambil tas untuk mencari ponselnya, saat Najwa memeriksa ponselnya, terakhir jam 22.00 banyak panggilan masuk yang tidak terjawab dari Belinda."Nenek!" ujar Najwa, dan mencoba menghubungi neneknya. Panggilan diangkat. "Halo...," terdengat suara perempuan, seperti suara Tari."Tari, apakah kamu? Dimana Nenek?" tanya Najwa."Sudah tidur dari Jam 9 ta
Mulai MembaikKarena berkat usaha dan kegigihannya. Marwah kini sudah bisa meraup keuntungan yang berlimpah, dari usaha yang ia jalani. Begitupun Seno, bahkan dia di promosikan untuk naik jabatan.Mereka dari awal dekat dengan Najwa bukan karena, uang. Tapi itu hasil dari kebaikan mereka, yang tulus selama ini. Bahkan Marwah dan Seni sudah berencana, pindah untuk membeli rumah dua lantai. Selama ini Marwah juga menjaga jarak dari keluarga suaminya, apalagi mereka juga menjauhi Marwah dan Seno. Waktunya ia manfaatkan untuk mengembangkan usaha. Rumah yang akan mereka beli, juga akan di bayar secara cash. Seno juga rutin mengirim Ibunya uang setiap bulan, Marwah tak pernah menghalangi. **Husna sudah seminggu bekerja di toko Marwah. Ia bekerja dengan baik, tak pernah mencari masalah. Walaupun kadang karyawan toko lain sinis padanya. Husna diam saja dan tetap bekerja, dia harus tahan dari pada nanti menjadi keributan. Sesekali Husna mendengar beberapa karyawan itu bilang dia wanita mu
Berhenti Jadi Ibu PeriSemenjak kejadian malam itu Belinda semakin dekat dengan Tari. Najwa merasa jika Tari adalah penyebab sifatnya neneknya, yang kadang tiba-tiba ketus pada dirinya. Najwa ingin mengajak neneknya untuk jalan ke mall, atau kemanapun yang diinginkan sang nenek agar mereka bisa dekat kembali seperti sebelum kedatangan Tari. Dia juga janjian, Nathan akan ikut bersamanya. "Ayo kita jalan yuk, Nek!" ajak Najwa sambil memeluk neneknya dari belakang, kemudian mencium pipi Belinda dengan hangat. Belinda tersenyum."Besok aja ya Najwa Nenek hari ini mau pergi sama Tari, ucap Belinda."Emangnya, Kalian mau pergi kemana?" tanya Najwa melepaskan pelukannya dari sang nenek, dengan raut wajah kecewa."Nenek mau pergi ke rumah orang tua tari. Bapaknya lagi sakit, jadi nenek mau menjenguknya," jelas Belinda. "Ya udah aku ikut ya, Nek!" pinta Najwa. "Bukannya kamu, harus kerja ya?" ucap Belinda. "Tapi kalau kamu mau ikut, nenek justru seneng!" ujar Belinda kembali."Sekarang t
Bab 46Aku sangat kesal dengan ucapan Tari barusan. Dia bilang bercanda dan setelah itu tertawa."Kita pergi saja dari sini!" aku beranjak dari duduk dan menarik tangan Nathan untuk berdiri juga. Nathan menuruti dan berdiri. Aku menariknya untuk berjalan keluar rumah orang tua Tari."Kamu cemburu?" tanya Nathan padaku saat kami tiba didepan.Pertanyaan barusan semakin membuatku kesal dan jengkel. Nathan kadang juga bersikap menyebalkan, disaat seperti ini dia masih saja bercanda padaku. "Enggak lah kenapa aku cemburu, jadi kamu suka mendengar Tari berbicara seperti itu!" cecarku padanya. "Geli, aku sama dia!" jawab Nathan. Bagus Nathan menjawab seperti itu. Aku senang mendengar jawabannya, berarti wanita seperti Tari tidak termasuk tipenya. Tapi aku tidak boleh lupa jika selera Nathan juga aneh, dia pernah menjadi pacar Sania wanita matre itu.Aku berjalan. Nathan memanggilku."Kemana?" tanya Nathan."Mau ke mobil!" sahutku."Tunggu jangan tinggalkan aku dong, kamu mengajakku kelu