Share

Bab 68

Penulis: Eyn Wija
last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-16 12:39:06

"Jadi, nomor yang nggak aku kenal itu kamu?" Ayra bertanya untuk memastikan lagi. Ia menatap Farid tanpa berkedip.

Farid mengangguk santai. "Bukannya aku bermaksud mau merusak hubungan kalian. Tapi aku kasihan sama kamu, Ra," ungkap Farid dengan tulus.

"Tapi kenapa kamu nggak ngaku aja sih? Aku blokir nomor kamu karena mengganggu pikiranku terus-menerus," ketus Ayra merasa kesal.

"Jhihh, maaf." Farid terkekeh pelan.

"Tapi makasih, ya? Jadi selama ini kamu paham dengan mereka?" Ayra menunjuk ke arah Reti dan Rendra yang tampak masih bercakap di tengah rooftop.

"Iya, aku tahu lah. Dia hamil, 'kan?" Farid mengendikkan bahu menunjuk Reti.

"Aku benar-benar nggak nyangka." Ayra menekan setiap suku kata. Ia enggan berada di sana terus. Lebih baik segera pergi agar kepalanya tidak bertambah pening.

Hari-hari Ayra kian terasa menggelap dan sendu. Sekarang semua orang telah pergi. Ia hanya harus memperkuat diri.

Gadis itu berjalan menuju kelas. Hari ini tidak ada pelajaran khusus yang diajarkan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Goodbye School   Bab 69

    Sebuah makam tengah dikunjungi oleh seorang gadis berseragam SMA. Gadis yang merupakan sahabat dekat dari orang yang kini telah terbaring di dalam tanah. Hanya ada satu orang di sana. Keadaan pemakaman begitu sepi.Ayra berjongkok di sebelah makam milik Fera. Kedua tangannya mengulurkan satu buket bunga yang disusun rapi dan cantik. Ia letakkan di atas gundukan tanah, dekat dengan batu nisan."Bunganya wangi, Fer. Ini bunga yang biasa kamu beli di toko itu. Makasih, ya, udah ngenalin aku ke penjaga toko bunga itu. Itu tandanya, kamu benar-benar sahabat aku yang paling baik. Kamu menganggapku sahabat spesial."Ayra menyunggingkan senyuman meskipun air matanya bergulir berjatuhan. Telapak tangannya meraba batu nisan dan mengusapnya dengan halus. "Terima kasih karena selama ini kamu sudah menjadi bagian dari hidupku. Kamu sahabat berharga yang kumiliki hingga akhirnya kamu pergi. Aku tahu kepergianmu begitu cepat. Namun aku akan belajar ikhlas, Fer.""Ternyata isi surat kamu ada benarnya

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-17
  • Goodbye School   Bab 70

    Ayra menatap layar ponsel di atas kasur hingga berjam-jam. Berharap Attar menghubunginya. Ia bahkan mengabaikan pelajaran yang seharusnya ia pelajari untuk ujian besok hari Senin. Karena besok pagi masih hari Sabtu. Jadi, Ayra merasa santai.Meskipun sudah menunggu begitu lama, kenyataannya tak ada satu kalipun Attar menghubunginya. Ia jadi ragu untuk menggagalkan pernikahan itu. Jangan-jangan Attar memang sudah mantap dengan wanita pilihannya sendiri. Apapun itu, bisakah Ayra tetap menggagalkan acara pernikahan Attar? Jika besok ia benar-benar melakukannya, apakah dirinya berdosa?"Aku harus gimana? Benarkah aku harus menggagalkan pernikahan mereka? Apa aku nggak jahat?" gumam Ayra pelan. Ia memejamkan mata dan mendadak seluruh kenangan bersama Attar di rumah itu menyeruak mengusik pikirannya. Ayra perlahan meneteskan air mata karena merindukan sosok Attar.Ayra juga sangat mengingat jelas ketika Attar menyuruhnya agar putus dengan Rendra. Mungkin sejak itulah Attar sudah tahu dan p

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-17
  • Goodbye School   Bab 71

    Ayra duduk memeluk lutut sembari mengeluarkan air mata bahagia, sedih, takut, dan rasa bersalah. Semuanya bercampur menjadi satu. Ia merasa bersalah karena telah mengganggu acara pernikahan Attar hingga dapat dipastikan pernikahan tersebut benar-benar batal sebab Attar akan datang menemuinya.Di sisi lain, Ayra merasa lega untuk egonya. Ia akan mendapatkan apa yang ia inginkan, sesuai dengan pesan dari Fera. Mungkin pesan itulah yang menuntunnya pada sebuah takdir yang selama ini tidak ada di bayangan Ayra. Membuat keberanian dirinya mengungkapkan kejujuran. Lagipula Ayra tidak bersalah karena sejak dulu Attar pernah mengatakan untuk menikah dengannya. Attar pula memiliki rasa cinta yang lebih besar untuk Ayra daripada untuk Sania.Sementara itu, Attar segera melepas jas pernikahan lalu diletakkan di kursi kosong. Matanya beredar memandang ke sekeliling. Kebetulan, di tempat itu tidak ada orang lain. Ia memakai masker dan kacamata hitam andalannya. Kemudian menyelinap keluar dari ged

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-18
  • Goodbye School   Bab 72

    "Mbak, mempelai prianya di mana, ya? Saya cari nggak ada," tanya salah satu perias pengantin kepada Sania yang masih dirias. Hampir selesai.Sania perlahan menoleh ke sumber suara dengan perasaan biasa-biasa saja. Ia mengira kalau Attar paling pergi sebentar untuk urusan kecil. "Paling ke toilet, Mbak. Tunggu aja." Sania menyahut santai. Ia membalikkan wajah menghadap cermin. Orang di sebelahnya yang bertugas meriasnya pun melanjutkan tugas finishing."Saya sudah menunggu lebih dari tiga puluh menit loh, Mbak. Saya mau nambahin make-up dia sedikit. Tapi saya sudah cari ke mana-mana nggak ada. Tanya sama orang-orang yang hadir di depan pun nggak ada," kekeh wanita berusia tiga puluh tahunan itu yang berdiri di belakang Sania.Sania membuka kedua kelopak mata. Jantungnya seolah direbut paksa dan dibawa pergi. Firasatnya mendadak tidak enak. "Sebentar, Mbak." Sania menginterupsi periasnya agar berhenti dulu merias dirinya. Ia mengambil ponsel yang berada di dalam tas tak jauh darinya.S

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-18
  • Goodbye School   Bab 73

    "Ternyata kamu udah dewasa, Ay. Nggak lihat kamu beberapa minggu aja udah gede." Attar menyadari cara Ayra berbicara layaknya orang dewasa."Hehe. Gara-gara banyak merenung nih, Pak." Ayra menjawab dengan sedikit malu.Attar menautkan jari tangannya dengan jari-jemari tangan milik Ayra. Lelaki itu menaiki tangga ingin menuju kamar Ayra. "Kamarmu di atas?""Iya, Pak." Ayra menjawab sambil mengikuti langkah pria yang berada di sebelahnya. Mereka berjalan bersamaan dengan jemari saling bertautan."Aku mau numpang tidur. Capek," ucap Attar sembari melepas dasi yang masih mengikat di lehernya. Attar merasa sedikit lelah setelah mengemudi mobil selama satu jam lebih. Selain itu, matanya juga lumayan mengantuk.Sesampainya di kamar, Attar melepaskan tautan jemari mereka. Ia lalu mengedarkan pandangan ke seluruh sudut ruang kamar Ayra."Kamarmu rapi banget, Ay." Kemudian mata Attar menuju meja belajar Ayra yang juga sangat rapi. "Kamu nggak belajar? Senin ujian, 'kan?""Aku lagi nggak bisa b

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-18
  • Goodbye School   Bab 74

    Ayra berjalan cepat dan berhasil menarik lengan tangan Rendra serta menghentikan langkah kaki pria tersebut. "Stop, Ren! Kamu nggak berhak urusi kehidupan orang lain!" tegasnya dengan tatapan tajam."Aku masih belum mau putus denganmu, Ra." Suara Rendra tak kalah tegas.Ayra tak mau mendengar apapun lagi dari mulut Rendra. Ia langsung menarik tangan Rendra agar mereka berjalan keluar rumah. Ayra melakukannya dengan amarah yang membumbung tinggi seperti kesetanan. Tenaga Rendra saja kalah jika dibandingkan dengan tenaganya."Lepasin aku, Ra.""Nggak! Pergi kamu dari sini, Rendra!" Ayra sudah berhasil membawa Rendra keluar pintu. Ia pun mendorong sekaligus melepaskan tangan Rendra."Jangan berani-beraninya kamu datang ke sini buat ganggu aku lagi, Ren. Apalagi sampai mengusik Pak Attar.""Ra, kamu tuh bener-bener, ya? Kamu kenapa sih? Tiba-tiba berubah gini? Bukannya dulu kamu cinta mati sama aku?" Rendra hampir menarik kembali tangan Ayra, tetapi berhasil ditepis berkali-kali oleh gadi

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-20
  • Goodbye School   Bab 75

    "Sabar, Sayang. Mungkin Attar memang bukan jodohmu. Masih ada lelaki yang lebih pantas untuk mendapatkanmu.""Tapi dia benar-benar tega mempermalukan aku, Ma. Aku malu sama teman-temanku, sama semua tamu undangan yang aku undang dari luar negeri. Semuanya berantakan!" teriak Sania masih tidak terima dengan pernikahannya yang tiba-tiba batal karena Attar entah berada di mana tidak ada yang tahu.Sania sudah berada di rumahnya. Ia enggan mencari Attar lagi karena sudah lelah. Sempat pergi ke rumahnya Attar tetapi lelaki itu tidak ada di sana. "Aaaa!" Sania berteriak histeris sembari menangis. Ibunya hanya berani berdiri di sebelah gadis itu.Sania duduk di tepi ranjang kamar miliknya. Meratapi gagalnya pernikahan pertama. Sekarang bayang-bayang sikap laku Attar bisa ia mengerti semuanya. Setelah dipikir-pikir, Attar memang tidak berniat menikah dengannya.***Setelah acara makan selesai, Attar meminta Ayra untuk kembali ke rumah Attar seperti semula. Dengan senang hati, Ayra menerima a

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-21
  • Goodbye School   Bab 76

    "Reti? Kamu kenapa?" Seorang wanita menanyakan kondisi anaknya yang tampak kurang sehat. "Nggak papa, Ma." Reti menjawab dan hendak masuk ke kamar. Semula ia baru saja dari luar untuk membeli obat anti mual."Kamu keliatan pucat sama gelisah gitu? Kamu sakit? Kita periksa ke dokter, mau?" Ibunya Reti mendekati putrinya. Namun yang ada, justru ia segera dijauhi oleh Reti."Nggak usah, Ma! Nggak perlu!" seru Reti dan langsung masuk ke kamar bahkan mengunci pintu itu. Membuat ibunya mengernyitkan dahi heran.Tak berhenti di situ, ibunya Reti kembali bersuara sembari mengetuk pintu kamar. "Reti, kamu pasti lagi sakit 'kan, Sayang? Ayo keluar dan kita periksa ke dokter. Jangan bikin mama cemas.""Aku nggak apa-apa, Ma!" Kali ini jawaban Reti membentak keras hingga sang ibunya tersentak."Iya sudah," lirih ibunya Reti dengan perasaan kecewa. Ia berpikir mungkin saja anaknya itu tengah pening memikirkan ujian kelulusan yang akan dilaksanakan hari Senin. Jadi wajar saja kalau gadis tersebut

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-22

Bab terbaru

  • Goodbye School   Bab 136 (SELESAI)

    Bunyi bel rumah membuat Ayra berjalan cepat menuju ke pintu untuk segera membukakannya. “Iya sebentar!” teriaknya sembari menuruni tangga. “Siapa sih, pagi-pagi gini udah ada yang datang? Kalau itu tamu kurang sopan, sih. Tapi kalau Mbok Inah nggak mungkin datang sepagi ini,” gumamnya dengan heran. Pasalnya, tidak biasanya ada orang yang datang ke rumahnya saat hari masih begitu pagi. Langit pun baru terlihat sedikit terang. Ayra meninggalkan Attar yang tadi masih rebahan di kasur. Dia meraih gagang pintu lalu membukanya. Betapa terkejut Ayra saat dia mendapati wajah seorang wanita yang berdiri di depan pintu dengan penampilan lebih menarik dibanding dirinya. Melihat wajah wanita itu, Ayra langsung menahan amarahnya yang seketika menggebu. Ada urusan apa lagi dengan wanita itu? Kendati demikian, Ayra harus belajar untuk bersabar. Dia terpaksa memasang wajah senyum. “Mbak Sania? Ada apa?” Ayra sadar bahwa semenjak mendengar kabar Sania dirawat di rumah sakit, kini sudah berlalu sel

  • Goodbye School   Bab 135

    “Coba jelasin.”“Kok kamu keliatan nggak suka gitu, Mas? Harusnya senang?”“Bu-bukannya aku nggak suka. Tapi aku kaget aja.”“Loh, kaget kenapa, Mas?” Ayra menuntut penjelasan atas reaksi suaminya yang terlihat membingungkan setelah dia menyatakan kalau Attar akan menjadi calon ayah. Seharusnya lelaki manapun akan merasa senang dan bangga mengetahui istrinya yang tengah hamil.“Maksud dari perkataanmu tadi ... kamu hamil?” tanya Attar untuk memastikan kembali.Kepala Ayra mengangguk.“Dari mana kamu tahu?”“Aku udah cek tadi sambil nungguin kamu pulang.”“Loh, tapi ‘kan aku pergi buat beli test pack. Kamu dapat alat itu dari mana?”“Makanya kalau mau apa-apa itu tanya atau bicara dulu sama istrinya. Ya aku masih nyimpen test pack lah! Aku punya stok banyak.” Ayra nyaris dibuat emosi oleh suaminya.“Oh ... jadi ... kamu beneran hamil?” Attar masih saja seperti orang linglung.“Ih! Mas Attar kok gitu reaksinya?!” teriak Ayra sambil memukul dada Attar dengan keras karena benar-benar kesa

  • Goodbye School   Bab 134

    “Ay, sampai sekarang aku merasa masih punya hutang sama dia. Aku merasa sangat bersalah. Aku merasa berdosa karena perbuatanku waktu itu. Aku harap kamu ngerti.” Attar menggigit bibir bawahnya. Menahan rasa gelisah sekaligus cemas. Takut apabila Ayra semakin marah.“Jadi ... kamu diam-diam masih mikirin dia, Mas?” Ayra mengusap air matanya yang menetes lagi, menyapu pori-pori di kulit wajahnya.Hati kecil Attar ingin sekali berteriak. Dia tidak bermaksud seperti itu. Namun dia gagal menyampaikan kepada Ayra dan wanita itu semakin salah paham terhadapnya.“Ay, kenapa kamu mikir sejauh itu?” tanya Attar sembari melangkah, mendekati Ayra. Kemudian perlahan meraih wajah Ayra dan berakhir memeluk tubuh istrinya.Tangis Ayra seketika pecah. Suaranya menggema di ruang tamu, teredam oleh dada Attar. Lelaki itu mempererat pelukannya.“Aku minta maaf. Ini salahku.”“Aku cuma takut kalau kamu diam-diam menjalin hubungan atau punya perasaan dengan wanita lain, Mas. Aku nggak mau sampai itu terjad

  • Goodbye School   Bab 133

    “Dari mana aja kamu, Mas?” tanya Ayra dengan nada dingin.Attar baru saja masuk ke rumah. Dia langsung mematung seketika mendapati istrinya berdiri tak jauh dari meja tamu, dengan posisi membelakanginya. Di sana sudah tidak ada kedua orang tuanya. Kemungkinan besar, ayah dan ibunya Attar sudah masuk ke kamar karena hari sudah berganti menjadi malam. Attar pergi selama kurang lebih dua jam.Keberanian Attar menciut. Terlebih lagi, Ayra terus memunggungi dirinya. Dapat disimpulkan bahwa wanita itu sungguh marah padanya.“Ay, aku habis—”“Siapa yang kamu bayarkan di rumah sakit?” Ayra memotong perkataan Attar dan ucapannya itu membuat sang suami menelan saliva dengan berat.Dari mana Ayra bisa tahu?Kini Ayra berbalik badan. Dia tidak mendengar jawaban dari Attar dan rasa kecewa itu terus menyelimuti hatinya hingga membuat napas Ayra terasa sesak.“Ayo jawab, Mas! Ada yang kamu sembunyiin dari aku? Jangan-jangan ada wanita lain yang diam-diam menjalin hubungan sama kamu di belakangku. Ta

  • Goodbye School   Bab 132

    “Mas? Kamu pergi? Jangan lama-lama, ya?” Ayra menyahut dari kejauhan sana.“Iya, Sayang. Nggak akan lama kok.”“Oke. Aku tunggu di rumah. Setengah jam lagi harus nyampe rumah. Daah.” Ayra mematikan panggilan secara sepihak.Sedang Attar menggigit bibir bawahnya. Perjalanan dia menuju rumah sakit terdekat saja memakan waktu sekitar dua puluh menit. Belum lagi dia harus menggunakan waktunya lagi untuk membeli makanan yang Ayra inginkan. Perjalanan pulang juga kembali memakan waktu.“Aku harus mencari cara supaya Ayra nggak marah. Atau aku harus mencari cara supaya bisa mencari alasan yang masuk akal kenapa aku bisa lama.” Attar bermonolog dalam hatinya.Attar kembali menoleh ke arah Sania. Wanita itu terlihat begitu malang. Ada apa dengan Sania? Mengapa terlihat rapuh seperti itu? Apakah terjadi sesuatu padanya?Attar mengontrol pikirannya. Itu bukan hak dan urusannya. Hanya saja, dia sedikit penasaran atas apa yang terjadi pada wanita yang ditempatkan di jok belakangnya.Dua puluh meni

  • Goodbye School   Bab 131

    “Ayra tidur?” tanya Sarah saat Attar kembali turun ke ruang tamu menemui kedua orang tuanya yang masih duduk di sana.“Iya, Bu. Badannya lagi kurang sehat. Mungkin dia sakit karena kecapekan.” Attar menjawab. Dia mengembuskan napas berat saat mengingat kalau keadaan istrinya saat ini sedang kurang baik meskipun jauh di lubuk hatinya, Attar merasa seperti ada kabar bahagia yang sebentar lagi hadir di rumah tangga mereka.“Jangan-jangan istri kamu nggak enak badan bukan cuma karena perjalanan aja? Gimana kalau ternyata Ayra sedang isi? Coba cek kehamilan,” usul Sarah yang langsung disetujui oleh suaminya.“Aku setuju banget, Bu. Attar, lebih baik sekarang kamu pergi ke apotek terdekat dan beli test pack. Nanti malam coba tes kehamilan. Ayah yakin kalau ini pertanda baik.”Attar mengalihkan perhatiannya ke wajah sang ayah. Dia belum sempat duduk dengan benar, tetapi perkataan ayahnya seakan menggugah hatinya untuk segera pergi ke suatu tempat dan mendapatkan alat kecil yang sedang dibica

  • Goodbye School   Bab 130

    “Udah, Mas. Lepasin. Aku bisa jalan sendiri,” ujar Ayra yang masih berada di gendongan depan suaminya bahkan setelah mereka baru saja tiba di dalam kamar.“Malu?”“Ya iyalah, Mas! Aku malu!” ketus wanita itu.“Tapi sekarang udah nggak ada mereka dan kita udah ada di kamar. Ngapain malu, hm?” Attar perlahan membaringkan tubuh Ayra ke atas tempat tidur. Dia membelai rambut dan wajah Ayra dengan lembut. Posisinya masih membungkuk di atas tubuh sang istri.Kedua insan itu saling bertatapan dengan tatapan yang dalam. Seakan keduanya tengah menciptakan dan menumbuhkan ulang perasaan cinta mereka yang berasal dari hati.“Mas Attar mau langsung turun lagi?” tanya Ayra dengan raut wajah sedih. Jemari tangannya bergerak mencapai pipi Attar. Kemudian menusuk-nusuk pipi Attar dengan pelan.“Kamu nggak mau ditinggal?” Attar menangkup jemari tangan Ayra yang menggelitik kulit pipinya.Kepala Ayra menggeleng. Dia memang tidak ingin ditinggal oleh suaminya karena merasa badannya sedang kurang sehat.

  • Goodbye School   Bab 129

    “Ibu tahu kalau kalian juga pasti nggak sabar ingin punya momongan, ‘kan? Ibu doakan yang terbaik buat kalian. Semoga secepatnya dikasih rejeki berupa anak. Ibu juga udah tahu kalau Attar usianya udah dewasa. Pasti ingn segera punya anak ‘kan?” sejak tadi, wanita bernama Sarah itu tiada henti membahas tentang kehamilan bahkan sampai mereka tiba di rumah.Usai turun dari mobil, Sarah masuk bersama Ayra. Sementara, Attar dan ayahnya sibuk menurunkan barang bawaan selama perjalanannya dengan sang istri.“Ayra, ayo duduk sini. Kenapa dari tadi cuma diam sama senyum aja? Atau jangan-jangan kamu sudah isi ya?” tebak Sarah sambil mendahului duduk di ruang tamu usai mereka tiba di ruang tamu.Ayra pun duduk di hadapan ibu mertuanya. Dia masih belum bisa menjawab seluruh percakapan Sarah karena masih bingung harus menjelaskan bagaimana. Ibu mertuanya sudah terlanjur sangat berharap besar akan kehamilannya, sedangkan sampai kini, Ayra belum merasakan adanya tanda-tanda kehadiran janin di dalam

  • Goodbye School   Bab 128

    Beberapa hari setelah menghabiskan waktunya selama berlibur di Jerman, kini Attar dan Ayra sudah kembali ke tanah air. Mereka pulang ke Indonesia satu hari lebih cepat dari rencana yang telah ditata sebelumnya.Kepulangan suami istri yang memiliki perbedaan umur sepuluh tahun itu di sambut oleh orang tuanya Attar di sebuah bandara di mana mereka mendarat.Karena Ayra baru bertemu dengan orang tuanya Attar saat acara pernikahan dan mereka kurang begitu akrab, wanita itu merasa malu-malu saat ketika akan bertemu kembali untuk yang ke-dua kalinya.“Aku masih malu sama orang tuamu, Mas,” ucap Ayra sambil memeluk lengan tangan Attar. Keduanya berjalan menuju ke titik penjemputan.Sementara, barang-barang mereka dibawakan oleh orang lain yang menyewakan jasa untuk membawakan barang.“Malu kenapa? Jangan malu-malu gitu. Nanti ditagih cucu, loh.” Attar merasa senang tatkala menggoda istrinya.“Ayah sama Ibu ke sini berdua aja?” tanya Ayra untuk memastikan siapa saja yang hendak dia temui nant

DMCA.com Protection Status