"Aku serahkan kepadamu, Arthur. Maaf, tapi sebenarnya kami berdua baru sampai di kota ini kemarin, jadi aku tidak bisa memutuskan. Satu hal lagi, kau bisa memanggilku tanpa honorifik."Sejujurnya, jalan manapun yang akan dipilih Aria tidak peduli. Tapi jika harus memilih di kesempatan tadi, Aria lebih suka perjalanan yang panjang. Selain bisa menambah wilayah teleportnya, Aria juga bisa menikmati dan bersenang-senang sepanjang perjalanan.Arthur mengangguk mengerti dengan jawaban Aria."Jadi Aria bukan berasal dari kota ini. Aku jadi tidak heran sekarang.""Heran?""Ya, jarang sekali melihat seorang petualang seperti kamu.""Aku juga mendengar hal itu dari beberapa orang setelah sampai di kota ini."Meski mengatakan hal tersebut, Aria masih belum mengetahui bagian mana dirinya yang dianggap jarang? Aria pikir fisiknya tidak jauh beda dari ingatannya tentang gambaran karakter yang dibuatnya dulu."Mari kita lanjutkan diskusi kita.”Kemudian, Arthur menjelaskan secara panjang dan lebar
"Aku tidak yakin. Tempatku berasal tidak terlalu terikat dengan kepercayaan ataupun agama," ucap Aria pada akhirnya."Mungkinkah kamu orang dari luar benua?!" tanya yang lain tertarik."Aku juga ingin mengkonfirmasi hal itu. Tapi jika seperti itu, seharusnya aku tidak bisa berbahasa dengan kalian seperti ini."Kelompok Arthur melihat ke Aria dengan wajah yang penasaran semenjak Niya menanyakan sesuatu tentang Aria, dan mendengar jawaban yang tadi, mereka mengeluarkan suara 'ohh benar juga' di wajah mereka."Florithe adalah orang yang ikut bersamaku untuk melakukan perjalanan.""Jadi kalian berasal dari tempat yang sama?""Ya, itu benar. Tapi jika kalian melihat wajah Florithe secara langsung mungkin kalian akan meragukan hal itu.""Mengapa?"Aria tersenyum dan melihat ke arah Florithe. Florithe yang menyadari hal itu kemudian bertanya untuk mengkonfirmasi sekali lagi."Apakah tidak apa-apa?" tanya Florithe dengan nada yang datar.Aria menjawabnya dengan anggukan.Dengan persetujuan it
"Aku akan mendukung kalian dari belakang bersama Florithe. Jika dibutuhkan, Florithe bisa memakai pedangnya." Arthur akhirnya mengangguk. "Aku mengerti. Aku akan mengandalkanmu kalau begitu. Semuanya, bersiap!" Kelompok Arthur kemudian membuat formasi dengan Arthur dan Niya di depan, sedangkan Camellia dan Fya berada di belakang mereka untuk memberi bantuan kepada garis depan. Aria dan Florithe berada di posisi yang sama dengan kedua gadis tersebut. Kemudian, tak menunggu lama, kelompok mereka melihat banyak goblin dan orge menghampiri mereka di hamparan rumput yang luas. Goblin berwajah jelek itu membawa pedang yang cukup tajam dan armor kulit di tubuhnya. Sedangkan Ogre yang berjalan lambat membawa senjata yang berbentuk seperti pemukul baseball dengan paku yang bengkok sebagai hiasan. Di senjata mereka terdapat darah yang masih menetes, menandakan mereka baru saja telah membunuh sesuatu. Tapi, kelompok Arthur tidak menyadari hal itu karena pengalaman mereka tentang pertarunga
Di waktu petang, matahari masih terlihat di langit oranye, kelompok Arthur memutuskan untuk beristirahat dan membangun tenda di tempat yang lumayan terbuka.Tempat mereka membangun tenda merupakan rekomendasi dari para petualang lainnya yang Arthur terima. Tempat mereka menghilangkan lelah dijadikan sebagai check point karena kedepannya, tidak ada tempat lagi yang cocok dijadikan peristirahatan.Mereka membangun tenda di pinggiran hutan. Tak jauh dari tempat itu, terdapat sungai yang mengalir. Air di sungai itu tidak terlalu deras sehingga suara sungai tidak sampai ke tempat mereka.Dataran berbatu dan rumput yang bersebelahan digemari banyak petualang yang melewati jalur ini, tentunya bukan hanya ke gunung Kleur.Kelompok mereka bergotong royong untuk mendirikan tempat yang nyaman untuk mereka tempati di malam hari."Hey, terima kasih telah menyelamatkan nyawaku."Pembagian tugas sudah disetujui oleh semua pihak. Para lelaki akan membangun tenda secara bersamaan, sedangkan para wanit
"Hm""Apakah kalian merupakan sepasang kekasih?""Niya, itu tidak sopan!""Ayolah! Kau tidak mengerti perasaan orang yang selalu melihat adegan romantis setiap hari, itu sangat melelahkan!"Seakan tak menyadari ejekannya, Arthur membalasnya dengan tak acuh."Apa yang kau maksud?"Niya membuang berat nafasnya tidak percaya jawaban yang ia dapat."Aku harap kau bisa lebih sedikit dewasa seperti Aria.""A-apa yang aku maksud?! Umurku sudah matang 19 tahun!""Kau mengukurnya dengan angka? Sudahlah. Ngomong-ngomong, Aria. Apakah kau tidak menyukai makanannya?"Aria yang sedang memerhatikan obrolan mereka tiba-tiba terkena serangan yang tidak ia duga. Seharusnya akting dari Aria sudah matang, tapi dia masih sedikit terkejut dengan pertanyaan seperti itu. Untuk menghindari kecurigaan, mau tidak mau Aria menambah kembali bumbu aktingnya."Tidak. Bukan itu. Hanya saja aku teringat awal perjalananku. Melewati sepanjang malam sendirian sebelum aku bertemu Florithe. Kalian tahu, rasa makanan akan
Kelompok mereka terus menyusuri jalan hingga pada akhirnya Arthur untuk memutuskan berhenti."Sepertinya kita sudah sampai di tempat yang kita tuju." Mereka melihat ke sekeliling mereka. Pohon-pohon yang begitu hijau serta bebatuan alami menghiasi tempat mereka berhenti. "Jadi kita sudah berada di kaki gunung Kleur?" Arthur menjawabnya dengan anggukan. "Ya, jika mengacu pada peta kemungkinan besar kita berada di kaki gunung Kleur." "Lalu di mana beruang itu?" tanya Niya."Menurut informasi yang aku dapat, kita harus memancingnya, atau mencarinya. Tetapi mencari mereka lebih berbahaya karena mereka mengenali wilayah mereka sendiri. Mereka bisa menyerang kapan saja." "Apakah kamu sudah menyiapkan sesuatu untuk memancingnya ke sini?" Arthur berjalan ke arah gerobak, kemudian mencari sesuatu di dalamnya. Tak berapa lama, wajahnya terlihat senang menandakan dia telah menemukan benda yang dicarinya. "Ini dia." Arthur menunjukkan kepada semuanya sebuah botol yang ukurannya cukup be
Beruang itu berdiri, memperlihatkan tubuhnya yang besar dan berbulu. Tingginya sekitar 2-5 meter, sesuai namanya, beruang itu memiliki cakar yang besar menyerupai cakar macan. Dengan gigi yang sangat tajam di dalam mulutnya, dia menakutkan saat berteriak. "Jadi sebesar itu bentuk aslinya." gumam Aria. Cakar macannya akan terlihat membesar dari bagian luar tangannya. Cakar utamanya juga tidak kalah besar dan tajam, tetapi yang menjadi khas adalah cakar yang bisa tumbuh tersebut. Beruang itu kemudian berlari lagi dengan kedua tangan dan kakinya, hingga ia dikejutkan oleh sihir Fya yang membuatnya berhenti. Tanah di depannya tiba-tiba menjulang ke atas menjadi tanah yang padat dan sempat mengenai bagian dadanya. "Itu sangat bagus. Baiklah, Niya, ayo maju." "Oke." Arthur dan Niya berlari menuju beruang yang sedang berdiri tegak tersebut. Mereka berhenti tepat di depan beruang itu. Sihir milik Fya sudah hilang, hingga saat ini keadaan di lini depan seperti arena gladiator dengan
Aria mengunyah makanan yang diberikan oleh penginapan. Sudah berapa lama dirinya mengunyah sesuatu yang hambar dan sama setiap harinya? Semenjak dirinya pertama kali datang ke dunia hingga dirinya naik pangkat menjadi silver, makanan yang ia selalu tidak ia nikmati di dunia ini masih memiliki rasa yang tipis. Dirinya mungkin sudah sedikit terbiasa, hal itu juga dibantu dan didorong oleh makanan penutup yang biasanya terbuat dari buah-buahan. Bisa itu soft cake dengan buah strawberry, atau kue kering dengan selai di atasnya. Perbedaan zaman yang terasa bagi Aria membuat dirinya harus lebih bersabar. Mau bagaimana lagi, tidak ada internet ataupun hal yang canggih selain arah mata angin atau moda transportasi yang menggunakan roda. Sistem mata uang mungkin masuk ke dalamnya. "Aku tidak ingin terbiasa dengan ini."Florithe, sebagai NPC buatan Aria benar-benar berbaur dan tampak sebagai penduduk asli. Tapi bagi Aria yang masih menjadi perdebatan untuk Florithe sendiri apakah dirinya
Matahari kembali memperlihatkan sosoknya yang agung. Dia begitu bersinar dan nampak cerah dengan cahaya alaminya. Di pagi hari ini, wajah para pasukan aliansi kembali pada titik mereka bisa tersenyum setelah melewati malam yang begitu mengerikan. Saat pemimpin mereka melawan paus keimanan, mereka diserbu oleh pasukan musuh yang tidak mempunyai nyali ataupun takut di dalam diri mereka. Beberapa teman yang mereka kenal lama atau baru kenal saat di perjalanan mati dengan keadaan mengenaskan. Setelah pertempuran semalam, mereka memutuskan untuk berkabung sebentar saat itu juga, karena tidak banyak waktu lagi bagi mereka untuk bergerak. Raja Aria dan Ratu Brimmid sebenarnya sudah memutuskan untuk mereka beristirahat dan menjaga kota, tapi para pasukan akan merasa sangat tidak termotivasi jika tidak ikut dengan pemimpin mereka. Meneriakkan kemenangan bersama dengan para pemimpin adalah salah satu motivasi mereka agar tidak terpuruk sesudah pertempuran. Jasad Paus Keimanan tidak dapat
Lalu kemudian Gillechrìosd merasakan rasa takut yang besar, tapi dirinya tidak bisa merespons hingga akhirnya tanpa ia sadar, wajahnya sudah mencium tanah dengan keras. "Mhmffuu!" Serangan itu berasal dari Aria. Dia menenggelamkan wajah Gillechrìosd dengan kekuatannya sendiri hingga menghantam dan menghancurkan tanahnya. Setelah memberikan serangan, Aria lalu membawa Ninelie ke tempat yang aman dan mematikan sihir cahaya yang berakibat fatal bagi Ninelie. Dengan sihir yang sudah dimatikan, Ninelie yang tidak berdaya masih bisa belum merespons. "Florithe." ucap Aria untuk memberikan tindakan khusus."Ya." Florithe dengan segera datang dan menyembuhkan Ninelie. "Aku tidak menyangka dia bisa mengubah darah menjadi senjata." Sambil menyembuhkan Ninelie, Aria memulai percakapan. Mengingat jarang sekali melihat sihir yang identik, ia tidak bisa menahan rasa penasarannya.Florithe juga tidak keberatan. Konsentrasinya tidak mudah luntur hanya dengan percakapan biasa. "Itu adalah kemampua
Gillechrìosd menatap tajam ke arah Aria yang menunjukkan posisi sedikit tertunduk, seakan menahan rasa sakit serangan miliknya. Dari jari tengah tangan kanannya, dia melihat darah menetes ke tanah. "Jadi aku masih terkena serangannya." umpat dirinya lalu, Gillechrìosd mendecak. "Itu membuatku kesal." Gillechrìosd menghapus darahnya lalu melangkah ke mendekati Aria yang masih belum bergerak. "Baiklah, kau tidak sedang tidur sekarang, bukan? Mari kita lanjutkan pestanya." Gillechrìosd melebarkan kalung yang ia lilitkan di tangan kanannya sambil membaca mantra. Tangan kanannya kini dikelilingi oleh lingkaran sihir tiga lapis berwarna biru dengan kalung lambang agamanya yang ikut bersinar. "Ini akan menjadi sesuatu yang bagus saat otakmu meleleh. Holy Fire!" Tangan kanan Gillechrìosd langsung diselimuti oleh api berwarna biru putih menggantikan lingkaran sihirnya. Namun lagi-lagi, tanpa dirinya sadar, seseorang menyerang dirinya sekali lagi. Tapi ia dapat merasakan serangan itu saat
Berdiri di antara pasukannya, Gillechrìosd memasang senyum segar di wajahnya. Badannya masih dalam posisi yang sempurna. Goresan serta lecet dan beberapa luka yang ia dapatkan saat pertarungan melawan Aria hilang tanpa jejak. Tatapan matanya begitu tinggi dan mengejek sosok lawannya yang ia pikir berdosa. Gillechrìosd menilai mereka semua adalah sampah yang seharusnya dewanya tidak ciptakan. Tidak ada sifat mulia bahkan dengan berani menginjakkan kakinya di tempat suci untuk peribadatan. "Untuk seorang raja baru dari kerajaan Ordioth, kau lumayan." Dari nadanya, siapapun bisa mendengar bahwa nada itu adalah nada ejekan yang diberikan kepada Aria. "Bahkan setelah melawan tubuh keduaku ... Mungkin hanya kau yang bisa membuatnya tidak sadarkan diri." Gillechrìosd mengocehkan kehebatannya dengan gerak gerik seorang bangsawan yang memiliki kekuasaan absolut. Dengan postur tubuh yang bagus dan wajah yang tampan, Gillechrìosd masuk dalam jajaran kedua orang yang dibenci oleh Aria setel
Di depan mereka, berseberangan dengan tempat mereka berdiri, muncul dari kegelapan bayangan, disinari dengan sedikit cahaya bulan, terdapat seorang pria menggunakan baju pendeta, sama seperti yang dikenakan para paus yang ditemukan oleh Aria sebelumnya. Tetapi pria itu memiliki banyak hiasan keagamaan yang menempel di pakaiannya. Terdapat rantai, kalung, juga buku yang menempel pada baju pendetanya. Rambut pria itu panjang dan berwarna keemasan. Tubuhnya tinggi juga proporsional. Dilihat dari kulitnya, usia orang itu terbilang sangat muda dibandingkan dengan paus lainnya yang ada di teokrasi. Ninelie yang melihat itu langsung masuk dalam mode siaga untuk bertempur. "Hati-hati. Dia sangat kuat." "Sangat kuat? Dia?" Aria yang diberi peringatan oleh Ninelie bertanya kembali untuk memastikan.Ninelie kembali membalasnya sambil mempertahankan sikap siaganya. "Ya, meskipun penampilannya terlihat seperti itu dia adalah orang yang terkuat di Teokrasi." "Jadi itu bukan Paus Keberanian?"
Setelah membunuh karakter yang Aria pribadi benci, Aria bersama dengan Florithe keluar dari dalam gedung melewati puing-puing bangunan yang hancur, efek dari serangan pedang Arthur yang bertabrakan dengan pelindung sihir milik Aria. Matahari di sana sudah melumpuhkan warna oranye, dan bayang-bayang bangunan di sekitar taman utama mencerminkan waktunya untuk istirahat dari segala aktivitas. Tetapi taman itu sudah sunyi. Tidak ada satupun aktivitas terasa di taman utama teokrasi yang menjadi pusat dari segala acara keagamaan. Aria yang masih di sekitar gedung itu melihat ke arah matahari dengan mata yang penuh dengan keinginan kuat. Tetapi secara visual matanya hanya menatap keindahan matahari itu. Menjadikan balas dendam sebagai alasan utama ketidakbergunaan diri sendiri berjalan di atas dunia. Dan yang membuat itu semakin buruk, karena menjadikan aksi selingkuh tunangannya sebagai alasan utama. Benar-benar bodoh sekali. Angin berembus yang membuat pakaian Aria dan Florithe mengik
Aria menuju salah satu bangunan di pusat taman Teokrasi. Bangunan itu memiliki sebuah kubah sebagai atapnya. Interiornya mewah dengan berbagai lukisan serta patung yang terbuat dari emas. Di sana, ia pergi ke salah satu ruangan dengan pintu masuk yang berbeda dari pintu lainnya yang ada di bangunan itu. Ruangan itu dipenuhi oleh buku yang tertata, namun tidak begitu rapi di rak yang seluruhnya menyatu dengan tembok. Buku-buku tebal dan berwarna dengan jumlah yang banyak, hingga beberapa diletakkan di lantai. Ketika dia masuk, dia melihat seseorang sedang membaca salah satu buku yang cukup tebal. Aria tidak menyerang itu karena ia sepertinya mengenal sosok tersebut. Intuisinya tidak salah. Dengan santai ia masuk bersama Florithe dan menyapa, "Sudah lama tidak bertemu, Arthur." Arthur yang ada di di depannya memakai pakaian putih layaknya paladin di kekaisaran, namun lebih mewah layaknya seorang prajurit. Arthur melihat ke arah Aria dan menutup bukunya, "Ya, sudah lama tidak be
Namaku adalah Arthur. Aku dilahirkan di desa kecil di kerajaan Brimmid. Ayahku bekerja sebagai tukang pemotong kayu di hutan sekitar desa. Sedangkan ibu, ibu hannyalah seorang ibu rumah tangga biasa. Mereka sangat baik kepadaku. Ayah selalu menyemangatiku dan tidak pernah bosan untuk bisa membuatku gembira. Begitu juga dengan ibu, ibu selalu dapat menenangkanku kapanpun aku merasa butuh. Setiap aku menangis, ibu selalu ada dan memelukku. Saat umurku sudah menginjak 4 tahun, Aku melihat ibu menangis. Ibu bilang bahwa Ayah akan pergi sangat lama. Butuh waktu sekitar satu tahun hingga akhirnya aku menyadari kalau ayah telah meninggal. Aku mendengar percakapan orang-orang di desa kalau banyak monster berkeliaran di dalam hutan. Kemudian, aku tidak sengaja mendengar ayahku yang menjadi salah satu korbannya. Mereka bilang, ayah mati karena dimakan oleh sekumpulan serigala yang besar saat menebang pohon. Aku kemudian mengingat saat waktu itu, banyak orang berkumpul di depan rumah. M
"Garban telah dikalahkan katamu!!?" Empat paus yang berada di dalam ruangan sebuah gereja yang juga menyatu sebagai kastil di wilayah paus kasih sayang, mengatakan hal yang serupa dengan nada tidak percaya. Empat paus itu duduk di meja bundar. Dari sebelah kanan, mereka adalah Ailpein Caisidei sang Paus Kebajikan, Gilleathain Kendrick sang Paus Kebaikan, Fionnghal-Taog Duffs sang Paus Ketaatan, dan Fearchar Kavanaugh sang Paus Kasih Sayang. Mereka semua ada dan menunggu di sini hanya satu alasan; mendapatkan kabar baik dari Garban Lewis, sang Paus Ketaatan, yang berharap dapat mempertahankan tembok kokoh mereka. Namun setelah keyakinan yang tinggi, apa yang mereka dengar dari salah satu bawahan mereka, yang mereka suruh untuk memberi informasi hannyalah kekalahan total. "Apa kau serius tentang itu?" ucap salah satu dari Paus di sana masih tidak mempercayainya.Sang pembawa pesan hanya bisa berlutut dan menghadap ke bawah sambil gemetar berhadapan dengan para paus. "Y-ya, tidak sal