Share

Chapter 88

Penulis: JayK
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-13 23:08:01

"Sudah cukup lama, ya. Apakah itu 3 bulan?"

"Aku kira seperti itu. Terima kasih telah menuruti semua keegoisanku."

Seluruh badan mereka yang kaku akhirnya bisa dilembutkan. Di ruangan ini akhirnya mereka bisa bersantai setelah memasang tata krama formalitas yang palsu. Terlebih, di ruangan yang sekarang, mereka mendapatkan lebih banyak privasi untuk bisa bebas berbicara.

"Tidak masalah. Akan sangat bermasalah jika apa yang kamu tulis itu sungguhan dan benar terjadi. Itu bukan sekadar gertakan saja, apakah aku benar?"

Aria tertawa kecil mendengar jawaban Cassia. "Entahlah. Tapi aku rasa aku bisa mengetahui seberapa serius kekaisaran dengan hal itu." Karena memang faktanya permainan politik di benua ini bukan gertakan saja.

Jika pergerakan kekaisaran tidak dapat memuaskan hati Aria, walau ia sangat berharap hubungan kedua negara dapat terjalin dengan baik, dengan berat hati ia akan tetap meruntuhkannya bila kekaisaran tidak menganggapnya dengan serius. Untungnya, hal itu tidak terja
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 89

    Satu minggu setelah kemenangan di Kerajaan Ordioth, Aria dan Florithe kembali lagi ke dalam Death Forest. Tempat mereka tinggal, di sebuah bangunan berbentuk kuil Yunani kuno yang didominasi oleh warna putih dan pilar-pilar yang kokoh. Kepulangan mereka sudah direncanakan sejak sebelum mereka pergi ke kerajaan Ordioth, tapi waktunya terundur karena beberapa hal. Selain itu, destinasi kepulangan mereka juga bertambah. "Sudah lama tidak bertemu, Tuan Aria. Baiklah, mari kita berangkat. Keretanya sudah siap." Aria dan Florithe akan pergi ke ibukota Brimmid, Arrnasche. Mereka yang pulang ke wilayah Count Reginald disambut hangat oleh Reginald sendiri.Tujuannya untuk menambah rasa pertemanan juga menguatkan hubungan yang dibangun. Karena saat ini Aria masih juga menjadi tuan tanah di daerah Ssuane."Oh, Count Reginald. Apakah kau yang menyiapkan ini sendiri?" "Benar. Bagaimanapun, kau adalah tamu spesial. Jika hanya meminjamkan keretaku bukanlah sebuah masalah." Count Reginald meminj

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-14
  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 90

    Kereta Aria sampai pada siang hari. Kereta itu berhenti di sebuah mansion mewah yang sangat luas. Terdapat satu orang yang berjaga di depan mansion tersebut. Orang itu bukalah pelayan, melainkan orang berbadan besar dan pakaian mewah ala bangsawan yang Aria kenali. Itu adalah Ghilmar. Aria dan Florithe disambut langsung oleh Ghilmar saat mereka berdua turun dari kereta yang dipinjamkan oleh Count Reginlad di Rumberg. "Aria! Selamat datang di kediamanku! Aku sudah menunggumu sejak lama." Ghilmar yang sudah menunggu kedatangan Aria sejak lama, tidak bisa menahan rasa ingin bertemu dengan Aria dan langsung mendekati mereka berdua.Tentunya sebagai orang yang mengetahui etika, Aria akan selalu memberikan salam hangat walau mereka berdua sudah saling kenal. "Selamat siang, Tuan Ghilmar. Aku juga sudah lama menantikan hal ini." Setelah saling menyapa dan juga berpelukan, Ghilmar lalu menanyakan keadaan Aria yang susah menempuh perjalanan jauh. "Bagaimana dengan perjalananmu?" Namun sep

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-14
  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 91

    "Daripada membicarakan hal yang berat, aku ingin memberitahumu bahwa Tuan Putri Sylvia sedang tidak berada di sini. Tuan Putri sedang berada di istana sekarang." Mencoba memperbaiki suasana, Ghilmar lalu mengucapkan topik lain untuk dibicarakan.Rasa sedikit kecewa hadir di dalam hati Aria karena tidak bisa langsung bertemu dengan Putri Sylvia. Walau dia mungkin sudah menebak bahwa itu bisa terjadi kapan saja mengingat Sylvia adalah seorang Putri. "Oh, itu sangat disayangkan. Aku ingin berbicara panjang lebar dengannya. Tapi sepertinya aku tidak punya pilihan lain." Ghilmar tertawa dengan keras mencoba tidak membuat Aria sedih. Lalu kemudian dia mengarahkan Aria dan Florithe ke sebuah ruangan yang cukup besar. "Aku tahu kau sedang kelelahan, tapi melemaskan tubuh dengan sebuah teh bukan hal yang buruk, bukan?" Ghilmar melirik ke salah satu pelayan yang dari awal Aria sampai selalu mengikuti Ghilmar di belakang. "Siapkan teh dan juga beberapa makanan manis untuk tamu berharga kita."

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-15
  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 92

    Meski diberi tekanan yang besar oleh badan dan aura Ghilmar, Florithe tidak merasakan tekanan yang dikeluarkan oleh Ghilmar.Dikala kesunyian itu, Ghilmar tiba-tiba tertawa kembali. "Hahaha! Itu sangat menarik. Aku belum pernah menemukan seperti kalian berdua Hahaha! Itu adalah pujian, tenang saja." Ghilmar mengambil cangkir tehnya dan meminumnya. "Kalian berdua saling percaya saat pertama kali bertemu. Aku sempat ragu kalian hannyalah rekan perjalanan biasa." "Hanya itu yang benar. Jika orang lain melihat aku dan Aria seperti itu tidak masalah. Seperti yang dikatakan Tuan Ghilmar, sangat jarang menemukan orang seperti kita. Jika itu bukanlah hal yang umum tentunya orang-orang akan membuat spekulasi yang di luar logika mereka." "Oh! Aku menyukai itu. itu adalah jawaban yang bagus." Jawaban dari Florithe yang lurus dan sangat mudah dipahami sangat membuat Ghilmar senang karena tidak memberikan jawaban yang memutar. Hal tersebut akan membuat lama pembicaraan. Kemudian, waktunya Ghilma

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-15
  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 93

    Sore hari, mansion Grand-duke Ghilmar. Sebuah kereta dengan perhiasan yang indah terparkir di depan mansion milik Ghilmar. Pelayan yang melihat kedatangan kereta itu langsung berlari dengan panik dan segera bergegas keluar untuk menyambut kedatangan seseorang yang berada di dalam kereta tersebut. Namun sebelum semuanya siap, penumpang yang menaiki kereta itu membuka pintu dan langsung turun dari dalam kereta yang dinaikinya, yang membuat para pelayan mau tidak mau bekerja lebih keras untuk segera menyiapkan segalanya. Karena yang datang adalah tuan putri kerajaan ini. Putri Sylvia Genevieve.Di antara banyaknya pelayan perempuan yang menyambut kedatangan Sylvia, ada sosok yang paling mencolok dari semuanya. Dia adalah kepala pelayan yang sudah membantu keluarga Ghilmar selama bertahun-tahun. Kepala pelayan itu adalah pria tua yang sama saat Aria pertama kali mengunjungi mansion keluarga Ghilmar di ibu kota."Selamat datang, Putri Sylvia. Kami di sini siap untuk melayani anda." Sam

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-16
  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 94

    Ghilmar sendiri sebagai kepala keluarga sedang berada di istana untuk bekerja. Dia sudah mengatakan bahwa kerajaan akhir-akhir ini semakin keadaannya membuat ia sibuk sehingga waktu luang miliknya terpotong dan tugasnya sebagai Grand-duke cukup berat. Kedekatan hubungan Aria dengan keluarga Grand-duke Ghilmar juga dengan Putri terlihat di acara makan malam tersebut. Di meja makan yang besar itu, mereka berbicara banyak hal. Namun topik yang paling disukai oleh Putri Sylvia adalah tentang 'cerita fantasi' dunia Aria dulu tinggal. "Dunia tanpa sihir tetapi manusia tetap menjadi makhluk yang dominan di atas tanah. Aku sangat menyukai itu! Mereka menciptakan segala sesuatunya tanpa sihir, bukankah itu sangat hebat? Aku tidak bisa membayangkan bagaimana bisa mereka membuat hal yang mematikan tanpa bantuan sihir." Putri Sylvia yang sangat tertarik dengan semua cerita dunia yang Aria ceritakan, merasa sangat bersemangat dengan topik yang sedang diangkat sebagai dunia fantasi oleh Aria."K

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-16
  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 95

    Saat membuka matanya secara perlahan, dengan samar Putri Sylvia melihat seseorang sedang berdiri dibalik tiang-tiang besi yang terpajang berjajar di depan matanya menggunakan pakaian berwarna putih.Ia juga lalu menyadari ada seseorang lagi di sebelah orang yang pertama ia lihat menggunakan pakaian hitam. Sosok itu sedang duduk dengan santai sambil membaca sebuah buku yang dipegangnya. Putri Sylvia mengenal sosok itu. "Aria?" Sylvia masih merasakan ada sedikit pusing di kepalanya. Namun ia tetap mencoba memanggil nama orang yang ia lihat itu walau dengan nada yang ringkih.Ketika namanya dipanggil, Aria langsung mengabaikan buku yang ia baca dan menjawab panggilan Putri Sylvia. "Oh, Tuan Putri. Kau sudah bangun?" "Ini ... Ada di mana?" tanya Putri Sylvia yang suaranya sangat lemas dan rapuh. Kesadarannya masih belum sepenuhnya pulih, dan pengelihatan yang masih berkunang-kunang. Kepalanya juga masih merasa sedikit sakit sehingga meski dapat mendengar Aria menjawab panggilannya, Putr

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-17
  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 96

    "Oh, sudah mulai ingin berbicara? Benar! Aku bertemu dengan rujid. Namanya sangat cocok dengan kepribadiannya aku pikir." "Apa hubunganmu dengan Rujid?" Mengabaikan jawaban Aria, air mata yang keluar dari mata Putri Sylvia tiba-tiba berhenti tanpa ada yang keluar lagi. Ekspresinya menjadi lebih serius saat ini dan tidak menunjukkan kesedihan yang sebelumnya terlihat jelas di wajahnya."Tidak ada. Aku dan Florithe hanya kebetulan bertemu dengannya dan kau tahu bagaimana pasukan itu dimusnahkan, bukan? Kau pastinya kesal dengan orang itu bukan? Maaf saja, ya aku telah menjadi kakak yang buruk." Aria menjelaskannya secara detail sambil mengejek putri yang ada di depan matanya.Tiba-tiba ekspresi marah langsung muncul di wajah tuan putri. Emosi di dalam dirinya seketika meluap keluar dengan intensitas tinggi."SIALAN! SIALAN! SIALAN! KAU! JADI KAU! JADI KAULAH ORANGNYA SELAMA INI ARIA!" Putri Sylvia berteriak sambil mencoba menerjang ke arah Aria. Namun semua tindakan yang dilakukannya s

    Terakhir Diperbarui : 2022-11-17

Bab terbaru

  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 112 [Tamat]

    Matahari kembali memperlihatkan sosoknya yang agung. Dia begitu bersinar dan nampak cerah dengan cahaya alaminya. Di pagi hari ini, wajah para pasukan aliansi kembali pada titik mereka bisa tersenyum setelah melewati malam yang begitu mengerikan. Saat pemimpin mereka melawan paus keimanan, mereka diserbu oleh pasukan musuh yang tidak mempunyai nyali ataupun takut di dalam diri mereka. Beberapa teman yang mereka kenal lama atau baru kenal saat di perjalanan mati dengan keadaan mengenaskan. Setelah pertempuran semalam, mereka memutuskan untuk berkabung sebentar saat itu juga, karena tidak banyak waktu lagi bagi mereka untuk bergerak. Raja Aria dan Ratu Brimmid sebenarnya sudah memutuskan untuk mereka beristirahat dan menjaga kota, tapi para pasukan akan merasa sangat tidak termotivasi jika tidak ikut dengan pemimpin mereka. Meneriakkan kemenangan bersama dengan para pemimpin adalah salah satu motivasi mereka agar tidak terpuruk sesudah pertempuran. Jasad Paus Keimanan tidak dapat

  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 111

    Lalu kemudian Gillechrìosd merasakan rasa takut yang besar, tapi dirinya tidak bisa merespons hingga akhirnya tanpa ia sadar, wajahnya sudah mencium tanah dengan keras. "Mhmffuu!" Serangan itu berasal dari Aria. Dia menenggelamkan wajah Gillechrìosd dengan kekuatannya sendiri hingga menghantam dan menghancurkan tanahnya. Setelah memberikan serangan, Aria lalu membawa Ninelie ke tempat yang aman dan mematikan sihir cahaya yang berakibat fatal bagi Ninelie. Dengan sihir yang sudah dimatikan, Ninelie yang tidak berdaya masih bisa belum merespons. "Florithe." ucap Aria untuk memberikan tindakan khusus."Ya." Florithe dengan segera datang dan menyembuhkan Ninelie. "Aku tidak menyangka dia bisa mengubah darah menjadi senjata." Sambil menyembuhkan Ninelie, Aria memulai percakapan. Mengingat jarang sekali melihat sihir yang identik, ia tidak bisa menahan rasa penasarannya.Florithe juga tidak keberatan. Konsentrasinya tidak mudah luntur hanya dengan percakapan biasa. "Itu adalah kemampua

  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 110

    Gillechrìosd menatap tajam ke arah Aria yang menunjukkan posisi sedikit tertunduk, seakan menahan rasa sakit serangan miliknya. Dari jari tengah tangan kanannya, dia melihat darah menetes ke tanah. "Jadi aku masih terkena serangannya." umpat dirinya lalu, Gillechrìosd mendecak. "Itu membuatku kesal." Gillechrìosd menghapus darahnya lalu melangkah ke mendekati Aria yang masih belum bergerak. "Baiklah, kau tidak sedang tidur sekarang, bukan? Mari kita lanjutkan pestanya." Gillechrìosd melebarkan kalung yang ia lilitkan di tangan kanannya sambil membaca mantra. Tangan kanannya kini dikelilingi oleh lingkaran sihir tiga lapis berwarna biru dengan kalung lambang agamanya yang ikut bersinar. "Ini akan menjadi sesuatu yang bagus saat otakmu meleleh. Holy Fire!" Tangan kanan Gillechrìosd langsung diselimuti oleh api berwarna biru putih menggantikan lingkaran sihirnya. Namun lagi-lagi, tanpa dirinya sadar, seseorang menyerang dirinya sekali lagi. Tapi ia dapat merasakan serangan itu saat

  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 109

    Berdiri di antara pasukannya, Gillechrìosd memasang senyum segar di wajahnya. Badannya masih dalam posisi yang sempurna. Goresan serta lecet dan beberapa luka yang ia dapatkan saat pertarungan melawan Aria hilang tanpa jejak. Tatapan matanya begitu tinggi dan mengejek sosok lawannya yang ia pikir berdosa. Gillechrìosd menilai mereka semua adalah sampah yang seharusnya dewanya tidak ciptakan. Tidak ada sifat mulia bahkan dengan berani menginjakkan kakinya di tempat suci untuk peribadatan. "Untuk seorang raja baru dari kerajaan Ordioth, kau lumayan." Dari nadanya, siapapun bisa mendengar bahwa nada itu adalah nada ejekan yang diberikan kepada Aria. "Bahkan setelah melawan tubuh keduaku ... Mungkin hanya kau yang bisa membuatnya tidak sadarkan diri." Gillechrìosd mengocehkan kehebatannya dengan gerak gerik seorang bangsawan yang memiliki kekuasaan absolut. Dengan postur tubuh yang bagus dan wajah yang tampan, Gillechrìosd masuk dalam jajaran kedua orang yang dibenci oleh Aria setel

  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 108

    Di depan mereka, berseberangan dengan tempat mereka berdiri, muncul dari kegelapan bayangan, disinari dengan sedikit cahaya bulan, terdapat seorang pria menggunakan baju pendeta, sama seperti yang dikenakan para paus yang ditemukan oleh Aria sebelumnya. Tetapi pria itu memiliki banyak hiasan keagamaan yang menempel di pakaiannya. Terdapat rantai, kalung, juga buku yang menempel pada baju pendetanya. Rambut pria itu panjang dan berwarna keemasan. Tubuhnya tinggi juga proporsional. Dilihat dari kulitnya, usia orang itu terbilang sangat muda dibandingkan dengan paus lainnya yang ada di teokrasi. Ninelie yang melihat itu langsung masuk dalam mode siaga untuk bertempur. "Hati-hati. Dia sangat kuat." "Sangat kuat? Dia?" Aria yang diberi peringatan oleh Ninelie bertanya kembali untuk memastikan.Ninelie kembali membalasnya sambil mempertahankan sikap siaganya. "Ya, meskipun penampilannya terlihat seperti itu dia adalah orang yang terkuat di Teokrasi." "Jadi itu bukan Paus Keberanian?"

  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 107

    Setelah membunuh karakter yang Aria pribadi benci, Aria bersama dengan Florithe keluar dari dalam gedung melewati puing-puing bangunan yang hancur, efek dari serangan pedang Arthur yang bertabrakan dengan pelindung sihir milik Aria. Matahari di sana sudah melumpuhkan warna oranye, dan bayang-bayang bangunan di sekitar taman utama mencerminkan waktunya untuk istirahat dari segala aktivitas. Tetapi taman itu sudah sunyi. Tidak ada satupun aktivitas terasa di taman utama teokrasi yang menjadi pusat dari segala acara keagamaan. Aria yang masih di sekitar gedung itu melihat ke arah matahari dengan mata yang penuh dengan keinginan kuat. Tetapi secara visual matanya hanya menatap keindahan matahari itu. Menjadikan balas dendam sebagai alasan utama ketidakbergunaan diri sendiri berjalan di atas dunia. Dan yang membuat itu semakin buruk, karena menjadikan aksi selingkuh tunangannya sebagai alasan utama. Benar-benar bodoh sekali. Angin berembus yang membuat pakaian Aria dan Florithe mengik

  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 106

    Aria menuju salah satu bangunan di pusat taman Teokrasi. Bangunan itu memiliki sebuah kubah sebagai atapnya. Interiornya mewah dengan berbagai lukisan serta patung yang terbuat dari emas. Di sana, ia pergi ke salah satu ruangan dengan pintu masuk yang berbeda dari pintu lainnya yang ada di bangunan itu. Ruangan itu dipenuhi oleh buku yang tertata, namun tidak begitu rapi di rak yang seluruhnya menyatu dengan tembok. Buku-buku tebal dan berwarna dengan jumlah yang banyak, hingga beberapa diletakkan di lantai. Ketika dia masuk, dia melihat seseorang sedang membaca salah satu buku yang cukup tebal. Aria tidak menyerang itu karena ia sepertinya mengenal sosok tersebut. Intuisinya tidak salah. Dengan santai ia masuk bersama Florithe dan menyapa, "Sudah lama tidak bertemu, Arthur." Arthur yang ada di di depannya memakai pakaian putih layaknya paladin di kekaisaran, namun lebih mewah layaknya seorang prajurit. Arthur melihat ke arah Aria dan menutup bukunya, "Ya, sudah lama tidak be

  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 105

    Namaku adalah Arthur. Aku dilahirkan di desa kecil di kerajaan Brimmid. Ayahku bekerja sebagai tukang pemotong kayu di hutan sekitar desa. Sedangkan ibu, ibu hannyalah seorang ibu rumah tangga biasa. Mereka sangat baik kepadaku. Ayah selalu menyemangatiku dan tidak pernah bosan untuk bisa membuatku gembira. Begitu juga dengan ibu, ibu selalu dapat menenangkanku kapanpun aku merasa butuh. Setiap aku menangis, ibu selalu ada dan memelukku. Saat umurku sudah menginjak 4 tahun, Aku melihat ibu menangis. Ibu bilang bahwa Ayah akan pergi sangat lama. Butuh waktu sekitar satu tahun hingga akhirnya aku menyadari kalau ayah telah meninggal. Aku mendengar percakapan orang-orang di desa kalau banyak monster berkeliaran di dalam hutan. Kemudian, aku tidak sengaja mendengar ayahku yang menjadi salah satu korbannya. Mereka bilang, ayah mati karena dimakan oleh sekumpulan serigala yang besar saat menebang pohon. Aku kemudian mengingat saat waktu itu, banyak orang berkumpul di depan rumah. M

  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 104

    "Garban telah dikalahkan katamu!!?" Empat paus yang berada di dalam ruangan sebuah gereja yang juga menyatu sebagai kastil di wilayah paus kasih sayang, mengatakan hal yang serupa dengan nada tidak percaya. Empat paus itu duduk di meja bundar. Dari sebelah kanan, mereka adalah Ailpein Caisidei sang Paus Kebajikan, Gilleathain Kendrick sang Paus Kebaikan, Fionnghal-Taog Duffs sang Paus Ketaatan, dan Fearchar Kavanaugh sang Paus Kasih Sayang. Mereka semua ada dan menunggu di sini hanya satu alasan; mendapatkan kabar baik dari Garban Lewis, sang Paus Ketaatan, yang berharap dapat mempertahankan tembok kokoh mereka. Namun setelah keyakinan yang tinggi, apa yang mereka dengar dari salah satu bawahan mereka, yang mereka suruh untuk memberi informasi hannyalah kekalahan total. "Apa kau serius tentang itu?" ucap salah satu dari Paus di sana masih tidak mempercayainya.Sang pembawa pesan hanya bisa berlutut dan menghadap ke bawah sambil gemetar berhadapan dengan para paus. "Y-ya, tidak sal

DMCA.com Protection Status