Share

Chapter 4

Penulis: JayK
last update Terakhir Diperbarui: 2022-09-29 10:26:17

Di depan sebuah tembok besar, meski tidak sebesar sebelumnya, terdapat kereta dengan dua kuda serta beberapa kotak anggur berlabel Margins Co., berhenti di pinggir pos keamanan gerbang menuju dalam kota Rumberg.

Kota ini dikelola oleh seorang Count yang kota tersebut menjadi salah satu jalur perdagangan, sehingga banyak sekali orang yang keluar masuk ke kota ini.

Penduduk di kota ini juga lumayan banyak, dengan mayoritas warganya adalah anggota dari guild petualang.

Setelah beberapa hari menempuh perjalanan panjang, Magnius dan Aria saat ini suda sampai di gerbang kota Rumberg.

Saat ini mereka sedang dalam tahap pengecekan barang dan itu tidak berlangsung lama, terutama karena Magnius yang cukup terkenal di kota Rumberg.

"Pemuda ini adalah kerabatku."

Mendengar ucapan Magnus, para penjaga membiarkan mereka berdua masuk. Setelahnya, atas permintaan Aria, Magnius memberhentikan Aria di depan guild petualang.

"Kenapa kau ingin berhenti di sini?" tanya pria gemuk itu bingung.

"Aku butuh identitas yang pasti, Magnius."

Bingung, Magnius kembali berkata, "Selama kau bersamaku, kau tidak perlu. Aku bisa menjamin identitasmu, anak muda."

Proposal itu jelas ditolak mentah-mentah oleh Aria. Entahlah, walau Magnius terlihat baik sekarang, firasatnya mengatakan bisa saja dia akan berusaha mengendalikan Aria, kan? 

"Setidaknya aku ingin melihat yang lain," ujar Aria.

Aria meneguhkan mentalnya. Dia tidak bisa terus bersama  Magnius yang sesekali berhenti di desa yang dipenuhi perempuan-perempuan cantik. Bagaimanapun, Aria adalah pria normal dan ingin menikahi seorang wanita nantinya! Dia tidak boleh terlibat bersama banyak wanita! Nanti, dia ketagihan.

Lagipula, hati Aria sudah cukup senang karena bisa melanjutkan pekerjaannya. Aria kemudian berpamitan dengan Magnius dan memasuki sebuah bangunan yang selalu ingin dikunjunginya sejak keanehan telah menimpa dirinya beberapa hari yang lalu.

Bangunan yang dimasuki Aria adalah bangunan yang cukup besar dengan dua lantai jika dilihat hanya dari desain luarnya saja.

Saat memasukinya, ruangan luas langsung terlihat dengan meja bundar di kanan dan kiri.

Meja-mejanya banyak sudah dipenuhi oleh orang dan yang lainnya sedang berdiri.

Masing-masing mereka sibuk mengobrol satu sama lainnya dan tidak memperhatikan siapa yang masuk dan keluar di guild ini.

Aria berani menebak bahwa mereka adalah kelompok yang sudah terbentuk.

Memasuki lebih dalam, Aria bisa melihat tangga yang juga ada di kanan dan kiri bangunan ini. Keduanya memiliki cabang kanan dan juga kiri.

Mayoritas warna yang ada di dalam bangunan adalah coklat yang nampaknya itu adalah warna alami dari kayu. Meski terbuat dari kayu, bangunan ini terlihat sangat kokoh dan dapat menampung banyak orang sekaligus.

Puas melihat pemandangan dalam bangunan, Aria kemudian berjalan lurus ke depan.

Di sana terdapat meja panjang dan seorang wanita yang berbeda pakaiannya. Itu adalah resepsionis yang sedang bertugas di guild ini. "Selamat datang, apa ada yang bisa saya bantu?" 

"Apakah aku bisa mendaftarkan diri sebagai petualang di sini?"

"Ya, apakah Anda baru di kota ini?"

Aria mengangguk.

"Kalau begitu, tunggu sebentar. Biarkan saya ambilkan untuk formulir pendaftarannya."

"Baik."

Selagi Aria menunggu sang resepsionis mengambil kertas formulir untuknya, Aria teringat dengan saat waktu pertama kali memainkan Godtales ini.

Waktu itu, dia tidak merasakan perasaan apa pun. Namun, jika dihadapkan langsung seperti ini, Aria merasa jengkel langkahnya harus dimulai dari awal kembali.

Perasaan bagaimana pertama kali ia dibunuh oleh orang lain, sampai ditipu oleh orang yang tidak bertanggung jawab saat melakukan pembelian item secara real life meski itu adalah perbuatan ilegal. Wajahnya kini menunjukkan ia merasa lelah dengan waktu-waktu tersebut.

Ingin melupakan hal tersebut, Aria kembali menatap ke arah tempat resepsionis itu bekerja. Ia memerhatikan dengan serius sang resepsionis, sampai ia tidak menyadari bahwa ia sudah dipanggil untuk mengisi formulirnya.

"Tolong disimak baik-baik."

Setelah sadar dan sang resepsionis menjelaskan tata cara melakukan pengisian, Aria kemudian menulis dengan bahasa yang aneh dan tidak pernah ia lihat sebelumnya.

Informasi dasar seperti nama dan umur ada di sana. Setelah selesai, sang resepsionis memberikan sebuah kertas perjanjian yang di dalamnya menyatakan bahwa jika terjadi sesuatu kepada para petualang, atas kesalahannya sendiri, guild tidak akan bertanggung jawab.

Dan jika terbukti melakukan kecurangan, sang petualang harus membayar denda yang sudah tertuang dalam peraturan guild.

Kemudian dengan membayar 5 perak dan 2 perunggu, registrasi telah selesai dilaksanakan.

"Terima kasih atas pendaftarannya, kini anda sudah terdaftar ke dalam anggota guild Kota Rumberg. Peringkat anda saat ini adalah Bronze, dan akan bertahap naik menuju Silver, Gold, Ruby, kemudian Black Diamond, secara bertahap setiap anda melakukan misi naik level ataupun melakukan misi yang ditentukan oleh guild. Apakah ada pertanyaan?"

"Bagaimana dengan levelku saat ini?"

"Maaf? Bisa Anda ulangi?"

"Aku ingin mengetahui levelku saat ini."

Sang resepsionis memasang wajah kebingungan, dan tak berlangsung lama, sang resepsionis menjawab. "Apakah yang anda maksud mengenai peringkat anda? Seluruh petualang baru akan ditempatkan di Bronze tidak ada pengecualian."

Aria memasang wajah yang biasa saja meskipun ia tidak puas dengan jawaban yang ia terima.

Aria ingin memikirkannya lebih jauh lagi, namun ia harus menahan itu karena ia akan menganggu orang lain yang ingin berurusan dengan resepsionis.

"Baiklah aku mengerti. Tidak ada lagi yang ingin aku tanyakan."

"Baik, kalau begitu silakan anda memakai pin ini. Pin ini akan bertambah lengan bintangnya sejalan dengan peringkat anda. Dimohon untuk tetap menjaga pin tersebut, jika hilang anda harus membelinya dengan yang baru seharga 2 silver."

Sang resepsionis kemudian memberikan pin yang seperti lencana perang berbentuk bintang tersebut ke Aria.

Lencana itu akan bertambah lengan bintangnya sesuai dengan peringkat yang telah dicapai, dan akan ditambahkan saat kenaikan peringkat.

Kemudian Aria memakaikan pinnya di jubahnya. Saat ini dia merasa seperti bergabung dengan militer dan mendapatkan lencana pertamanya.

"Kalau begitu, Nyonya Resepsionis. Apakah ada sebuah misi yang cocok bagiku?"

"Tentu, aku sudah membawanya untuk berjaga-jaga. Ini adalah misi rekomendasi untukmu."

Sang resepsionis langsung memberikan sebuah kertas misi kepada Aria. Tertulis di sana adalah misi untuk mengumpulkan tanaman obat di dekat Desa Ssuane. Desa yang terletak di ujung barat daya Kerajaan Brimmid.

"Lebih tepatnya, di mana aku harus mencari tanaman obat yang dicari?"

"Mereka ada di sebuah hamparan taman bunga alami yang luas. Kau bisa mengambil banyak jenis tanaman obat, tidak mengkhususkan hanya satu jenis saja, karena itu saya pikir misi ini cocok untuk anda."

Aria kemudian berpikir sejenak dan kemudian dia teringat satu benda yang sangat penting untuk dirinya. Benda itu adalah peta!

"Apakah kalian mempunyai peta?"

"Ya, peta apa yang anda inginkan? Peta kerajaan atau peta keseluruhan benua?"

"Aku ingin mengambil peta benua."

"Dimengerti, mohon untuk menunggu sebentar," ucap Nyonya resepsionis.

Bagi Aria, peta adalah sumber informasi yang nyata dan penting. Selama ia bermain Godtales, fungsi map selalu ia gunakan karena sangat fungsional.

Dengan adanya peta, Aria bisa merencanakan sesuatu dengan wilayah yang bisa dilihat di mal dan itu membuat Aria lebih cepat mendapatkan banyak bahan dan rare item di Godtales.

"Terima kasih telah menunggu. Ini adalah peta untuk benua, harganya 25 silver 1 perunggu."

Sang resepsionis memberikan Aria sebuah lembaran kulit yang ukurannya cukup luas sehingga bisa menutupi seluruh wajah manusia. Lembaran kulit tersebut digulung dan diikat menggunakan pita biru agar muda untuk ditata dan disimpan.

Aria lalu membayar uang untuk peta yang dibelinya.

Meskipun hanya terbuat dari kulit, Aria terpaksa menggunakan sumber daya yang terbatas karena matinya fungsi peta akibat dari musibah yang dialaminya. Itu lebih baik daripada tidak memiliki sama sekali bagi Aria.

Kemudian sebelum pergi Aria menanyakan satu hal kepada sang resepsionis, "Apakah tempat itu ramai?"

"Biasanya hanya penduduk setempat saja yang berada di sana. Yang saya dengar sudah sangat jarang ada yang mendatangi tempat tersebut."

"Aku akan menerima misi ini."

"Terima kasih banyak. Saya doakan kelancaran dalam misi Anda," ucap wanita itu tanpa tahu bahwa Aria kini telah sangat siap untuk melakukan petualangan baru.

Bab terkait

  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 5

    Butuh waktu tiga hari untuk sampai di tempat tujuan meskipun sudah menggunakan kuda sekalipun. Aria menumpang kepada para pedagang, namun dia harus berpisah dan kembali melanjutkan perjalanannya sendirian dengan jalan kaki. Di tengah perjalanan juga, ia membaca peta yang ia beli dari guild. Setelah berjalan kaki selama satu hari dipandu arahan para pedagang dan melihat struktur peta, Aria berjalan menyusuri hutan. Ia tidak takut dengan serangan monster dan perut yang lapar. Aria diberitahu bahwa tidak ada monster yang berkeliaran di sekitar Desa Ssuane. "Ini terlalu mudah jika tidak ada monster. Hidup menjadi petualang Bronze membosankan. Tapi, lebih baik daripada menjadi petani di zaman seperti ini," gumam Aria. Mengenai kebutuhan pokoknya, Aria membeli beberapa roti dan makanan yang cukup untuk dirinya makan sendiri di perjalanannya. Saat sampai di sungai, ia akan berburu ikan serta membersihkan dirinya. Walau sebenarnya ia tidak akan mengeluarkan keringat, karena ia mendapat

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-29
  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 6

    "Apakah aku harus memperkenalkan diriku kembali? Tidak, itu tidak diperlukan. Bagaimanapun, kalian tidak akan bisa mengingat aku siapa untuk selamanya," ucap Aria percaya diri.Kemudian terdengar seseorang tertawa kencang, itu adalah kesatria yang mengeksekusi warga yang Aria lihat tadi."Kau banyak gaya juga, bocah. Trik apa yang kau pakai sehingga takut untuk turun, HA?!"Aria tidak merespons perkataan si kesatria tersebut."Benar juga, magic caster dari negeri yang jauh, perkenal-""Tidak, aku tidak butuh namamu," ucap Aria sebelum kesatria itu mengenalkan diri."Berani juga nyalimu. Apakah kau berpikir seorang magic caster bisa mengalahkan 12 kesatria sendirian? Apakah kau mencoba ingin terkenal?" Sambil mengejek, kesatria tersebut tertawa sekencang-kencangnya.Tidak gentar dengan perkataan sang kesatria, Aria membalasnya kembali dengan tawa yang juga kencang."Benar juga, aku harus berterima kasih kepada kalian semua. Benar, itu adalah cara yang cocok untuk kalian."Di dalam hatin

    Terakhir Diperbarui : 2022-09-29
  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 7

    Kesatria yang didatangi Yurei terlebih dahulu, diserang dengan cara ditakuti dan membuat akal sehatnya menurun. Lalu, Yurei tersebut masuk ke dalam tubuh si kesatria dan mencekiknya. Temannya di sebelah yang menyaksikan tersebut hanya bisa kebingungan melihat temannya seperti tersiksa. Ia melihat temannya berteriak, meminta tolong sambil tangannya berusaha meraih sesuatu di sekitar lehernya, mencoba melepaskan sesuatu agar dirinya dapat kembali bernapas. Bahkan karena itu, tubuhnya ikut menggeliat dan memberontak agar dirinya bisa bebas. Yurei sebenarnya dapat dilihat sosoknya dengan kasat mata, tetapi fokus si kesatria sepertinya hanya tertuju kepada sosok yang menyeramkan bernama Gream Reaper sehingga melihat temannya seperti itu membuatnya bingung dan tidak dapat membuat reaksi yang tepat.“Hei, apakah kau baik-baik saja?” Setelah menanyakan hal itu kepada temannya itu, ia melihat bahwa temannya sudah berhenti berteriak, perlahan jatuh ke bawah dengan lembut, berbeda dari sebelum

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-10
  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 8

    Aria kembali ke hamparan bunga sebelumnya yang ia datangi saat harus menjalankan misinya untuk mencari tanaman herbal Setelah sampai dan mendarat di tengah-tengah hamparan bunga tersebut, Aria mengingat kembali pertarungan yang baru saja terjadi. Lemah. Terlalu lemah. Ia memikirkan itu seakan tidak percaya dan kesal akan hal tersebut. "Itu hanyalah Gream Reaper yang dibuat oleh satu tumbal saja! Bagaimana mereka, 12 orang, langsung kalah dengan makhluk lemah seperti ini? Benar-benar tidak dipercaya! Pemain level 20 saja dengan mudah mengalahkannya!" Aria terus mengumpat kepada 12 prajurit yang sudah mati di tangan Gream Reaper ciptaannya itu, dan terus berbicara sendiri karena tidak dapat memuaskan hatinya, meskipun para kelinci percobaan itu melakukan tugasnya dengan baik. "Sudahlah, tidak baik memikirkan hal tersebut. Lebih baik aku pulang dan mencari tempat penginapan. Ah, benar juga." Aria lalu mengambil benda yang sebelumnya ia taruh di tas penyimpanannya. Itu adalah pin pe

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-11
  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 9

    "Ekhem..." deham Aria, "Baiklah, itu bagus dan tidak berlebihan." "Apa ada lagi, Tuan?" "Ya, saat sedang banyak orang, tolong panggil aku dengan nama karakterku, Aria. Kau bebas memanggilku apa saat hanya sedang berdua saja. Kemudian, bicara seperti biasa saja seperti seorang teman." "Dimengerti," ucap Florithe patuh. Aria mengangguk puas dan berpikir untuk langsung pulang, namun ia melihat ke arah sampingnya, Gream Reaper yang ia panggil masih ada dan belum menghilang. Sedari awal, Gream Reaper itu mengikutinya dalam diam sambil memangkul senjata miliknya seperti seorang petani dengan cangkulnya. Lalu, Yurei yang mengikuti dengan wajah jelek dan menyeramkan membuat Aria menambah ekspresi kesusahannya. Jika dilihat, Gream Repaer itu terlihat seperti pet milik seorang player saat berada di lobby atau kota utama di dalam game. Menghilangkan efek seramnya. "Hei, apakah kau bisa menghilang?" tanya Aria dan melihat ke arah Gream Reapernya. Gream Reaper menatap kembali Aria kemudi

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-11
  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 10

    "Dia menyukainya," ucap Aria.Aria tidak sedang berbohong dan dia bukan ingin menyenangkan lawan bicaranya, itu karena pipi Florithe memerah dan hanya Aria yang mengetahui hal tersebut meski dari sisinya, wajah Florithe tertutup oleh tudung miliknya."Aku senang mendengarnya. Oh, benar. Sungguh tidak sopan, maafkan aku belum memperkenalkan diriku. Aku adalah Count Reginald Vol-Sisenna, aku adalah orang yang berkuasa di daerah sekitar kota Rumberg, sekaligus menjadi wali kota di sini.""Aku adalah Aria, dan di sebelahku ada Florithe Lysabel. Kami berdua adalah magic caster, kami baru saja sampai di kota ini.""Aku mendengar namamu dari seorang pedagang yang terkenal di benua ini. Dia telah menjadi langgananku.""Pedagang... Apakah yang kau maksud adalah Magnius?""Benar, itu adalah Magnius. Tujuanku mengundangmu ke sini adalah karena ia memintaku untuk menepati janjinya, meskipun masih terlalu sedikit, setidaknya dia ingin mengurangi hutangnya. Itulah yang ia katakan.""Aku turut senan

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-11
  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 11

    "Ah, maaf. Apakah kau juga ingin mengambilnya?" Aria melihat ke arah suara itu. Di sana, seorang remaja seumuran dirinya menggunakan armor besi yang tidak menutupi seluruh tubuhnya. Pelindung kepalanya seperti mahkota. Saat pertama kali melihatnya, ia teringat dengan sosok protagonis di cerita-cerita fantasi dan itu membuat dirinya jengkel.Pemuda itu masih tersenyum melihat Aria.Aria akhirnya menjawab, "Ya, benar." "Maaf, aku kira tidak ada yang akan mengambilnya. Aku sudah ingin melakukan misi ini sudah dari lama sekali, dan petualang lain tidak mengambilnya. Tapi benar-benar waktu yang tidak tepat. Jadi, bagaimana kalau kita menyelesaikannya bersama?" Aria tidak menyangka penawaran ini. Namun, Aria menjawab dengan pura-pura polos, "Apakah tidak apa-apa? Kau bilang kau ingin mengambil misi ini dari lama, bukan?" "Tidak apa-apa! Bagaimana kalau kita membicarakan hal ini bersama dengan anggotaku yang lain?" "Baiklah." Mereka bertiga kemudian pergi ke lantai 2. Pemuda itu mengar

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-11
  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 12

    "Aku serahkan kepadamu, Arthur. Maaf, tapi sebenarnya kami berdua baru sampai di kota ini kemarin, jadi aku tidak bisa memutuskan. Satu hal lagi, kau bisa memanggilku tanpa honorifik."Sejujurnya, jalan manapun yang akan dipilih Aria tidak peduli. Tapi jika harus memilih di kesempatan tadi, Aria lebih suka perjalanan yang panjang. Selain bisa menambah wilayah teleportnya, Aria juga bisa menikmati dan bersenang-senang sepanjang perjalanan.Arthur mengangguk mengerti dengan jawaban Aria."Jadi Aria bukan berasal dari kota ini. Aku jadi tidak heran sekarang.""Heran?""Ya, jarang sekali melihat seorang petualang seperti kamu.""Aku juga mendengar hal itu dari beberapa orang setelah sampai di kota ini."Meski mengatakan hal tersebut, Aria masih belum mengetahui bagian mana dirinya yang dianggap jarang? Aria pikir fisiknya tidak jauh beda dari ingatannya tentang gambaran karakter yang dibuatnya dulu."Mari kita lanjutkan diskusi kita.”Kemudian, Arthur menjelaskan secara panjang dan lebar

    Terakhir Diperbarui : 2022-10-11

Bab terbaru

  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 112 [Tamat]

    Matahari kembali memperlihatkan sosoknya yang agung. Dia begitu bersinar dan nampak cerah dengan cahaya alaminya. Di pagi hari ini, wajah para pasukan aliansi kembali pada titik mereka bisa tersenyum setelah melewati malam yang begitu mengerikan. Saat pemimpin mereka melawan paus keimanan, mereka diserbu oleh pasukan musuh yang tidak mempunyai nyali ataupun takut di dalam diri mereka. Beberapa teman yang mereka kenal lama atau baru kenal saat di perjalanan mati dengan keadaan mengenaskan. Setelah pertempuran semalam, mereka memutuskan untuk berkabung sebentar saat itu juga, karena tidak banyak waktu lagi bagi mereka untuk bergerak. Raja Aria dan Ratu Brimmid sebenarnya sudah memutuskan untuk mereka beristirahat dan menjaga kota, tapi para pasukan akan merasa sangat tidak termotivasi jika tidak ikut dengan pemimpin mereka. Meneriakkan kemenangan bersama dengan para pemimpin adalah salah satu motivasi mereka agar tidak terpuruk sesudah pertempuran. Jasad Paus Keimanan tidak dapat

  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 111

    Lalu kemudian Gillechrìosd merasakan rasa takut yang besar, tapi dirinya tidak bisa merespons hingga akhirnya tanpa ia sadar, wajahnya sudah mencium tanah dengan keras. "Mhmffuu!" Serangan itu berasal dari Aria. Dia menenggelamkan wajah Gillechrìosd dengan kekuatannya sendiri hingga menghantam dan menghancurkan tanahnya. Setelah memberikan serangan, Aria lalu membawa Ninelie ke tempat yang aman dan mematikan sihir cahaya yang berakibat fatal bagi Ninelie. Dengan sihir yang sudah dimatikan, Ninelie yang tidak berdaya masih bisa belum merespons. "Florithe." ucap Aria untuk memberikan tindakan khusus."Ya." Florithe dengan segera datang dan menyembuhkan Ninelie. "Aku tidak menyangka dia bisa mengubah darah menjadi senjata." Sambil menyembuhkan Ninelie, Aria memulai percakapan. Mengingat jarang sekali melihat sihir yang identik, ia tidak bisa menahan rasa penasarannya.Florithe juga tidak keberatan. Konsentrasinya tidak mudah luntur hanya dengan percakapan biasa. "Itu adalah kemampua

  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 110

    Gillechrìosd menatap tajam ke arah Aria yang menunjukkan posisi sedikit tertunduk, seakan menahan rasa sakit serangan miliknya. Dari jari tengah tangan kanannya, dia melihat darah menetes ke tanah. "Jadi aku masih terkena serangannya." umpat dirinya lalu, Gillechrìosd mendecak. "Itu membuatku kesal." Gillechrìosd menghapus darahnya lalu melangkah ke mendekati Aria yang masih belum bergerak. "Baiklah, kau tidak sedang tidur sekarang, bukan? Mari kita lanjutkan pestanya." Gillechrìosd melebarkan kalung yang ia lilitkan di tangan kanannya sambil membaca mantra. Tangan kanannya kini dikelilingi oleh lingkaran sihir tiga lapis berwarna biru dengan kalung lambang agamanya yang ikut bersinar. "Ini akan menjadi sesuatu yang bagus saat otakmu meleleh. Holy Fire!" Tangan kanan Gillechrìosd langsung diselimuti oleh api berwarna biru putih menggantikan lingkaran sihirnya. Namun lagi-lagi, tanpa dirinya sadar, seseorang menyerang dirinya sekali lagi. Tapi ia dapat merasakan serangan itu saat

  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 109

    Berdiri di antara pasukannya, Gillechrìosd memasang senyum segar di wajahnya. Badannya masih dalam posisi yang sempurna. Goresan serta lecet dan beberapa luka yang ia dapatkan saat pertarungan melawan Aria hilang tanpa jejak. Tatapan matanya begitu tinggi dan mengejek sosok lawannya yang ia pikir berdosa. Gillechrìosd menilai mereka semua adalah sampah yang seharusnya dewanya tidak ciptakan. Tidak ada sifat mulia bahkan dengan berani menginjakkan kakinya di tempat suci untuk peribadatan. "Untuk seorang raja baru dari kerajaan Ordioth, kau lumayan." Dari nadanya, siapapun bisa mendengar bahwa nada itu adalah nada ejekan yang diberikan kepada Aria. "Bahkan setelah melawan tubuh keduaku ... Mungkin hanya kau yang bisa membuatnya tidak sadarkan diri." Gillechrìosd mengocehkan kehebatannya dengan gerak gerik seorang bangsawan yang memiliki kekuasaan absolut. Dengan postur tubuh yang bagus dan wajah yang tampan, Gillechrìosd masuk dalam jajaran kedua orang yang dibenci oleh Aria setel

  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 108

    Di depan mereka, berseberangan dengan tempat mereka berdiri, muncul dari kegelapan bayangan, disinari dengan sedikit cahaya bulan, terdapat seorang pria menggunakan baju pendeta, sama seperti yang dikenakan para paus yang ditemukan oleh Aria sebelumnya. Tetapi pria itu memiliki banyak hiasan keagamaan yang menempel di pakaiannya. Terdapat rantai, kalung, juga buku yang menempel pada baju pendetanya. Rambut pria itu panjang dan berwarna keemasan. Tubuhnya tinggi juga proporsional. Dilihat dari kulitnya, usia orang itu terbilang sangat muda dibandingkan dengan paus lainnya yang ada di teokrasi. Ninelie yang melihat itu langsung masuk dalam mode siaga untuk bertempur. "Hati-hati. Dia sangat kuat." "Sangat kuat? Dia?" Aria yang diberi peringatan oleh Ninelie bertanya kembali untuk memastikan.Ninelie kembali membalasnya sambil mempertahankan sikap siaganya. "Ya, meskipun penampilannya terlihat seperti itu dia adalah orang yang terkuat di Teokrasi." "Jadi itu bukan Paus Keberanian?"

  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 107

    Setelah membunuh karakter yang Aria pribadi benci, Aria bersama dengan Florithe keluar dari dalam gedung melewati puing-puing bangunan yang hancur, efek dari serangan pedang Arthur yang bertabrakan dengan pelindung sihir milik Aria. Matahari di sana sudah melumpuhkan warna oranye, dan bayang-bayang bangunan di sekitar taman utama mencerminkan waktunya untuk istirahat dari segala aktivitas. Tetapi taman itu sudah sunyi. Tidak ada satupun aktivitas terasa di taman utama teokrasi yang menjadi pusat dari segala acara keagamaan. Aria yang masih di sekitar gedung itu melihat ke arah matahari dengan mata yang penuh dengan keinginan kuat. Tetapi secara visual matanya hanya menatap keindahan matahari itu. Menjadikan balas dendam sebagai alasan utama ketidakbergunaan diri sendiri berjalan di atas dunia. Dan yang membuat itu semakin buruk, karena menjadikan aksi selingkuh tunangannya sebagai alasan utama. Benar-benar bodoh sekali. Angin berembus yang membuat pakaian Aria dan Florithe mengik

  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 106

    Aria menuju salah satu bangunan di pusat taman Teokrasi. Bangunan itu memiliki sebuah kubah sebagai atapnya. Interiornya mewah dengan berbagai lukisan serta patung yang terbuat dari emas. Di sana, ia pergi ke salah satu ruangan dengan pintu masuk yang berbeda dari pintu lainnya yang ada di bangunan itu. Ruangan itu dipenuhi oleh buku yang tertata, namun tidak begitu rapi di rak yang seluruhnya menyatu dengan tembok. Buku-buku tebal dan berwarna dengan jumlah yang banyak, hingga beberapa diletakkan di lantai. Ketika dia masuk, dia melihat seseorang sedang membaca salah satu buku yang cukup tebal. Aria tidak menyerang itu karena ia sepertinya mengenal sosok tersebut. Intuisinya tidak salah. Dengan santai ia masuk bersama Florithe dan menyapa, "Sudah lama tidak bertemu, Arthur." Arthur yang ada di di depannya memakai pakaian putih layaknya paladin di kekaisaran, namun lebih mewah layaknya seorang prajurit. Arthur melihat ke arah Aria dan menutup bukunya, "Ya, sudah lama tidak be

  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 105

    Namaku adalah Arthur. Aku dilahirkan di desa kecil di kerajaan Brimmid. Ayahku bekerja sebagai tukang pemotong kayu di hutan sekitar desa. Sedangkan ibu, ibu hannyalah seorang ibu rumah tangga biasa. Mereka sangat baik kepadaku. Ayah selalu menyemangatiku dan tidak pernah bosan untuk bisa membuatku gembira. Begitu juga dengan ibu, ibu selalu dapat menenangkanku kapanpun aku merasa butuh. Setiap aku menangis, ibu selalu ada dan memelukku. Saat umurku sudah menginjak 4 tahun, Aku melihat ibu menangis. Ibu bilang bahwa Ayah akan pergi sangat lama. Butuh waktu sekitar satu tahun hingga akhirnya aku menyadari kalau ayah telah meninggal. Aku mendengar percakapan orang-orang di desa kalau banyak monster berkeliaran di dalam hutan. Kemudian, aku tidak sengaja mendengar ayahku yang menjadi salah satu korbannya. Mereka bilang, ayah mati karena dimakan oleh sekumpulan serigala yang besar saat menebang pohon. Aku kemudian mengingat saat waktu itu, banyak orang berkumpul di depan rumah. M

  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 104

    "Garban telah dikalahkan katamu!!?" Empat paus yang berada di dalam ruangan sebuah gereja yang juga menyatu sebagai kastil di wilayah paus kasih sayang, mengatakan hal yang serupa dengan nada tidak percaya. Empat paus itu duduk di meja bundar. Dari sebelah kanan, mereka adalah Ailpein Caisidei sang Paus Kebajikan, Gilleathain Kendrick sang Paus Kebaikan, Fionnghal-Taog Duffs sang Paus Ketaatan, dan Fearchar Kavanaugh sang Paus Kasih Sayang. Mereka semua ada dan menunggu di sini hanya satu alasan; mendapatkan kabar baik dari Garban Lewis, sang Paus Ketaatan, yang berharap dapat mempertahankan tembok kokoh mereka. Namun setelah keyakinan yang tinggi, apa yang mereka dengar dari salah satu bawahan mereka, yang mereka suruh untuk memberi informasi hannyalah kekalahan total. "Apa kau serius tentang itu?" ucap salah satu dari Paus di sana masih tidak mempercayainya.Sang pembawa pesan hanya bisa berlutut dan menghadap ke bawah sambil gemetar berhadapan dengan para paus. "Y-ya, tidak sal

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status