"Sudah cukup lama, ya. Apakah itu 3 bulan?" "Aku kira seperti itu. Terima kasih telah menuruti semua keegoisanku." Seluruh badan mereka yang kaku akhirnya bisa dilembutkan. Di ruangan ini akhirnya mereka bisa bersantai setelah memasang tata krama formalitas yang palsu. Terlebih, di ruangan yang sekarang, mereka mendapatkan lebih banyak privasi untuk bisa bebas berbicara."Tidak masalah. Akan sangat bermasalah jika apa yang kamu tulis itu sungguhan dan benar terjadi. Itu bukan sekadar gertakan saja, apakah aku benar?" Aria tertawa kecil mendengar jawaban Cassia. "Entahlah. Tapi aku rasa aku bisa mengetahui seberapa serius kekaisaran dengan hal itu." Karena memang faktanya permainan politik di benua ini bukan gertakan saja. Jika pergerakan kekaisaran tidak dapat memuaskan hati Aria, walau ia sangat berharap hubungan kedua negara dapat terjalin dengan baik, dengan berat hati ia akan tetap meruntuhkannya bila kekaisaran tidak menganggapnya dengan serius. Untungnya, hal itu tidak terja
Satu minggu setelah kemenangan di Kerajaan Ordioth, Aria dan Florithe kembali lagi ke dalam Death Forest. Tempat mereka tinggal, di sebuah bangunan berbentuk kuil Yunani kuno yang didominasi oleh warna putih dan pilar-pilar yang kokoh. Kepulangan mereka sudah direncanakan sejak sebelum mereka pergi ke kerajaan Ordioth, tapi waktunya terundur karena beberapa hal. Selain itu, destinasi kepulangan mereka juga bertambah. "Sudah lama tidak bertemu, Tuan Aria. Baiklah, mari kita berangkat. Keretanya sudah siap." Aria dan Florithe akan pergi ke ibukota Brimmid, Arrnasche. Mereka yang pulang ke wilayah Count Reginald disambut hangat oleh Reginald sendiri.Tujuannya untuk menambah rasa pertemanan juga menguatkan hubungan yang dibangun. Karena saat ini Aria masih juga menjadi tuan tanah di daerah Ssuane."Oh, Count Reginald. Apakah kau yang menyiapkan ini sendiri?" "Benar. Bagaimanapun, kau adalah tamu spesial. Jika hanya meminjamkan keretaku bukanlah sebuah masalah." Count Reginald meminj
Kereta Aria sampai pada siang hari. Kereta itu berhenti di sebuah mansion mewah yang sangat luas. Terdapat satu orang yang berjaga di depan mansion tersebut. Orang itu bukalah pelayan, melainkan orang berbadan besar dan pakaian mewah ala bangsawan yang Aria kenali. Itu adalah Ghilmar. Aria dan Florithe disambut langsung oleh Ghilmar saat mereka berdua turun dari kereta yang dipinjamkan oleh Count Reginlad di Rumberg. "Aria! Selamat datang di kediamanku! Aku sudah menunggumu sejak lama." Ghilmar yang sudah menunggu kedatangan Aria sejak lama, tidak bisa menahan rasa ingin bertemu dengan Aria dan langsung mendekati mereka berdua.Tentunya sebagai orang yang mengetahui etika, Aria akan selalu memberikan salam hangat walau mereka berdua sudah saling kenal. "Selamat siang, Tuan Ghilmar. Aku juga sudah lama menantikan hal ini." Setelah saling menyapa dan juga berpelukan, Ghilmar lalu menanyakan keadaan Aria yang susah menempuh perjalanan jauh. "Bagaimana dengan perjalananmu?" Namun sep
"Daripada membicarakan hal yang berat, aku ingin memberitahumu bahwa Tuan Putri Sylvia sedang tidak berada di sini. Tuan Putri sedang berada di istana sekarang." Mencoba memperbaiki suasana, Ghilmar lalu mengucapkan topik lain untuk dibicarakan.Rasa sedikit kecewa hadir di dalam hati Aria karena tidak bisa langsung bertemu dengan Putri Sylvia. Walau dia mungkin sudah menebak bahwa itu bisa terjadi kapan saja mengingat Sylvia adalah seorang Putri. "Oh, itu sangat disayangkan. Aku ingin berbicara panjang lebar dengannya. Tapi sepertinya aku tidak punya pilihan lain." Ghilmar tertawa dengan keras mencoba tidak membuat Aria sedih. Lalu kemudian dia mengarahkan Aria dan Florithe ke sebuah ruangan yang cukup besar. "Aku tahu kau sedang kelelahan, tapi melemaskan tubuh dengan sebuah teh bukan hal yang buruk, bukan?" Ghilmar melirik ke salah satu pelayan yang dari awal Aria sampai selalu mengikuti Ghilmar di belakang. "Siapkan teh dan juga beberapa makanan manis untuk tamu berharga kita."
Meski diberi tekanan yang besar oleh badan dan aura Ghilmar, Florithe tidak merasakan tekanan yang dikeluarkan oleh Ghilmar.Dikala kesunyian itu, Ghilmar tiba-tiba tertawa kembali. "Hahaha! Itu sangat menarik. Aku belum pernah menemukan seperti kalian berdua Hahaha! Itu adalah pujian, tenang saja." Ghilmar mengambil cangkir tehnya dan meminumnya. "Kalian berdua saling percaya saat pertama kali bertemu. Aku sempat ragu kalian hannyalah rekan perjalanan biasa." "Hanya itu yang benar. Jika orang lain melihat aku dan Aria seperti itu tidak masalah. Seperti yang dikatakan Tuan Ghilmar, sangat jarang menemukan orang seperti kita. Jika itu bukanlah hal yang umum tentunya orang-orang akan membuat spekulasi yang di luar logika mereka." "Oh! Aku menyukai itu. itu adalah jawaban yang bagus." Jawaban dari Florithe yang lurus dan sangat mudah dipahami sangat membuat Ghilmar senang karena tidak memberikan jawaban yang memutar. Hal tersebut akan membuat lama pembicaraan. Kemudian, waktunya Ghilma
Sore hari, mansion Grand-duke Ghilmar. Sebuah kereta dengan perhiasan yang indah terparkir di depan mansion milik Ghilmar. Pelayan yang melihat kedatangan kereta itu langsung berlari dengan panik dan segera bergegas keluar untuk menyambut kedatangan seseorang yang berada di dalam kereta tersebut. Namun sebelum semuanya siap, penumpang yang menaiki kereta itu membuka pintu dan langsung turun dari dalam kereta yang dinaikinya, yang membuat para pelayan mau tidak mau bekerja lebih keras untuk segera menyiapkan segalanya. Karena yang datang adalah tuan putri kerajaan ini. Putri Sylvia Genevieve.Di antara banyaknya pelayan perempuan yang menyambut kedatangan Sylvia, ada sosok yang paling mencolok dari semuanya. Dia adalah kepala pelayan yang sudah membantu keluarga Ghilmar selama bertahun-tahun. Kepala pelayan itu adalah pria tua yang sama saat Aria pertama kali mengunjungi mansion keluarga Ghilmar di ibu kota."Selamat datang, Putri Sylvia. Kami di sini siap untuk melayani anda." Sam
Ghilmar sendiri sebagai kepala keluarga sedang berada di istana untuk bekerja. Dia sudah mengatakan bahwa kerajaan akhir-akhir ini semakin keadaannya membuat ia sibuk sehingga waktu luang miliknya terpotong dan tugasnya sebagai Grand-duke cukup berat. Kedekatan hubungan Aria dengan keluarga Grand-duke Ghilmar juga dengan Putri terlihat di acara makan malam tersebut. Di meja makan yang besar itu, mereka berbicara banyak hal. Namun topik yang paling disukai oleh Putri Sylvia adalah tentang 'cerita fantasi' dunia Aria dulu tinggal. "Dunia tanpa sihir tetapi manusia tetap menjadi makhluk yang dominan di atas tanah. Aku sangat menyukai itu! Mereka menciptakan segala sesuatunya tanpa sihir, bukankah itu sangat hebat? Aku tidak bisa membayangkan bagaimana bisa mereka membuat hal yang mematikan tanpa bantuan sihir." Putri Sylvia yang sangat tertarik dengan semua cerita dunia yang Aria ceritakan, merasa sangat bersemangat dengan topik yang sedang diangkat sebagai dunia fantasi oleh Aria."K
Saat membuka matanya secara perlahan, dengan samar Putri Sylvia melihat seseorang sedang berdiri dibalik tiang-tiang besi yang terpajang berjajar di depan matanya menggunakan pakaian berwarna putih.Ia juga lalu menyadari ada seseorang lagi di sebelah orang yang pertama ia lihat menggunakan pakaian hitam. Sosok itu sedang duduk dengan santai sambil membaca sebuah buku yang dipegangnya. Putri Sylvia mengenal sosok itu. "Aria?" Sylvia masih merasakan ada sedikit pusing di kepalanya. Namun ia tetap mencoba memanggil nama orang yang ia lihat itu walau dengan nada yang ringkih.Ketika namanya dipanggil, Aria langsung mengabaikan buku yang ia baca dan menjawab panggilan Putri Sylvia. "Oh, Tuan Putri. Kau sudah bangun?" "Ini ... Ada di mana?" tanya Putri Sylvia yang suaranya sangat lemas dan rapuh. Kesadarannya masih belum sepenuhnya pulih, dan pengelihatan yang masih berkunang-kunang. Kepalanya juga masih merasa sedikit sakit sehingga meski dapat mendengar Aria menjawab panggilannya, Putr