Share

Chapter 5

Author: JayK
last update Last Updated: 2022-09-29 10:26:47

Butuh waktu tiga hari untuk sampai di tempat tujuan meskipun sudah menggunakan kuda sekalipun.

Aria menumpang kepada para pedagang, namun dia harus berpisah dan kembali melanjutkan perjalanannya sendirian dengan jalan kaki. Di tengah perjalanan juga, ia membaca peta yang ia beli dari guild.

Setelah berjalan kaki selama satu hari dipandu arahan para pedagang dan melihat struktur peta, Aria berjalan menyusuri hutan.

Ia tidak takut dengan serangan monster dan perut yang lapar.

Aria diberitahu bahwa tidak ada monster yang berkeliaran di sekitar Desa Ssuane.

"Ini terlalu mudah jika tidak ada monster. Hidup menjadi petualang Bronze membosankan. Tapi, lebih baik daripada menjadi petani di zaman seperti ini," gumam Aria. 

Mengenai kebutuhan pokoknya, Aria membeli beberapa roti dan makanan yang cukup untuk dirinya makan sendiri di perjalanannya.

Saat sampai di sungai, ia akan berburu ikan serta membersihkan dirinya. Walau sebenarnya ia tidak akan mengeluarkan keringat, karena ia mendapatkan ras yang spesial karena telah mencapai level maksimal di dua sub-class.

Kemudian setelah bergelut dengan pepohonan, Aria keluar menuju cahaya. Saat ia keluar, tempat itu sangat luas dengan pepohonan yang mengelilinginya.

Itu adalah hamparan yang luas dan diisi oleh banyak bunga yang sudah memekarkan dirinya. Indah sekali dibandingkan hutan yang dilewatinya tadi.

Tapi, Aria tidak menghiraukan keindahan itu karena ia hanya berpikir tempat itu adalah tujuan Aria untuk menyelesaikan misinya.

Setelah itu Aria berjalan ke arah hamparan bunga yang luas itu. Berdiri tepat di tengah-tengah dan berhenti di sana dengan posisi berdiri.

"Saatnya melakukan percobaan, jika tekniknya masih sama, ini akan sangat memudahkanku."

Aria menarik napasnya dalam-dalam untuk bersiap. Setelah itu, Aria merapatkan kedua tangannya seperti sedang berdoa, membayangkan sebuah air yang jatuh, kemudian Aria mengucapkan kode perintah untuk mengaktifkan sihirnya.

"Create Rain."

Sesudah mengatakan hal tersebut, Aria kembali melepaskan tangannya dan berdiri diam.

Tak lama setelah itu, langit yang awalnya cerah, saat ini sudah berganti menjadi abu-abu, siap untuk menjatuhkan isinya ke bawah. Perlahan namun pasti, tetesan air yang awalnya hanya sedikit, kini telah terjun bebas dengan menghantam apa pun yang ada di bawah.

Meskipun begitu, air yang dijatuhkan adalah air biasa dan itu jatuh dengan kuantitas sedang, sehingga tidak satu pun yang akan tersakiti.

Basah dengan sihirnya sendiri, Aria kemudian mengangkat tangannya ke depan, dan membayangkan tetesan air jatuh ke air lagi sehingga menciptakan gelombang lembut, kemudian ia mengucapkan kode perintahnya.

"Serach Zone: Analysis."

Air yang berada di ujung jari tengah Aria kemudian jatuh dan saat sudah sampai bawah, air itu menciptakan bunyi air jatuh dan gelombang halus ke seluruh area hamparan bunga yang luas tersebut.

Setelah gelombang itu hilang, cuaca hujan pun perlahan-lahan ikut menghilang dan mengembalikan kembali cuaca cerah yang asli.

Hal yang dilakukan oleh Aria adalah konsep mengeluarkan sihir dari permainan Godtales.

Dengan membayangkan cara kerja sihir tersebut, pemain bisa mengeluarkan sihirnya sesaat setelah mengucapkan kode perintah.

Ini juga menjadi alasan kenapa banyak sekali orang bermain Godtales, pemain benar-benar dimanjakan dengan nuansa seperti negeri dongeng yang diimpikan.

Sihir yang dilakukan Aria adalah contoh nyatanya. Ia bisa melakuakn hal tersebut dengan mudah karena itu adalah konsep alami yang dijalankan di sistem Godtales.

"Sepertinya cara kerja sihirnya masih sama. Ini adalah hal yang bagus."

Untuk sihirnya sendiri yang dikeluarkan Aria adalah yang disebut 'Create Rain'. Create Rain adalah sihir rendah yang dapat dipelajari tanpa harus mengambil sub-class.

Sihir area tersebut masih banyak digunakan pemain karena terdapat segudang manfaat. Sebagai contoh adalah untuk meningkatkan efek buff (efek status positif) bagi player dan timnya terutama bagi yang menggunakan sihir air.

Sihir kedua yang dikeluarkan oleh Aria 'Search Zone' adalah sihir umum menengah. Meski begitu, butuh keahlian khusus untuk menggunakannya, serta pemain harus mengetahui objek apa yang akan dicarinya.

"Tapi jika sistemnya masih sama, melakukan sihir lanjutan menjadi kendala. Untungnya versi saat ini sudah jauh lebih pendek. Waktunya mencari tanaman obat."

Dalam kasus ini, Aria menggunakan Search Zone sebagai area pencarian zona, dengan perintah lanjutan Analysis untuk mencari tanaman obat yang ada.

Karena Aria tidak mengetahui jenis tanaman obat yang ada di dunia ini, maka ia menggunakan Analysis agar ia bisa menentukan mana saja tumbuhan yang termasuk tanaman obat.

Untuk efeknya, objek yang dicari akan mengeluarkan cahaya untuk memudahkan para pemain.

Di hamparan bunga yang luas ini, hal itu akan dapat menarik banyak perhatian banyak orang, karena ternyata bayak sekali tanaman obat yang tumbuh di hamparan bunga.

Hamparan bunga yang awalnya sudah indah, berubah menjadi lebih indah seperti bunga itu memancarkan cahaya dirinya sendiri.

Menghiraukan apa yang terjadi, Aria kemudian melaksanakan misinya dan memetik tanaman obat sebanyak yang ia bisa.

"Cukup banyak di sini, resepsionis itu bilang tidak harus satu jenis, bukan? Ambil acak dan secukupnya lebih baik."

Aria tidak ingin memetik terlalu banyak, selain karena akan merusak ekosistem, desa yang dekat dengan hamparan bunga ini akan kesusahan.

Maka dari itu, Aria hanya mengumpulkan sekitar 47 tanaman obat apa pun jenisnya ia tidak mempermasalahkan hal tersebut.

Selesai dengan tugasnya, efek dari sihir Aria perlahan menghilang.

Karena Aria sudah mengkonfirmasi bahwa ia bisa menggunakan sihir, Aria ingin cepat pulang degan Teleport, namun kemudian dia merubah pikirannya dan memutuskan untuk berkunjung ke desa Ssuane.

"Berkunjung sepertinya ide yang bagus, aku bisa memperluas area teleport-ku."

Aria melangkahkan kakinya dan meninggalkan hamparan bunga tersebut.

Hanya berjarak sekitar 30 meter dari hamparan bunga, Aria sudah melihat bangunan penduduk tanpa tembok pembatas yang sering ia jumpai selama di perjalanan.

Ini mungkin saja membuktikan bahwa tidak adanya monster di daerah sekitar desa Ssuane benar.

Aria melihat ke arah desa Ssuane selama 30 detik lamanya dan ia tidak mendengar satu pun suara.

"Selama di perjalanan, aku tidak pernah melihat desa yang sepi seperti ini."

Merasa ada yang salah, Aria mencoba mendekati dengan berjalan ke arah desa tersebut.

Setelah beberapa langkah, ia mendengar sebuah jeritan perempuan dan kemudian diikuti oleh beberapa suara lain.

Suara orang berteriak ketakutan, sangat terasa di telinga Aria.

Tak perlu berpikir panjang, Aria kemudian merapalkan mantranya 'Fly' sebuah sihir terbang dan terbang ke atas untuk memantau dari udara.

Ia melihat banyak orang berkumpul, lebih tepatnya dikumpulkan oleh 12 orang yang berpakaian armor besi penuh menaiki kuda.

Kemudian Aria melihat satu orang memakai perlengkapan yang sama sedang mengayunkan pedangnya, sehingga terdengar suara teriakan yang sebelumnya ia dengar.

Selain itu juga Aria melihat banyak mayat berserakan di dalam desa tersebut. Sudah dipastikan telah terjadi pembantaian di desa ini.

Aria kemudian memutuskan turun di dekat para kesatria. Sebelum itu, Aria melepas lencana guild miliknya ke tas penyimpanannya.

"Selamat siang semuanya!" Sambil turun perlahan dan menahan ketinggiannya sekitar 50 cm di atas permukaan tanah. Aria meninggikan suaranya sehingga suaranya bisa terdengar walaupun salah satu ksatria tertawa dengan keras.

Mendengar suara yang dihasilkan oleh Aria, para kesatria termasuk penduduk desa langsung mengalihkan fokusnya ke Aria.

Seorang kesatria yang tertawa menyiksa warga desa juga melihat ke arahnya.

"Salam kenal semuanya. Perkenalkan, aku adalah seorang magic caster dari negeri yang jauh. Aku pergi berkelana untuk melihat keindahan dunia. Namun apa yang aku dapati sekarang, kesatria yang seharusnya melindungi rakyat lemah, justru malah membunuh untuk kesenangan semata. Hal ini sungguh tidak enak dipandang."

Aria kemudian mengeluh ketidaksenangannya akibat perbuatan para kesatria yang dengan senang membunuh nyawa manusia yang tidak berdaya. Meskipun itu hannyalah alasan yang Aria buat saja.

"Siapa kau?!" ucap salah satu kesatria yang sedang menaiki kuda miliknya. Dia terlihat begitu marah!

Related chapters

  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 6

    "Apakah aku harus memperkenalkan diriku kembali? Tidak, itu tidak diperlukan. Bagaimanapun, kalian tidak akan bisa mengingat aku siapa untuk selamanya," ucap Aria percaya diri.Kemudian terdengar seseorang tertawa kencang, itu adalah kesatria yang mengeksekusi warga yang Aria lihat tadi."Kau banyak gaya juga, bocah. Trik apa yang kau pakai sehingga takut untuk turun, HA?!"Aria tidak merespons perkataan si kesatria tersebut."Benar juga, magic caster dari negeri yang jauh, perkenal-""Tidak, aku tidak butuh namamu," ucap Aria sebelum kesatria itu mengenalkan diri."Berani juga nyalimu. Apakah kau berpikir seorang magic caster bisa mengalahkan 12 kesatria sendirian? Apakah kau mencoba ingin terkenal?" Sambil mengejek, kesatria tersebut tertawa sekencang-kencangnya.Tidak gentar dengan perkataan sang kesatria, Aria membalasnya kembali dengan tawa yang juga kencang."Benar juga, aku harus berterima kasih kepada kalian semua. Benar, itu adalah cara yang cocok untuk kalian."Di dalam hatin

    Last Updated : 2022-09-29
  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 7

    Kesatria yang didatangi Yurei terlebih dahulu, diserang dengan cara ditakuti dan membuat akal sehatnya menurun. Lalu, Yurei tersebut masuk ke dalam tubuh si kesatria dan mencekiknya. Temannya di sebelah yang menyaksikan tersebut hanya bisa kebingungan melihat temannya seperti tersiksa. Ia melihat temannya berteriak, meminta tolong sambil tangannya berusaha meraih sesuatu di sekitar lehernya, mencoba melepaskan sesuatu agar dirinya dapat kembali bernapas. Bahkan karena itu, tubuhnya ikut menggeliat dan memberontak agar dirinya bisa bebas. Yurei sebenarnya dapat dilihat sosoknya dengan kasat mata, tetapi fokus si kesatria sepertinya hanya tertuju kepada sosok yang menyeramkan bernama Gream Reaper sehingga melihat temannya seperti itu membuatnya bingung dan tidak dapat membuat reaksi yang tepat.“Hei, apakah kau baik-baik saja?” Setelah menanyakan hal itu kepada temannya itu, ia melihat bahwa temannya sudah berhenti berteriak, perlahan jatuh ke bawah dengan lembut, berbeda dari sebelum

    Last Updated : 2022-10-10
  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 8

    Aria kembali ke hamparan bunga sebelumnya yang ia datangi saat harus menjalankan misinya untuk mencari tanaman herbal Setelah sampai dan mendarat di tengah-tengah hamparan bunga tersebut, Aria mengingat kembali pertarungan yang baru saja terjadi. Lemah. Terlalu lemah. Ia memikirkan itu seakan tidak percaya dan kesal akan hal tersebut. "Itu hanyalah Gream Reaper yang dibuat oleh satu tumbal saja! Bagaimana mereka, 12 orang, langsung kalah dengan makhluk lemah seperti ini? Benar-benar tidak dipercaya! Pemain level 20 saja dengan mudah mengalahkannya!" Aria terus mengumpat kepada 12 prajurit yang sudah mati di tangan Gream Reaper ciptaannya itu, dan terus berbicara sendiri karena tidak dapat memuaskan hatinya, meskipun para kelinci percobaan itu melakukan tugasnya dengan baik. "Sudahlah, tidak baik memikirkan hal tersebut. Lebih baik aku pulang dan mencari tempat penginapan. Ah, benar juga." Aria lalu mengambil benda yang sebelumnya ia taruh di tas penyimpanannya. Itu adalah pin pe

    Last Updated : 2022-10-11
  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 9

    "Ekhem..." deham Aria, "Baiklah, itu bagus dan tidak berlebihan." "Apa ada lagi, Tuan?" "Ya, saat sedang banyak orang, tolong panggil aku dengan nama karakterku, Aria. Kau bebas memanggilku apa saat hanya sedang berdua saja. Kemudian, bicara seperti biasa saja seperti seorang teman." "Dimengerti," ucap Florithe patuh. Aria mengangguk puas dan berpikir untuk langsung pulang, namun ia melihat ke arah sampingnya, Gream Reaper yang ia panggil masih ada dan belum menghilang. Sedari awal, Gream Reaper itu mengikutinya dalam diam sambil memangkul senjata miliknya seperti seorang petani dengan cangkulnya. Lalu, Yurei yang mengikuti dengan wajah jelek dan menyeramkan membuat Aria menambah ekspresi kesusahannya. Jika dilihat, Gream Repaer itu terlihat seperti pet milik seorang player saat berada di lobby atau kota utama di dalam game. Menghilangkan efek seramnya. "Hei, apakah kau bisa menghilang?" tanya Aria dan melihat ke arah Gream Reapernya. Gream Reaper menatap kembali Aria kemudi

    Last Updated : 2022-10-11
  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 10

    "Dia menyukainya," ucap Aria.Aria tidak sedang berbohong dan dia bukan ingin menyenangkan lawan bicaranya, itu karena pipi Florithe memerah dan hanya Aria yang mengetahui hal tersebut meski dari sisinya, wajah Florithe tertutup oleh tudung miliknya."Aku senang mendengarnya. Oh, benar. Sungguh tidak sopan, maafkan aku belum memperkenalkan diriku. Aku adalah Count Reginald Vol-Sisenna, aku adalah orang yang berkuasa di daerah sekitar kota Rumberg, sekaligus menjadi wali kota di sini.""Aku adalah Aria, dan di sebelahku ada Florithe Lysabel. Kami berdua adalah magic caster, kami baru saja sampai di kota ini.""Aku mendengar namamu dari seorang pedagang yang terkenal di benua ini. Dia telah menjadi langgananku.""Pedagang... Apakah yang kau maksud adalah Magnius?""Benar, itu adalah Magnius. Tujuanku mengundangmu ke sini adalah karena ia memintaku untuk menepati janjinya, meskipun masih terlalu sedikit, setidaknya dia ingin mengurangi hutangnya. Itulah yang ia katakan.""Aku turut senan

    Last Updated : 2022-10-11
  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 11

    "Ah, maaf. Apakah kau juga ingin mengambilnya?" Aria melihat ke arah suara itu. Di sana, seorang remaja seumuran dirinya menggunakan armor besi yang tidak menutupi seluruh tubuhnya. Pelindung kepalanya seperti mahkota. Saat pertama kali melihatnya, ia teringat dengan sosok protagonis di cerita-cerita fantasi dan itu membuat dirinya jengkel.Pemuda itu masih tersenyum melihat Aria.Aria akhirnya menjawab, "Ya, benar." "Maaf, aku kira tidak ada yang akan mengambilnya. Aku sudah ingin melakukan misi ini sudah dari lama sekali, dan petualang lain tidak mengambilnya. Tapi benar-benar waktu yang tidak tepat. Jadi, bagaimana kalau kita menyelesaikannya bersama?" Aria tidak menyangka penawaran ini. Namun, Aria menjawab dengan pura-pura polos, "Apakah tidak apa-apa? Kau bilang kau ingin mengambil misi ini dari lama, bukan?" "Tidak apa-apa! Bagaimana kalau kita membicarakan hal ini bersama dengan anggotaku yang lain?" "Baiklah." Mereka bertiga kemudian pergi ke lantai 2. Pemuda itu mengar

    Last Updated : 2022-10-11
  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 12

    "Aku serahkan kepadamu, Arthur. Maaf, tapi sebenarnya kami berdua baru sampai di kota ini kemarin, jadi aku tidak bisa memutuskan. Satu hal lagi, kau bisa memanggilku tanpa honorifik."Sejujurnya, jalan manapun yang akan dipilih Aria tidak peduli. Tapi jika harus memilih di kesempatan tadi, Aria lebih suka perjalanan yang panjang. Selain bisa menambah wilayah teleportnya, Aria juga bisa menikmati dan bersenang-senang sepanjang perjalanan.Arthur mengangguk mengerti dengan jawaban Aria."Jadi Aria bukan berasal dari kota ini. Aku jadi tidak heran sekarang.""Heran?""Ya, jarang sekali melihat seorang petualang seperti kamu.""Aku juga mendengar hal itu dari beberapa orang setelah sampai di kota ini."Meski mengatakan hal tersebut, Aria masih belum mengetahui bagian mana dirinya yang dianggap jarang? Aria pikir fisiknya tidak jauh beda dari ingatannya tentang gambaran karakter yang dibuatnya dulu."Mari kita lanjutkan diskusi kita.”Kemudian, Arthur menjelaskan secara panjang dan lebar

    Last Updated : 2022-10-11
  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 13

    "Aku tidak yakin. Tempatku berasal tidak terlalu terikat dengan kepercayaan ataupun agama," ucap Aria pada akhirnya."Mungkinkah kamu orang dari luar benua?!" tanya yang lain tertarik."Aku juga ingin mengkonfirmasi hal itu. Tapi jika seperti itu, seharusnya aku tidak bisa berbahasa dengan kalian seperti ini."Kelompok Arthur melihat ke Aria dengan wajah yang penasaran semenjak Niya menanyakan sesuatu tentang Aria, dan mendengar jawaban yang tadi, mereka mengeluarkan suara 'ohh benar juga' di wajah mereka."Florithe adalah orang yang ikut bersamaku untuk melakukan perjalanan.""Jadi kalian berasal dari tempat yang sama?""Ya, itu benar. Tapi jika kalian melihat wajah Florithe secara langsung mungkin kalian akan meragukan hal itu.""Mengapa?"Aria tersenyum dan melihat ke arah Florithe. Florithe yang menyadari hal itu kemudian bertanya untuk mengkonfirmasi sekali lagi."Apakah tidak apa-apa?" tanya Florithe dengan nada yang datar.Aria menjawabnya dengan anggukan.Dengan persetujuan it

    Last Updated : 2022-10-11

Latest chapter

  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 112 [Tamat]

    Matahari kembali memperlihatkan sosoknya yang agung. Dia begitu bersinar dan nampak cerah dengan cahaya alaminya. Di pagi hari ini, wajah para pasukan aliansi kembali pada titik mereka bisa tersenyum setelah melewati malam yang begitu mengerikan. Saat pemimpin mereka melawan paus keimanan, mereka diserbu oleh pasukan musuh yang tidak mempunyai nyali ataupun takut di dalam diri mereka. Beberapa teman yang mereka kenal lama atau baru kenal saat di perjalanan mati dengan keadaan mengenaskan. Setelah pertempuran semalam, mereka memutuskan untuk berkabung sebentar saat itu juga, karena tidak banyak waktu lagi bagi mereka untuk bergerak. Raja Aria dan Ratu Brimmid sebenarnya sudah memutuskan untuk mereka beristirahat dan menjaga kota, tapi para pasukan akan merasa sangat tidak termotivasi jika tidak ikut dengan pemimpin mereka. Meneriakkan kemenangan bersama dengan para pemimpin adalah salah satu motivasi mereka agar tidak terpuruk sesudah pertempuran. Jasad Paus Keimanan tidak dapat

  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 111

    Lalu kemudian Gillechrìosd merasakan rasa takut yang besar, tapi dirinya tidak bisa merespons hingga akhirnya tanpa ia sadar, wajahnya sudah mencium tanah dengan keras. "Mhmffuu!" Serangan itu berasal dari Aria. Dia menenggelamkan wajah Gillechrìosd dengan kekuatannya sendiri hingga menghantam dan menghancurkan tanahnya. Setelah memberikan serangan, Aria lalu membawa Ninelie ke tempat yang aman dan mematikan sihir cahaya yang berakibat fatal bagi Ninelie. Dengan sihir yang sudah dimatikan, Ninelie yang tidak berdaya masih bisa belum merespons. "Florithe." ucap Aria untuk memberikan tindakan khusus."Ya." Florithe dengan segera datang dan menyembuhkan Ninelie. "Aku tidak menyangka dia bisa mengubah darah menjadi senjata." Sambil menyembuhkan Ninelie, Aria memulai percakapan. Mengingat jarang sekali melihat sihir yang identik, ia tidak bisa menahan rasa penasarannya.Florithe juga tidak keberatan. Konsentrasinya tidak mudah luntur hanya dengan percakapan biasa. "Itu adalah kemampua

  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 110

    Gillechrìosd menatap tajam ke arah Aria yang menunjukkan posisi sedikit tertunduk, seakan menahan rasa sakit serangan miliknya. Dari jari tengah tangan kanannya, dia melihat darah menetes ke tanah. "Jadi aku masih terkena serangannya." umpat dirinya lalu, Gillechrìosd mendecak. "Itu membuatku kesal." Gillechrìosd menghapus darahnya lalu melangkah ke mendekati Aria yang masih belum bergerak. "Baiklah, kau tidak sedang tidur sekarang, bukan? Mari kita lanjutkan pestanya." Gillechrìosd melebarkan kalung yang ia lilitkan di tangan kanannya sambil membaca mantra. Tangan kanannya kini dikelilingi oleh lingkaran sihir tiga lapis berwarna biru dengan kalung lambang agamanya yang ikut bersinar. "Ini akan menjadi sesuatu yang bagus saat otakmu meleleh. Holy Fire!" Tangan kanan Gillechrìosd langsung diselimuti oleh api berwarna biru putih menggantikan lingkaran sihirnya. Namun lagi-lagi, tanpa dirinya sadar, seseorang menyerang dirinya sekali lagi. Tapi ia dapat merasakan serangan itu saat

  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 109

    Berdiri di antara pasukannya, Gillechrìosd memasang senyum segar di wajahnya. Badannya masih dalam posisi yang sempurna. Goresan serta lecet dan beberapa luka yang ia dapatkan saat pertarungan melawan Aria hilang tanpa jejak. Tatapan matanya begitu tinggi dan mengejek sosok lawannya yang ia pikir berdosa. Gillechrìosd menilai mereka semua adalah sampah yang seharusnya dewanya tidak ciptakan. Tidak ada sifat mulia bahkan dengan berani menginjakkan kakinya di tempat suci untuk peribadatan. "Untuk seorang raja baru dari kerajaan Ordioth, kau lumayan." Dari nadanya, siapapun bisa mendengar bahwa nada itu adalah nada ejekan yang diberikan kepada Aria. "Bahkan setelah melawan tubuh keduaku ... Mungkin hanya kau yang bisa membuatnya tidak sadarkan diri." Gillechrìosd mengocehkan kehebatannya dengan gerak gerik seorang bangsawan yang memiliki kekuasaan absolut. Dengan postur tubuh yang bagus dan wajah yang tampan, Gillechrìosd masuk dalam jajaran kedua orang yang dibenci oleh Aria setel

  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 108

    Di depan mereka, berseberangan dengan tempat mereka berdiri, muncul dari kegelapan bayangan, disinari dengan sedikit cahaya bulan, terdapat seorang pria menggunakan baju pendeta, sama seperti yang dikenakan para paus yang ditemukan oleh Aria sebelumnya. Tetapi pria itu memiliki banyak hiasan keagamaan yang menempel di pakaiannya. Terdapat rantai, kalung, juga buku yang menempel pada baju pendetanya. Rambut pria itu panjang dan berwarna keemasan. Tubuhnya tinggi juga proporsional. Dilihat dari kulitnya, usia orang itu terbilang sangat muda dibandingkan dengan paus lainnya yang ada di teokrasi. Ninelie yang melihat itu langsung masuk dalam mode siaga untuk bertempur. "Hati-hati. Dia sangat kuat." "Sangat kuat? Dia?" Aria yang diberi peringatan oleh Ninelie bertanya kembali untuk memastikan.Ninelie kembali membalasnya sambil mempertahankan sikap siaganya. "Ya, meskipun penampilannya terlihat seperti itu dia adalah orang yang terkuat di Teokrasi." "Jadi itu bukan Paus Keberanian?"

  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 107

    Setelah membunuh karakter yang Aria pribadi benci, Aria bersama dengan Florithe keluar dari dalam gedung melewati puing-puing bangunan yang hancur, efek dari serangan pedang Arthur yang bertabrakan dengan pelindung sihir milik Aria. Matahari di sana sudah melumpuhkan warna oranye, dan bayang-bayang bangunan di sekitar taman utama mencerminkan waktunya untuk istirahat dari segala aktivitas. Tetapi taman itu sudah sunyi. Tidak ada satupun aktivitas terasa di taman utama teokrasi yang menjadi pusat dari segala acara keagamaan. Aria yang masih di sekitar gedung itu melihat ke arah matahari dengan mata yang penuh dengan keinginan kuat. Tetapi secara visual matanya hanya menatap keindahan matahari itu. Menjadikan balas dendam sebagai alasan utama ketidakbergunaan diri sendiri berjalan di atas dunia. Dan yang membuat itu semakin buruk, karena menjadikan aksi selingkuh tunangannya sebagai alasan utama. Benar-benar bodoh sekali. Angin berembus yang membuat pakaian Aria dan Florithe mengik

  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 106

    Aria menuju salah satu bangunan di pusat taman Teokrasi. Bangunan itu memiliki sebuah kubah sebagai atapnya. Interiornya mewah dengan berbagai lukisan serta patung yang terbuat dari emas. Di sana, ia pergi ke salah satu ruangan dengan pintu masuk yang berbeda dari pintu lainnya yang ada di bangunan itu. Ruangan itu dipenuhi oleh buku yang tertata, namun tidak begitu rapi di rak yang seluruhnya menyatu dengan tembok. Buku-buku tebal dan berwarna dengan jumlah yang banyak, hingga beberapa diletakkan di lantai. Ketika dia masuk, dia melihat seseorang sedang membaca salah satu buku yang cukup tebal. Aria tidak menyerang itu karena ia sepertinya mengenal sosok tersebut. Intuisinya tidak salah. Dengan santai ia masuk bersama Florithe dan menyapa, "Sudah lama tidak bertemu, Arthur." Arthur yang ada di di depannya memakai pakaian putih layaknya paladin di kekaisaran, namun lebih mewah layaknya seorang prajurit. Arthur melihat ke arah Aria dan menutup bukunya, "Ya, sudah lama tidak be

  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 105

    Namaku adalah Arthur. Aku dilahirkan di desa kecil di kerajaan Brimmid. Ayahku bekerja sebagai tukang pemotong kayu di hutan sekitar desa. Sedangkan ibu, ibu hannyalah seorang ibu rumah tangga biasa. Mereka sangat baik kepadaku. Ayah selalu menyemangatiku dan tidak pernah bosan untuk bisa membuatku gembira. Begitu juga dengan ibu, ibu selalu dapat menenangkanku kapanpun aku merasa butuh. Setiap aku menangis, ibu selalu ada dan memelukku. Saat umurku sudah menginjak 4 tahun, Aku melihat ibu menangis. Ibu bilang bahwa Ayah akan pergi sangat lama. Butuh waktu sekitar satu tahun hingga akhirnya aku menyadari kalau ayah telah meninggal. Aku mendengar percakapan orang-orang di desa kalau banyak monster berkeliaran di dalam hutan. Kemudian, aku tidak sengaja mendengar ayahku yang menjadi salah satu korbannya. Mereka bilang, ayah mati karena dimakan oleh sekumpulan serigala yang besar saat menebang pohon. Aku kemudian mengingat saat waktu itu, banyak orang berkumpul di depan rumah. M

  • GodTales: Terjebak di Dunia RPG (Role-Playing Game)   Chapter 104

    "Garban telah dikalahkan katamu!!?" Empat paus yang berada di dalam ruangan sebuah gereja yang juga menyatu sebagai kastil di wilayah paus kasih sayang, mengatakan hal yang serupa dengan nada tidak percaya. Empat paus itu duduk di meja bundar. Dari sebelah kanan, mereka adalah Ailpein Caisidei sang Paus Kebajikan, Gilleathain Kendrick sang Paus Kebaikan, Fionnghal-Taog Duffs sang Paus Ketaatan, dan Fearchar Kavanaugh sang Paus Kasih Sayang. Mereka semua ada dan menunggu di sini hanya satu alasan; mendapatkan kabar baik dari Garban Lewis, sang Paus Ketaatan, yang berharap dapat mempertahankan tembok kokoh mereka. Namun setelah keyakinan yang tinggi, apa yang mereka dengar dari salah satu bawahan mereka, yang mereka suruh untuk memberi informasi hannyalah kekalahan total. "Apa kau serius tentang itu?" ucap salah satu dari Paus di sana masih tidak mempercayainya.Sang pembawa pesan hanya bisa berlutut dan menghadap ke bawah sambil gemetar berhadapan dengan para paus. "Y-ya, tidak sal

DMCA.com Protection Status