"Ck! Mesti ngelakuin apa coba gue sekarang? Bingung gue, haduh!"
Gelisah, takut, kesal dan juga rasa sesak kini sedang menyelimuti perasaan Gerry. Dia benar-benar malu dan tidak tahu harus berkata apa jika bertemu dengan ibunya.Gerry terlihat mondar-mandir dengan tidak jelas di dalam kamarnya, dia benar-benar merasa bingung harus berbuat apa saat ini.Sungguh dia benar-benar malu karena sudah ketahuan oleh ibunya, padahal saat dia mau melakukannya, Gerry sudah memastikan jika ibunya tidak ada di kediamannya."Astogeh! Gue mesti ngapain ini? Kalau mau keluar kamar, malu rasanya ketemu emak," keluh Gerry.Gerry menghela napas berat, kemudian dia segera mengambil bajunya. Namun, saat dia hendak memakai bajunya, tubuhnya terasa sangat lengket dengan keringat karena kegiatan olah raga paginya."Ck! Mau mandi malu ada emak di luar, nggak mandi badan gue lengket banget. Vangke emang!" gerutu Gerry.Gerry yang hanya menggunakan handuk saja terlihat membuka sedikit pintu kamarnya, kemudian dia menyembulkan kepalanya untuk melihat situasi di luar rumah sudah aman atau belum.Ternyata di dapur tidak ada ibunya, Gerry dengan cepat berlari dan masuk kembali ke dalam kamar mandi. Dia menyangka jika ibunya pasti pergi ke pasar, karena sudah tidak ada di dapur."Syukurlah, emak nggak ada. Seenggaknya gue nggak malu banget kalau harus ketemu sama emak saat ini," ucap Gerry seraya mengelus dadanya yang masih terasa bergemuruh hebat.Gerry menyelesaikan ritual mandinya hanya dalam waktu lima menit saja, setelah itu dia langsung pergi ke kamarnya dan segera memakai bajunya."Sepertinya gue harus berangkat pagi-pagi, walaupun kuliah masuk jam sembilan, rasanya gue kagak enak kalau tinggal di rumah terus. Kagak enak gue lihat muka emak," ucapnya.Setelah bersiap Gerry terlihat menggemblok tas ranselnya, kemudian dia keluar dari dalam rumah sederhana tersebut dengan mengendap-ngendap.Dengan seperti itu Gerry berharap tidak bertemu dengan ibunya, karena dia benar-benar merasa malu jika harus bertemu dengan ibunya terlebih dahulu."Mau ke mana elu, Gerry? Elu ada kuliah jam 9, ngapa jam segini udah mau minggat?" tanya Mak Odah yang baru saja nongol dari depan rumah.Gerry yang sedang berjalan mengendap-ngendap langsung terjingkat kaget, dia benar-benar tidak menyangka jika ternyata ibunya tidak pergi ke pasar."Eh? Emak kagak jadi ke pasar?" tanya Gerry dengan gugup.Gerry yang memiliki tubuh jangkung itu hanya bisa menunduk di hadapan ibunya, dia tidak berani menatap wajah ibunya yang kini sedang menatap tajam ke arahnya."Kagak ke mana-mana, Emak mau tidur aja. Emak lemes, kaga ada tenaga buat ngelakuin apa pun. Pengen merem aja," jawab Mak Odah dengan suara rendahnya.Mak Odah masih dalam keadaan bingung, dia tidak tahu harus bersikap seperti apa kepada anak semata wayangnya itu.Mendengar suara ibunya yang terdengar begitu pelan dalam berbicara, Gerry merasa sangat bersalah. Karena itu artinya ibunya sedang kecewa tingkat kabupaten kepada dirinya.Sungguh dia melakukan hal itu hanya karena penasaran, Gerry penasaran dengan bagaimana rasanya bercinta. Dia penasaran dengan apa sudah dia lihat tadi malam.Gerry yang tidak pernah berpacaran ingin merasakan hal yang sama, hal yang sudah dilakukan oleh temannya bersama dengan pacarnya. Hal yang tadi malam dia lihat di tepi danau.Walaupun wajahnya terlihat tampan dan banyak wanita yang memberikan perhatian lebih kepadanya, tapi dia belum ada niatan untuk berpacaran.Apalagi berniat untuk meniduri seorang gadis, sungguh hal itu tidak terlintas sedikit pun di dalam otaknya.Memerawani anak gadis orang tentunya beresiko tinggi, pilihannya hanya ada dua. Menikahi gadis itu dengan biaya yang besar, atau dipukuli sampai babak belur.Bahkan, bisa saja nyawanya melayang karena bapaknya tidak terima anaknya sudah diperawani dan mendorongnya hingga jatuh ke dasar jurang, itulah pikir Gerry.Gerry berasal dari keluarga biasa, dia hanya anak dengan ibunya yang hanya berprofesi sebagai pedagang warung kopi. Dia takut tidak bisa membahagiakan wanita yang menjadi pacarnya, dia takut tidak bisa memberikan jajan untuk pacarnya.Karena wanita jaman sekarang tidak ada yang hanya ingin diberikan kata-kata gombalan semata, tapi mereka juga butuh jajan dan diberikan kuota dalam setiap bulannya.Bahkan, tidak jarang mereka juga ingin pergi jalan-jalan dan berlibur untuk menenangkan hati dan pikirannya."Emak, Gerry minta maaf. Gerry janji nggak bakalan ngelakuin hal kayak tadi lagi, Gerry tobat Mak." Gerry terlihat bersimpuh seraya memeluk kaki ibunya.Mak Odah hanya terlihat menghela napas berat, kemudian dia mengambil dompetnya dan mengambil uang selembar warna biru dan memberikan uang itu kepada Gerry."Ini ongkos Elu, Emak ngga bikin sarapan. Ambil aja noh roti di warung, Emak mau tidur. Jangan lupa tutup pintunya kalau mau pergi," pesan Mak Odah.Gerry mendongakkan kepalanya, dia berusaha untuk menatap wajah ibunya yang terlihat begitu marah kepada dirinya. Dia sengaja membuat wajahnya semenyedihkan mungkin, agar ibunya itu merasa kasihan kepada dirinya."Emak! Emak belum jawab omongan Gerry, Emak mau kan, maafin Gerry?"Mak Odah terlihat menghela napas panjang, rasanya dia sudah sangat lelah sekali. Namun, dia juga sangat menyayangi putranya tersebut.Rasanya, saat dia melihat wajah tampan putranya dia tidak bisa marah. Apalagi mengeluarkan kata-kata sumpah serapahnya."Hem, asal jangan lagi-lagi." Mak Odah menghentakkan kakinya, dia seolah berkata jika dirinya tidak ingin lagi berada di sana. Dia sudah lelah menghadapi putranya tersebut, dia ingin memejamkan matanya.Gerry paham jika dia bersikukuh untuk merayu ibunya pun, Mak Odah tidak akan bisa menerimanya begitu saja. Karena dia kini sedang kecewa.Seorang perempuan jika sedang kecewa hanya butuh untuk menenangkan diri, selain itu wanita butuh liburan dan butuh tempat curhat. Sedangkan ibunya tidak mempunyai teman curhat.Untuk liburan pun ibunya tidak mempunyai uang banyak, sudah dapat dipastikan hanya menenangkan diri saja yang menjadi pilihan ibunya saat ini."Gerry paham, Gerry janji ngga bakal gituan di dalam kamar mandi lagi." Gerry melepaskan pelukannya dari kaki ibunya.Mendengar apa yang dikatakan oleh Arjuna, Mak Odah terlihat memelototkan matanya. Kemudian, dia menatap Gerry dengan tatapan tajamnya."Maksud elu, elu mau melakukannya di tempat lain?" tanya Mak Odah."Eh? Maksudnya bagaimana, Emak? Gerry tidak paham," ungkap Gerry seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal mirip seperti anak monet."Tadi elu bilangnya nggak bakal ngelakuin itu lagi di kamar mandi, berarti elu mau ngelakuinnya di tempat lain?" tanya Mak Odah.Mendengar ucapan Mak Odah, Gerry langsung menggelengkan kepalanya seraya mengibas-ngibaskan kedua tangannya di depan wajahnya."Tentu saja tidak, Gerry tidak akan melakukan hal itu di mana pun. Sumpah!" ucap Gerry seraya menggenggam kedua tangan ibunya dan menatap ibunya tersebut dengan tatapan meyakinkan."Hem, Emak harap tidak ada lagi sabun bolong yang lainnya. Emak harap kamu tidak melakukan hal itu lagi, Emak harap kamu tidak akan merusak anak perempuan orang. Karena Emak akan sangat kecewa," jelas Mak Odah."Nggak bakal, Emak. Gerry nggak bakal ngerusak anak perempuan orang, lagian siapa juga yang mau sama Gerry. Nggak ada, Emak. Nggak ada yang lirik Gerry," ucapnya berbohong.Padahal yang melirik Gerry banyak, yang mendekati Gerry juga banyak. Hanya saja Gerry yang belum siap untuk berhubungan dengan wanita mana pun."Bagus kalau elu tahu diri, inget! Kuliah yang bener, nyari kerjaan tetep dulu. Baru elu macarin anak perempuan, pacaran jaman sekarang itu mahal. Perlu dijajanin, bukan diajak makan angin!" pesan Mak Odah."Iya, Emak. Gerry bakal kuliah yang bener," jawab Gerry."Hem, Emak mau tidur." Mak Odah langsung meninggalkan Arjuna dan masuk ke dalam kamarnya.Gerry hanya bisa menatap kepergian ibunya hingga menghilang di balik pintu, tidak lama kemudian dia menatap uang yang diberikan oleh ibunya."Astogeh, padahal hari ini gue ngga dikasih sarapan. Tapi duitnya ngga ditambahin, kayaknya gue mesti ambil rotinya sekeranjang deh, biar perut gue kenyang," keluh Gerry.Gerry sempat menatap pintu kamar ibunya yang tertutup, tetapi tidak lama kemudian pria yang memang sedang gamang itu menuruti apa yang dikatakan oleh Mak Odah, dia masuk ke dalam warung milik ibunya.Setelah mengambil beberapa bungkus roti, akhirnya Gerry pergi ke kostan Gilang, sahabat dari Gerry. Sahabat yang selalu ada di kala dirinya susah dan juga senang.Kalau untuk pergi ke kampus rasanya sangat tidak mungkin, karena waktu baru menunjukkan pukul enam pagi.Dia pergi dengan menggunakan motor Vespa kesayangannya, motor Vespa milik sang ayah. Motor tua yang selalu menemani Gerry ke mana pun dia pergi.Sebenarnya Gerry merasa risih, karena banyak orang yang mengejek dirinya. Mereka berkata jika Gerry tidak pantas memakai motor Vespa itu.Badan Gerry yang jangkung terlihat jomplang ketika memakai motor Vespa, tetapi walaupun seperti itu dia merasa bangga karena motor itu adalah motor peninggalan dari sang ayah."Lang, buka pintunya dong. Gue mau numpang ngopi," teriak Gerry.Cukup l
Gerry langsung menutup mulutnya mendapat pertanyaan dari nenek tua itu, dia kini bingung harus berkata apa.Hari ini perasaan Gerry Sadewa sedang tidak baik-baik saja, dia benar-benar merasa sial dengan apa yang dia lalui hari ini. Berkali-kali dia mendapatkan kesialan, kini bahkan dia harus dimaki oleh seorang wanita tua yang tidak dia kenal.Sebenarnya ingin sekali Gerry menyahuti ucapan dari perempuan tua itu, sayangnya dia masih menghargai yang namanya wanita. Terlebih lagi ibunya juga adalah seorang single parent.Wanita yang berjuang sendiri untuk kesejahteraan hidupnya dan juga dirinya, dia tidak mau menyakiti wanita. Akhirnya Gerry memilih untuk meminta maaf."Maaf ya, Bu. Saya sudah salah, permisi," ucap Gerry pada akhirnya.Gerry dengan cepat membeli air mineral satu botol dan segera pergi dari sana, dia memutuskan untuk pergi ke taman yang lokasinya tidak jauh dari kampus."Ya Tuhan, ngga semangat banget gue pagi ini. Malu banget dah kalau ingat tadi pagi, semoga aja kalau
Tidak percaya, itulah yang Gerry Sadewa rasakan saat ini. Rasanya terlalu banyak kejutan di hari ini. Terlalu banyak hal yang tidak terduga dan membuat kepalanya pening.Mendengar gadis itu memanggil Gita dengan sebutan mom, rasanya dia tidak percaya jika Gita sudah memiliki anak seumuran dengan dirinya. Karena dilihat dari sisi mana pun Gita belum begitu tua, dia masih terlihat sangat muda.Jika bersanding dengan wanita di sampingnya, Gita dan wanita itu terlihat seperti adik kakak. Atau mungkin gadis itu adalah anak adopsi, pikir Gerry."Ada apa Gerry? Kenapa melihat kami seperti itu?" tanya Gita.Gita tersenyum ketika melihat Gerry memandang dirinya dan juga Gendis secara bergantian, apalagi ketika melihat wajah Gerry yang keheranan saat menatap dirinya, sungguh dia merasa lucu."Anu, Tante. Saya---"Gerry malah kembali terdiam, pria muda itu nampak bingung harus berkata apa. Melihat Gerry yang hanya diam saja, Gita terlihat menggelengkan kepalanya. Lalu, dia pun menegur pria muda
Gerry merasa jika dia memiliki teman yang tidak ada akhlak, tetapi herannya hanya dia yang selalu mengerti dirinya. Memahami dirinya dan selalu mau menemani dirinya.Di saat jam kuliah dimulai, Gerry benar-benar tidak bisa fokus dalam belajar. Apalagi ketika melihat Gilang yang terus saja tersenyum seraya memandangi dosen cantik yang sedang memberikan penjelasan, ibu Gumilang namanya.Wanita asal Palembang dengan bodi yang aduhai, bamper depannya terlihat biasa saja. Namun, bamper belakangnya terlihat sangat aduhai.Sesekali Gilang akan mengusap-usap paha dalamnya, tetapi matanya begitu fokus saat melihat ibu Gumilang. Bibirnya terlihat menganga, pikiran pria itunya sepertinya sedang ber-travelling entah ke mana.Rasanya dia benar-benar iri dengan hidup Gilang yang selalu terlihat indah di dalam setiap harinya, tidak seperti dirinya yang dirasa begitu suram."Ck! Seharusnya gue itu banyak-banyak bersyukur, karena masih ada emak gue yang baik hati, mau kerja keras dan sayangin gue," uc
Jujur?Tentu saja Gerry merasa jika dia tidak perlu jujur kepada ibunya masalah dia bekerja kepada Gita, karena dia takut jika nanti ibunya malah akan menduga-duga hal yang tidak-tidak.Awalnya Gerry merasa jika emaknya tidak akan curiga kepada dirinya, karena biasanya emaknya selalu mengiyakan saja ketika dirinya hendak berpamitan ke mana saja.Namun, kini dia sadar jika mak Odah terkesan lebih waspada. Mungkin karena dirinya sudah melakukan kesalahan yang fatal, solo karir di dalam kamar mandi.Alhasil, setiap apa pun yang akan Gerry lakukan, baik buruk atau tidak pasti akan selalu dipantau oleh emaknya itu.Melihat gelagat emaknya yang begitu curiga kepada Gerry, Gerry berusaha untuk menenangkan hati dan pikirannya.Dia bahkan terlihat menghela napas panjang kemudian mengeluarkannya dengan perlahan, dia mempersiapkan kata-kata yang pas yang akan dia katakan kepada ibunya tersebut."Kenapa elu malah narik napas kaya gitu?''"Anu, Mak. Nggak apa-apa, Kok."Mak Odah semakin merasa cur
Ah! Canggung sekali yang Gerry rasakan saat ini, dia bahkan tidak berani melihat wajahnya di cermin. Karena wajahnya pasti sangat merah.Gerry langsung mengikuti arah ke mana Gita menunjuk, Gerry terlihat begitu malu. Dia bahkan langsung menutup miliknya dengan tas ransel kebanggaannya."Ngga usah ditutupin, Gerry. Tante suka lihatnya. Sepertinya punya kamu sangat---"Wajah Gerry benar-benar memerah mendengar ucapan dari Gita, ini pertama kalinya ada wanita yang begitu dekat dengan dirinya.Ini pertama kalinya ada wanita yang ucapannya begitu vulgar, tanpa saringan air sumur ataupun saringan kopi."Ehm! Bisa cepat jalan ngga, Tan? Nanti aku telat loh, pagi ini ada dosen killer, soalnya." Gerry berusaha untuk mengalihkan pembicaraan, karena Gerry benar-benar merasa tidak nyaman dengan tatapan mata Gita yang mengarah pada lato-lato gagang miliknya.Gita tersenyum seraya menutup bibirnya dengan tangan kanannya, karena dia malah fokus pada mainan yang sedang trend saat ini."Oh, maaf. Nan
Selama Gerry ngampus, pria muda itu terus saja membayangkan obrolan antara dirinya dan juga Gita. Janda bohay itu benar-benar membuat dirinya kesulitan untuk berkedip dan bernapas.Namun, berkali-kali Gilange coba untuk menegur pria muda itu. Karena Gilang takut jika Gerry akan dimarahi oleh guru, bagaimanapun juga Gerry tetap sahabatnya.Selesai jam kuliah, Gerry langsung menunggu Gita di pengkolan yang tidak jauh dari kampus. Hal itu dia lakukan karena takut ada yang memergoki dirinya masuk ke dalam mobil Gita, dia takut nantinya dirinya akan menjadi bahan ejekan teman-temannya.Dia takut akan disebut sebagai lelaki simpanan tante-tante, maka dari itu untuk menghindari hal itu Gerry meminta Gita untuk menjemput dirinya tidak jauh dari kampus. Bukan di depan kampus."Hay! Masuklah, Gerry!"Gita terlihat menurunkan kaca mobilnya ketika tiba di depan Gerry, pria muda itu langsung tersenyum lalu dia masuk ke dalam mobil Gita dan duduk tepat di samping wanita berusia tiga puluh lima tahu
Gendis menggelengkan kepalanya melihat tingkah dari Gerry, ada rezeki di depan mata malah seolah ingin menolak begitu saja."Lagian elu itu aneh, nyokap gue mau merubah penampilan elu jadi lebih baik. Mending elu terima aja, nggak usah banyak protes juga."Menurut Gendis, Gerry itu terlihat sangat tampan, wajahnya mirip opa-opa Korea. Hanya perlu merubah penampilannya saja, Gerry pasti terlihat luar biasa.Dia sangat setuju jika Gita mau merubah penampilan Gerry, yang terpenting jangan merubah karakter dari Gerry yang terlihat baik dan juga polos."Tapi, Jen--""Nggak usah tapi-tapian, gue tahu kalau nyokap gue itu suka sama elu. Mending elu terima aja, lumayan tahu. Selain bekerja elu juga dapat perhatian yang lebih dari nyokap gue." Gendis tertawa setelah mengatakan hal itu.Gita dan juga Gerry terperangah mendengar apa yang dikatakan oleh Gendis, mereka tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Gendis saat ini. Terlebih lagi dengan Gita, dia tidak menyangka jika putrinya tahu ka