Home / Romansa / Get Me Pregnant / 4). Solusi Sesat

Share

4). Solusi Sesat

Author: Intan
last update Huling Na-update: 2022-01-14 10:30:38

Hari berikutnya, berjalan seperti biasa. Naya masih kerap-kali menghabiskan waktu bersama Celine dan Agatha untuk shopping maupun liburan. Seperti hari ini misalnya, setelah membeli jam tangan keluaran terbaru merk kelas dunia, ketiga gadis itu kemudian nongkrong di Brilliane Cafe. Tempat biasa mereka nongkrong hanya untuk sekedar makan dan berbincang-bincang. Tempatnya yang minimalis namun di desain dengan begitu elegan membuat siapa saja pasti betah nongkrong di tempat itu.

Naya bahkan sanggup bejam-jam berada di sana hanya untuk membaca novel. Tersedia ruangan kaca privasi yang bisa mereka jadikan tempat untuk membaca. Seperti yang tengah ketiga gadis itu sewa hari ini misalnya.

"Btw, Nay. Kemarin malam, habis dari club, lo pergi kemana, dah? Gue nyariin lo tapi lo ternyata udah gak ada di meja bar?"

Naya sontak langsung menghentikan acara membacanya, menggeser novel di tangan dan menatap ke arah Celine kali ini. Naya tampak berusaha sedang mengingat-ingat sesuatu.

"Aku gak inget pasti sih. Tapi, yang jelas bangun-bangun aku udah ada di hotel sama seorang laki-laki."

Uhuk!

Agatha yang memang tidak tahu apa-apa, tersedak air minumnya sendiri setelah mendengar omongan Naya barusan.

"Wait, what? Demi apa lo, Abinaya Sutedja? Lo udah lepas perawan?"

Naya mengangguk dengan santai untuk menjawab pertanyaan tersebut.

"Eh anjir! Ketinggalan berita apa lagi ini gue. Bisa-bisanya kalian gak ngajak gue ke club kemarin malam."

"Ye... Cebong! Lo lupa siapa yang gue telpon berkali-kali tapi kagak diangkat. Gue bahkan ngirim pesan lewat sms juga."

"Masa sih?"

"Dahlah." Celine mengibaskan tangan kanannya dengan malas, kemudian kembali menatap ke arah Naya dengan raut wajah serius. "Jadi, lo beneran ngikutin apa yang gue saranin malem itu, Nay?"

Naya mengangguk lagi.

"Gila lo Nay! Gue padahal cuma niat bercanda loh."

"Bercanda kamu itu, solusi bagus tau," kata Naya acuh-tak acuh. Agatha sampai memandang tak percaya ke arah Abinaya saat ini. Kemana perginya gadis polos nan baik hati dari jiwa murni gadis itu.

"Sesat ajaran lo, Cel."

Agatha menyalahkan Celine atas hilangnya kepolosan Naya. Sementara Celine hanya tercengir tanpa dosa.

"Ya mohon maaf. Kan gue gak ada niatan untuk menjerumuskan seorang Abinaya Sutedja yang polos bin kolot ini ke lubang kenikmatan duniawi."

Celine menyedot santai jus alpukat miliknya kemudian, namun kedua matanya tetap tertuju lekat ke arah Naya.

"Jadi, lo beneran udah gak perawan nih?"

"Hum." Naya menganggukkan kepala.

Brak!

"Selamat kalau begitu!" Kata Celine memekik bahagia, sambil memukul pelan meja di depannya. Agatha sontak saja langsung menoyor kepala cewek itu.

"Goblok kok di pelihara. Ntar kalau si Naya hamil gimana, Woy."

"Sengaja kok. Naya memang pingin hamil."

Agatha langsung melotot mendengar perkataan Naya barusan. "Yang bener aja lo, Nay?"

"Beneran kok." Naya memperbaiki posisi duduknya, "Soalnya Naya gak mau dijodohin. Kakek katanya pingin cicit, dan satu-satunya orang bisa kasih kakek cicit cuma aku. Yaudah aku minta benihnya sama laki-laki yang aku temui di club semalam biar tumbuh jadi bayi."

"Terus laki-laki yang lo mintai benihnya itu, mau gitu aja nyumbangin benih ke lo?"

Naya menggeleng.

"Awalnya sih, laki-laki itu menolak keinginan Naya. Tapi mana ada sih, laki-laki yang kuat menolak godaan sodoran tubuh seorang perawan. Setelah tahu kalau aku dengan suka rela akan memberikan keperawanan, lelaki itu akhirnya luluh juga."

Celine bertepuk tangan bak anak kecil yang mendapatkan hiburan.

"Mantab Nay! Gue suka cara lo! Ibarat seekor kucing, mana ada yang nolak sodoran ikan tenggiri."

Agatha benar-benar tidak habis pikir dengan jalan pikiran kedua temannya itu. Bisa-bisanya,  Agatha memiliki teman seperti mereka berdua.

"Oh ya, Nay. Laki-laki yang nidurin lo itu, orangnya cakep gak?"

"Ganteng kok."

"Bagus deh kalau gitu. Soalnya nih ya, gue gak bisa deh bayangin gimana jadinya kalau laki-laki yang lo pilih itu bapak-bapak perut buncit, kelebihan lemak terus giginya tongos, punya kumis ikan lele pula. Apa gak asem hidup lo ntar dapet keturunan modelan begitu."

Naya dan Celine sontak saja langsung terkikik geli mendengar ocehan Agatha barusan.

"Btw, namanya siapa? Pengusaha muda? Ceo? Atau jangan-jangan malah yang punya club malam tempat lo clubing?"

"Namanya Deaz, tapi aku gak sempet nanya apa pekerjaannya. Soalnya, kita udah sepakat setelah malam itu, gak akan ada lagi pertemuan yang kedua dan seterusnya. Kita juga masih terlalu asing untuk bertanya masalah pribadi, seperti halnya pekerjaan."

Agatha dan Celine sontak langsung mengangguk-angguk, paham.

"Tapi, apa kalian yakin gak bakalan akan ada pertemuan yang berikutnya? Biasanya nih ya, kalau orang udah ngerasain enaknya bobok bareng, mereka bakal merasa ketagihan. Lo yakin, bisa bertahan tanpa sex setelah tahu rasanya Nay?"

Wajah Naya tanpa sadar memerah mendengar pertanyaan itu. Astaga! Bayangan percintaan panas yang Naya dan Deaz lakukan, berulangkali di tempat yang berbeda di kamar hotel malam itu masih terngiang sangat jelas dalam ingatan Naya. Entah hanya perasaannya saja, atau memang apa yang di katakan Celine itu memang benar adanya. Deaz sudah ketagihan akan tubuh Naya, begitu pula sebaliknya. Karena, jujur saja Naya pun tidak menampik kalau sex dengan Deaz merupakan pengalaman yang sangat menakjubkan sekaligus memuaskan. Rasa dahaga itu, memang masih terasa hingga kini.

Omong-omong, apa kabar dengan lelaki itu ya?

"Gak tahu. Kita lihat saja kedepannya."

Ya. Lihat saja bagaimana kedepannya. Yang terpenting, kini Naya sudah tidak perlu lagi repot-repot memikirkan cara untuk membatalkan perjodohan yang kakeknya rencanakan. Karena Naya sudah mendapatkan solusinya. Tinggal menunggu beberapa minggu ke depan, akan tumbuhnya si jabang bayi hasil one night stand-nya dengan Deaz.

***

1 BULAN KEMUDIAN.

Naya tidak tahu kenapa tubuhnya terasa lemas pagi ini. Air ludahnya juga terasa sangat pahit dan perutnya terus bergolak sejak tadi. Rasa pusing yang juga menyerang kepalanya membuat Naya urung untuk pergi bersama kedua sahabatnya hari ini.

Naya yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi, usai memuntahkan cairan bening, segera meraih ponsel genggam miliknya. Mendial nomor salah satu sahabatnya dan menempelkan benda pipih panjang itu di telinga kanannya dengan wajah pucat. Naya langsung membaringkan tubuhnya kembali sambil telponan.

"Halo, Nay. Udah sampai dimana? Kita berdua otw nih."

"Aku gak jadi ikut deh. Tiba-tiba lagi gak enak badan." kata Naya dengan suara pelan. Diseberang sana, terjadi keheningan yang cukup panjang, sebelum akhirnya suara Agatha yang kini terdengar menggantikan suara Celine.

"Lo mual, Nay?"

Naya mengerutkan keningnya.

"Kok tahu?"

"Perut lo bergolak, terus pala lo pusing juga gak?"

Naya mengangguk-angguk.

"Iya."

"Buruan pergi ke apotik."

Naya langsung bangun dari posisi berbaringnya mendengar pekikan Agatha tersebut.

"Apotik?"

"Ya. Beli alat tes kehamilan. Namanya testpack."

Naya menelan ludah menyadari sesuatu. Buru-buru, gadis itu berdiri dan mengenakan sandal bulu kelincinya. Tidak ada waktu untuk sekedar mengganti pakaian, masih mengenakan baju tidur dan rambut yang tergulung asal, Naya pergi ke apotik terdekat dengan di antar sopir pribadi kakeknya.

Ini sudah satu bulan sejak kejadian malam itu. Penantian Naya akhirnya akan segera mendapatkan jawaban. Usai membeli beberapa merk testpack terbaik karena rekomendasi dari sang apoteker, Naya kini sudah duduk di atas toilet kamar mandi. Gadis itu, menunggu dengan harap-harap cemas setelah menggunakan alat tes kehamilan tersebut beberapa menit yang lalu. Naya gugup. Cemas dan merasa takut.

Bagaimana hasilnya nanti?

Positif kah?

Negatif kah?

Naya menggigit bibir bawahnya sendiri dengan perasaan kalut. Berbagai kemungkinan-kemungkinan baik dan buruk terus berputar memenuhi kepalanya. Hingga, tepat pada waktunya itu telah tiba, dengan mata yang semula masih tertutup rapat, Naya mulai memberanikan diri membuka kedua bola matanya, sekaligus membuka tangkupan dua tangan yang menyembunyikan testpack itu.

"What the fuck!"

Kedua mata Naya terbelalak hingga bukaan maksimal. Bibirnya membentuk lingkaran dengan tangan yang terus bergetar. Air mata Naya menetes tanpa sadar. Naya langsung menjatuhkan benda pipih panjang dengan dua garis merah itu dan menangis histeris.

Kaugnay na kabanata

  • Get Me Pregnant   5). Positif

    "Dua garis merah?" Naya hamil. Cklek. (Suara pintu terbuka.) Naya keluar dari dalam kamar mandi, dengan bathrobe yang membalut tubuh polosnya. Rambutnya yang basah ia gosok menggunakan handuk kecil, berjalan kearah lemari dan mengeluarkan pakaian dalam dari sana. Naya segera mengenakan benda tersebut, lalu mengambil sepasang pakaian yang akan dikenakannya hari ini, tergeletak diatas ranjang kamarnya. Semua aktifitas itu, Deaz saksikan dari balik gorden jendela. Lelaki itu bersembunyi disana, menahan keinginan untuk menerkam ibu dari calon anaknya itu. Deaz tersenyum tanpa sadar. Teringat lagi pada alat tes kehamilan yang tergeletak diatas meja nakas kamar gadis itu. Naya meletakkannya secara sembarangan. Namun, berkat itu pula, Deaz tidak perlu repot-repot mengobrak-abrik isi kamar gadis itu untuk mencarinya. Deaz sudah mendapatkan jawaban, setelah sebulan l

    Huling Na-update : 2022-01-14
  • Get Me Pregnant   6). Lamaran

    Naya bercermin. Mengenakan dress motif floral, Naya malam ini tampil begitu manis. Tidak lupa dia menyembunyikan testpack di balik saku dressnya jika nanti Naya membutuhkan benda tersebut sebagai senjatanya malam ini. Meskipun dirinya ingin perjodohan ini berakhir, Naya tetap peduli pada penampilannya. Bagaimana pun juga, tampil cantik adalah hal yang wajib. Tok tok tok. "Non, tamunya sudah datang." "Iya, bik." Setelah memoles liptint di bibir sebagai sentuhan terakhir. Naya segera bangun, berjalan menuju ke arah pintu. Naya menarik napas dan menganggukkan kepalanya sendiri. Menyemangati diri sendiri. Jujur saja, Naya sedikit gugup. Setelah merasa yakin, gadis itu kemudain baru mau melangkah pasti menuruni tiap anak tangga satu per satu. Bisa dia lihat sepasang orang dewasa sudah duduk disofa, berbincang dengan kakeknya layaknya keluarga. Namun, Naya sedikit bingung karena tidak menemukan lelaki

    Huling Na-update : 2022-02-11
  • Get Me Pregnant   7). Buaya Betina

    Naya menangis. Terus menangis. Tidak mau berhenti. Sementara diluar ruang rawat, Rosa tampak menggigiti kuku jari tangannya sendiri, melihat Naya yang menangis tersedu diatas brankar rumah sakit. Tomi juga sama khawatirnya. Tidak pernah dia melihat cucu kesayangannya itu terus mengalirkan air mata seperti itu. Hatinya tercubit. Merasa ngilu. Sementara Deaz tampak mondar-mandir dengan bingung. Menggaruk rambutnya sendiri, kemudian melangkah kearah sang ibu. "Ma ..." "Diam kamu." Deaz tidak jadi bicara. Rosalinda, tampaknya masih sangat marah kepadanya. Percuma. Saat ini, dialah yang dituduh sebagai tersangka. Suara pintu yang terbuka bersamaan dengan seorang dokter dan perawat yang baru saja keluar dalam ruang rawat itu, membuat Deaz bersama ketiga orang lainnya segera mendekat. "Dokter? Gimana ..," "Cucu saya. Cucu saya kenapa ....

    Huling Na-update : 2022-02-11
  • Get Me Pregnant   8). Pengantin Baru

    Naya mengerjap bangun. Tubuhnya terasa lelah. Menoleh kesamping, Deaz tidak ada di sebelahnya. Beranjak bangun, Naya segera membersihkan diri lalu keluar kamar dengan celana pendek dan kemeja kebesaran milik Deaz. Gadis itu belum membawa baju ketika diboyong kemari. Rumah yang katanya milik Deaz pribadi ini, tidak terlalu besar namun rapi. Naya sepertinya akan merasa betah tinggal di rumah suaminya itu. Namun rasa lapar di perutnya, membuat Naya melangkah mencari dapur. Aroma lezat masakan tercium, dan disanalah Naya menemukan Rosalinda, ibu mertuanya tengah memasak. Naya jadi malu sendiri, menyadari jika dia bangun kesiangan sementara ibu mertuanya malah memasak untuknya. "Mama?" "Sayang? Kamu udah bangun?" Naya segera menyalami punggung tangan kanan Rosa, dan melihat apa yang sedang ibu mertuanya itu olah. "Maaf, Naya kesiangan." Rosa tersenyum ma

    Huling Na-update : 2022-02-11
  • Get Me Pregnant   9). Ngidam

    Naya cemberut, menunggu Deaz di dalam mobil. Sambil melipat kedua tangannya, gadis itu baru mau menoleh ketika terdengar pintu mobil yang di buka, lalu di tutup kembali ketika Deaz sudah masuk dan menempati kursi di balik kemudi. Melihat wajah memberenggut gadis itu, Deaz sontak menyentil halus bibir Naya sambil tersenyum tengil. Naya memandang kesal Deaz yang kemudian memasang sabuk pelindungnya sebelum mobil ia jalankan. Deaz menatap fokus ke depan, namun tetap melirik ke arah Naya sesekali. "Kenapa tadi lama banget? Ngomongin apa kamu sama kakek?" "Kakek cuma bilang, dia nitipin kamu ke aku buat aku jagain. Gak boleh disakitin." "Kenapa lama?" "Ada sedikit petuah tentang laki-laki." "Maksudnya?" Deaz menyeringai, "tentang bagaimana seharusnya lelaki melakukan sex yang baik dan benar terhadap perempuan hamil." kata Deaz, sambil mengedipkan satu matanya ke arah Naya. Melihat itu, sontak saja Naya langsung m

    Huling Na-update : 2022-02-11
  • Get Me Pregnant   10). Bengkel

    Naya merenggangkan otot tubuhnya, menatap kearah luar jendela yang menampilkan sorot terang matahari. Sudah siang. Naya bangun kesiangan lagi. Sementara di sebelahnya, Deaz sudah pergi. Naya segera beranjak turun, melangkah melewati ruang olahraga namun tidak ada Deaz di tempat itu. Begitu melangkah kearah dapur, Naya menemukan seorang wanita paruh baya yang tengah menyapu lantai. "Nyonya sudah bangun?" "Nyonya?" Naya membeo. Yang benar saja, usianya baru 19 tahun. "Panggil saja Naya, atau Non." Wanita paruh baya itu mengangguk. "Baik, Non. Sebelumnya perkenalkan. Saya pembantu yang dikirim Nyonya besar untuk membantu Non Naya mengurus rumah ini. Nama saya Samini. Panggil saja mbok Sam." Naya mengangguk. Pandangannya berputar tampak mencari-cari Deaz yang keberadaan tidak ia temukan juga ditempat ini. "Tuan muda sudah pergi ke bengkel kalau Non Naya mencarinya."

    Huling Na-update : 2022-02-11
  • Get Me Pregnant   11). Babymoon

    "Kayaknya, aku salah berangkat kerja sekarang. Kita butuh honeymoon." Naya menunduk malu, melihat Deaz yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi dengan rambut basah. Naya sendiri hanya duduk dan memainkan ponsel suaminya, setelah dia mandi lebih dulu. Naya mengenakan celana panjang serta jaket milik Deaz karena memang tidak memiliki baju ganti usai mandi. "Bukan honeymoon tauk." Dari posisinya berdiri, Deaz menaikkan satu alis kearah Naya, "Terus apa?" "Baby Moon." Deaz mendengus geli dan segera melompat ke kursi, bergabung dengan Naya sambil merangkul tubuh gadis itu mendekat kearahnya. Di liriknya layar ponsel miliknya yang sedang dimainkan gadisnya itu lalu tersenyum geli. Naya tengah memainkan game anak-anak. "Dasar bocah." Naya memberikan lirikan tajam untuk Deaz, namun sedetik kemudian kembali bermain. Deaz kemudian menyentuh le

    Huling Na-update : 2022-02-11
  • Get Me Pregnant   12). Melarikan Diri

    Suara televisi yang menyala, menampilkan serial kartun anak-anak. Naya dan Deaz duduk disofa, dengan Deaz yang memeluk tubuh Naya dari belakang sementara gadis itu duduk menyadarkan punggungnya pada tubuh bagian depan Deaz. Keduanya saling berpelukan dalam diam untuk beberapa saat, sambil menikmati keripik kentang ditangan. Deaz berulangkali mengecup rambut Naya, menghirup aroma sampo yang dipakai gadis itu. Wangi stroberi--- aromakhas kesukaan gadis itu. "Deaz, tadi, aku di ajakin kenalan sama orang saat pulang dari bengkel kamu," kata Naya, memulai pembicaraan. Naya tahu mungkin informasi yang ingin dia sampaikan pada suaminya kali ini tidak terlalu penting. Namun, Naya hanya tidak ingin menyimpan sesuatu. Bagaimana pun, Deaz adalah suaminya. Sudah sepantasnya lelaki itu tahu apa saja yang Naya alami, meski sekali lagi, informasi ini tidak penting sama sekali. Namun berbeda dari pikiran Naya, Deaz justru m

    Huling Na-update : 2022-02-11

Pinakabagong kabanata

  • Get Me Pregnant   56

    Mengenakan kemeja putih dan celana hitam panjang, Deaz tampak mengetuk-etukan jemari tangan kanannya di atas lutut kaki kanan, duduk cemas tepat di tengah-tengah pengadilan agama, menunggu Abinaya yang belum datang di persidangan kali ini. Pikiran Deaz sangat kacau kini. Keringat bahkan muncul di kedua telapak tangannya yang dingin. Kedua orangtuanya sudah mengambil tempat duduk sedari tadi, namun keberadaan Tomi Sutedja juga belum terlihat disana. Deaz menarik napas, menghembuskannya dengan berat. Tidak pernah terpikirkan sebelumnya oleh dirinya kalau akan mengalami saat-saat yang seperti ini. Duduk di hadapan para hakim dan para saksi untuk proses perceraiannya dengan sang istri. Deaz takut. Dia tidak ingin pernikahannya berakhir dengan perpisahan. Tapi, mereka sudah sejauh ini. Deaz sudah sangat terlambat untuk memperjuangkan pernikahan mereka yang bahkan belum satu tahun terjalin. "Maaf, saya sedikit terlambat." Deaz menoleh ke arah

  • Get Me Pregnant   55

    Deaz mengendari mobilnya teramat pelan. Tidak ada hasrat untuk pulang, namun Deaz juga tidak mungkin terus terpuruk dengan keadaan. Lelaki itu masih sibuk bekerja lalu pulang seperti biasanya, meski bayang-bayang Naya terus menghantuinya bagai kaset rusak. Deaz tetap harus hidup. Deaz masih ingin hidup untuk kembali bersama Naya dan calon anak mereka. Kerumunan tepat di depan sana, menghentikan laju Deaz secara tiba-tiba. Deaz mengerutkan keningnya, mengamati keadaan di depan sana yang terlihat begitu tegang. Bahkan ada pula mobil polisi yang terparkir di sana. Merasa penasaran, Deaz pun memutuskan untuk turun dan berjalan mendekat. Deaz terkejut saat menyadari rumah itu adalah rumah yang sama, saat Deaz menolong Tsania dan bayinya yang dikurung Endru di dalam kamar rumah itu, satu minggu yang lalu. "Maaf, kalau boleh tahu, apa yang sedang terjadi di sini?" Seorang ibu-ibu berhijab yang Deaz tanyai pun menjawab. "Ada korban kasus pem

  • Get Me Pregnant   54

    Deaz meletakkan kepalanya di kemudi mobil, memejamkan mata namun tidak tidur. Sudah satu minggu hidup lelaki itu kacau, sangat. Naya pergi dan Tsania terus menyalahkan dirinya atas kematian putrinya. Begitu mendengar suara gerbang yang di geser terbuka, Deaz mengangkat kepalanya, memperlihatkan wajah kusut kurang tidur lelaki itu. Inilah yang Deaz tunggu-tunggu, Mobil Tomi Sutedja keluar dari gerbang besar itu. Buru-buru Deaz pun menyalakan mesin mobil miliknya dan melaju perlahan mengikuti mobil tersebut. Kegiatan seperti inilah yang Deaz lakukan selama satu minggu ini. Mengikuti mobil Tomi Sutedja diam-diam dan berakhir kecewa saat mobil itu lagi-lagi berhenti di perusahaan Sutedja Company. Deaz memukul stir, mengacak rambutnya frustasi. Dia benar-benar persis orang gila sekarang. Deaz bahkan lupa mandi, dan makan jika memang perutnya sudah terasa perih. Deaz sudah tidak lagi menangis, air mata buayanya mungkin sudah habis. Toh, d

  • Get Me Pregnant   53

    1 MINGGU KEMUDIAN. Paris, Perancis. Naya terbangun dari tidurnya saat mendengar suara bel rumah yang terdengar. Perempuan itu kemudian keluar dari kamarnya, melangkah ke arah pintu dan membukanya. "Hai, apa aku mengganggu?" "Lumayan, aku baru saja bangun." "Oh. Maaf kalau begitu," kata Shawn, sambil menggaruk belakang lehernya. Naya tertawa renyah melihat tingkah lelaki itu. "Bercanda." Shawn mengangguk, kemudian mengulurkan sesuatu yang dia bawa untuk Naya. "Untukmu." "Wah. Aku merepotkan lagi." "Tidak masalah. Aku senang di repotkan." "Mau masuk?" Tawar Naya. "Ah itu, sebenarnya aku ingin mengajakmu keluar. Bagaimana?" Naya terdiam, tampak menimang.

  • Get Me Pregnant   52

    Air mata Naya terus mengalir turun. Gadis itu berulangkali mengusapnya namun tidak mau berhenti juga. Sopir taksi sampai heran melihat wanita hamil yang duduk di belakang itu. Naya menatap keluar jendela, membiarkan angin menyapa wajahnya yang memerah karena terus menangis. Cukup lama perjalanan dari bengkel ke rumah Tomi Sutedja, akhirnya taksi pun berhenti tepat di depan gerbang besar rumah mewah itu. Naya segera turun tanpa membayar uang taksi terlebih dahulu, seorang satpam yang membukakan gerbang yang akan membayar tagihan untuk cucu kesayangan Tomi Sutedja. Naya kemudian melangkah masuk kedalam rumah karena pintunya memang tidak di tutup. Naya melangkah cepat ke arah ruang tamu, samar-samar terdengar suara percakapan dari sana sambil menahan perut besarnya dengan tangan kanan. Dan begitu melihat Tomi Sutedja yang duduk di sofa panjang ruang tamu, Naya langsung be

  • Get Me Pregnant   51

    "Hai." Naya mengangguk singkat membalas sapaan itu. Gadis itu segera duduk di kursi restoran yang berseberangan dengan tempat duduk Endru. "Maaf, karena telah mengganggu waktumu dengan memintamu datang kemari." "Ada apa?" Tanya Naya to the point. Endru kemudian meletakkan sebuah amplop di atas meja, membuat Naya mengernyitkan kening melihat itu. Endru kemudian menjelaskan.. "Itu riwayat kesehatan milik saya. Saya penderita ...." "Borderline personality disorder. Ya, aku sudah tahu." Endru menaikkan satu alisnya tinggi-tinggi. "Dari Tsania?" Naya mengangguk. "Ya. Endru menghela napas berat, kepalanya tertunduk. Naya menatap dalam diam lelaki di hadapannya itu. "Saya tidak akan menceraikan Tsania." "Saya sangat m

  • Get Me Pregnant   50

    "Kenapa lama?" Naya kembali duduk di kursinya usai dari kamar mandi. Gadis itu tersenyum tipis ke arah Deaz. "Maaf. Tadi BAB." "Tapi kamu gak papa kan?" Deaz bertanya dengan mimik wajah khawatir. "Enggak kok." "Serius, Nay?" "Iya, aku serius." Deaz mengangguk, meski masih menatap ke arah Naya dengan seksama. Dihadapannya, Naya mulai kembali menikmati makanannya yang tadi sempat tertunda, namun entah kenapa Deaz merasa Naya menyembunyikan sesuatu darinya. Sementara Naya diam-diam kembali memikirkan pertemuannya dengan lelaki asing di depan toilet tadi. "Apakah, kita saling mengenal?" "Saya suami Tsania." Naya terbelalak mendengar informasi tersebut. Langkah kedua kakinya terayun mundur. Senyum ramah yang Endru pasang sedari tadi pun p

  • Get Me Pregnant   49

    Perlahan, kedua kaki Naya bergerak mundur, tidak jadi masuk kedalam. Dadanya sesak. Naya tidak sanggup membayangkan apa yang sedang terjadi di dalam sana. Kedua matanya terasa sangat panas, meski di lubuk hati kecilnya, Naya masih menaruh kepercayaan pada Deaz. Deaz tidak mungkin selingkuh. Deaz tidak mungkin berkhianat. Deaz tidak mungkin... "Akh!" Naya memekik, hampir saja tubuhnya akan terjatuh ketika gadis itu ingin berlari pergi dari sana, jika saja kedua tangan kokoh seseorang tidak dengan sigap menahannya. "Sayang?" Naya mengangkat pandangannya dan terkejut. "De-deaz?" "Kamu, ngapain disini?" "Itu ... kamu, kenapa kamu ...." "Bang! Tsania mau lahiran ini!" Teriakan itu, langsung mengalihkan perhatian Deaz dan Naya secara bersamaan. &nbs

  • Get Me Pregnant   48

    "Setelah melarikan diri, ternyata di sini kamu malah selingkuh." "Bajingan!" Teriak Deaz kesal ketika melihat Tsania ditampar. Namun satu tonjokan langsung melayang di rahang Deaz ketika lelaki itu hendak bergerak maju. Dua lawan satu, jelas saja Deaz tidak bisa menyeimbangi kedua lelaki berbadan besar itu. Tubuh Deaz berulangkali di hajar hingga punggungnya membentur tembok. Sementara Tsania hanya bisa menangis dan menjerit, memohon pada suaminya untuk melepaskan Deaz. "Endru! Kumohon jangan! Lepaskan Deaz! Kumohon suruh kedua anak buahmu untuk berhenti." Brak! "Endru!" Kepala Deaz pening. Kepalanya baru saja menghantam meja namun lelaki itu masih bisa berdiri dan langsung membalas pukulan dua orang lelaki yang baru saja merusak ketampannya itu. Deaz marah bukan main. "Deaz! Kumohon Berhenti! Pergilah dari

I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status