"Apakah benar seperti itu, Kak?" tanya Joy semakin penasaran.
"Tentu saja. Apakah kamu nggak yakin?" balas David.
Joy menaikkan alisnya. "Tapi, aku masih kurang yakin. Apa benar seperti itu, Kak?"
"Iya ... Joy ..."
"Masa iya, kak Rey selama ini cuek cuma biar keliatan cool?!" Joy membulatkan matanya.
*****
"Banyak sekali aku berjumpa tokoh baru dalam kehidupanku. Tetapi, hanya dirimu yang selalu menjadi pemenang tokoh utama dalam hidupku," batin David. Ia terlihat duduk dengan santai di balkon kamar dan tak lupa ditemani dengan secangkir kopi susu.
 
Rey menjauhkan diri dari Naina dan tertawa. Naina memiringkan kepalanya merasa bingung."Kali ini leluconmu tidak lah lucu, " kata Naina dengan datar.Rey berdiri dan turun dari gazebo. "Maaf, nona. Aku perhatikan, kau sering menganggapku seperti tuan. Aku merasa sangat tidak enak jika disamakan dengannya," jelas Rey. "Ya nggak enak lah. Emangnya aku mau disamain seperti dia," batin Rey.Naina memandang Rey dari atas sampai ke bawah. "Aku pun baru menyadari. Postur tubuhmu sama seperti Rey.""Ah, nona bisa aja. Saya kan suka olahraga.""Dan Rey pun sangat menyukai olahraga." Kini Naina berdiri dan mendekati Rey dengan tatapannya yang tajam
Bara sangat tidak suka dengan orang pemalas dan tidak cekatan. Dan pada malam itu, Bara meluapkan amarahnya, sebab orang-orang yang tidak cekatan.Malam itu rumahnya dihebohkan dengan pencurian emas di kamar ayahnya. Emas yang diambil pun jumlahnya tidak main-main. Bara merasa marah, karena satpamnya yang tidak cekatan. Dan salah satu satpam menjadi korban dari hantaman kepalan tangan Bara."Maaf, tuan," ucap Gama. Yaitu satpam muda yang menjadi korban dari hantaman kepalan tangan Bara. Ia mengelus pipinya yang memerah dan terasa sangat sakit.Pencuri ini begitu mencurigakan. Sebab, bagaimana caranya ia bisa masuk ke dalam rumah begitu saja. Pasti ada orang dalam di balik semua ini."Bagaimana bisa, mali
Alex dan Joy kini saling berhadapan. Seluruh wajah Joy menyala. Dia mendorong Alex dan memberikan tangannya kepada Rey untuk membantunya berdiri. "Berdirilah," ucap Joy.Tangan Rey gemetar. Dengan ragu-ragu dia memegang tangan Joy dan segera bangkit.Rey merintih kesakitan. "Awh ..."Tak kuasa menahan amarahnya yang semakin naik. Joy memaki Alex. "Kamu itu sebenarnya siapa, sih?! Pasti kamu orang lain. Iya, kan? Wajah kamu memang mirip seperti Kak Rey. Tetapi, hati dan kepribadian kalian berdua berbeda. Terserah orang menganggapku gila. Tapi aku memang yakin, bahwa kamu orang asing!" Joy mendorong pundak Alex.Rahang Alex mengeras menahan amarah lantaran Joy memakinya. "Joy!" bentak Alex.
David mengakui, dirinya sangat tidak andal dalam hal merayu wanita. Tekadnya dalam melajang seumur hidup menjadi masalah besar bagi keluarganya, terutama ayahnya.Pagi hari itu, tiba-tiba David mendapatkan sebuah pesan dari seseorang yang tidak dikenal. Pesan itu menyatakan, bahwa David akan dijodohkan dengan seseorang yang memberinya pesan tersebut. David pun merasa marah. Ditambah lagi, wanita itu bilang, bahwa pernikahan mereka akan dilangsungkan dua bulan lagi.David membanting ponselnya di kasur dan menuruni anak tangan dengan cepat."Papa!" teriak David yang masih melangkah menuruni anak tangga di rumahnya.Ia langsung berjalan dengan cepat menuju ruang makan. "Papa!" teriaknya sekali l
Di satu meja bundar di ruangan bernuansa klasik David duduk melamun. Untuk menghilangkan kekesalannya kepada papanya, David memutuskan untuk bersantai minum kopi di pagi hari. Pikirannya terus berputar di satu pertanyaan, apa yang harus dia lakukan?Di dalam gelas kopi itu sudah habis setengah diminum David. Ia terus melamun hingga membuat suhu kopi yang tadinya panas menjadi dingin. Saat kopi itu dingin dia menyeruput kembali dan mengernyitkan dahi merasa sudah tidak sedap."Sudah dingin," ucap David.Sesekali David mengecek ponselnya. Sepertinya, saat ini dia sedang menunggu sebuah kabar dari seseorang. Berulang kali dia mengecek arloji hitam di pergelangan tangan kirinya.Sebuah notifikasi masuk dan ia tersenyum lebar setelah membaca pesan itu."Semuanya akan tamat dan selesai. Ya, kisahmu sebentar lagi akan selesai," ucap David.********Alex dan Naina masih berpisah ranjang sejak kejadian malam itu. Ha
Polisi-polisi itu menahan semua orang yang berada di club malam itu, termasuk Joy. Semua barang tahanan ditahan oleh polisi. Joy duduk di kursi panjang dengan tangan yang diborgol. Ruangan itu sangat asing baginya. Bagaimana tidak. Ini pertama kalinya dia masuk ke dalam jeruji besi. Sedari tadi dia terus memohon agar dilepaskan. Namun, semua itu tidak didengar oleh satu polisi pun.Joy duduk melamun di ujung jeruji besi. Salah satu tahanan memperhatikannya sedari tadi dan mendekat kepadanya."Sepertinya kau wanita baik-baik dan dari keluarga terhormat. Apakah ada yang menjebakmu di sini?" tanya wanita dengan tubuh yang berisi serta dengan rambut yang terikat ke belakang."Semua dugaanmu sepertinya benar," jawab Joy.Wanita itu menghela napas. "Kita bisa menjadi teman. Apakah kau mau menjadi temanku?" wanita itu mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Joy."Baiklah. Kita berteman," ucap Joy berjabatan tangan dengan
Kina berjalan tanpa arah dengan wajah yang sedikit lusuh. Dia menunduk sambil menendang kerikil di sepanjang jalan yang dia lalui.Akhir-akhir ini cuaca sangat buruk. Kadang cuaca sangat terik, kadang hujan sangat deras disertai angin. Contohnya saja cuaca saat ini. Awalnya, Kina berjalan di siang hari dengan cuaca yang terik. Tiba-tiba saja langit menjadi gelap menghilangkan rasa yang amat panas di siang itu.Kina merasakan ada satu tetesan air yang jatuh di pipinya. Dia mendongak ke atas dan hujan turun dengan deras. Bukannya menepi untuk berteduh, dia justru tersenyum menikmati hujan. Karena hujan itu disertai angin, hal itu membuat Kina memutuskan untuk mencari tempat berteduh.**********"Tolong cepat konfirmasikan ke semua orang, bahwa adik saya tidak bersalah dan dia dijebak. Foto semua buktinya supaya mereka percaya. Saya tidak mau nama baik keluarga saya tercoreng, karena ulah orang yang tidak bertanggung jawab ini," ungkap Bara
Sudah cukup lama Naina dengan Alex tidak saling bertanya satu sama lain. Alex merasa sedikit lelah, karena terus menerus memohon kepada Naina. Akhirnya, dia memutuskan untuk diam dan membiarkan Naina untuk kembali kepadanya sendiri. Alex merasa, bahwa Naina akan kembali kepadanya dengan sendirinya, karena merasa bersalah dan akhirnya meminta maaf kepadanya. Namun sebenarnya, Naina sangat tidak peduli dengan hal itu. Dia merasa biasa saja dengan pertengkaran bersama Alex, karena terlanjur sakit hati. Justru Naina merasa senang, karena bisa bersama dengan Felix alias Rey. "Bisakah selamanya aku berteman denganmu?" tanya Naina kepada Rey. Saat ini mereka berdua tengah asyik duduk bersama di tepi pantai. Jarang sekali Naina mau pergi ke pantai. Rey mengajaknya ke pantai di siang hari. Angin terus berhembus. Kedua kaki mereka sama-sama saling berselonjor. Rey menoleh dan menatap Naina dengan perasaan yang sangat dalam. "Te