Share

9). Ngidam

Author: Intan
last update Last Updated: 2022-02-11 15:05:14

Naya cemberut, menunggu Deaz di dalam mobil. Sambil melipat kedua tangannya, gadis itu baru mau menoleh ketika terdengar pintu mobil yang di buka, lalu di tutup kembali ketika Deaz sudah masuk dan menempati kursi di balik kemudi. Melihat wajah memberenggut gadis itu, Deaz sontak menyentil halus bibir Naya sambil tersenyum tengil. 

Naya memandang kesal Deaz yang kemudian memasang sabuk pelindungnya sebelum mobil ia jalankan. Deaz menatap fokus ke depan, namun tetap melirik ke arah Naya sesekali. 

"Kenapa tadi lama banget? Ngomongin apa kamu sama kakek?"

"Kakek cuma bilang, dia nitipin kamu ke aku buat aku jagain. Gak boleh disakitin."

"Kenapa lama?"

"Ada sedikit petuah tentang laki-laki."

"Maksudnya?"

Deaz menyeringai, "tentang bagaimana seharusnya lelaki melakukan sex yang baik dan benar terhadap perempuan hamil." kata Deaz, sambil mengedipkan satu matanya ke arah Naya.

Melihat itu, sontak saja Naya langsung membuang muka dengan kedua telinga yang memerah. Deaz terkekeh geli melirik sekali lagi ke arah istrinya itu. 

"Mau langsung pulang, apa mampir dulu?"

"Mampir." Barulah, Naya mau menoleh lagi ke arah Deaz. "Aku pingin burger porsi gedhe." Serunya disertai senyum manis. Deaz menggeleng geli melihat betapa antusiasnya gadis itu. 

"Ada lagi?"

"Itu aja dulu. Nanti kalau udah kesampaian, baru cari yang lain."

Deaz mengangguk-angguk patuh.

"Kayaknya, kamu lagi ngidam?"

"Bisa jadi, bisa juga gak. Soalnya aku emang suka banget sama burger. Udah lama gak makan jadi ngiler." Naya mulai membayangkan burger porsi besar di dalam otak cantiknya sambil menjilat bibirnya menggunakan lidah. Deaz tertegun melirik gerakan itu. 

"Pakai saos banyak-banyak, mantap gak tuh."

Deaz buru-buru menggelengkan kepalanya, membuat lamunan Naya tentang betapa lezatnya burger versi jumbo berlumuran saos jadi buyar. Gadis itu, mengernyit heran ke arah  Deaz. 

"Gak boleh pakai saos banyak-banyak. Ingat Nay, kamu lagi hamil sekarang. Jaga lambung kamu dan calon anak kita."

Naya langsung cemberut.

"Tapi, itu cara makan burger favorit aku banget Deaz. Aku gak bisa kalau makan burger tanpa saos yang tumpah-tumpah."

"Ganti sama mayonaise aja, oke?"

Naya menggeleng, kedua tangannya kembali bersedekap di depan dada. "Gak mau. Pokoknya wajib pakek saos banyak-banyak."

"Yaudah kalau gitu gak jadi aja."

Naya mulai berkaca-kaca. "Kok kamu gitu sih?"

"Daripada nanti kamu nekat terus sakit. Kan, kita juga yang rugi, Nay."

"Deaz, kamu gak boleh semena-mena ya sama aku. Kita baru menikah kemarin loh."

"Semena-mena gimana Nay? Aku sedang berusaha menjadi suami dan calon Papa yang siaga untuk kalian. Aku mau jaga dan rawat kamu sampai kamu melahirkan nanti. Niatku baik kok."

"Tapi, kamu barusan larang-larang aku makan makanan kesukaanku. Nanti kalau aku sedih, anak kita juga bakal ikutan sedih. Kamu mau lihat aku ngambek sepanjang hari?"

Deaz menghela napas berat setelahnya.

"Oke. Tapi cukup kali ini aja. Lain kali, gak ada makan burger pakai banyak saos lagi."

Detik itu juga, wajah muram Naya telah berganti menjadi secerah matahari. Senyum lebar tercetak jelas di bibir gadis itu. Naya bahkan langsung melingkarkan satu tangannya di lengan kiri Deaz sambil menyandarkan kepalanya di bahu lelaki itu.

"Terima kasih, suamiku."

***

"Udah Nay. Udah. Kamu di biarain lama-lama nglunjak ya." Deaz menatap Naya tajam saat istrinya itu lagi-lagi ingin menuangkan saos ke atas burger miliknya yang bahkan sudah berlumuran dengan saos. Deaz sampai harus menyembunyikan saos tersebut di belakang punggungnya, membuat Naya mendengus kesal, namun tetap saja kembali memakan makanan tersebut.

Keduanya memutuskan untuk makan di tempat, karena Naya bilang  sudah tidak sabar untuk memakan burger tersebut jika harus menunggu sampai di rumah. Toh, rencananya setelah usai dari sini, Naya ingin meminta makanan yang lain lagi. 

"Khamhuw ghak ikhlas bhanget... uhuk... uhuk...."

Deaz melotot, buru-buru mengambil air minum dan membantu Naya yang baru saja tersedak. Naya sampai menepuk-nepuk dadanya sendiri setelah itu. 

"Di telan dulu. Jangan bicara ketika sedang makan."

Kedua mata Naya mengeluarkan air mata tanpa sadar, efek karena tersedak hebat barusan. Deaz mengusap lembut sisa saos di bibir istrinya itu. 

"Tadi ngomong apa?"

Naya menggelengkan kepala. "Lupa." Gadis itu kemudian mendorong menjauh sisa burger yang masih tersisa ke arah Deaz. Melihat itu, Deaz tentu saja heran. 

"Gak dihabisin?"

"Udah kenyang."

"Gak baik ...."

"Iya aku tahu. Gak baik menyisakan makanan. Tapi aku beneran udah kenyang Deaz. Perut aku sesak kalau dipaksakan." Naya menyerobot cepat omongan Deaz. Sementara Deaz langsung menghela napas, kemudian mengambil sisa burger milik Naya untuk ia habiskan. 

"Deaz, itu kan makanan aku."

"Katanya kamu kenyang?"

Naya mengangguk.

"Biar aku yang habiskan, kan sayang."

Naya tersenyum haru melihat betapa polosnya suaminya itu. Mungkin bagi orang lain, Naya terlalu alay dan lebay. Tapi, melihat Deaz yang dengan suka rela mau menghabiskan makanan sisa darinya, benar-benar membuat Naya merasa tersanjung. Deaz adalah lelaki pertama bagi Naya, yang memperlakukan Naya seperti ini. Suaminya itu, bahkan tidak merasa jijik sama sekali dengan dirinya yang selalu di jauhi orang-orang selama ini. 

Air mata Naya tanpa sadar menetes. Namun bukan air mata kesedihan, melainkan air mata haru yang membuncah. Naya langsung berhambur memeluk tubuh Deaz dari arah samping, membuat laki-laki yang baru saja menelan sisa burger ditangannya itu terkejut bukan main. 

"Naya, kenapa kamu tiba-tiba nangis?"

"Makasih Deaz. Makasih karena kamu baik banget sama aku."

Deaz mengerutkan keningnya kurang mengerti maksud Naya. Perasaan, dia biasa-biasa saja. Lantas, apa yang membuat istrinya itu sampai menangis terharu. 

"Nay, kamu beneran gak papa?"

Naya menggelengkan kepala dalam pelukan Deaz. Gadis itu, lalu melonggarkan pelukan mereka, dan mengusap air matanya sendiri sambil terkekeh pelan. 

"Aku cengeng banget." 

Deaz segera mengusap air mata Naya, menggantikan jemari tangan gadis itu.

"Kamu beneran terharu, apa lagi sedih?"

"Aku terharu."

"Terharu karena apa?"

"Karena kamu."

Deaz makin mengernyit bingung.

"Sumpah Nay, aku masih gak paham. Di bagian mananya dari sikapku barusan yang bikin kamu terha... tunggu, jangan bilang karena aku bersedia menghabiskan sisa makanan kamu?"

Naya langsung mengangguk. 

"Serius, hanya karena itu?"

Naya kembali mengangguk.

"Mungkin, bagi orang lain itu hal biasa Deaz. Tapi bagiku, yang baru pertama kali mendapatkan perlakuan seperti itu dari kamu, seperti memenangkan sebuah voucher berhadiah tahu. Aku senang sekaligus terharu."

Deaz mengangguk paham. Hati Naya ternyata begitu lembut. Deaz sampai tidak bisa berkata-kata lagi saat ini.

"Deaz, aku mau es buah gajah," kata Naya tiba-tiba. Deaz menaikkan satu alisnya, mendengar itu. 

"Es buah gajah? Maksud kamu, sop buah yang porsi jumbo itu?"

Naya mengangguk semangat. 

"Kamu yakin, katanya udah kenyang tadi?"

"Emang kenyang. Tapi, aku kan belum minum. Yang tadi itu makan. Sekarang aku mau minum."

"Sop buah itu, juga bisa bikin kekenyangan loh."

Kedua bola mata Naya kembali berkaca-kaca.

"Kamu gak mau nurutin aku?"

"Oke-oke. Kita cari sop buah gajah yang kamu mau sekarang."

Naya tersenyum lebar setelahnya. Sementara Deaz menghela napas sabar. Jadi, beginilah sifat asli seorang Abinaya Sutedja. 

Related chapters

  • Get Me Pregnant   10). Bengkel

    Naya merenggangkan otot tubuhnya, menatap kearah luar jendela yang menampilkan sorot terang matahari. Sudah siang. Naya bangun kesiangan lagi. Sementara di sebelahnya, Deaz sudah pergi. Naya segera beranjak turun, melangkah melewati ruang olahraga namun tidak ada Deaz di tempat itu. Begitu melangkah kearah dapur, Naya menemukan seorang wanita paruh baya yang tengah menyapu lantai. "Nyonya sudah bangun?" "Nyonya?" Naya membeo. Yang benar saja, usianya baru 19 tahun. "Panggil saja Naya, atau Non." Wanita paruh baya itu mengangguk. "Baik, Non. Sebelumnya perkenalkan. Saya pembantu yang dikirim Nyonya besar untuk membantu Non Naya mengurus rumah ini. Nama saya Samini. Panggil saja mbok Sam." Naya mengangguk. Pandangannya berputar tampak mencari-cari Deaz yang keberadaan tidak ia temukan juga ditempat ini. "Tuan muda sudah pergi ke bengkel kalau Non Naya mencarinya."

    Last Updated : 2022-02-11
  • Get Me Pregnant   11). Babymoon

    "Kayaknya, aku salah berangkat kerja sekarang. Kita butuh honeymoon." Naya menunduk malu, melihat Deaz yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi dengan rambut basah. Naya sendiri hanya duduk dan memainkan ponsel suaminya, setelah dia mandi lebih dulu. Naya mengenakan celana panjang serta jaket milik Deaz karena memang tidak memiliki baju ganti usai mandi. "Bukan honeymoon tauk." Dari posisinya berdiri, Deaz menaikkan satu alis kearah Naya, "Terus apa?" "Baby Moon." Deaz mendengus geli dan segera melompat ke kursi, bergabung dengan Naya sambil merangkul tubuh gadis itu mendekat kearahnya. Di liriknya layar ponsel miliknya yang sedang dimainkan gadisnya itu lalu tersenyum geli. Naya tengah memainkan game anak-anak. "Dasar bocah." Naya memberikan lirikan tajam untuk Deaz, namun sedetik kemudian kembali bermain. Deaz kemudian menyentuh le

    Last Updated : 2022-02-11
  • Get Me Pregnant   12). Melarikan Diri

    Suara televisi yang menyala, menampilkan serial kartun anak-anak. Naya dan Deaz duduk disofa, dengan Deaz yang memeluk tubuh Naya dari belakang sementara gadis itu duduk menyadarkan punggungnya pada tubuh bagian depan Deaz. Keduanya saling berpelukan dalam diam untuk beberapa saat, sambil menikmati keripik kentang ditangan. Deaz berulangkali mengecup rambut Naya, menghirup aroma sampo yang dipakai gadis itu. Wangi stroberi--- aromakhas kesukaan gadis itu. "Deaz, tadi, aku di ajakin kenalan sama orang saat pulang dari bengkel kamu," kata Naya, memulai pembicaraan. Naya tahu mungkin informasi yang ingin dia sampaikan pada suaminya kali ini tidak terlalu penting. Namun, Naya hanya tidak ingin menyimpan sesuatu. Bagaimana pun, Deaz adalah suaminya. Sudah sepantasnya lelaki itu tahu apa saja yang Naya alami, meski sekali lagi, informasi ini tidak penting sama sekali. Namun berbeda dari pikiran Naya, Deaz justru m

    Last Updated : 2022-02-11
  • Get Me Pregnant   13). Kembali

    1 MINGGU KEMUDIAN. "Makasih ya pak." Usai mengantarkan supir taksi yang menurunkan barang-barang bawaannya keluar rumah, Naya kembali masuk kedalam ruang tengah dan mengamati oleh-oleh miliknya sembari berkacak pinggang. Satu minggu liburan yang cukup melelahkan. Naya mendudukkan diri di sofa, mengamati seisi rumah yang tidak berubah. Setelah menghabiskan waktu untuk diam beberapa menit, Naya kemudian memutuskan untuk membongkar semua oleh-oleh yang ia bawa. Naya baru menoleh ketika mendengar suara derit pintu yang dibuka dari arah luar. "Hai?" Deaz masih diam diambang pintu. Mengamati Naya dan ruang tengah rumahnya yang sudah dipenuhi oleh beberapa kardus dan paper bag merk brand ternama. Naya segera berdiri dan menghampiri Deaz yang belum juga masuk kedalam rumahnya sendiri. "Kangen gak

    Last Updated : 2022-02-11
  • Get Me Pregnant   14.

    "Tampilan desainnya mewah dengan layar OLED terlebar. Didukung Chipset dengan Performa terbaik. Kualitas kameranya juga tidak perlu diragukan lagi. Karena itulah saya merekomendasikan ponsel yang ini." Naya mengangguk-angguk. Mendengarkan dengan baik rincian penjelasan sales perempuan yang bekerja di sebuah konter ponsel terkenal dikawasan jabodetabek. Mereka bilang, ponsel dengan logo apel tergigit adalah merk ponsel terbaik, lengkap dengan berbagai macam kelebihan yang sejujurnya tidak terlalu Naya mengerti apa bedanya. Saat ini, ada dua ponsel di kedua tangan Naya. Berasal dari merk yang sama, bagi Naya bentuk fisik dari kedua ponsel itu tidak jauh berbeda. Jadi, Naya putuskan untuk ambil yang harganya paling mahal saja. "Ternyata bener, dunia itu memang sempit, ya. Buktinya, kita berdua ketemu disini." "Kamu?" "Rega." Naya cukup terkeju

    Last Updated : 2022-02-13
  • Get Me Pregnant   15

    "Mama?" Rosa menoleh kearah pintu. Dimana Naya baru saja muncul dan masuk kedalam ruang rawat inap Deaz berada. Naya menatap sendu lelaki yang terbaring tak berdaya diatas brankar. Langkahnya membawa Naya mendekat dan langsung menggenggam tangan Deaz dengan tangan kanan dan menyentuh dahi suaminya yang berkeringat itu dengan tangan kirinya. Deaz menggumam pelan dan memeluk tangan Naya dalam tidurnya. Melihat itu, Rosa segera meminta Naya untuk duduk di kursi yang sudah tersedia. "Deaz sakit sejak tiga hari yang lalu. Dia demam dan darah rendah. Tapi begitu sembuh dari sakitnya, kondisi Deaz malah semakin parah karena dia terus muntah-muntah hingga menyebabkannya kekurangan cairan," jelas Rosa, membuat Naya semakin khawatir. Kedua mata Naya bahkan sudah tampak berkaca-kaca. "Maaf. Naya gak tahu kalau Deaz sakit." Rosa mengangguk, memaklumi. "Mama tahu kalian sedang ada masalah. Tapi, jangan terlalu berlar

    Last Updated : 2022-02-13
  • Get Me Pregnant   16

    "Tampilan desainnya mewah dengan layar OLED terlebar. Didukung Chipset dengan Performa terbaik. Kualitas kameranya juga tidak perlu diragukan lagi. Karena itulah saya merekomendasikan ponsel yang ini." Naya mengangguk-angguk. Mendengarkan dengan baik rincian penjelasan sales perempuan yang bekerja di sebuah konter ponsel terkenal dikawasan jabodetabek. Mereka bilang, ponsel dengan logo apel tergigit adalah merk ponsel terbaik, lengkap dengan berbagai macam kelebihan yang sejujurnya tidak terlalu Naya mengerti apa bedanya. Saat ini, ada dua ponsel di kedua tangan Naya. Berasal dari merk yang sama, bagi Naya bentuk fisik dari kedua ponsel itu tidak jauh berbeda. Jadi, Naya putuskan untuk ambil yang harganya paling mahal saja. "Ternyata bener, dunia itu memang sempit, ya. Buktinya, kita berdua ketemu disini." "Kamu?" "Rega." Naya cu

    Last Updated : 2022-02-13
  • Get Me Pregnant   17

    "Mama Rosa?" Rosa menoleh kearah pintu. Dimana Naya baru saja muncul dan masuk kedalam ruang rawat inap Deaz berada. Naya menatap sendu lelaki yang terbaring tak berdaya diatas brangkar rumah sakit. Langkahnya membawa Naya mendekat dan langsung menggenggam satu tangan Deaz dengan tangan kanan, lalu menyentuh dahi suaminya itu yang berkeringat dengan punggung tangan satunya lagi. Deaz tampak menggumam pelan dalam tidurnya, lantas bergerak memeluk tangan Naya dalam tidur lelapnya itu. Melihat itu, Rosa segera meminta Naya untuk duduk di kursi yang sudah tersedia tak jauh dari brangkar mengingat Naya sedang mengandung. "Deaz sakit sejak tiga hari yang lalu. Dia demam dan darah rendah. Tapi begitu sembuh dari sakitnya, kondisi Deaz malah semakin parah karena dia terus muntah-muntah hingga menyebabkannya kekurangan banyak cairan," jelas Rosa, membuat Naya semakin khaw

    Last Updated : 2022-02-13

Latest chapter

  • Get Me Pregnant   56

    Mengenakan kemeja putih dan celana hitam panjang, Deaz tampak mengetuk-etukan jemari tangan kanannya di atas lutut kaki kanan, duduk cemas tepat di tengah-tengah pengadilan agama, menunggu Abinaya yang belum datang di persidangan kali ini. Pikiran Deaz sangat kacau kini. Keringat bahkan muncul di kedua telapak tangannya yang dingin. Kedua orangtuanya sudah mengambil tempat duduk sedari tadi, namun keberadaan Tomi Sutedja juga belum terlihat disana. Deaz menarik napas, menghembuskannya dengan berat. Tidak pernah terpikirkan sebelumnya oleh dirinya kalau akan mengalami saat-saat yang seperti ini. Duduk di hadapan para hakim dan para saksi untuk proses perceraiannya dengan sang istri. Deaz takut. Dia tidak ingin pernikahannya berakhir dengan perpisahan. Tapi, mereka sudah sejauh ini. Deaz sudah sangat terlambat untuk memperjuangkan pernikahan mereka yang bahkan belum satu tahun terjalin. "Maaf, saya sedikit terlambat." Deaz menoleh ke arah

  • Get Me Pregnant   55

    Deaz mengendari mobilnya teramat pelan. Tidak ada hasrat untuk pulang, namun Deaz juga tidak mungkin terus terpuruk dengan keadaan. Lelaki itu masih sibuk bekerja lalu pulang seperti biasanya, meski bayang-bayang Naya terus menghantuinya bagai kaset rusak. Deaz tetap harus hidup. Deaz masih ingin hidup untuk kembali bersama Naya dan calon anak mereka. Kerumunan tepat di depan sana, menghentikan laju Deaz secara tiba-tiba. Deaz mengerutkan keningnya, mengamati keadaan di depan sana yang terlihat begitu tegang. Bahkan ada pula mobil polisi yang terparkir di sana. Merasa penasaran, Deaz pun memutuskan untuk turun dan berjalan mendekat. Deaz terkejut saat menyadari rumah itu adalah rumah yang sama, saat Deaz menolong Tsania dan bayinya yang dikurung Endru di dalam kamar rumah itu, satu minggu yang lalu. "Maaf, kalau boleh tahu, apa yang sedang terjadi di sini?" Seorang ibu-ibu berhijab yang Deaz tanyai pun menjawab. "Ada korban kasus pem

  • Get Me Pregnant   54

    Deaz meletakkan kepalanya di kemudi mobil, memejamkan mata namun tidak tidur. Sudah satu minggu hidup lelaki itu kacau, sangat. Naya pergi dan Tsania terus menyalahkan dirinya atas kematian putrinya. Begitu mendengar suara gerbang yang di geser terbuka, Deaz mengangkat kepalanya, memperlihatkan wajah kusut kurang tidur lelaki itu. Inilah yang Deaz tunggu-tunggu, Mobil Tomi Sutedja keluar dari gerbang besar itu. Buru-buru Deaz pun menyalakan mesin mobil miliknya dan melaju perlahan mengikuti mobil tersebut. Kegiatan seperti inilah yang Deaz lakukan selama satu minggu ini. Mengikuti mobil Tomi Sutedja diam-diam dan berakhir kecewa saat mobil itu lagi-lagi berhenti di perusahaan Sutedja Company. Deaz memukul stir, mengacak rambutnya frustasi. Dia benar-benar persis orang gila sekarang. Deaz bahkan lupa mandi, dan makan jika memang perutnya sudah terasa perih. Deaz sudah tidak lagi menangis, air mata buayanya mungkin sudah habis. Toh, d

  • Get Me Pregnant   53

    1 MINGGU KEMUDIAN. Paris, Perancis. Naya terbangun dari tidurnya saat mendengar suara bel rumah yang terdengar. Perempuan itu kemudian keluar dari kamarnya, melangkah ke arah pintu dan membukanya. "Hai, apa aku mengganggu?" "Lumayan, aku baru saja bangun." "Oh. Maaf kalau begitu," kata Shawn, sambil menggaruk belakang lehernya. Naya tertawa renyah melihat tingkah lelaki itu. "Bercanda." Shawn mengangguk, kemudian mengulurkan sesuatu yang dia bawa untuk Naya. "Untukmu." "Wah. Aku merepotkan lagi." "Tidak masalah. Aku senang di repotkan." "Mau masuk?" Tawar Naya. "Ah itu, sebenarnya aku ingin mengajakmu keluar. Bagaimana?" Naya terdiam, tampak menimang.

  • Get Me Pregnant   52

    Air mata Naya terus mengalir turun. Gadis itu berulangkali mengusapnya namun tidak mau berhenti juga. Sopir taksi sampai heran melihat wanita hamil yang duduk di belakang itu. Naya menatap keluar jendela, membiarkan angin menyapa wajahnya yang memerah karena terus menangis. Cukup lama perjalanan dari bengkel ke rumah Tomi Sutedja, akhirnya taksi pun berhenti tepat di depan gerbang besar rumah mewah itu. Naya segera turun tanpa membayar uang taksi terlebih dahulu, seorang satpam yang membukakan gerbang yang akan membayar tagihan untuk cucu kesayangan Tomi Sutedja. Naya kemudian melangkah masuk kedalam rumah karena pintunya memang tidak di tutup. Naya melangkah cepat ke arah ruang tamu, samar-samar terdengar suara percakapan dari sana sambil menahan perut besarnya dengan tangan kanan. Dan begitu melihat Tomi Sutedja yang duduk di sofa panjang ruang tamu, Naya langsung be

  • Get Me Pregnant   51

    "Hai." Naya mengangguk singkat membalas sapaan itu. Gadis itu segera duduk di kursi restoran yang berseberangan dengan tempat duduk Endru. "Maaf, karena telah mengganggu waktumu dengan memintamu datang kemari." "Ada apa?" Tanya Naya to the point. Endru kemudian meletakkan sebuah amplop di atas meja, membuat Naya mengernyitkan kening melihat itu. Endru kemudian menjelaskan.. "Itu riwayat kesehatan milik saya. Saya penderita ...." "Borderline personality disorder. Ya, aku sudah tahu." Endru menaikkan satu alisnya tinggi-tinggi. "Dari Tsania?" Naya mengangguk. "Ya. Endru menghela napas berat, kepalanya tertunduk. Naya menatap dalam diam lelaki di hadapannya itu. "Saya tidak akan menceraikan Tsania." "Saya sangat m

  • Get Me Pregnant   50

    "Kenapa lama?" Naya kembali duduk di kursinya usai dari kamar mandi. Gadis itu tersenyum tipis ke arah Deaz. "Maaf. Tadi BAB." "Tapi kamu gak papa kan?" Deaz bertanya dengan mimik wajah khawatir. "Enggak kok." "Serius, Nay?" "Iya, aku serius." Deaz mengangguk, meski masih menatap ke arah Naya dengan seksama. Dihadapannya, Naya mulai kembali menikmati makanannya yang tadi sempat tertunda, namun entah kenapa Deaz merasa Naya menyembunyikan sesuatu darinya. Sementara Naya diam-diam kembali memikirkan pertemuannya dengan lelaki asing di depan toilet tadi. "Apakah, kita saling mengenal?" "Saya suami Tsania." Naya terbelalak mendengar informasi tersebut. Langkah kedua kakinya terayun mundur. Senyum ramah yang Endru pasang sedari tadi pun p

  • Get Me Pregnant   49

    Perlahan, kedua kaki Naya bergerak mundur, tidak jadi masuk kedalam. Dadanya sesak. Naya tidak sanggup membayangkan apa yang sedang terjadi di dalam sana. Kedua matanya terasa sangat panas, meski di lubuk hati kecilnya, Naya masih menaruh kepercayaan pada Deaz. Deaz tidak mungkin selingkuh. Deaz tidak mungkin berkhianat. Deaz tidak mungkin... "Akh!" Naya memekik, hampir saja tubuhnya akan terjatuh ketika gadis itu ingin berlari pergi dari sana, jika saja kedua tangan kokoh seseorang tidak dengan sigap menahannya. "Sayang?" Naya mengangkat pandangannya dan terkejut. "De-deaz?" "Kamu, ngapain disini?" "Itu ... kamu, kenapa kamu ...." "Bang! Tsania mau lahiran ini!" Teriakan itu, langsung mengalihkan perhatian Deaz dan Naya secara bersamaan. &nbs

  • Get Me Pregnant   48

    "Setelah melarikan diri, ternyata di sini kamu malah selingkuh." "Bajingan!" Teriak Deaz kesal ketika melihat Tsania ditampar. Namun satu tonjokan langsung melayang di rahang Deaz ketika lelaki itu hendak bergerak maju. Dua lawan satu, jelas saja Deaz tidak bisa menyeimbangi kedua lelaki berbadan besar itu. Tubuh Deaz berulangkali di hajar hingga punggungnya membentur tembok. Sementara Tsania hanya bisa menangis dan menjerit, memohon pada suaminya untuk melepaskan Deaz. "Endru! Kumohon jangan! Lepaskan Deaz! Kumohon suruh kedua anak buahmu untuk berhenti." Brak! "Endru!" Kepala Deaz pening. Kepalanya baru saja menghantam meja namun lelaki itu masih bisa berdiri dan langsung membalas pukulan dua orang lelaki yang baru saja merusak ketampannya itu. Deaz marah bukan main. "Deaz! Kumohon Berhenti! Pergilah dari

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status