Di depan sebuah tembok besar, meski tidak sebesar sebelumnya, terdapat kereta dengan dua kuda serta beberapa kotak anggur berlabel Margins Co., berhenti di pinggir pos keamanan gerbang menuju dalam kota Rumberg.
Kota ini dikelola oleh seorang Count yang kota tersebut menjadi salah satu jalur perdagangan, sehingga banyak sekali orang yang keluar masuk ke kota ini.
Penduduk di kota ini juga lumayan banyak, dengan mayoritas warganya adalah anggota dari guild petualang.
Setelah beberapa hari menempuh perjalanan panjang, Magnius dan Aria saat ini suda sampai di gerbang kota Rumberg.
Saat ini mereka sedang dalam tahap pengecekan barang dan itu tidak berlangsung lama, terutama karena Magnius yang cukup terkenal di kota Rumberg.
"Pemuda ini adalah kerabatku."
Mendengar ucapan Magnus, para penjaga membiarkan mereka berdua masuk. Setelahnya, atas permintaan Aria, Magnius memberhentikan Aria di depan guild petualang.
"Kenapa kau ingin berhenti di sini?" tanya pria gemuk itu bingung.
"Aku butuh identitas yang pasti, Magnius."
Bingung, Magnius kembali berkata, "Selama kau bersamaku, kau tidak perlu. Aku bisa menjamin identitasmu, anak muda."
Proposal itu jelas ditolak mentah-mentah oleh Aria. Entahlah, walau Magnius terlihat baik sekarang, firasatnya mengatakan bisa saja dia akan berusaha mengendalikan Aria, kan?
"Setidaknya aku ingin melihat yang lain," ujar Aria.
Aria meneguhkan mentalnya. Dia tidak bisa terus bersama Magnius yang sesekali berhenti di desa yang dipenuhi perempuan-perempuan cantik. Bagaimanapun, Aria adalah pria normal dan ingin menikahi seorang wanita nantinya! Dia tidak boleh terlibat bersama banyak wanita! Nanti, dia ketagihan.
Lagipula, hati Aria sudah cukup senang karena bisa melanjutkan pekerjaannya. Aria kemudian berpamitan dengan Magnius dan memasuki sebuah bangunan yang selalu ingin dikunjunginya sejak keanehan telah menimpa dirinya beberapa hari yang lalu.
Bangunan yang dimasuki Aria adalah bangunan yang cukup besar dengan dua lantai jika dilihat hanya dari desain luarnya saja.
Saat memasukinya, ruangan luas langsung terlihat dengan meja bundar di kanan dan kiri.
Meja-mejanya banyak sudah dipenuhi oleh orang dan yang lainnya sedang berdiri.
Masing-masing mereka sibuk mengobrol satu sama lainnya dan tidak memperhatikan siapa yang masuk dan keluar di guild ini.
Aria berani menebak bahwa mereka adalah kelompok yang sudah terbentuk.
Memasuki lebih dalam, Aria bisa melihat tangga yang juga ada di kanan dan kiri bangunan ini. Keduanya memiliki cabang kanan dan juga kiri.
Mayoritas warna yang ada di dalam bangunan adalah coklat yang nampaknya itu adalah warna alami dari kayu. Meski terbuat dari kayu, bangunan ini terlihat sangat kokoh dan dapat menampung banyak orang sekaligus.
Puas melihat pemandangan dalam bangunan, Aria kemudian berjalan lurus ke depan.
Di sana terdapat meja panjang dan seorang wanita yang berbeda pakaiannya. Itu adalah resepsionis yang sedang bertugas di guild ini. "Selamat datang, apa ada yang bisa saya bantu?"
"Apakah aku bisa mendaftarkan diri sebagai petualang di sini?"
"Ya, apakah Anda baru di kota ini?"
Aria mengangguk.
"Kalau begitu, tunggu sebentar. Biarkan saya ambilkan untuk formulir pendaftarannya."
"Baik."
Selagi Aria menunggu sang resepsionis mengambil kertas formulir untuknya, Aria teringat dengan saat waktu pertama kali memainkan Godtales ini.
Waktu itu, dia tidak merasakan perasaan apa pun. Namun, jika dihadapkan langsung seperti ini, Aria merasa jengkel langkahnya harus dimulai dari awal kembali.
Perasaan bagaimana pertama kali ia dibunuh oleh orang lain, sampai ditipu oleh orang yang tidak bertanggung jawab saat melakukan pembelian item secara real life meski itu adalah perbuatan ilegal. Wajahnya kini menunjukkan ia merasa lelah dengan waktu-waktu tersebut.
Ingin melupakan hal tersebut, Aria kembali menatap ke arah tempat resepsionis itu bekerja. Ia memerhatikan dengan serius sang resepsionis, sampai ia tidak menyadari bahwa ia sudah dipanggil untuk mengisi formulirnya.
"Tolong disimak baik-baik."
Setelah sadar dan sang resepsionis menjelaskan tata cara melakukan pengisian, Aria kemudian menulis dengan bahasa yang aneh dan tidak pernah ia lihat sebelumnya.
Informasi dasar seperti nama dan umur ada di sana. Setelah selesai, sang resepsionis memberikan sebuah kertas perjanjian yang di dalamnya menyatakan bahwa jika terjadi sesuatu kepada para petualang, atas kesalahannya sendiri, guild tidak akan bertanggung jawab.
Dan jika terbukti melakukan kecurangan, sang petualang harus membayar denda yang sudah tertuang dalam peraturan guild.
Kemudian dengan membayar 5 perak dan 2 perunggu, registrasi telah selesai dilaksanakan."Terima kasih atas pendaftarannya, kini anda sudah terdaftar ke dalam anggota guild Kota Rumberg. Peringkat anda saat ini adalah Bronze, dan akan bertahap naik menuju Silver, Gold, Ruby, kemudian Black Diamond, secara bertahap setiap anda melakukan misi naik level ataupun melakukan misi yang ditentukan oleh guild. Apakah ada pertanyaan?"
"Bagaimana dengan levelku saat ini?"
"Maaf? Bisa Anda ulangi?"
"Aku ingin mengetahui levelku saat ini."
Sang resepsionis memasang wajah kebingungan, dan tak berlangsung lama, sang resepsionis menjawab. "Apakah yang anda maksud mengenai peringkat anda? Seluruh petualang baru akan ditempatkan di Bronze tidak ada pengecualian."
Aria memasang wajah yang biasa saja meskipun ia tidak puas dengan jawaban yang ia terima.
Aria ingin memikirkannya lebih jauh lagi, namun ia harus menahan itu karena ia akan menganggu orang lain yang ingin berurusan dengan resepsionis."Baiklah aku mengerti. Tidak ada lagi yang ingin aku tanyakan."
"Baik, kalau begitu silakan anda memakai pin ini. Pin ini akan bertambah lengan bintangnya sejalan dengan peringkat anda. Dimohon untuk tetap menjaga pin tersebut, jika hilang anda harus membelinya dengan yang baru seharga 2 silver."
Sang resepsionis kemudian memberikan pin yang seperti lencana perang berbentuk bintang tersebut ke Aria.Lencana itu akan bertambah lengan bintangnya sesuai dengan peringkat yang telah dicapai, dan akan ditambahkan saat kenaikan peringkat.
Kemudian Aria memakaikan pinnya di jubahnya. Saat ini dia merasa seperti bergabung dengan militer dan mendapatkan lencana pertamanya.
"Kalau begitu, Nyonya Resepsionis. Apakah ada sebuah misi yang cocok bagiku?"
"Tentu, aku sudah membawanya untuk berjaga-jaga. Ini adalah misi rekomendasi untukmu."
Sang resepsionis langsung memberikan sebuah kertas misi kepada Aria. Tertulis di sana adalah misi untuk mengumpulkan tanaman obat di dekat Desa Ssuane. Desa yang terletak di ujung barat daya Kerajaan Brimmid.
"Lebih tepatnya, di mana aku harus mencari tanaman obat yang dicari?"
"Mereka ada di sebuah hamparan taman bunga alami yang luas. Kau bisa mengambil banyak jenis tanaman obat, tidak mengkhususkan hanya satu jenis saja, karena itu saya pikir misi ini cocok untuk anda."
Aria kemudian berpikir sejenak dan kemudian dia teringat satu benda yang sangat penting untuk dirinya. Benda itu adalah peta!
"Apakah kalian mempunyai peta?"
"Ya, peta apa yang anda inginkan? Peta kerajaan atau peta keseluruhan benua?"
"Aku ingin mengambil peta benua."
"Dimengerti, mohon untuk menunggu sebentar," ucap Nyonya resepsionis.
Bagi Aria, peta adalah sumber informasi yang nyata dan penting. Selama ia bermain Godtales, fungsi map selalu ia gunakan karena sangat fungsional.
Dengan adanya peta, Aria bisa merencanakan sesuatu dengan wilayah yang bisa dilihat di mal dan itu membuat Aria lebih cepat mendapatkan banyak bahan dan rare item di Godtales.
"Terima kasih telah menunggu. Ini adalah peta untuk benua, harganya 25 silver 1 perunggu."
Sang resepsionis memberikan Aria sebuah lembaran kulit yang ukurannya cukup luas sehingga bisa menutupi seluruh wajah manusia. Lembaran kulit tersebut digulung dan diikat menggunakan pita biru agar muda untuk ditata dan disimpan.
Aria lalu membayar uang untuk peta yang dibelinya.Meskipun hanya terbuat dari kulit, Aria terpaksa menggunakan sumber daya yang terbatas karena matinya fungsi peta akibat dari musibah yang dialaminya. Itu lebih baik daripada tidak memiliki sama sekali bagi Aria.
Kemudian sebelum pergi Aria menanyakan satu hal kepada sang resepsionis, "Apakah tempat itu ramai?"
"Biasanya hanya penduduk setempat saja yang berada di sana. Yang saya dengar sudah sangat jarang ada yang mendatangi tempat tersebut."
"Aku akan menerima misi ini."
"Terima kasih banyak. Saya doakan kelancaran dalam misi Anda," ucap wanita itu tanpa tahu bahwa Aria kini telah sangat siap untuk melakukan petualangan baru.
Butuh waktu tiga hari untuk sampai di tempat tujuan meskipun sudah menggunakan kuda sekalipun. Aria menumpang kepada para pedagang, namun dia harus berpisah dan kembali melanjutkan perjalanannya sendirian dengan jalan kaki. Di tengah perjalanan juga, ia membaca peta yang ia beli dari guild. Setelah berjalan kaki selama satu hari dipandu arahan para pedagang dan melihat struktur peta, Aria berjalan menyusuri hutan. Ia tidak takut dengan serangan monster dan perut yang lapar. Aria diberitahu bahwa tidak ada monster yang berkeliaran di sekitar Desa Ssuane. "Ini terlalu mudah jika tidak ada monster. Hidup menjadi petualang Bronze membosankan. Tapi, lebih baik daripada menjadi petani di zaman seperti ini," gumam Aria. Mengenai kebutuhan pokoknya, Aria membeli beberapa roti dan makanan yang cukup untuk dirinya makan sendiri di perjalanannya. Saat sampai di sungai, ia akan berburu ikan serta membersihkan dirinya. Walau sebenarnya ia tidak akan mengeluarkan keringat, karena ia mendapat
"Apakah aku harus memperkenalkan diriku kembali? Tidak, itu tidak diperlukan. Bagaimanapun, kalian tidak akan bisa mengingat aku siapa untuk selamanya," ucap Aria percaya diri.Kemudian terdengar seseorang tertawa kencang, itu adalah kesatria yang mengeksekusi warga yang Aria lihat tadi."Kau banyak gaya juga, bocah. Trik apa yang kau pakai sehingga takut untuk turun, HA?!"Aria tidak merespons perkataan si kesatria tersebut."Benar juga, magic caster dari negeri yang jauh, perkenal-""Tidak, aku tidak butuh namamu," ucap Aria sebelum kesatria itu mengenalkan diri."Berani juga nyalimu. Apakah kau berpikir seorang magic caster bisa mengalahkan 12 kesatria sendirian? Apakah kau mencoba ingin terkenal?" Sambil mengejek, kesatria tersebut tertawa sekencang-kencangnya.Tidak gentar dengan perkataan sang kesatria, Aria membalasnya kembali dengan tawa yang juga kencang."Benar juga, aku harus berterima kasih kepada kalian semua. Benar, itu adalah cara yang cocok untuk kalian."Di dalam hatin
Kesatria yang didatangi Yurei terlebih dahulu, diserang dengan cara ditakuti dan membuat akal sehatnya menurun. Lalu, Yurei tersebut masuk ke dalam tubuh si kesatria dan mencekiknya. Temannya di sebelah yang menyaksikan tersebut hanya bisa kebingungan melihat temannya seperti tersiksa. Ia melihat temannya berteriak, meminta tolong sambil tangannya berusaha meraih sesuatu di sekitar lehernya, mencoba melepaskan sesuatu agar dirinya dapat kembali bernapas. Bahkan karena itu, tubuhnya ikut menggeliat dan memberontak agar dirinya bisa bebas. Yurei sebenarnya dapat dilihat sosoknya dengan kasat mata, tetapi fokus si kesatria sepertinya hanya tertuju kepada sosok yang menyeramkan bernama Gream Reaper sehingga melihat temannya seperti itu membuatnya bingung dan tidak dapat membuat reaksi yang tepat.“Hei, apakah kau baik-baik saja?” Setelah menanyakan hal itu kepada temannya itu, ia melihat bahwa temannya sudah berhenti berteriak, perlahan jatuh ke bawah dengan lembut, berbeda dari sebelum
Aria kembali ke hamparan bunga sebelumnya yang ia datangi saat harus menjalankan misinya untuk mencari tanaman herbal Setelah sampai dan mendarat di tengah-tengah hamparan bunga tersebut, Aria mengingat kembali pertarungan yang baru saja terjadi. Lemah. Terlalu lemah. Ia memikirkan itu seakan tidak percaya dan kesal akan hal tersebut. "Itu hanyalah Gream Reaper yang dibuat oleh satu tumbal saja! Bagaimana mereka, 12 orang, langsung kalah dengan makhluk lemah seperti ini? Benar-benar tidak dipercaya! Pemain level 20 saja dengan mudah mengalahkannya!" Aria terus mengumpat kepada 12 prajurit yang sudah mati di tangan Gream Reaper ciptaannya itu, dan terus berbicara sendiri karena tidak dapat memuaskan hatinya, meskipun para kelinci percobaan itu melakukan tugasnya dengan baik. "Sudahlah, tidak baik memikirkan hal tersebut. Lebih baik aku pulang dan mencari tempat penginapan. Ah, benar juga." Aria lalu mengambil benda yang sebelumnya ia taruh di tas penyimpanannya. Itu adalah pin pe
"Ekhem..." deham Aria, "Baiklah, itu bagus dan tidak berlebihan." "Apa ada lagi, Tuan?" "Ya, saat sedang banyak orang, tolong panggil aku dengan nama karakterku, Aria. Kau bebas memanggilku apa saat hanya sedang berdua saja. Kemudian, bicara seperti biasa saja seperti seorang teman." "Dimengerti," ucap Florithe patuh. Aria mengangguk puas dan berpikir untuk langsung pulang, namun ia melihat ke arah sampingnya, Gream Reaper yang ia panggil masih ada dan belum menghilang. Sedari awal, Gream Reaper itu mengikutinya dalam diam sambil memangkul senjata miliknya seperti seorang petani dengan cangkulnya. Lalu, Yurei yang mengikuti dengan wajah jelek dan menyeramkan membuat Aria menambah ekspresi kesusahannya. Jika dilihat, Gream Repaer itu terlihat seperti pet milik seorang player saat berada di lobby atau kota utama di dalam game. Menghilangkan efek seramnya. "Hei, apakah kau bisa menghilang?" tanya Aria dan melihat ke arah Gream Reapernya. Gream Reaper menatap kembali Aria kemudi
"Dia menyukainya," ucap Aria.Aria tidak sedang berbohong dan dia bukan ingin menyenangkan lawan bicaranya, itu karena pipi Florithe memerah dan hanya Aria yang mengetahui hal tersebut meski dari sisinya, wajah Florithe tertutup oleh tudung miliknya."Aku senang mendengarnya. Oh, benar. Sungguh tidak sopan, maafkan aku belum memperkenalkan diriku. Aku adalah Count Reginald Vol-Sisenna, aku adalah orang yang berkuasa di daerah sekitar kota Rumberg, sekaligus menjadi wali kota di sini.""Aku adalah Aria, dan di sebelahku ada Florithe Lysabel. Kami berdua adalah magic caster, kami baru saja sampai di kota ini.""Aku mendengar namamu dari seorang pedagang yang terkenal di benua ini. Dia telah menjadi langgananku.""Pedagang... Apakah yang kau maksud adalah Magnius?""Benar, itu adalah Magnius. Tujuanku mengundangmu ke sini adalah karena ia memintaku untuk menepati janjinya, meskipun masih terlalu sedikit, setidaknya dia ingin mengurangi hutangnya. Itulah yang ia katakan.""Aku turut senan
"Ah, maaf. Apakah kau juga ingin mengambilnya?" Aria melihat ke arah suara itu. Di sana, seorang remaja seumuran dirinya menggunakan armor besi yang tidak menutupi seluruh tubuhnya. Pelindung kepalanya seperti mahkota. Saat pertama kali melihatnya, ia teringat dengan sosok protagonis di cerita-cerita fantasi dan itu membuat dirinya jengkel.Pemuda itu masih tersenyum melihat Aria.Aria akhirnya menjawab, "Ya, benar." "Maaf, aku kira tidak ada yang akan mengambilnya. Aku sudah ingin melakukan misi ini sudah dari lama sekali, dan petualang lain tidak mengambilnya. Tapi benar-benar waktu yang tidak tepat. Jadi, bagaimana kalau kita menyelesaikannya bersama?" Aria tidak menyangka penawaran ini. Namun, Aria menjawab dengan pura-pura polos, "Apakah tidak apa-apa? Kau bilang kau ingin mengambil misi ini dari lama, bukan?" "Tidak apa-apa! Bagaimana kalau kita membicarakan hal ini bersama dengan anggotaku yang lain?" "Baiklah." Mereka bertiga kemudian pergi ke lantai 2. Pemuda itu mengar
"Aku serahkan kepadamu, Arthur. Maaf, tapi sebenarnya kami berdua baru sampai di kota ini kemarin, jadi aku tidak bisa memutuskan. Satu hal lagi, kau bisa memanggilku tanpa honorifik."Sejujurnya, jalan manapun yang akan dipilih Aria tidak peduli. Tapi jika harus memilih di kesempatan tadi, Aria lebih suka perjalanan yang panjang. Selain bisa menambah wilayah teleportnya, Aria juga bisa menikmati dan bersenang-senang sepanjang perjalanan.Arthur mengangguk mengerti dengan jawaban Aria."Jadi Aria bukan berasal dari kota ini. Aku jadi tidak heran sekarang.""Heran?""Ya, jarang sekali melihat seorang petualang seperti kamu.""Aku juga mendengar hal itu dari beberapa orang setelah sampai di kota ini."Meski mengatakan hal tersebut, Aria masih belum mengetahui bagian mana dirinya yang dianggap jarang? Aria pikir fisiknya tidak jauh beda dari ingatannya tentang gambaran karakter yang dibuatnya dulu."Mari kita lanjutkan diskusi kita.”Kemudian, Arthur menjelaskan secara panjang dan lebar