Theo diam-diam suka menculik gadis đ«ą
âPaman Jake mengajakku makan malam?!â Emma menjerit-jerit dalam hati. Senyuman lebar terbit di bibirnya. Emma tak dapat menyembunyikan kebahagiaannya hingga tak sadar di mana dirinya sekarang. Berulang kali dia membaca pesan itu pun, isinya tetap sama! [Jika ada waktu setelah bekerja, aku ingin mengajakmu makan malam.] Namun, tunggu ⊠kenapa Jake tiba-tiba bersikap baik padanya? Bukankah kemarin, Jake jelas-jelas sudah menolak dirinya? Sikap Jake pun sangat dingin dan formal.âApakah Paman Jake menyesal sudah menolakku? Dia ingin minta maaf dan ⊠ahhh!!!â Emma menangkup wajahnya dengan perasaan bahagia oleh angan-angan.Sesaat kemudian, pertanyaan Emma langsung terjawab. Pesan singkat lain muncul dan langsung dibukanya. [Maaf, aku lupa masih memakai ponsel Jake. Aku yang mengirim pesan sebelumnya. Rick.] Wajah Emma sontak berubah menjadi seperti bunga layu. Ternyata, kecurigaannya benar. Tak mungkin Jake tiba-tiba mengajaknya berkencan!Dunia Emma yang sebelumnya bercahaya terang,
Theo tersadar dalam sekejap. Dia tak mengerti, kenapa dirinya tiba-tiba marah? Dan kenapa langsung bertindak secara impulsif seperti sekarang?"Anda sudah datang ...," Theo bicara sekenanya."Ya?" Emma tampak kebingungan. Rasa takutnya menghilang dengan adanya Jake di sisinya."Anda tadi menyuruhku ke sini." "Kau juga mengundang Theo?" Rick terlihat bingung dan kecewa. Apakah Emma takut pergi dengan dua pria dewasa itu?"A-ah, iya." Jake melirik ke arah Emma. Dia dapat menebak jika Emma sekarang sedang berbohong. Namun, Jake tak dapat membaca ekspresi wajah Theo. Kenapa Emma harus berbohong dan menyetujui kata-kata Theo?Ada yang mencurigakan, pikirnya. Kenapa Emma yang biasanya sering mengolok-olok Theo, justru mengajaknya keluar? Apakah Emma berniat membuat dirinya cemburu?Akan tetapi, Jake segera menyangkal dugaannya sendiri. Emma bisa menggunakan Rick, alih-alih Theo yang tak begitu dekat dengan Jake.Tatkala Theo bergabung di meja mereka, Emma tampak lebih gelisah dari sebelum
Meskipun tak ingin bertatap muka, tetapi mereka tetap harus menghadiri acara yang sama. Karena Asher Smith menyerahkan kerja sama dengan perusahaan Emma sepenuhnya. Di pagi hari yang mendung, Theo telah duduk menanti di kantor Emma. Pria itu tak datang sendiri. Dia sedang mendiskusikan sebuah dokumen bersama dengan Carla. Meskipun hanya Theo yang fokus dengan pekerjaan mereka, sedangkan Carla sibuk mengagumi ketampanannya. Sementara itu, Emma baru saja sampai di depan gedung kantornya. Kantor itu masih baru dan tak begitu besar, tak ada pula parkir di dalam Dia harus berlari-lari melewati gerimis yang mulai menitik dari langit. Berangkat terburu-buru, Emma tak begitu memperhatikan penampilannya pagi ini. Kemeja putihnya cukup tipis sehingga gerimis berhasil membuat pakaian dalam hitamnya sedikit terlihat.âNona, kenapa kau tidak memakai payung? Kau juga datang terlambat sepuluh menit. Perwakilan Smith Group sudah sampai sejak tadi,â omel Judith. Sang sekretaris tak tahu, atasanny
âApa yang baru saja aku katakan?!â Emma membeliakkan mata, tetapi tak melepaskan Theo. Suara detak jantung Theo terdengar jelas di telinganya. Normal, tidak sekencang irama jantungnya. âJadi, dia benar-benar hanya mengancamku dan tidak merasakan apa pun saat menyentuhku?â Entah mengapa, Emma kecewa saat mengetahui kenyataan dari buat pikirnya sendiri. Theo melepaskan jas tanpa memedulikan pelukan Emma. Kemudian menyampirkan jas itu di pundak wanita yang kian erat memeluknya. Emma sangat malu hingga dia membeku. Ingin melepas pelukan, tetapi takut melihat reaksi Theo. Alhasil, dia diam saja dan menunggu Theo menyentak tangannya seperti sebelumnya. âMasih dingin?â âTidak sedingin kau!â Selama beberapa menit, mereka tetap ada di posisi yang sama. Hingga terdengar langkah kaki para pekerja kian mendekat. Emma langsung mendorong Theo dengan sangat kencang. Namun, Theo tak bergeming, tetap berdiri dengan gagah. Justru Emma yang terhuyung hingga jatuh ke tanah.âAww!!â Emma langsung b
Mata Emma terpejam erat. Wajahnya merah padam begitu aroma kulit basah Theo menyeruak masuk ke lubang hidungnya. Sekujur tubuhnya menggelenyar di saat Theo menggenggam pergelangan tangannya. Theo kemudian menarik Emma masuk ke kamar. Tanpa membuka mata, Emma mengikuti Theo dengan pasrah. Sesekali dia menubruk badan Theo karena tak melihat jalan. Emma tak berusaha memberontak. Lagi pula, jika Theo ingin melakukan sesuatu padanya, dia tak akan dapat mencegah. Theo menghentikan langkahnya seraya berbalik. Emma kembali menabrak Theo. Dia dapat merasakan wajahnya menempel di dada pria itu. Kepala Emma mendongak. Bibirnya sedikit mengerucut, bersiap menerima serangan Theo. Namun, sudah menunggu selama beberapa detik, dia tak merasakan apa pun. âCepat mandi. Aku juga sudah kedinginan. Di kamar tamu tidak ada air hangat.â Emma sontak membuka mata ketika Theo melepaskan tangannya. âHanya itu?â Dia agak bingung memberikan reaksi. âKau ingin aku memandikanmu?â Emma langsung lari terbirit
Emma menyesap bibir hangat dan lembab yang terasa menyegarkan. Dia menangkup pipi Theo supaya mulutnya terbuka. Namun, Theo tak membalas ciumannya. Di saat itu pula, Emma tersadar telah melakukan kesalahan besar. Dia menjauhkan wajahnya, tetapi Theo mencegah kepalanya bergerak. Telapak tangan pria itu menempel erat di tengkuknya. âI-ini tidak-â suara Emma tersekat di tenggorokan. âAku bukan Jake,â ucap Theo lirih. âApa maksudnya kau bukan Paman Jake? Apa hubungannya? Kenapa kau diam saja? Apa kau tidak menginginkanku? Dan ⊠kenapa aku bisa berbuat hal gila seperti ini?â Banyak pertanyaan menggema di kepala Emma. Namun, dia tak dapat berpikir dengan jernih untuk mencari jawabannya.âApa aku terlalu banyak minum tadi?â Tak mungkin dia mencium Theo dengan kesadaran penuh. Tidak. Emma bahkan tak merasakan mabuk sedikit pun. Dia hanya menyesap alkohol hanya untuk menghangatkan badan dan tak berlebihan meminumnya. Manik hazel itu bergerak ke kanan-kiri, menghindari tatapan Theo yang
Asher Smith tengah duduk menghadap jendela sambil melamun. Dia masih tak menyangka jika tangan kanannya, orang yang sangat dia percayai, tega mengkhianati dirinya. Pagi tadi, Theo tiba-tiba datang membicarakan masalah kamera tersembunyi yang dia tanam di boneka pemberian Noah. Tak heran, Asher tak dapat menemukan pelakunya, bahkan setelah menelusuri gerak-gerik Noah hari itu. âSaya pikir, Anda akan mengembalikan barang pemberian Tuan Noah, jadi saya bisa mencari tahu rencana Tuan Noah kepada Anda dan Nyonya Laura.â Begitu alasan Theo setelah mengakui perbuatannya. Theo tak mengatakan tentang kekaguman, atau kegemarannya mengumpulkan segala sesuatu mengenai Smith. Meskipun demikian, Asher tetap marah besar. Jika memang Theo ingin memata-matai Noah, dia bisa memberi tahu Asher tentang kamera tersebut. Tetapi, Theo bungkam dan malah ikut menyelidiki Noah yang dipikir Asher merupakan pelaku satu-satunya. Karena itu, Asher menyuruh Theo mengurusi bisnisnya di luar negeri. Dia tak bisa
Asher baru menyadari banyak kejanggalan atas sikap Laura. Saat berada di rumah liburan Simon, Laura tampak tenang setelah Asher pergi malam-malam sampai hampir dini hari. Baru saja, Laura juga menyatakan bahwa dirinya tahu mengenai Theo yang ditugaskan ke luar negeri.Dan satu-satunya orang yang tahu mengenai masalah itu hanya satu orang. Carlos ⊠pria yang sekarang sedang berdiri sambil menunduk di depan meja kerjanya.âBerapa banyak Laura membayarmu? Apa kau ingin jadi pengkhianat?â Asher tak seperti sedang bertanya, tetapi memberikan tuduhan. âKatakan sekarang, aku akan memberimu pesangon jika kau ingin menusukku dari belakang.âBukan tanpa sebab Asher marah seperti itu. Baru tadi pagi dia mendengar pengkhianatan yang dilakukan orang kepercayaannya. Sekarang, dia tahu, ada satu tikus lagi yang diam-diam memata-matai dirinya.âMaaf, Tuan, saya tidak bermaksud mengkhianati Anda.â Carlos langsung tahu arah pembicaraan Asher. Dia tak marah kepada Laura karena ketahuan memberikan inform
Laura Smith berjalan keluar dari gedung perusahaan Hartley. Pekerjaannya telah usai saat menjelang jam makan siang.Sudah satu tahun Laura kembali bekerja. Laura tak perlu mengawasi Lana selama seharian penuh lagi.Lana saat ini sudah berusia hampir lima tahun, sedangkan Claus dan Collin pun sudah sekolah. Si kembar cukup bisa diandalkan menjaga adiknya meski terkadang membuatnya menangis. âDi mana Asher?â gumam Laura menanti Asher keluar dari mobil.Di tepi jalan, mobil mewah telah menanti Laura. Biasanya, Asher selalu menunggu Laura di depan pintu masuk kantor. Namun, dia tak melihat tanda keberadaan sang suami di mana-mana.âKenapa malah anak-anak yang datang ke sini?â Laura gegas menghampiri mereka.Dua anak lelaki tampan dan berwajah serupa membuka pintu di kedua sisi mobil bagian belakang. Claus membantu adik perempuannya yang memakai gaun putih turun dari mobil. Si kembar kemudian menggandeng Lana di kanan dan kiri secara protektif. Seakan-akan tak ingin ada satu pun orang men
Laura sudah menduga sejak awal saat dirinya melahirkan bayi perempuan. Asher pasti akan menjadi papa yang banyak membatasi pergerakan putri mereka. Dengan Rachel pun, Asher seperti ayah kandung yang selalu menegur setiap kali ada kesempatan. Laura takut membayangkan masa depan putrinya tidak akan bisa bebas, atau sulit mencari kebahagiaan yang diinginkannya karena tekanan dari Asher.Namun, kata-kata Asher yang menyatakan bahwa putri mereka tak akan berteman dengan siapa pun, Laura kali ini menyetujuinya. Setidaknya, untuk situasi sekarang.âPutri kami bahkan masih belum bisa melihat dengan jelas. Sebaiknya, kita membicarakan masalah teman bermainnya kalau dia sudah agak dewasa,â kata Laura kepada para nyonya besar yang hadir di pesta.Bukan hanya Asher yang diserang oleh tamu-tamu mereka, Laura pun demikian. Berbeda dari si kembar, jika putra mereka menjadi bagian dari Smith Group, besar kemungkinan dia bisa menduduki posisi tinggi tanpa bersusah payah, dan hanya karena menjadi suami
Lana Smith, putri pertama Asher dan Laura ditidurkan di tengah-tengah ranjang di kamar yang kini telah diubah sepenuhnya menjadi bernuansa merah muda. Asher, Claus, dan Collin tidur tengkurap mengelilinginya dan tak jenuh memandang bayi itu layaknya harta karun yang tak ternilai harganya.âBibirnya bergerak-gerak, Papa,â bisik Collin.âAduh ⊠aku baru saja berkedip! Aku tidak melihatnya,â sesal Claus bermuram durja.âNanti pasti bergerak lagi. Jangan terlalu keras bicara, Claus,â tegur Asher lirih.Claus cemberut dan hampir menyentuh pipi adik bayinya. Namun, Asher lekas mencegah dengan decapan dan menunjukkan tatapan tajam padanya.âAku ingin menggendong adikku, Papa,â pinta Claus memelas.âTidak boleh. Lana masih berusia dua hari lebih empat jam. Kau bisa menjatuhkan Lana.âSejak diperbolehkan melihat bayi itu, mereka bertiga senantiasa mengamatinya dengan posisi sama. Asher mencatat setiap gerakan kecil Lana, sedangkan Claus dan Collin akan memberi tahu ketika dirinya sedang melakuk
Waktu berlalu dengan cepat. Perut Laura kini telah membesar dan hampir melahirkan.Asher dan Laura sepakat untuk tidak mencari tahu jenis kelamin bayi mereka karena pertentangan pendapat. Namun, dokter tetap memberi tahu bahwa bayi di dalam rahim Laura kali ini hanya ada satu.Asher meyakini bahwa bayinya berjenis kelamin perempuan, sedangkan Laura yakin bahwa anaknya lelaki. Sementara itu, orang-orang di sekeliling mereka pun memperdebatkan hal yang serupa dan tak ada yang menebak sama. Karena itu, kamar untuk bayi mereka juga dipersiapkan setengah untuk perempuan, setengah lagi untuk laki-laki.âSayaaaang!â seru Asher dari koridor.Laura yang saat ini berada di kamar Claus dan Collin bersusah payah bangun untuk menyambut Asher yang baru saja pulang dari kerja. Simon gegas membantu Laura berdiri dan menuntunnya ke depan pintu.Rupanya, Asher masih jauh dari kamar itu dan hanya suaranya yang terlalu keras memanggil dirinya. Melihat sang istri kesulitan menegakkan badan, Asher gegas
âHanna, apakah aku-âHanna berjalan melewati Simon dan tak ingin mendengar penjelasan apa pun sekarang. Dia masih kecewa karena ternyata hanya dirinya yang menganggap Simon sebagai keluarga.Simon mengusap wajah dengan kasar, lalu berbalik menyusul Hanna. âAku harus segera menjelaskan kesalahpahaman ini.âHanna sudah hampir masuk ke mobil sambil bercakap-cakap dengan Laura. Melihat cara bicara Laura yang sambil melihat dirinya, Simon takut jika Hanna mengadukannya.Simon tak berani mendekat. Kemudian masuk ke pintu mobil di arah yang berlawanan dari mereka.Dalam perjalanan ke tempat wisata lain, Hanna sekali pun tak melihat Simon. Saat mengurus Claus dan Collin yang duduk di antara mereka dan harus menghadap Simon, Hanna selalu menunduk atau melihat ke arah lain.Hanna benar-benar mengacuhkan Simon sampai hari berikutnya. Dia selalu berkumpul dengan orang lain dan enggan duduk hanya berdua dengan Simon ketika mengasuh Claus dan Collin.Simon tak tahan lagi! Hari ketiga liburan merek
Di atas pantai pasir putih yang indah, Simon sedang tertelap dan ditemani wanita yang merupakan pelayan setia putri semata wayangnya. Hanna menggeser payung besar yang menghalau sinar matahari agar tubuh Simon tak kepanasan.âTuan Simon sedang mimpi apa? Kenapa bibirnya bergerak-gerak begitu?â gumam Hanna selagi memperhatikan wajah Simon.Simon berdecap-decap sambil tersenyum, kemudian bergumam dalam tidurnya, âKita akan menikah âŠ.âHanna terkekeh geli. âKau sudah menikah dua kali, Tuan. Saat ini, kau pasti sedang memimpikan Nyonya Callista.ââMenikah ⊠Hanna âŠ.â Simon kembali bergumam-gumam, membuat pemilik nama itu terkesiap.Gumaman Simon setelahnya semakin jelas. Wajah Hanna menegang ketika bibir Simon mengucap namanya berulang kali.Hanna segera berlari meninggalkan Simon sambil menutup mulutnya menggunakan telapak tangan, seakan-akan tak tahan untuk meneriakkan sesuatu. âApa yang baru saja aku dengar?â batin Hanna.Selama ini, Simon selalu menganggap Hanna sebagai putrinya. Setid
Makan malam semalam menjadi peristiwa memalukan bagi Rachel. Dia tak sadar, Alan ternyata membuat lukisan cinta di sekujur tubuhnya. Hingga dirinya enggan keluar dari kamar. Sayangnya, hari ini Rachel harus menjadi pemandu untuk para tamu istimewa yang datang dari luar negeri. Dia sudah berjanji akan mengajak Laura dan Emma jalan-jalan di tempat-tempat indah di sana. âRachel, kau tidak perlu ikut dengan kami. Sepertinya, suamimu masih mengantuk âŠ.â Laura menyenggol lengan Rachel dari belakang sambil terkekeh pelan dan melirik ke arah Alan yang menguap lebar. âKak Alan pasti begadang semalaman.â Emma ikut menggoda kakak iparnya. Wajah Rachel merah padam mendengar para wanita itu menggodanya. âSebentar lagi kita sampai di pantai. Kalian pasti akan menyukainya.â Rachel buru-buru mengalihkan pembicaraan. Awalnya, Emma masih ingin menggoda Rachel. Namun, setelah melihat pemandangan indah di depannya, dia urung melakukannya. Emma segera menghampiri suami dan putrinya dan mereka berpisah
Melihat peluh di wajah Alan dan tercium bau familier dari tubuhnya, Rangga menjadi sangat sedih. Alan ternyata telah mendapatkan sang putri kesayangan. Rangga tak bisa menatap Alan, bukan karena membencinya, tetapi hatinya terasa aneh. Anak yang dulu selalu melompat ke sana kemari itu, kini telah sepenuhnya menjadi wanita dewasa dan dimiliki pria itu. âAku akan memanggil Rachel dulu, Ayah. Kami akan segera menyusul!â seru Alan pada Rangga yang tak berbalik atau menjawab dirinya. âKau seharusnya melakukan itu nanti malam âŠ. Namanya juga malam pertama. Sekarang masih terbilang sore. Aneh kalau disebut sore pertama, bukan?â celetuk Nevan, lalu tertawa pelan. Alan memutar bola mata. âKami tinggal mengulangi lagi nanti. Lalu, apa yang membawamu kemari?â Tawa Nevan menghilang. Dia sebenarnya hanya ingin mengajak Hillary makan makan bersama keluarga besarnya meski Asher dan Laura juga diundang sebagai tamu kehormatan. Tetapi, dia ingin sedikit menggoda Hillary dengan menuntunnya ke area
Alan dan Rachel sangat antusias dan bahagia menjelang pernikahan mereka. Namun, setelah menjadi pasangan resmi, mereka justru berjauhan di dalam kamar hotel.âKau tidak jadi mandi?â tanya Alan dengan mata yang tertuju ke arah lain.Alan beberapa kali mengibaskan kerah kemeja seperti orang kepanasan meski ruangan terasa sejuk. Sementara Rachel duduk sambil menekan-nekan asal layar ponselnya. âSebentar lagi,â balas Rachel datar dan berusaha tenang.Sejak acara pernikahan usai, Rachel ingin segera mandi. Namun, setelah sampai di kamar, dia justru sangat gugup berhadapan dengan sang suami selama hampir setengah jam.Tak tahan lagi, Rachel meletakkan ponsel dan menuju kamar mandi. Alan melirik-lirik sambil bersenandung tak jelas seraya menatap luar jendela.Dia melihat pintu kamar mandi dari pantulan kaca jendela. Rachel menutup pintu setelah melihat dirinya.Alan akhirnya bisa duduk di sofa sambil menghela napas panjang.âMalam pertama kami ⊠akan seperti apa?â gumam Alan sambil membayang