Bab 44 Saat malam tiba, jika sepasang pengantin harusnya merasa senang karena akan mengarungi malam yang indah bersama pasangannya. Berbeda dengan Mila, dia justru kebingungan harus bagaimana menghadap Benni, disaat hanya berdua saja di dalam kamar. Dia duduk gelisah di sofa kamar Benni. Krek~ Mila semakin gugup saat melihat Benni masuk. Dia sekilas menoleh ke arah Benni yang masuk membawa secangkir kopi di tangannya. Benni duduk di samping Mila, meraih remot tv di meja dan menyalakannya. Drama mandarin menghiasi layar kaca dengan bahasa yang tak dimengerti jika tanpa membaca terjemahan yang tertera. Mila bisa mendengar suara saat Benni menyeruput kopi. Mila sedikit melirik ke arah Benni yang ternyata fokus menatap ke arah tv. "Selama ini, kamu kabur kemana? Kenapa akhirnya bisa tertangkap anak buah Bapak?" Benni tiba-tiba bersuara dengan melontarkan pertanyaan yang membuat Mila bingung untuk menjawabnya. "Mengapa diam saja? Bingung mau jawab apa, atau merasa bersal
Bab 45Pagi datang dengan pasti tanpa diminta, kicau burung di pepohonan begitu ramai terdengar. Benni tersenyum melihat Mila yang masih meringkuk di aras kasur. Istrinya itu pasti merasa kedinginan, karena belum terbiasa tidur dalam ruangan ber-AC. Benni membenarkan posisi selimut di badan Mila. Lalu mencium pelan kening Mila, agar istri kecilnya itu tidak terbangun. Benni mengambil dompet dari saku celananya, mengambil beberapa lembar uang dan satu Atm meletakkannya di meja. Dia juga meletakkan Hp baru untuk Mila, sebagai ganti Hp yang pernah dia rusak. Lalu dia pergi meninggalkan kamar tanpa membangunkan Mila.Suasana di ruang makan begitu hening, hanya ada Bu Rani, Pak Broto dan Shasa. Benni duduk di dekat Ibunya. "Selamat pagi semua," sapa Benni. "Mana Mila?" tanya Bu Rani. "Masih tidur, mungkin dia kecapekan. Biarkan dia tidur dulu, Bu." jawab Benni sambil mengambil nasi goreng dari bakul ke piringnya. Tak ada suara lagi selain denting sendok yang beradu dengan piring. "
Bab 46Bella tampak kecewa, saat mendengar tak ada kelapa muda. Mila bersaha mengingat sesuatu, dia pun teringat jika di dekat rumah Mak Romlah, ada kios yang menjual sayur mayur dan bahan pangan mentah sampai malam hari. Mila mengambil ponsel, di saku daster selututnya. Dia mencari nomer Benni dan menghubungi suaminya itu. "Apa, Mil?" tanya Benni tanpa basi-basi. "Mas, mau minta tolong," ucap Mila. (Senyap ...) Tak ada jawaban dari Benni. "Mas ... Mas Benni," panggil Mila membuat Bella cekikikan. Mila menatap heran ke arah Bella. "Dia pasti terkejut kamu panggil, Mas," bisik Bella membuat Mila mengerti mengapa Benni terdiam dan ikut tersipu malu."Minta tolong apa?" tanya Benni setelah cukup lama diam. "Mas, di dekat danau itu ada kios sayur- mayur. Bisa gak, kalau kamu ke sana beli kelapa muda terus di parut sekalian. Soalnya, ini mau masak pepes udang tapi cuma ada udang." "Cuma ada udang, terus kenapa gak besok aja masak pepesnya?" Protes Benni. "Bella ingin makan itu sek
Benni memparkir motornya di garasi. Dari garasi dia masuk ke dalam lewat pintu yang terhubung langsung ke dapur. "Mas Benni sudah pulang," ucap Bik Nana membuat Mila yang sedang serius mengupas bawang menoleh. Benni mendekati Mila, mengulurkan kresek yang dia bawa. Mila merasa heran melihat kresek yang dibawa Benni. Dia merasa hanya memesan kelapa muda parut, kenapa terlihat banyak sekali yang Benni beli. Untuk menjawab rasa penasarannya, Mila membuka kresek itu untuk memeriksa isinya. Benni langsung pergi meninggalkan dapur. Mila langsung paham saat melihat apa yang Benni beli. Mila lekas mengeluarkan semua isi di dalam kresek. Dia menuang beras barlie di baskom kecil dan mencucinya. "Kalau itu mau di masak apa, Mbak?" tanya Bik Nana tampak heran melihat apa yang sedang dicuci Mila. "Ini, mau dimasak jadi sup manis. Ini namanya beras barlie, nanti direbus sama gula batu kalau sudah matang baru kembang tahunya dimasukan," Mila menjelaskan. "Oh, begitu. Baru lihat Bibik so
Bab 48Benni menggandeng tangan Mila menuju ruang makan. Semua orang menatap ke arah mereka berdua, seakan kedatangan mereka begitu ditunggu. Benni menarik kursi untuk Mila, Mila duduk sambil menoleh ke arah Benni sambil tersenyum. Membuat Shasa menatap sinis ke arah mereka berdua. Mereka memulai makan alam mereka, Bella yang terihat sangat bersemangat untuk makan. Dia begitu lahap memakan pepes udang buatan Mila. "Kamu kelaparan, Bel? Gak bisa makan pelan-pelan?" tanya Shasa sinis, dia merasa jijik melihat tingkah Bella yang menurutnya aneh. "Begitulah kalau orang ngidam, Sha. Apalagi kepengen makan sesuatu yang susah didapat. Jika sudah bisa makan apa yang diinginkan, uh ... serasa dapat durian runtuh," sela Bu Sari. "Tapi itu cuma pepes udang, siapapun bisa buat!" sahut Shasa heran. "Aku tuh kepengen makan pepes udang yang rasanya itu enak, kayak buatan almarhum nenekku. Emang kamu bisa bikin? Masak mie instan aja gosong!" jawab Bella. Bu Rani tersenyum, dia juga merasa jika
Mata Mila terbuka, dia menoleh ke sampingnya. Dia tak mendapati Benni di sampingnya, dia pun duduk dan bersandar di sandaran tempat tidur. Menghirup napas dalam-dalam dan menghelanya panjang. Dia merasa kehidupannya yang buruk semakin memburuk dengan terjebak pernikahan degan Benni. Meski sebenarnya, dia lebih bersyukur karena tak menjadi istri keempat Pak Broto. Mila beranjak dari tempat tidur, membuka lemari dan memilih pakaian ganti. Setelah itu, dia segera pergi mandi karena hari ini Benni akan mengajaknya untuk pulang ke rumahnya. Dia takut jika tidak segera bersiap, akan dituduh memperlambat waktu tidak ingin segera pergi di rumah ini karena ada Dirga. Mira bernyanyi kecil saat mandi, dia merasa senang karena akan segera bebas dari tatapan tak menyenangkan dari Shasa. Saat keluar dari kamar mandi, dia mendapati Benni sedang rebahan di sofa menikmati acara tv. Benni sekilas menoleh ke arah Mila yang sedang menggosok rambutnya dengan handuk. "Kita jadi pulang sekarang, kan?"
Selesai makan, Benni benar-benar mengajak Mila pulang ke rumahnya mengendarai mobil. Saat berpamitan dengan Ibu Mertuanya, Mila tersenyum ramah. Akan tetapi saat berada di mobil, wajahnya masam dan enggan menoleh ke arah Benni. "Ada yang ingin dibeli sebelum sampai rumah?" tanya Benni pada Mila. Mila memutar otaknya, mengingat apa saja yang perlu dia beli. "Mampir saja ke super market," jawab Mila tanpa menoleh ke arah Benni. Benni menuruti permintaan Mila, dia berbelok ke supermarket. Mila langsung turun saat mobil sudah terparkir, membuat Benni menggeleng kesal. Bahkan Mila juga tidak menunggu Benni untuk masuk ke dalam. Dengan mendorong troli, Mila membeli keperluan pribadinya. Lalu berkeliling membeli sayuran dan bahan lauk pauk. Dia begitu leluasa berbelanja seperti orang banyak duit. Benni yang sudah kelelahan berputar-putar mencari Mila, akhirnya menemukan Mila yang sedang memilih buah. "Aku mencarimu ke mana-mana," ujar Benni. "Siapa yang menyuruhmu mencari
Bab 51 Mila meletakkan kedua tangannya di pinggang, memperhatikan rumah yang biasanya dia bersihkan. "Astaga, kenapa kotor sekali!" gerutunya. "Kan pemiliknya kabur," jawab Benni memeluk Mila dari belakang, membuat Mila terlonjak kaget. "Mengagetkan ku saja! Pemiliknya? Sebelum ini, aku pembantunya!" rungut Mila. "Hm, apa kamu butuh pembantu nantinya?" tanya Benni sambil menciumi leher Mila. Mila menarik tubuhnya agar bisa terlepas dari Benni. Dia merasa geli. "Hentikan, jangan seperti ini!" ucap Mila. "Hm, tapi aku suka," jawab Benni. "Tapi kamu harus tahu tempat, bagaimana jika tiba-tiba ada teman-temanmu. Bisa malu aku!" protes Mila. "Kita sudah menikah, rumah ini akan jadi tempat privasi kita berdua. Markas sudah kualihkan ke tempat lain," balas Benni. "Markas lain, berarti di sana akan ada pembantu cantik dan muda juga?" tanya Mila. Benni memutar tubuh Mila, mereka saling menatap. Benni masih melingkarkan kedua tangannya di pinggang Mila. "Tida