Beruang itu berdiri, memperlihatkan tubuhnya yang besar dan berbulu. Tingginya sekitar 2-5 meter, sesuai namanya, beruang itu memiliki cakar yang besar menyerupai cakar macan. Dengan gigi yang sangat tajam di dalam mulutnya, dia menakutkan saat berteriak. "Jadi sebesar itu bentuk aslinya." gumam Aria. Cakar macannya akan terlihat membesar dari bagian luar tangannya. Cakar utamanya juga tidak kalah besar dan tajam, tetapi yang menjadi khas adalah cakar yang bisa tumbuh tersebut. Beruang itu kemudian berlari lagi dengan kedua tangan dan kakinya, hingga ia dikejutkan oleh sihir Fya yang membuatnya berhenti. Tanah di depannya tiba-tiba menjulang ke atas menjadi tanah yang padat dan sempat mengenai bagian dadanya. "Itu sangat bagus. Baiklah, Niya, ayo maju." "Oke." Arthur dan Niya berlari menuju beruang yang sedang berdiri tegak tersebut. Mereka berhenti tepat di depan beruang itu. Sihir milik Fya sudah hilang, hingga saat ini keadaan di lini depan seperti arena gladiator dengan
Aria mengunyah makanan yang diberikan oleh penginapan. Sudah berapa lama dirinya mengunyah sesuatu yang hambar dan sama setiap harinya? Semenjak dirinya pertama kali datang ke dunia hingga dirinya naik pangkat menjadi silver, makanan yang ia selalu tidak ia nikmati di dunia ini masih memiliki rasa yang tipis. Dirinya mungkin sudah sedikit terbiasa, hal itu juga dibantu dan didorong oleh makanan penutup yang biasanya terbuat dari buah-buahan. Bisa itu soft cake dengan buah strawberry, atau kue kering dengan selai di atasnya. Perbedaan zaman yang terasa bagi Aria membuat dirinya harus lebih bersabar. Mau bagaimana lagi, tidak ada internet ataupun hal yang canggih selain arah mata angin atau moda transportasi yang menggunakan roda. Sistem mata uang mungkin masuk ke dalamnya. "Aku tidak ingin terbiasa dengan ini."Florithe, sebagai NPC buatan Aria benar-benar berbaur dan tampak sebagai penduduk asli. Tapi bagi Aria yang masih menjadi perdebatan untuk Florithe sendiri apakah dirinya
Mengingat pertama kalinya Aria datang ke tempat ini disambut dengan penyerangan desa. Aria mengetahui bahwa prajurit yang menyerang penduduk desa merupakan prajurit dari Ordioth Kingdom yang sedang melancarkan serangan tahunan. Namun nampaknya mereka juga menggunakan kesempatan untuk merebut desa-desa kecil. "Seperti biasa, tempat ini sangat sepi. Apakah ada penyerangan kembali?" Ordioth Kingdom merupakan kerajaan yang ukurannya cukup besar, terletak di sebelah barat benua. Kerajaan itu berbatasan langsung dengan Holy Havellz Empire, Brimmid Kingom, juga Lselion Kingdom. Brimmid menjadi incaran mereka selama bertahun-tahun. Sepertinya Brimmid merupakan target mudah bagi mereka jika harus dibandingkan dengan dua lainnya. Kekaisaran yang terletak di tenggara benua merupakan negara yang besar dan kuat. Itu memperjelas tingkatan yang berbeda. Tetapi jika dibandingkan dengan Lselion, Ordioth secara wilayah lebih unggul karena besarnya negara Lselion adalah yang terkecil di benua. Tetap
Warga yang terikat satu sama lainnya di tengah lapang terbuka hanya bisa menutup mata mereka berdoa agar mereka tidak menjadi samsak untuk pedang para prajurit.Doa itu terkabul, dengan nasib yang lebih menyeramkan.Sosok monster besar yang belum pernah mereka jumpai, dengar, ataupun lihat tiba-tiba muncul begitu saja di hadapan mereka.Tubuhnya yang besar dengan kulit yang keras, serta air liur yang dapat melelehkan tanah hingga membuat lubang besar membuat harapan mereka tidak menjadi samsak pedang prajurit, tercapai. Mata mereka tertutup pasrah, sampai para prajurit yang berteriak ketakutan mulai berbincang dengan seseorang.Orang tersebut memakai pakaian serba hitam dengan jubah yang hanya menutupi setengah badannya. Pakaiannya cukup mewah, terlihat seperti bangsawan ataupun jendral dari suatu negara, karena pakaiannya sedikit mirip dengan pakaian pemimpin pasukan.Mereka mengenali sosok itu. Tidak, mereka pernah melihatnya. Mereka pernah diselamatkan oleh orang yang berpaka
Aria dan Florithe segera menjauh dari pemakaman dan pergi sedikit ke arah utara, menunggu pasukan jendral Ordioth yang datang. Tidak perlu menunggu lama agar Aria bisa melihat banyak pasukan yang memakai atribut kerajaan Ordioth yang berwarna merah. Terdapat seseorang yang mencolok di antara pasukan itu. Orang itu dibawa oleh dua ekor kuda dan dia duduk di kursi delmannya yang mewah. Itu mengingatkan Aria tentang sosok Iskandar. Pasukan itu berhenti setelah melihat sosok Aria dan Florithe yang berdiri di tengah padang rumput. Orang yang mencolok tersebut berdiri di atas delmannya dan bertanya kepada Aria, "apakah kau orang yang menghajar pasukanku?" Suaranya begitu berat. Sangat cocok sebagai pria yang memiliki tubuh yang besar dan berotot. Pria itu berdiri dengan gagah sambil menyilangkan kedua tangannya. Gambaran Iskandar semakin jelas terlihat pada dirinya. Tidak gentar dengan sosoknya yang besar, Aria berbalik bertanya. "Apakah kau adalah pemimpin yang memimpin pasukan de
Iquain yang tidak percaya memunculkan uratnya dari dalam kulitnya. Ia tampak marah karena pasukan roh api yang ia kendalikan dengan penyihir lain di belakangnya hilang dan tidak melukai musuh di depannya. "Panggil yang lebih besar lagi! Benar juga, panggil makhluk itu! Jawitz!" Pasukan manusia yang menutupi wajahnya dengan kain langsung merapalkan mantranya secara bersamaan. Butuh waktu sekitar 6 detik hingga mereka berhenti berbicara. Setelahnya muncul gumpalan api yang membesar dan berbuah menjadi sosok yang besar. Tubuhnya sedikit berbatu dan api di dalamnya yang seperti sedang melelehkan tubuh sosok tersebut dari dalam. Di bagian kepalanya, sosok yang Iquain sebut sebagai Jawitz terdapat pelindung kepala yang cukup besar. Sosok itu membawa sebuah senjata di tangan kanannya dan sebuah tameng di sebelah kirinya. Itu adalah roh tempur yang memiliki kekuatan yang besar. Sosok itu meraung dan terbang di atas udara. "Bagaimana dengan itu! Salah satu sosok yang aku sukai. Membutu
Di depan mereka, terdapat tempat yang gelap dan memancarkan aura membunuh yang sangat kuat. Aura yang keluar dari tempat itu keluar bagaikan udara, meresap ke dalam tubuh dan pikiran.Pohon-pohon besar yang menutupi matahari hutan itu juga warnanya berbeda jika dibandingkan dengan pohon yang ada di sekitar. Bukan sudah tua ataupun rapuh tidak terkena matahari, pohon-pohon tersebut menyimpan mana yang warga sekitar meyakini terdapat arwah jahat yang terkandung di sana.Itu bukan tanpa alasan, sering sekali para warga yang melintasi daerah itu tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Tidak ada tanda-tanda juga tidak ada saksi yang bisa memverifikasi kejadian aneh itu."Aku mengerti kenapa hutan ini ditakuti banyak orang."Dari segala mitos yang beredar, jawaban yang pasti tentang orang hilang bukan karena arwah jahat menunggu di pohon-pohon tersebut, melainkan jawaban yang logis banyaknya monster tanaman di sana.Death Forest. Tempat yang paling dihindari warga, bahkan para prajurit dan petu
Pohon-pohon itu juga mulai tidak berjajar dengan rapi, akar mereka mulai muncul tak terkoordinasi. Kabut mulai mendatangi tempat Aria dan Florithe berada. Ruang asli Death Forest mulai memunculkan identitas dirinya yang begitu menyeramkan. Tidak ada bau yang menyengat, tapi Aria bisa merasakan tempat ini sangat mengancam. Dirinya seperti mengikuti uji nyali di tempat yang sepi dan tua. Kesan hutan yang ditinggali penyihir kejam sangat terlihat saat ini. "Ah, benar juga. Ini adalah yang seharusnya. Rasa orisinal hutan ini." ucap Aria melihat pemandangan yang tidak asing di matanya.Tapi Florithe yang di sebelahnya tidak menanggapi dan hanya fokus ke sekitar. "Banyak yang mulai bermunculan." "Apakah kau takut hantu, Florithe?" "Bukankah sebaliknya?" jawab Florithe dengan cepat.Merasa menanyakan hal yang salah, Aria hanya merasa bodo. "Benar juga. Ayo kembali jalan." Aria dan Florithe kembali menyusuri hutan itu. Jalan mereka tidak semulus seperti tadi. Bukan karena monster yang