Alex dan Joy kini saling berhadapan. Seluruh wajah Joy menyala. Dia mendorong Alex dan memberikan tangannya kepada Rey untuk membantunya berdiri. "Berdirilah," ucap Joy.
Tangan Rey gemetar. Dengan ragu-ragu dia memegang tangan Joy dan segera bangkit.
Rey merintih kesakitan. "Awh ..."
Tak kuasa menahan amarahnya yang semakin naik. Joy memaki Alex. "Kamu itu sebenarnya siapa, sih?! Pasti kamu orang lain. Iya, kan? Wajah kamu memang mirip seperti Kak Rey. Tetapi, hati dan kepribadian kalian berdua berbeda. Terserah orang menganggapku gila. Tapi aku memang yakin, bahwa kamu orang asing!" Joy mendorong pundak Alex.
Rahang Alex mengeras menahan amarah lantaran Joy memakinya. "Joy!" bentak Alex.
David mengakui, dirinya sangat tidak andal dalam hal merayu wanita. Tekadnya dalam melajang seumur hidup menjadi masalah besar bagi keluarganya, terutama ayahnya.Pagi hari itu, tiba-tiba David mendapatkan sebuah pesan dari seseorang yang tidak dikenal. Pesan itu menyatakan, bahwa David akan dijodohkan dengan seseorang yang memberinya pesan tersebut. David pun merasa marah. Ditambah lagi, wanita itu bilang, bahwa pernikahan mereka akan dilangsungkan dua bulan lagi.David membanting ponselnya di kasur dan menuruni anak tangan dengan cepat."Papa!" teriak David yang masih melangkah menuruni anak tangga di rumahnya.Ia langsung berjalan dengan cepat menuju ruang makan. "Papa!" teriaknya sekali l
Di satu meja bundar di ruangan bernuansa klasik David duduk melamun. Untuk menghilangkan kekesalannya kepada papanya, David memutuskan untuk bersantai minum kopi di pagi hari. Pikirannya terus berputar di satu pertanyaan, apa yang harus dia lakukan?Di dalam gelas kopi itu sudah habis setengah diminum David. Ia terus melamun hingga membuat suhu kopi yang tadinya panas menjadi dingin. Saat kopi itu dingin dia menyeruput kembali dan mengernyitkan dahi merasa sudah tidak sedap."Sudah dingin," ucap David.Sesekali David mengecek ponselnya. Sepertinya, saat ini dia sedang menunggu sebuah kabar dari seseorang. Berulang kali dia mengecek arloji hitam di pergelangan tangan kirinya.Sebuah notifikasi masuk dan ia tersenyum lebar setelah membaca pesan itu."Semuanya akan tamat dan selesai. Ya, kisahmu sebentar lagi akan selesai," ucap David.********Alex dan Naina masih berpisah ranjang sejak kejadian malam itu. Ha
Polisi-polisi itu menahan semua orang yang berada di club malam itu, termasuk Joy. Semua barang tahanan ditahan oleh polisi. Joy duduk di kursi panjang dengan tangan yang diborgol. Ruangan itu sangat asing baginya. Bagaimana tidak. Ini pertama kalinya dia masuk ke dalam jeruji besi. Sedari tadi dia terus memohon agar dilepaskan. Namun, semua itu tidak didengar oleh satu polisi pun.Joy duduk melamun di ujung jeruji besi. Salah satu tahanan memperhatikannya sedari tadi dan mendekat kepadanya."Sepertinya kau wanita baik-baik dan dari keluarga terhormat. Apakah ada yang menjebakmu di sini?" tanya wanita dengan tubuh yang berisi serta dengan rambut yang terikat ke belakang."Semua dugaanmu sepertinya benar," jawab Joy.Wanita itu menghela napas. "Kita bisa menjadi teman. Apakah kau mau menjadi temanku?" wanita itu mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan dengan Joy."Baiklah. Kita berteman," ucap Joy berjabatan tangan dengan
Kina berjalan tanpa arah dengan wajah yang sedikit lusuh. Dia menunduk sambil menendang kerikil di sepanjang jalan yang dia lalui.Akhir-akhir ini cuaca sangat buruk. Kadang cuaca sangat terik, kadang hujan sangat deras disertai angin. Contohnya saja cuaca saat ini. Awalnya, Kina berjalan di siang hari dengan cuaca yang terik. Tiba-tiba saja langit menjadi gelap menghilangkan rasa yang amat panas di siang itu.Kina merasakan ada satu tetesan air yang jatuh di pipinya. Dia mendongak ke atas dan hujan turun dengan deras. Bukannya menepi untuk berteduh, dia justru tersenyum menikmati hujan. Karena hujan itu disertai angin, hal itu membuat Kina memutuskan untuk mencari tempat berteduh.**********"Tolong cepat konfirmasikan ke semua orang, bahwa adik saya tidak bersalah dan dia dijebak. Foto semua buktinya supaya mereka percaya. Saya tidak mau nama baik keluarga saya tercoreng, karena ulah orang yang tidak bertanggung jawab ini," ungkap Bara
Sudah cukup lama Naina dengan Alex tidak saling bertanya satu sama lain. Alex merasa sedikit lelah, karena terus menerus memohon kepada Naina. Akhirnya, dia memutuskan untuk diam dan membiarkan Naina untuk kembali kepadanya sendiri. Alex merasa, bahwa Naina akan kembali kepadanya dengan sendirinya, karena merasa bersalah dan akhirnya meminta maaf kepadanya. Namun sebenarnya, Naina sangat tidak peduli dengan hal itu. Dia merasa biasa saja dengan pertengkaran bersama Alex, karena terlanjur sakit hati. Justru Naina merasa senang, karena bisa bersama dengan Felix alias Rey. "Bisakah selamanya aku berteman denganmu?" tanya Naina kepada Rey. Saat ini mereka berdua tengah asyik duduk bersama di tepi pantai. Jarang sekali Naina mau pergi ke pantai. Rey mengajaknya ke pantai di siang hari. Angin terus berhembus. Kedua kaki mereka sama-sama saling berselonjor. Rey menoleh dan menatap Naina dengan perasaan yang sangat dalam. "Te
Rey meremas ujung bawah bajunya. "Aku sudah tidak tahan lagi untuk mengatakan semua ini," batin Rey.Rey terlihat antusias sekali saat Naina mengajaknya untuk bermain bersamanya sekali lagi. Satu kali lagi mereka bermain dengan pasir yang dibasahi air asin.**********"Bibi, aku sudah tidak tahan lagi untuk memendam semua ini," ucap Rey.Bi Sri berdiri dari kursi dan mendekat ke Rey. "Semua orang sudah tidur. Jika itu keputusanmu, maka baiklah. Besok kita akan mengatakannya. Dengan mengambil keputusan itu berarti kamu sudah siap dengan konsekuensinya.""Iya, Bi aku siap apa pun itu. Aku benar-benar tertekan. Begitu pula dengannya."
Rey menyuruh Naina untuk duduk dan kini dia mulai bercerita sedetail mungkin. Tak ada satu peristiwa pun yang terlewatkan diceritakannya soal kejadian kala itu.Naina terdiam setelah selesai mendengar perkataan Rey. Dia masih merasa kecewa dengan Rey, karena telah meragukan cintanya."Bahkan ketika aku tidak mengetahui siapa dirimu saat masih menyamar, aku masih merasakan kamu itu adalah Rey. Sekecil itu kah, api cintamu?" tanya Naina dengan tertunduk menahan rasa sakit.Rey mengangkat dagu Naina dan berkata, "Tidak. Aku terlalu emosional, karena pada saat itu semuanya sangat membingungkan dan secara tiba-tiba."Sorot mata Naina terlihat tajam menatap Rey. Dia masih geram lantaran cintanya yang diragukan. Naina berdiri dan melangkah menjauh dari Rey."Aku bahkan tidak tau siapa itu Alex. Ingat ini. Aku masih marah kepadamu, dan aku mau agar kamu bisa mencairkan hatiku. Jika tidak, aku tidak akan kembali kepadamu dan biarkan aku hi
"Tidak mungkin! Itu sangat mustahil !" bentak Bara."Bara, dengarkan aku dulu," ucap Kina lewat telepon. Kina memejamkan mata sebentar menahan rasa kesalnya.Belum selesai dengan perkataannya, Bara sudah memutuskan sambungan teleponnya.Kina menghela napas perlahan menghadapi Bara yang terlihat semakin kacau. Dia melemparkan ponselnya di atas kasur dan duduk bersandar di kursi."Aku tau Bara. Kamu tidak bisa menyembunyikan hal apa pun dariku," ucap Kina.Dia melangkah mendekati jendela dan membuka gorden. Di luar hujan turun dengan lebat. Perlahan sebuah lekukan bibir yang indah terbentuk. Dia pun menutup gorden dan kembali ke atas kasur.Kamar Kina tidak begitu besar dan begitu kecil, tetapi di dalamnya barang-barang tersusun dengan rapi dan apik. Kina adalah orang yang sangat rajin dan juga bersih. Dia tidak bisa melihat hal yang berantakan. Terkadang, dia juga kesal dengan penampilan Bara yang kadang-ka
Naina terus menunggu pesan darinya berharap dia akan mengirimnya sebuah berita baik."Bagaimana dengan bulan madumu?" celetuk Bibi Sri yang tengah menyisir rambut Naina di balkon kamar Naina. Bibi Sri sangat senang sekali menyisir rambut Naina. Naina terus sibuk dengan ponselnya."Na?""Ah, iya, Bi. Ada apa?""Kamu ngeliatin apa, sih? Sampai-sampai nggak merhatiin Bibi ngomong.""Nggak ada apa-apa, Bi. Bibi tadi tanya apa?""Kamu nanti sore mau makan apa?" Bibi Sri mengganti topik pembicaraannya, karena merasa sudah tidak tertarik untuk membicarakan topik awal tadi."Hmm ... Aku ingin sop ayam, Bi. Sop buatan Bibi, 'kan enak."Sebuah notifikasi pesan masuk dan itu dari Alex. Alex: Temui aku jam sepuluh di cafe pelangi. Aku punya kabar baik untukmu. Kedua mata Naina berbinar seperti mendapatkan kabar dirinya memenangkan lotere. Naina: Kenapa tidak sekarang aja? Alex: Kalau kamu bisa sekarang ya nggak apa-apa. Naina langsung berdiri dan membuat Bibi Sri yang sedang memainkan rambu
Bara, Sella, Naina, dan Rey sampai di rumah Pak Wijaya pada malam hari. Mereka menggunakan mobil yang berbeda-beda bersama pasangan masing-masing.Pesan Joy kemarin berisi: Jika kalian ingin terus berjalan dengan tenang dalam hidup, maka datangilah aku di rumah Papa. Aku mempunyai sebuah hadiah besar untuk kalian. Masing-masing akan mendapatkan satu hadiah dariku. Bahkan, kalian mendapatkan pesan yang sama. ***Mereka berempat bersama-sama masuk ke dalam rumah. Mereka mencari Joy di mana-mana. Bahkan, rumah terlihat sangat sepi. Tak ada batang hidung seorang pun yang nampak. "Apa yang Joy mau," batin Bara. Ia terlihat sangat gelisah. Ia takut, apakah Joy menemukan ruang rahasianya. Naina memerhatikan Bara yang terlihat gelisah. Ia pun tersenyum tipis. "Joy!" teriak Rey. "Apa-apaan ini? Apakah kita sedang dipermainkan?" tanya Sella. "Diamlah. Aku sangat kenal Joy," balas Naina. Mereka pun kembali di ruang tamu. Dan tiba-tiba semua lampu mati dan ruangan menjadi gelap. "Lelucon
Alex berhenti memikirkan hal yang terjadi waktu itu. Ia pun memutuskan untuk mengirimkan sebuah pesan kepada Naina. Alex: Maaf, Na. Mungkin selama ini aku telah menjadi seorang monster bagimu. Mungkin sulit untuk mempercayaiku. Tapi percayalah. Aku benar-benar sangat menyesal atas segala perbuatanku selama ini. Maukah kamu memaafkanku? Sebagai balasannya, aku akan memberitahukan dirimu siapa itu pria bertopeng. Dialah yang sudah menghasutku untuk melakukan semua hal yang memalukan dan menjijikan itu. Aku merasa sangat malu sekarang. "Semoga Naina mau membaca pesanku ini," ucap Alex. Naina menghela napas lega membaca pesan dari Alex. Akhirnya, Alex menyadari semua perbuatannya selama ini salah. "Sebenarnya aku masih merasa takut kepada dirimu. Tapi, aku tidak mau menjadi seorang pendendam dan penuh kebencian seperti Bara," batin Naina. Ia pun membalas pesan Alex. Naina: Aku sudah tahu siapa itu pria bertopeng. Saat ini aku sedang bingung apa yang akan aku lakukan untuk melawan diri
Pak wijaya mengumumkan akan membagikan warisan. Hal itu membuat telinga Bara menjadi segar. Inilah yang ia nanti-nantikan selama ini. Bara pun merasa sudah tidak memerlukan Sella lagi sebentar lagi. Sandiwaranya akan segera berakhir dan tamat.Bara menari-nari di dalam ruangan rahasianya sambil bernyanyi gembira. "Inilah yang aku nantikan selama ini. Tinggal dua langkah lagi, aku akan menamatkan semua permainanku selama ini." Bara melangkah mendekati bingkai foto Bu Diana. Bara mengambil bingkai itu dan mengusapnya. "Maafkan aku, Ma. Semua ini harus kulakukan. Aku memang egois. Tapi, ada orang lain yang lebih egois dan kejam melebihi diriku yang membuatku terpaksa melakukan semua ini," ucap Bara. ***Sesudah kejadian Alex yang menculik Naina, pikirannya mulai terbuka.Pada saat dirinya dan Naina berada di dalam kamar Alex. Naina mengatakan sesuatu yang membuat hati Alex menjadi goy
Sudah satu minggu sejak insiden Alex dan Sella yang menculik Naina dan Joy. Hal yang paling aneh menurut Joy adalah, ia diperintahkan untuk tutup mulut tidak menceritakan hal besar itu kepada siapapun, apalagi Rey. Joy pun marah kepada Naina sampai tiga hari, karena itu. Sore ini Naina tengah duduk bersantai di balkon lantai tiga sambil melukis. Sudah lama sekali dirinya tidak melakukan kegiatan itu. Joy mencari Naina di mana-mana dan menemukannya di atas balkon yang sedang duduk melukis Bibi Sri. Bibi Sri terlihat sangat lelah dan pegal, karena harus mempertahankan posisinya supaya tidk berubah. "Apakah ini belum selesai? Kamu ini ngerjain orang tua aja, Na," ucap Bibi Sri. "Sedikit lagi selesai, Bi."Joy berjalan cepat mendekati Naina. Ia pun mengejutkan Naina. "Dor!"Kuas yang sedang dipegang oleh Naina terpelas dari tangannya. Untung saja tidak terkena lukisannya yang sudah jadi. Jika sampai itu mengenai lukisannya, maka
"Sudah dua hari sejak sandiwaramu itu berakhir. Kamu betah berada di sini? Nggak mau pulang?" tanya Naina kepada Joy yang sedang duduk meminum teh di ruang keluarga.Joy meletakkan cangkir di atas meja. "Kakak ngusir aku, nih?""Bukan gitu, Joy." Lantas dia menarik kata-katanya tadi setelah mengingat ancaman Bara. "Eh, kamu lebih baik di sini aja sama kakak. Lagi pula kakak nggak ada temen ngobrol.""Nah, itu dia. Aku juga nggak ada temen di sana. Membosankan berada di rumah sendirian."***Alex dan Sella sedang menunggu Naina di Mall yang biasa dia kunjungi untuk berbelanja. Sudah dua jam mereka menunggu di dalam mobil sampai suntuk. Sella pun sampai tertidur, karena menunggu terlalu lama. "Apakah kamu yakin dia akan ke sini?" Kedua mata Alex berkeliling area parkir. "Ini sudah dua jam dan kita belum melihat tanda-tanda kedatangannya." Alex menoleh ke arah Sella dan melihat Sella yang sedang tertid
Naina terus melangkah maju mencari Bara. Dan tiba-tiba dari belakang ada seseorang yang menepuk pundaknya. Naina terperanjat kaget dan berbalik badan melihat siapa yang menyentuh pundaknya. Matanya membesar ketika melihat Bara yang sedang berdiri di hadapannya saat ini. Bara menarik tangan Naina dan memojokkan dirinya di tembok. Jantung Naina berdegup kencang. Ia merasa sangat takut. Baru pertama kalinya Bara menyentuh dan bersikap seperti itu kepada dirinya. Naina tak bisa mengucap satu patah kata pun. Yang bisa ia lakukan hanya diam membisu, karena merasa ketakutan."Apakah kamu mengikutiku?" tanya Bara. Naina menggeleng. "Nggak, Kak.""Jangan bohong. Ngaku aja."Naina masih tetap teguh pada jawaban pertamanya. "Nggak, Kak.""Semua yang kamu lihat dan kamu dengar itu tidak salah. Itu semua benar. Jadi, apa yang akan kamu lakukan setelah ini?" Naina menjadi berkeringa
Perusahaan Rey saat ini tengah mencapai puncak kejayaan. Dia bisa membuat Sakha Wijaya menjadi peringkat kedua perusahaan keluarga terkaya di Indonesia. Mengetahui hal itu, tentu saja Pak Wijaya merasa sangat bangga kepada putra keduanya itu. Pada pagi ini Pak Wijaya tengah membaca berita lewat ponsel di rumahnya. Dan ia merasa terkejut serta bangga, setelah mengetahui, bahwa keluarganya kini menjadi top dua terkaya di Indonesia.Hal itu membuat Pak Wijaya berencana ingin merayakannya bersama keluarga. ***Setelah Sella pergi dari rumah Rey, ia pun segera mencari seorang suster atau dokter yang mau merawat adiknya di rumahnya. Apalagi yang Joy tunggu? Bukankah Sella telah pergi dari sana? Kenapa dia tidak mengakhiri saja sandiwara ini. Naina masuk ke dalam kamar Joy dan membangunkan dirinya. "Joy ... Joy," panggil Naina sambil menggoyangkan tangan Joy. Joy membuka ke
Rey tak mempedulikan segala perkataan Sella. Rey tetap fokus dengan Naina. Ia pun menggendong Naina dan membawanya ke kamar.Sella terus mengekori Rey dari belakang sambil terus berbicara tanpa henti. Ia berbicara sambil menahan air matanya yang hendak tumpah membanjiri wajahnya."Rey apakah kamu mendengarku? Jawab aku Rey. Aku minta maaf. Bagaimana caranya agar kamu mau memaafkan diriku?" Sella terus mengulangi perkataan itu berkali-kali.Naina menjadi tidak tega melihat Sella yang terus memohon seperti itu. Ia menatap wajah Rey yang menggambarkan dirinya saat ini sedang marah besar. "Rey dengarkanlah Sella," ucap Naina.Rey seperti orang tuli. Ia tak mendengarkan segala perkataan Naina. Ia