Kina berjalan tanpa arah dengan wajah yang sedikit lusuh. Dia menunduk sambil menendang kerikil di sepanjang jalan yang dia lalui.
Akhir-akhir ini cuaca sangat buruk. Kadang cuaca sangat terik, kadang hujan sangat deras disertai angin. Contohnya saja cuaca saat ini. Awalnya, Kina berjalan di siang hari dengan cuaca yang terik. Tiba-tiba saja langit menjadi gelap menghilangkan rasa yang amat panas di siang itu.
Kina merasakan ada satu tetesan air yang jatuh di pipinya. Dia mendongak ke atas dan hujan turun dengan deras. Bukannya menepi untuk berteduh, dia justru tersenyum menikmati hujan. Karena hujan itu disertai angin, hal itu membuat Kina memutuskan untuk mencari tempat berteduh.
**********
"Tolong cepat konfirmasikan ke semua orang, bahwa adik saya tidak bersalah dan dia dijebak. Foto semua buktinya supaya mereka percaya. Saya tidak mau nama baik keluarga saya tercoreng, karena ulah orang yang tidak bertanggung jawab ini," ungkap Bara
Sudah cukup lama Naina dengan Alex tidak saling bertanya satu sama lain. Alex merasa sedikit lelah, karena terus menerus memohon kepada Naina. Akhirnya, dia memutuskan untuk diam dan membiarkan Naina untuk kembali kepadanya sendiri. Alex merasa, bahwa Naina akan kembali kepadanya dengan sendirinya, karena merasa bersalah dan akhirnya meminta maaf kepadanya. Namun sebenarnya, Naina sangat tidak peduli dengan hal itu. Dia merasa biasa saja dengan pertengkaran bersama Alex, karena terlanjur sakit hati. Justru Naina merasa senang, karena bisa bersama dengan Felix alias Rey. "Bisakah selamanya aku berteman denganmu?" tanya Naina kepada Rey. Saat ini mereka berdua tengah asyik duduk bersama di tepi pantai. Jarang sekali Naina mau pergi ke pantai. Rey mengajaknya ke pantai di siang hari. Angin terus berhembus. Kedua kaki mereka sama-sama saling berselonjor. Rey menoleh dan menatap Naina dengan perasaan yang sangat dalam. "Te
Rey meremas ujung bawah bajunya. "Aku sudah tidak tahan lagi untuk mengatakan semua ini," batin Rey.Rey terlihat antusias sekali saat Naina mengajaknya untuk bermain bersamanya sekali lagi. Satu kali lagi mereka bermain dengan pasir yang dibasahi air asin.**********"Bibi, aku sudah tidak tahan lagi untuk memendam semua ini," ucap Rey.Bi Sri berdiri dari kursi dan mendekat ke Rey. "Semua orang sudah tidur. Jika itu keputusanmu, maka baiklah. Besok kita akan mengatakannya. Dengan mengambil keputusan itu berarti kamu sudah siap dengan konsekuensinya.""Iya, Bi aku siap apa pun itu. Aku benar-benar tertekan. Begitu pula dengannya."
Rey menyuruh Naina untuk duduk dan kini dia mulai bercerita sedetail mungkin. Tak ada satu peristiwa pun yang terlewatkan diceritakannya soal kejadian kala itu.Naina terdiam setelah selesai mendengar perkataan Rey. Dia masih merasa kecewa dengan Rey, karena telah meragukan cintanya."Bahkan ketika aku tidak mengetahui siapa dirimu saat masih menyamar, aku masih merasakan kamu itu adalah Rey. Sekecil itu kah, api cintamu?" tanya Naina dengan tertunduk menahan rasa sakit.Rey mengangkat dagu Naina dan berkata, "Tidak. Aku terlalu emosional, karena pada saat itu semuanya sangat membingungkan dan secara tiba-tiba."Sorot mata Naina terlihat tajam menatap Rey. Dia masih geram lantaran cintanya yang diragukan. Naina berdiri dan melangkah menjauh dari Rey."Aku bahkan tidak tau siapa itu Alex. Ingat ini. Aku masih marah kepadamu, dan aku mau agar kamu bisa mencairkan hatiku. Jika tidak, aku tidak akan kembali kepadamu dan biarkan aku hi
"Tidak mungkin! Itu sangat mustahil !" bentak Bara."Bara, dengarkan aku dulu," ucap Kina lewat telepon. Kina memejamkan mata sebentar menahan rasa kesalnya.Belum selesai dengan perkataannya, Bara sudah memutuskan sambungan teleponnya.Kina menghela napas perlahan menghadapi Bara yang terlihat semakin kacau. Dia melemparkan ponselnya di atas kasur dan duduk bersandar di kursi."Aku tau Bara. Kamu tidak bisa menyembunyikan hal apa pun dariku," ucap Kina.Dia melangkah mendekati jendela dan membuka gorden. Di luar hujan turun dengan lebat. Perlahan sebuah lekukan bibir yang indah terbentuk. Dia pun menutup gorden dan kembali ke atas kasur.Kamar Kina tidak begitu besar dan begitu kecil, tetapi di dalamnya barang-barang tersusun dengan rapi dan apik. Kina adalah orang yang sangat rajin dan juga bersih. Dia tidak bisa melihat hal yang berantakan. Terkadang, dia juga kesal dengan penampilan Bara yang kadang-ka
"Sampai kapan pun aku akan selalu mencintainya. Jika aku bisa menemukan seseorang yang jauh lebih baik dari dirinya, maka aku siap untuk melupakan dirinya dan hidup bersama orang lain," batin David sambil berjalan masuk ke dalam Rumah. "Sampai sekarang pun, aku masih belum bisa menemukan mata yang lebih indah dibandingkan mata milikmu.""David! Tunggu aku!" teriak Rose mengejar David."Rose!" teriak Mama Rose.Rose tidak menggubris teriakan mamanya itu. Sedari tadi Mama Rose hanya bisa bersabar mengelus dada menyaksikan drama yang dilakukan oleh David tadi.Tak puas dengan penolakan yang dilakukan David, Rose bersikeras untuk tetap merayu David supaya mau menikah dengannya. Bagaimana Rose bisa mele
Pukul 10.00 Bibi Sri menerima panggilan dari David."Beneran, Bi! Di mana Rey?" balas David."Bibi nggak tau. Tadi pagi Naina sama Rey pergi nggak tau ke mana. Mentang-mentang udah tau semuanya, pacaran mulu.""Cepat, Bi! Sekarang Joy di rumah sakit. Kak Bara juga udah ada di sini.""Iya David ... Jangan buat bibi tambah panik."**************Naina tidur di atas pangkuan Rey. "Jika orang yang kita kenal melihat kita, mungkin mereka akan menduga bahwa kita mempunyai hubungan gelap," celetuk Naina.Sedari tadi Rey terus me
Keesokan paginya, hari-hari berjalan seperti biasa bagi Alex. Tak ada yang spesial dan tak ada yang aneh. Dia sangat kesal, lantaran Naina tidak mau ikut pulang bersamanya kembali ke rumah. Selain itu, dia juga merasa dongkol, karena Naina yang tak mau sekamar dan selalu dekat-dekat dengan supirnya itu, alias Rey.Alex memijat kepalanya dengan pelan. Dia duduk di kursi ruang kerjanya dengan rileks. Tak lama kemudian, Alex mendengar ada suara gaduh. Alex menyatukan alisnya."Duh ... Bisa nggak, sih. Sehari ... Aja hidupku tenang," kesal Alex.Tiba-tiba seorang banci bertubuh tinggi masuk ke dalam ruang kerjanya. Sontak Alex terkejut dan berteriak. "Eh ... Ngapain kamu di sini?! Siapa kamu?!" Alex bersembunyi di balik kursi.
Rey menunduk sambil menahan tawa. Mereka berdua sangat suka saling menggoda satu sama lain. Padahal saat ini mereka sedang dalam masalah. Tetapi, lihatlah. Mereka terlihat begitu santai."Awas kamu, Rey!" batin Naina masih mendelik.Naina berdiri dan merapikan kursi yang ia duduki tadi. Matanya terus menatap Rey dengan tajam.Alex mendongak menatap Naina dan berkata, " Makananmu belum habis. Ada apa?""Aku udah kenyang. Aku mau tidur," ujar Naina mengelus-elus perutnya yang sudah dipenuhi oleh aneka ragam makanan."Ya udah. Yuk, aku antar ke kamar," ucap Alex. Dia berdiri dan hendak merangkul pinggang Naina yang ramping. Namun, Naina menggeser posisinya saat itu supaya tidak dirangkul. Dia merasa geli, jika harus dirangkul oleh Alex.Alex meluruskan tangannya di samping. Dia merasa Naina sepertinya tidak nyaman bersamanya. Lantas, dia pun merasa sedih dan kecewa."Oke, memang aku yang salah. Baiklah