Share

Chapter 6

"Apakah aku harus memperkenalkan diriku kembali? Tidak, itu tidak diperlukan. Bagaimanapun, kalian tidak akan bisa mengingat aku siapa untuk selamanya," ucap Aria percaya diri.


Kemudian terdengar seseorang tertawa kencang, itu adalah kesatria yang mengeksekusi warga yang Aria lihat tadi.

"Kau banyak gaya juga, bocah. Trik apa yang kau pakai sehingga takut untuk turun, HA?!"

Aria tidak merespons perkataan si kesatria tersebut.


"Benar juga, magic caster dari negeri yang jauh, perkenal-"


"Tidak, aku tidak butuh namamu," ucap Aria sebelum kesatria itu mengenalkan diri.


"Berani juga nyalimu. Apakah kau berpikir seorang magic caster bisa mengalahkan 12 kesatria sendirian? Apakah kau mencoba ingin terkenal?" Sambil mengejek, kesatria tersebut tertawa sekencang-kencangnya.


Tidak gentar dengan perkataan sang kesatria, Aria membalasnya kembali dengan tawa yang juga kencang."Benar juga, aku harus berterima kasih kepada kalian semua. Benar, itu adalah cara yang cocok untuk kalian."

Di dalam hatinya, ia sangat senang bisa menemukan kelinci percobaan tanpa harus susah payah mencari, atau menjebak seseorang.


Sekelompok manusia sampah di depan matanya adalah hal yang luar biasa bagi dirinya.


"Kau bilang mencoba, bukan? Baiklah." Aria melihat ke salah satu kesatria yang sedang menunggangi kudanya, kemudian menunjuknya.


"Kau, ikuti perintahku dan berjalan ke arahku."


Para kesatria yang mendengar itu terdiam, melihat satu sama lainnya, kemudian tertawa seolah mereka telah melihat pertunjukkan drama yang bagus.


Bahkan, di antaranya ada yang mengejek dengan mengulang kembali kalimat yang Aria katakan.


Belum berhenti tertawa, kesatria yang ditunjuk Aria langsung terjatuh hingga membuat tawa mereka terhenti sejenak, kemudian lanjut tertawa menganggap kawannya itu jatuh karena tidak kuat menahan tawa atau mengikuti akting Aria.


Kemudian mereka benar-benar berhenti tertawa setelah melihat kawannya berteriak dan mulai berjalan ke arah Aria, dan berusaha untuk melawan seakan dipaksa.


Ia terus berteriak meminta tolong sampai ia menyadari dirinya sudah berada dekat dengan Aria.


Mengikuti itu, Aria naik lebih tinggi lagi sehingga helm milik kesatria tersebut dapat dibuat sandaran tangan untuknya.


Lalu, kesatria yang mengeksekusi warga desa bertanya kepada Aria, "Apa yang kau lakukan?"


Aria tersenyum, "Para kesatria sekalian, apakah kalian adalah orang yang beriman?"


Mereka semua hanya memasang wajah bingung mereka, walalu itu sebenarnya tertutup oleh helem mereka.


"Tentu saja kalian bukan. Karena kalian adalah orang yang berdosa, aku akan membawa kematian kepada kalian."


Sambil mengatakan itu, Aria memegangi helm kesatria di pinggirnya tersebut kemudian merapalkan mantranya, "Sacrifice: Gream Reaper."

Setelah mantranya terucap, sang kesatria kembali berteriak, kini dia lebih berteriak lebih keras daripada sebelumnya.
Teriakannya sangat mengerikan sehingga membuat yang melihatnya tidak bisa beraksi.

Kesatria tersebut merasa kesakitan karena tubuhnya dirubah paksa menjadi sesuatu yang dikenalinya.Tulangnya remuk, ototnya juga robek, itu semua terjadi perlahan dari bawah hingga ke atas secara perlahan.Teriakan yang mengerikan itupun berhenti setelah proses yang tidak diketahui di dalam armornya selesai.

Kemudian, armor itu bergerak dan mengeluarkan asap hitam pekat. Lalu muncul cairan hitam lengket dari armor sang kesatria.
Cairan itu terus keluar dan membesar hingga mencapai sosok konkretnya. Sosok hitam dengan kain hitam yang menutupi seluruh tubuhnya, mata yang merah, serta senjata berbentuk bulan sabit melayang tegak.


Gream Reaper telah muncul.

"Rasakanlah kematian datang padamu!" gumam Aria.

Sosok hitam dengan mata merah menyala yang dipanggil Aria sebagai Gream Reaper itu, melayang di atas armor kesatria yang jatuh karena tubuhnya sudah tidak lagi mempunyai bentuk. Kini, tubuhnya bahkan sudah tidak ada lagi yang terlihat.

Para kesatria yang melihat itu terkejut pada awalnya, teriakan kesakitan kawan mereka yang begitu keras terasa mengerikan sehingga pikiran mereka menggambarkan neraka yang kejan datang menimpa dan menghukumnya.

Tapi, setelah melihat wujud gream reaper yang ukurannya sama dengan tubuh mereka, ketakutan mereka sedikit mengurang.

Sayangnya, hal tersebut tidak membuat pikiran mereka sadar, mereka masih memproses apa yang sedang terjadi dan hanya melihat sosok yang dibuat oleh Aria.

Gream Reaper kemudian bergerak secara perlahan ke salah satu kesatria di dekatnya.

Dihampiri oleh makhluk hitam, tangan kesatria tersebut menggenggam lengan pedang yang ada di pinggulnya.

Saat ingin menarik pedangnya, si kesatria melihat Gream Reaper itu mengayunkan senjata miliknya kemudian tak lama, ia melihat seorang kesatria tanpa kepala dengan darah yang keluar seperti air mancur dengan matanya sendiri.

Ia ingin mengetahui dan membedahnya secara logika, tetapi itu sudah terlambat karena pikiran dan kesadarannya sudah tidak lagi berfungsi karena yang ditebas adalah dirinya sendiri.

Diperlihatkan kembali kejadian yang tidak masuk akal, keadaan di sekitar kembali hening.

"UWAAAAAA!" Salah satu kesatria yang sadar kemudian berteriak dan lari dengan kudanya dengan tergesa-gesa. Suara sepatu kuda dan teriakan miliknya terdengar jelas melewati udara di suasan yang tanpa suara ini.

Perhatian mereka teralihkan oleh suara tersebut dan melihat ke arahnya, begitu juga dengan sang Gream Reaper.

"Grrr!" Mata merahnya menyala di dalam kegelapan dan terbang dengan cepat ke arah kesatria yang kabur dengan kudanya itu.

Seakan sang waktu menjeda waktunya, Gream Reaper itu tiba-tiba sudah berada di depan kesatria. Kaget dengan apa yang dilihat, kuda yang ditungganginya berdiri dan mengeluarkan suara yang aneh. Dan saat itu juga, dua kepala telah jatuh ke tanah.

Kesatria yang mengeksekusi warga dengan tawaan kencangnya, yang mungkin adalah pemimpin kelompok tersebut, berteriak dengan sekuat tenaga menyemangati kesatria yang lain. “Jangan takut! Keluarkan pedang kalian dan bertarunglah! Dia hanya makhluk rendahan, sangat mudah mengalahkannya! Sadarkan kembali pikiranmu dan keluarkan pedangmu!”

Teriakannya membuat sadar kesatria yang lain dan para kesatria itu mulai mengeluarkan pedang dari sarungnya.

“Siapkan formasi kalian, kita akan menyerang!” teriaknya lagi.

“Uwoooh!”

Teriakan semangat para kesatria mulai menggema, mereka lalu mulai bergerak menuju Gream Reaper sebagai targetnya.

“Musuhmu hannyalah orang yang memakai armor. Selain itu, jangan serang!” perintah Aria kepada Gream Reaper itu. Seakan mengerti, sosok itu memasang kuda-kuda dengan memainkan senjata berbentuk bulan sabitnya itu.

Gream Reaper itu maju dan menerjang dua kesatria yang mendekatinya dan mengayunkan senjatanya ke arah mereka.

"AAAA!" teriak kesatria yang diserang. Badan dua kesatria tersebut terbagi menjadi dua, dengan sisa bagian bawah yang dibawa oleh kuda yang berlari secara acak, sedangkan tubuh atasnya jatuh tepat di bawah Gream Reaper.

Gream Reaper itu selanjutnya melihat ke arah lain dan mencari mangsa selanjutnya.

Tepat sebelum ia menemukan, dari belakang Gream Reaper, terdengar suara teriakan dari salah satu kesatria yang hendak menyerang Gream Repaer dari belakang.

Teriakan itu disebabkan oleh sebuah makhluk berwarna putih. Makhluk itu adalah jiwa yang sudah diambil oleh Gream Reaper dan menjadi pengikutnya. Di dalam Godtales, makhluk tersebut dinamakan Yurei dan bisa dipanggil tanpa harus ada Gream Reaper. Yurei sendiri merupakan jiwa yang datang kembali ke dunia dan melakukan balas dendam. Yurei dikenal sebagai makhluk yang agresif dan menyerang langsung pemain.

Aria yang melihat itu tersenyum melihatnya. "Yurei? Sudah lama aku tidak melihatnya. Ini akan semakin menarik!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status