"Ah, maaf. Apakah kau juga ingin mengambilnya?" Aria melihat ke arah suara itu. Di sana, seorang remaja seumuran dirinya menggunakan armor besi yang tidak menutupi seluruh tubuhnya. Pelindung kepalanya seperti mahkota. Saat pertama kali melihatnya, ia teringat dengan sosok protagonis di cerita-cerita fantasi dan itu membuat dirinya jengkel.Pemuda itu masih tersenyum melihat Aria.Aria akhirnya menjawab, "Ya, benar." "Maaf, aku kira tidak ada yang akan mengambilnya. Aku sudah ingin melakukan misi ini sudah dari lama sekali, dan petualang lain tidak mengambilnya. Tapi benar-benar waktu yang tidak tepat. Jadi, bagaimana kalau kita menyelesaikannya bersama?" Aria tidak menyangka penawaran ini. Namun, Aria menjawab dengan pura-pura polos, "Apakah tidak apa-apa? Kau bilang kau ingin mengambil misi ini dari lama, bukan?" "Tidak apa-apa! Bagaimana kalau kita membicarakan hal ini bersama dengan anggotaku yang lain?" "Baiklah." Mereka bertiga kemudian pergi ke lantai 2. Pemuda itu mengar
"Aku serahkan kepadamu, Arthur. Maaf, tapi sebenarnya kami berdua baru sampai di kota ini kemarin, jadi aku tidak bisa memutuskan. Satu hal lagi, kau bisa memanggilku tanpa honorifik."Sejujurnya, jalan manapun yang akan dipilih Aria tidak peduli. Tapi jika harus memilih di kesempatan tadi, Aria lebih suka perjalanan yang panjang. Selain bisa menambah wilayah teleportnya, Aria juga bisa menikmati dan bersenang-senang sepanjang perjalanan.Arthur mengangguk mengerti dengan jawaban Aria."Jadi Aria bukan berasal dari kota ini. Aku jadi tidak heran sekarang.""Heran?""Ya, jarang sekali melihat seorang petualang seperti kamu.""Aku juga mendengar hal itu dari beberapa orang setelah sampai di kota ini."Meski mengatakan hal tersebut, Aria masih belum mengetahui bagian mana dirinya yang dianggap jarang? Aria pikir fisiknya tidak jauh beda dari ingatannya tentang gambaran karakter yang dibuatnya dulu."Mari kita lanjutkan diskusi kita.”Kemudian, Arthur menjelaskan secara panjang dan lebar
"Aku tidak yakin. Tempatku berasal tidak terlalu terikat dengan kepercayaan ataupun agama," ucap Aria pada akhirnya."Mungkinkah kamu orang dari luar benua?!" tanya yang lain tertarik."Aku juga ingin mengkonfirmasi hal itu. Tapi jika seperti itu, seharusnya aku tidak bisa berbahasa dengan kalian seperti ini."Kelompok Arthur melihat ke Aria dengan wajah yang penasaran semenjak Niya menanyakan sesuatu tentang Aria, dan mendengar jawaban yang tadi, mereka mengeluarkan suara 'ohh benar juga' di wajah mereka."Florithe adalah orang yang ikut bersamaku untuk melakukan perjalanan.""Jadi kalian berasal dari tempat yang sama?""Ya, itu benar. Tapi jika kalian melihat wajah Florithe secara langsung mungkin kalian akan meragukan hal itu.""Mengapa?"Aria tersenyum dan melihat ke arah Florithe. Florithe yang menyadari hal itu kemudian bertanya untuk mengkonfirmasi sekali lagi."Apakah tidak apa-apa?" tanya Florithe dengan nada yang datar.Aria menjawabnya dengan anggukan.Dengan persetujuan it
"Aku akan mendukung kalian dari belakang bersama Florithe. Jika dibutuhkan, Florithe bisa memakai pedangnya." Arthur akhirnya mengangguk. "Aku mengerti. Aku akan mengandalkanmu kalau begitu. Semuanya, bersiap!" Kelompok Arthur kemudian membuat formasi dengan Arthur dan Niya di depan, sedangkan Camellia dan Fya berada di belakang mereka untuk memberi bantuan kepada garis depan. Aria dan Florithe berada di posisi yang sama dengan kedua gadis tersebut. Kemudian, tak menunggu lama, kelompok mereka melihat banyak goblin dan orge menghampiri mereka di hamparan rumput yang luas. Goblin berwajah jelek itu membawa pedang yang cukup tajam dan armor kulit di tubuhnya. Sedangkan Ogre yang berjalan lambat membawa senjata yang berbentuk seperti pemukul baseball dengan paku yang bengkok sebagai hiasan. Di senjata mereka terdapat darah yang masih menetes, menandakan mereka baru saja telah membunuh sesuatu. Tapi, kelompok Arthur tidak menyadari hal itu karena pengalaman mereka tentang pertarunga
Di waktu petang, matahari masih terlihat di langit oranye, kelompok Arthur memutuskan untuk beristirahat dan membangun tenda di tempat yang lumayan terbuka.Tempat mereka membangun tenda merupakan rekomendasi dari para petualang lainnya yang Arthur terima. Tempat mereka menghilangkan lelah dijadikan sebagai check point karena kedepannya, tidak ada tempat lagi yang cocok dijadikan peristirahatan.Mereka membangun tenda di pinggiran hutan. Tak jauh dari tempat itu, terdapat sungai yang mengalir. Air di sungai itu tidak terlalu deras sehingga suara sungai tidak sampai ke tempat mereka.Dataran berbatu dan rumput yang bersebelahan digemari banyak petualang yang melewati jalur ini, tentunya bukan hanya ke gunung Kleur.Kelompok mereka bergotong royong untuk mendirikan tempat yang nyaman untuk mereka tempati di malam hari."Hey, terima kasih telah menyelamatkan nyawaku."Pembagian tugas sudah disetujui oleh semua pihak. Para lelaki akan membangun tenda secara bersamaan, sedangkan para wanit
"Hm""Apakah kalian merupakan sepasang kekasih?""Niya, itu tidak sopan!""Ayolah! Kau tidak mengerti perasaan orang yang selalu melihat adegan romantis setiap hari, itu sangat melelahkan!"Seakan tak menyadari ejekannya, Arthur membalasnya dengan tak acuh."Apa yang kau maksud?"Niya membuang berat nafasnya tidak percaya jawaban yang ia dapat."Aku harap kau bisa lebih sedikit dewasa seperti Aria.""A-apa yang aku maksud?! Umurku sudah matang 19 tahun!""Kau mengukurnya dengan angka? Sudahlah. Ngomong-ngomong, Aria. Apakah kau tidak menyukai makanannya?"Aria yang sedang memerhatikan obrolan mereka tiba-tiba terkena serangan yang tidak ia duga. Seharusnya akting dari Aria sudah matang, tapi dia masih sedikit terkejut dengan pertanyaan seperti itu. Untuk menghindari kecurigaan, mau tidak mau Aria menambah kembali bumbu aktingnya."Tidak. Bukan itu. Hanya saja aku teringat awal perjalananku. Melewati sepanjang malam sendirian sebelum aku bertemu Florithe. Kalian tahu, rasa makanan akan
Kelompok mereka terus menyusuri jalan hingga pada akhirnya Arthur untuk memutuskan berhenti."Sepertinya kita sudah sampai di tempat yang kita tuju." Mereka melihat ke sekeliling mereka. Pohon-pohon yang begitu hijau serta bebatuan alami menghiasi tempat mereka berhenti. "Jadi kita sudah berada di kaki gunung Kleur?" Arthur menjawabnya dengan anggukan. "Ya, jika mengacu pada peta kemungkinan besar kita berada di kaki gunung Kleur." "Lalu di mana beruang itu?" tanya Niya."Menurut informasi yang aku dapat, kita harus memancingnya, atau mencarinya. Tetapi mencari mereka lebih berbahaya karena mereka mengenali wilayah mereka sendiri. Mereka bisa menyerang kapan saja." "Apakah kamu sudah menyiapkan sesuatu untuk memancingnya ke sini?" Arthur berjalan ke arah gerobak, kemudian mencari sesuatu di dalamnya. Tak berapa lama, wajahnya terlihat senang menandakan dia telah menemukan benda yang dicarinya. "Ini dia." Arthur menunjukkan kepada semuanya sebuah botol yang ukurannya cukup be
Beruang itu berdiri, memperlihatkan tubuhnya yang besar dan berbulu. Tingginya sekitar 2-5 meter, sesuai namanya, beruang itu memiliki cakar yang besar menyerupai cakar macan. Dengan gigi yang sangat tajam di dalam mulutnya, dia menakutkan saat berteriak. "Jadi sebesar itu bentuk aslinya." gumam Aria. Cakar macannya akan terlihat membesar dari bagian luar tangannya. Cakar utamanya juga tidak kalah besar dan tajam, tetapi yang menjadi khas adalah cakar yang bisa tumbuh tersebut. Beruang itu kemudian berlari lagi dengan kedua tangan dan kakinya, hingga ia dikejutkan oleh sihir Fya yang membuatnya berhenti. Tanah di depannya tiba-tiba menjulang ke atas menjadi tanah yang padat dan sempat mengenai bagian dadanya. "Itu sangat bagus. Baiklah, Niya, ayo maju." "Oke." Arthur dan Niya berlari menuju beruang yang sedang berdiri tegak tersebut. Mereka berhenti tepat di depan beruang itu. Sihir milik Fya sudah hilang, hingga saat ini keadaan di lini depan seperti arena gladiator dengan