Sama tiang dipakaikan celana saja cemburu, apalagi sama bapaknya Noah ...
Vincent terdiam begitu melihat kedatangan Asher. Jika itu terjadi belasan tahun yang lalu, dia masih bisa membantah ucapan Asher. Namun, tidak dengan sekarang. Kekuasaan Asher dapat membahayakan perusahaan dan nama baiknya. Dia perlu berhati-hati ketika bicara dan menghadapi adik iparnya. “Aku hanya menasihati Laura. Dia tidak seharusnya ikut campur masalah rumah tangga anakku. Dan aku berhak untuk menegurnya demi keutuhan rumah tangga Noah.” Asher tersenyum miring, lalu berdecih meremehkan. Dia mendorong troli makanan di samping sofa yang diduduki Laura. Dengan gaya angkuh dan selagi menatap Vincent, Asher menghempaskan badan di samping istrinya. “Apa kau sudah bicara dengan Noah? Ah … kau pasti baru mendengar dari wanita gila itu. Pergilah temui anak kebanggaanmu lebih dulu. Kau bisa datang lagi ke sini untuk minta maaf dengan benar pada istriku.” Asher mengibaskan tangan mengusir kakak iparnya tanpa sedikit pun menunjukkan kesopanan. Vincent terpaksa keluar dengan menahan rasa
Kepala Nora terasa sangat panas. Kulit kepalanya seakan terkelupas dari tempatnya. Beberapa helaian rambutnya tercabut ketika Asher menyeret keluar. Kepalanya pun miring dan lehernya seperti patah. Nora mencakar-cakar tangan Asher, tetapi pria itu tak merasakan apa pun, kecuali kemarahan yang mendominasi akal sehatnya.Asher selalu memperlakukan Laura dengan hati-hati. Dengan beraninya Nora menyakiti wanita yang selalu dijaganya.“Paman! Sakit!” Nora melolong kesakitan. Semua orang yang masih ada di ruangan begitu tercengang melihat kemarahan Asher. Baik Adam dan Noah tahu, Asher tak pernah melakukan kekerasan pada orang lain biarpun Asher dikenal sebagai pria dingin dan arogan. “Papa … tolong hentikan suamiku,” pinta Laura lirih dan khawatir jika Asher benar-benar akan membunuh Nora. Tak dapat dipungkiri, Laura merasa sangat takut melihat ekspresi Asher yang baru pertama kali dilihatnya. Adam mengerjapkan mata, lalu menyusul Asher keluar. “Asher Smith!” panggil Adam dengan lantang
“Papa! Coba lihat ini! Anak kita dianiaya Keluarga Smith! Ini pasti karena ulah Laura yang selalu iri pada Nora. Mereka pasti sudah termakan hasutannya.” Gilda menunjukkan foto-foto Nora di ponselnya. Mata Simon terbelalak melihat putri kesayangannya babak belur, bibirnya kering dan pecah-pecah, terlihat juga botak kecil di kepalanya. Darah di sekujur tubuh Simon mendidih ketika mengetahui perlakuan Noah dan Asher pada Nora. “Kurang ajar!” Simon memanggil sopir dan bergegas menuju kediaman Myers. Di rumah besar kediaman Myers, botol-botol alkohol menggelinding di kaki Vincent. Untuk pertama kali selama pernikahannya, Ariana berani meninggalkan dirinya. Padahal, Ariana dulu selalu patuh padanya tanpa membantah sekali pun ucapannya. “Kau jahat Callista … kenapa kau meninggalkanku?” Vincent meracau tak jelas. “Tuan! Anda tidak boleh masuk ke dalam! Tuan Vin sedang tidak mau menerima tamu!” Seorang pelayan mencegah SImon yang menerobos masuk ke dalam. “Minggir kau!” Simon mendorong k
“Pembunuh? Siapa yang sedang kau bicarakan?” Gelagat Simon menunjukkan seperti tak mengerti apa yang dikatakan Laura. Asher menggenggam tangan Laura. Berharap sang istri menerima dan mengerti isyarat darinya agar tidak melanjutkan pembicaraan itu. Semua yang dikatakan Jake pada mereka tentang kematian Callista Wilson baru sebatas dugaan. Asher tak mengatakan jika Jake merupakan penipu. Namun, belum ada bukti yang cukup untuk mengungkap kebenarannya. Asher pun tak ingin Laura terlibat masalah besar karena mengatakan sesuatu yang belum tentu benar. Dari sudut pandang Asher yang merupakan orang luar, Jake sudah lebih dulu membenci Simon. Bisa jadi, Jake hanya mengira-ngira ataupun berharap jika dugaannya benar, dan agar ada seseorang yang dapat disalahkan selagi dirinya tak ada di saat-saat terakhir Callista mengembuskan napas.Namun, tak menutup kemungkinan jika kata-kata Jake benar adanya. Sayangnya, Asher belum menemukan informasi tentang kematian Callista, kecuali karena penyakit
“Bagaimana proses perceraianmu, Keponakan?” tanya Laura sambil mengikik geli. Setiap kali memanggil Noah dengan sebutan itu, Laura merasa senang.Setelah drama Nora yang mengamuk beberapa hari lalu, hubungan Laura dan Noah hampir kembali seperti dulu. Laura tak lagi menaruh kebencian pada Noah. Di samping tahu jika Noah dulu tak tahu tentang peristiwa malam itu yang sebenarnya, juga karena keyakinan bahwa Noah telah mencintai wanita selain dirinya. Laura tak lagi khawatir bicara dengannya.“Uh, mendengar kau memanggilku keponakan, aku merasa kau lebih tua bertahun-tahun dariku.” Noah menggaruk kepalanya yang tak gatal. “Aku sudah mengurus surat permohonan cerai. Aku hanya perlu menunggu panggilan sidang. Mungkin akan membutuhkan waktu lama karena pihak Nora tidak mau menerima perceraian ini.” “Tenanglah … semua akan baik-baik saja. Tapi, Noah … sebagai bibimu, aku akan memberi tahu satu hal penting.” Laura meniru sikap para sepupu Asher ketika bicara. Dia menegakkan badan dengan ked
“Bagaimana ini? Apa suamiku akan baik-baik saja?” Laura tak bisa tenang di dalam kamarnya. Kedua kakinya terus bergerak gelisah. “Tuan Asher pasti akan menyelesaikan semua masalah dengan sempurna, Nyonya,” tutur Hanna lembut. “Buka mulut Anda … Anda harus menghabiskan makan siang ini, Nyonya. Ingatlah dengan kandungan Anda.” Laura tersentak ketika diingatkan tentang kandungannya. “Aku bisa makan sendiri, Hanna. Kau tidak perlu menyuapiku seperti anak kecil.” “Baiklah … tapi, saya tetap di sini sampai Anda selesai makan. Tuan Asher bisa marah besar jika tahu Anda menyisakan sesuatu di piring Anda.” Laura memaksa mulutnya mengunyah makanan yang terasa hambar karena kegelisahan di hatinya. Setelah menyelesaikan makan, dia segera mencari ayah mertuanya. Adam sedang duduk santai bersama dengan Regina di gazebo taman. Mereka tampak begitu tenang, seakan-akan tak ada masalah apa pun yang sedang menimpa Asher dan Noah. “Ada apa, Lau? Bukankah kau harus tidur siang?” tanya Regina. “Kenap
“Jangan menyentuhku! Aku akan melaporkan kalian karena melecehkanku!” pekik Nora sambil meronta-ronta ketika kedua tangannya dicekal dua polisi di sampingnya. “Silakan saja. Kami hanya melaksanakan tugas kami,” balas Polisi dengan nada dingin. “Ini pasti ada kesalahan!” Gilda pun berusaha mencegah Nora masuk ke mobil polisi. Pemandangan itu membuat seisi kediaman Hartley bertanya-tanya. Apa yang telah diperbuat Nora sehingga diseret paksa oleh polisi? Para pelayan dan pengawal mencemaskan nona mereka yang selalu bersikap ramah dan baik hati. Tetapi, tak ada satu pun yang berani mencegah para polisi melakukan tugasnya. “Nora!” Gilda menjerit histeris kala mobil polisi meninggalkan tempat itu. Gilda gegas menghubungi semua orang yang dapat membantu memulangkan Nora. Namun, baik Simon dan kenalan Gilda di kantor polisi tak menjawab pesannya. Gilda tak tahu apa yang harus dilakukan. Dia hanya bisa menangis sambil menanti sebuah keajaiban yang menyatakan bahwa mereka telah salah mena
Meskipun Nora ingin mempertahankan rumah tangganya, tetapi dia tak sudi mendekam di balik jeruji besi. Hanya beberapa jam di sana saja, dia sudah ingin pulang karena takut dengan orang-orang yang mungkin akan menjadi teman tidurnya di penjara. Setelah kepergian Noah, Gilda mendatangi Nora dengan seorang pengacara kenalannya. Simon masih enggan menyewakan pengacara untuk Nora dan malah ingin menemui Asher untuk bernegosiasi. Membuat Gilda marah dan kecewa sehingga dia bergerak sendiri tanpa memberi tahu Simon. “Kita yang harusnya menekan Noah menggunakan cara ini, Mama! Kenapa malah jadi berbalik padaku?!” Nora menangis sesenggukan. “Sebaiknya, kita terima saja permintaan Tuan Noah. Saya hanya bisa membantu untuk meringankan hukuman Nyonya Nora, tetapi saya tidak yakin bisa memenangkan kasus ini, di mana lawan kita didukung oleh Tuan Asher Smith,” ungkap sang pengacara dengan jujur. Gilda menarik napas dalam, kemudian mengembuskan perlahan. “Turuti saja sarannya, Nora. Hanya itu yan