Share

Terciduk

Tadi malam Gerry tidak bisa tidur dengan lelap, karena setelah tutup warung, Gerry malah teringat akan apa yang dia lihat saat di danau.

Dia juga malah teringat akan apa yang dilakukan oleh sejoli yang ada di parkiran alun-alun, malang sekali nasibnya, karena belum pernah melakukannya dan bahkan belum memiliki kekasih.

Namun, walaupun seperti itu dia tetap bangun saat pagi hari tiba. Karena dia harus melaksanakan kewajibannya terhadap Sang Khalik, dia juga ingin melakukan hal yang membuat dirinya penasaran.

Selepas shalat subuh dia pergi ke kamar mandi untuk menuntaskan hasratnya di sana, karena menurutnya itu adalah waktu yang tepat.

Gerry memang belum pernah bercinta dengan seorang wanita, tetapi naluri kelelakiannya menuntun dirinya untuk bisa mencari kepuasan walaupun bukan bergumul dengan seorang wanita.

Pagi masih begitu gelap, matahari belum menampakkan sinarnya. Walaupun seperti itu, sudah banyak manusia yang terbangun dari tidurnya dan mulai beraktivitas. Dari mulai aktivitas bekerja untuk menghasilkan uang, sampai aktivitas yang menghasilkan suatu kenikmatan.

Ouch!"

Erangan kenikmatan terdengar begitu menggema di dalam kamar mandi sempit berukuran dua kali satu meter, Gerry Sadewa dengan penuh semangat memaju mundurkan pinggulnya.

Satu tangannya terlihat bertumpu pada dinding kamar mandi, sedangkan tangan lainnya memegang benda yang membantu dirinya untuk mendapatkan kepuasan.

Mata Gerry terlihat merem melek karena keenakan, tidak lama kemudian tubuhnya menegang dengan kedua pahanya yang dia rapatkan.

Ujung kenikmatan sebentar lagi akan dia dapatkan, Gerry semakin gencar memaju mundurkan pinggulnya ke depan dan ke belakang.

"Ouch, ini sangat--"

Brak!

Pintu kamar mandi nampak terbuka, Gerry yang sedang berdiri tanpa sehelai benang pun terlihat menghentikan gerakannya.

Namun, miliknya yang sudah tidak kuasa untuk memuntahkan cairan cintanya, tanpa malu langsung menyemburkan cairan lengket berwarna putih itu sampai ke dinding kamar mandi.

Awalnya, mak Odah yang hendak ke pasar mendadak linglung kala dia mau menaiki angkot. Saat dia merogoh tas jinjing yang biasa dia pakai, ternyata dompetnya tidak ada di sana.

Dia sudah panik, dia menyangka jika dompet berisikan uang keuntungan seharian berjualan itu sudah raib dilahap maling.

Namun, Tidak lama kemudian dia terlihat menepuk jidatnya. Karena dia ingat jika dompetnya tertinggal di dapur, dekat kamar mandi.

"Hem! Dompetnya pasti tertinggal di sana," ujar Mak Odah.

Namun, saat dia hendak mengambil dompetnya, dia merasa merinding karena janda berusia tiga puluh sembilan tahun itu mendengar suara rintihan kenikmatan dari dalam kamar mandi.

Awalnya dia merasa jika itu adalah hal yang tidak mungkin, karena di rumahnya tidak ada pasangan lelaki dan wanita yang sudah menikah.

Mak Odah hanya tinggal dengan putra semata wayangnya, Gerry Sadewa. Putra kebanggaannya yang selalu patuh kepada dirinya.

Karena suaminya sudah pergi saat Arjuna berusia sepuluh tahun, ayah Gerry pergi ke tempat asalnya. Tempat yang sangat jauh dan membuat Mak Odah sulit untuk bertemu dengan pria itu.

Namun, Mak Odah tidak pernah mengatakan kejujuran kepada putranya. Dia hanya fokus bekerja banting tulang untuk menghidupi putranya sampai bisa kuliah seperti sekarang ini.

Namun, semakin lama suara rintihan kenikmatan itu semakin terdengar dengan jelas di telinganya. Bahkan, saat dia menempelkan telinganya pada pintu kamar mandi, rasa kesal, marah, malu dan juga merasa gagal langsung menyeruak ke dasar hatinya.

Karena, dia mendengar suara putra semata wayangnya, Gerry sedang mengerang penuh nikmat. Karena ingin membuktikan praduganya, Mak Odah dengan cepat menendang pintu kamar mandi itu dengan sangat kencang.

"Emak!" teriak Gerry dengan mata yang membulat dengan sempurna.

Dia benar-benar sangat kaget dan tidak menduga ibunya akan kembali lagi. Dia bahkan tidak menyangka jika ibunya akan melihat dirinya dalam keadaan polos tanpa sehelai benang pun.

Lebih parahnya lagi, ibunya kini melihat kegiatan olah raga pagi yang sedang dia lakukan di dalam kamar mandi.

"Gerry! Apa yang elu lakuin, hem?" tanya Mak Odah dengan syok. Matanya terlihat melotot seakan hendak keluar dari tempatnya, tas jinjing besar yang terbuat dari anyaman cangkang kopi langsung terjatuh saking kagetnya.

Dia tidak menyangka jika putranya itu kini sedang berbuat hal yang tidak seharusnya dia lakukan, putranya kini berdiri dengan memegang sabun batang dengan lubang di tengahnya.

Milik putranya terlihat putih dengan busa, sangat menjijikkan dan memalukan. Rasanya Mak Odah ingin memuntahkan air minum yang tadi pagi sudah dia tenggak saat baru terbangun dari tidurnya.

Putranya itu dalam keadaan polos, keringat mengalir deras di tubuhnya. Bahkan satu hal lagi yang dilihat oleh Mak Odah, milik putranya masih anteng berada di dalam lobang sabun batang yang dia pakai.

Milik putranya itu kini sudah dalam keadaan lemas, selain sudah muntah-muntah karena sudah mencapai puncaknya, sepertinya si Otong juga kaget karena Mak Odah menendang pintu kamar mandi dengan sangat kencang.

"A--anu, Mak. Maafin Gerry, Gerry khilaf." Gerry tertunduk lesu antara malu dan juga tidak enak hati saat melihat raut kecewa di wajah ibunya.

Amarah mak Odah benar-benar memuncak, jika saja tidak sayang, Ingin rasanya mak Odah mengambil pisau dan langsung memotong milik putranya karena sudah nakal.

"Astagfirullah, Emak kaga nyangka kalau anak kebanggan Emak bisa ngelakuin hal yang keji." Mak Odah mengambil gayung, lalu dia memukul milik Gerry yang masih betah bersarang di dalam lobang sabun.

Gerry meringis kesakitan, antara ngilu dan juga sakit yang luar biasa. Sakit, Mak!" imbuhnya lagi

Matanya terlihat melotot, bibirnya terlipat dan melengkung ke bawah karena menahan sakit. Kenikmatan yang tadi dia rasakan, hilang sudah berganti dengan rasa sakit yang luar biasa.

"Ampun, Emak. Gerry ngga lagi-lagi," ucap Gerry seraya membungkuk untuk melindungi miliknya.

Mak Odah terlihat menghela napas berat seraya mengelus dadanya, dia merasa seakan susah untuk bernapas saat melihat apa yang sedang dilakukan oleh putranya tersebut.

Dia tidak menyangka jika putranya yang begitu alim, jarang bicara dan selalu menuruti apa yang dia katakan, malah sedang berbuat hal yang tidak-tidak.

"Emak kecewa sama elu, Gerry!" teriak Mak Odah seraya menendang sabun yang baru saja terjatuh dari milik putranya itu.

Sabun batang itu sangat menggelikan, karena Mak Odah bisa melihat dengan jelas ada lubang di tengahnya. Hal itu membuat mak Odah bergidik geli.

"Maaf, Emak. Gerry ngga lagi-lagi, Gerry khilaf." Gerry langsung meluruhkan tubuhnya ke atas lantai, dia memeluk kaki ibunya dengan erat.

"Ck! Bajunya dipakai Gerry, Emak geli ngeliat elu kaya gini. Waktu bayi ya, elu lucu banget. Bikin Emak pengen nyium, sekarang Emak pengen nabok, pengen nendang."

Setelah mengatakan hal itu, mak Odah terlihat mengangkat gayung yang sedari-tari dia pegang dan langsung memukulkannya pada punggung Gerry.

"Aduh! Aduh, sakit Emak!" teriak Gerry seraya mengeratkan pelukannya, hal itu membuat milik Gerry yang menggantung lemas menyentuh kaki ibunya yang tertutup daster.

"Astagfirullah, Gerry! Sonoan! Emak geli, Gerry!" teriak Mak Odah dengan suara pelan tapi penuh dengan penekanan.

"Maaf, Emak!"

Setelah mengatakan hal itu, Gerry dengan cepat bangun dan keluar dari dalam kamar mandi. Sedangkan mak Odah langsung meluruhkan tubuhnya ke atas lantai, lemas dan terasa kopong kakinya kini.

"Astagfirullah, maafkan hamba ya Allah. Maafkan hamba karena tidak bisa mendidik anak hamba dengan benar," ucapnya dengan lirih.

Di dalam kamar.

Gerry dengan cepat mengambil handuk dan memakainya, dia benar-benar merasakan ketakutan yang luar biasa saat ini.

Dia takut jika ibunya tidak akan menganggap dirinya anak lagi dan akan mengusirnya, mau tinggal di mana dia, pikirnya.

Usianya baru dua puluh tahun, dia baru saja kuliah semester 5. Kalau diusir dari rumah, jangankan untuk kuliah, untuk makan saja belum tentu dia bisa membelinya.

"Ya ampun, ya ampun. Kenapa bisa ketahuan sih? Baru pertama kali melakukannya malah terciduk, apes bener dah ah gue. Ck! Emak pasti marah besar, kudu gimana coba gue?" tanya Gerry seraya mondar-mandir tidak jelas karena panik.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status