Sesampainya di rumah, Larissa justru telah mendapati mobil Adrian di garasi. Wanita ini bingung mengapa Adrian bisa datang tepat waktu, sementara Larissa sendiri baru saja melihat suaminya di depan jalan restoran Miss Alcerine.
Saat Larissa memasuki rumahnya. Dia mendengar suara sapaan dari Adrian dengan kalimat yang terdengar kesal. Pria itu berbicara sambil menuruni anak tangga."Dari mana saja kau? Apa acara malam itu sangat menyibukkanmu sampai harus mengirimkan Robin bersama dengan bodyguard ayahmu?"Adrian menatap selidik dan mulai mendekati istrinya. Larissa malah mengerutkan keningnya saat Adrian berkata demikian. Mengapa kini harus dirinya yang diinterogasi setelah datang ke rumah?Larissa juga melangkah dan semakin dekat ke arah wajah suaminya. Jari lentiknya mulai membelai sebelah wajah Adrian penuh dengan hasrat. Dia mencoba memperhatikan tatapan Adrian yang tampak berbeda."Ah ... maafkan aku, Adrian. Aku sedang ada kesibukan mendadak, maka dari itu aku terpaksa menitipkan putra kita untuk pulang lebih dahulu tanpaku," tutur Larissa dengan sedikit wajah datar.Larissa ingin mencari tahu dengan sesuatu yang akan dia dapatkan dari bekas tubuh Adrian, jikalau ada tanda-tanda memang sedang bermain dengan wanita lain. Maka dari itu dia sekarang mulai bertingkah dekat pada suaminya."Apa kau mabuk?" tanya Adrian saat melihat tatapan aneh dari istrinya dan tak biasanya Larissa bersikap seperti ini di ruang tamu utama di hadapan semua bodyguard dan pelayannya.Larissa tersenyum dan tangannya mulai turun ke dada bidang milik Adrian."Tidak, mungkin dirimu yang mabuk bersama wanita lain. Apa itu benar?"Kemudian Larissa menyentuh bibir Adrian dan menatap kedua mata Adrian intens."Katakan Adrian, sedang bersama siapa kau di restoran milik keluarga Miss Alcerine?" tanyanya penuh selidik.Adrian langsung menangkap lengan Larissa dan menjauhkannya dengan sedikit kasar. Lalu pria itu berucap dengan tegas, "Berhenti menuduhku macam-macam dan pikirkan sesuatu hal yang harus kamu sadari sendiri!" ucap Adrian dan benar-benar melemparkan tatapan tajam.Larissa tersentak hingga mengepalkan tangannya atas perlakukan dingin Adrian barusan. Apa maksud dari suaminya itu sampai Larissa harus memikirkan yang entah berantah dirinya tak tahu apa itu."Adrian! Aku tahu kau sedang bersama wanita lain di restoran itu dan kau tidak sedang melakukan acara pertemuan dengan Alexander! Mau mengelak apa lagi kau kali ini!""Dari mana kau tahu, kalau aku tidak ada pertemuan dengan Alexander!""Karena Alexander ada di rumah ayah bersamaku untuk makan malam," sahut Larissa.Tiba-tiba tanda senyuman smirk dari Adrian terlihat di sana. Dia berkacak pinggang dan menatap istrinya penuh."Bukankah itu sudah jelas, bahwa kau yang sedang bertemu dengan pria lain? Apalagi itu di rumah ayahmu sendiri."Kening Larissa mengerut, karena suaminya malah membalikkan keadaan. Dia membuang napasnya kasar. Respon dari Adrian terlihat biasa saja ketika tahu bahwa Alexander ada di rumah ayahnya."Tak usah membalik keadaan, Adrian! Katakan, acara makan malam apa itu. Bisa-bisanya kau menjadikan alasan pertemuan dengan Alexander, tapi kau sendiri sedang bersama wanita lain di belakangku!" teriaknya mulai semakin murka."Apa kau kira aku tidak tahu, hah!" tambah Larissa lagi.Adrian tak menggubrisnya, dia segera pergi meninggalkan Larissa dan menaiki anak tangga untuk kembali ke kamar.Larissa yang di ambang kebingungan, dirinya tak mengerti dengan sikap Adrian seperti ini. Suaminya telah dituduh sedang bersama wanita lain, tapi Adrian masih bisa bersikap biasa saja."Adrian!" teriak Larissa.••••Beberapa hari kemudian. Setelah perdebatan ringan kemarin, akhirnya membuat Larissa dan Adrian tampak sedikit renggang atas hubungan mereka.Larissa merasa bahwa sikap yang ditunjukkan Adrian saat itu adalah sebuah kesengajaan. Agar dirinya terlihat salah selalu menuduh tanpa bukti apa pun.Sepertinya Larissa memang perlu mencari sebuah bukti untuk benar-benar mendapati Adrian terlihat dekat dengan seorang wanita. Agar Adrian tak bisa mengelak untuk menjelaskan.Malam ini tepat di jam dua dini hari. Larissa mengulurkan tangannya ke samping, dia tidak menemukan sosok suaminya di sana. Perlahan membuka mata, wanita ini pun mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan.Namun, selang berapa detik kemudian. Larissa menemukan pintu ke arah balkon terlihat terbuka. Larissa pun bangkit dan berjalan ke arah tersebut.Baru saja Larissa hampir mendekati pintu itu, tiba-tiba lampu padam begitu saja. Sontak Larissa terkejut bukan main. Pasalnya Larissa memiliki permasalahan dengan dirinya mengenai keadaan gelap.Larissa tak bisa berada dalam kegelapan. Dadanya terasa sesak disebabkan rasa trauma mendalam pada masa lalu atas seseorang."Aghhh, hhhhh!"Larissa menjatuhkan dirinya ke lantai dan tersungkur begitu saja. Tangannya terus memegangi dadanya dan napasnya terasa pendek untuk mencoba bertahan di keadaan sekarang."Aaagghhh ... A-Adrian!" serunya yang terbata.Tak ada sahutan dari suaminya. Larissa semakin sekarat. Sebelumnya Larissa tak pernah menceritakan tentang keadaan dirinya seperti ini. Bahkan itu suaminya sendiri sekalipun."Aaghh, s-siapa yang mematikan lampu me-menyeluruh," rintih Larissa semakin sesak atas dadanya.KLIP!"Larissa!"Adrian yang datang dirinya segera menghampiri istrinya dan membawanya bangkit untuk duduk ke sisi kasur. Namun, Larissa masih berpikir mengapa Adrian datang dari belakangnya tidak dari arah balkon? Dari mana sebenarnya Adrian ini."Apa kau tak apa-apa? Sebenarnya ada apa denganmu, ha?" tanya Adrian.Lelaki itu menuangkan air minum ke gelas yang ada di atas nakas. Kemudian menyodorkannya kepada Larissa. Sikap Adrian juga tiba-tiba berubah menjadi sangat peduli."Minumlah."Setelah Larissa meneguk minumannya. Dia mencoba menenangkan dirinya agar kelemahannya tak diketahui oleh Adrian. Larissa tidak ingin jika satu orang pun mengetahui apa yang telah dirasakannya selama ini."Dari mana saja kau!" tanya Larissa, kesal."Aku keluar sebentar, ada urusan kantor yang harus aku urus tiba-tiba," jawab Adrian."Mengapa pintu ke arah balkon terbuka?"Larissa seraya terus menatap kedua netra Adrian. Ingatannya juga masih berputar bagaimana keadaan dirinya tadi yang tersungkur di lantai. Dan ... ada sesuatu yang Larissa sadari saat dia dalam keadaan sekarat."Ah, itu ... sebelumnya aku tadi pergi ke balkon dan lupa menutupnya. Maaf jika kau merasa tak nyaman karena itu," jelas pria tersebut."Dirimu sendiri, apa yang terjadi denganmu?" lanjut Adrian dengan bertanya.Larissa menggelengkan kepalanya. Dia harus tetap terlihat baik-baik saja tanpa harus Adrian tahu tentang dirinya."Pekerjaan apa ...,"Ucapan Larissa menggantung ketika dia mengingat melihat sesuatu saat lampu padam tadi. Kedua matanya dengan jelas melihat bayangan Adrian yang tengah berdiri di sisi dinding. Mungkinkah Adrian memang sengaja melakukan itu padanya, dan merencanakan sesuatu untuknya?Larissa pun menatap dingin ke arah Adrian, penuh dengan tanda tanya."Apa kau mencoba membunuhku, Adrian?" ucap Larissa dalam hati, terlamun.Setelah kejadian yang membingungkan kemarin malam. Larissa mencoba melupakannya sejenak. Sebab dirinya juga masih tidak mengerti mengapa lampu padam begitu saja dan apa yang Larissa lihat seperti ada bayangan suaminya. Dan yang lebih membingungkan lagi, Larissa juga mendapati suaminya datang dari arah belakang bukan dari balkon. Meskipun Adrian telah memberikan alasan yang se-masuk akal mungkin, tetap saja Larissa merasakan ada bayang-bayang mencurigakan atas penyebab lampu padam semalam.. Kemudian semenjak beberapa hari yang lalu setelah rekaman yang dikirim oleh seorang misterius kepadanya. Larissa tidak lagi menemukan pesan chat atau hal-hal lain dari sosok tanpa nama itu akhir-akhir ini. Padahal, Larissa merasa terbantu oleh adanya bukti-bukti kecil yang telah dikirim dari sosok misterius tersebut. Agar menjadi petunjuk wanita siapa yang dibersamai oleh Adrian. Untuk memastikan kembali, Larissa mengcek pesan tersebut. Wanita itu mulai membuka layar ponselnya dan mencarinya pesa
Ternyata Larissa mendapati sebuah kejanggalan, yaitu salah satu permata di kalung tersebut ada yang hilang. Itu membuat Larissa heran, sebab dirinya tidak pernah memakai kalung miliknya sampai menghilangkan satu berlian pun. Terakhir kali dia memakai adalah di hari jadi yayasan sekolah Robin. Setelah hari itu dirinya tidak pernah memakainya lagi, dan saat itu semua permata tak ada yang hilang. Larissa terdiam sejenak, lalu dia kembali bertanya kepada sang pelayan. "Pelayan, apakah kau melihat suamiku memasuki ruangan ini?" tanyanya. "Baru saja, Nyonya. Saat aku datang dari belakang, aku melihat tuan Adrian masuk ke ruangan ini. Aku tidak berani menghampirinya, dan setelah kutunggu di sana beberapa menit, barulah dia keluar dan menuju ruang pribadinya," jelas pelayan kepada Larissa. Wanita yang tengah memegangi kalung itupun berpikir dengan cepat. Otaknya seakan menyimpulkan sesuatu dan menduga bahwa Adrian telah berbohong perihal kalung itu. 'Adrian, sekarang aku paham. Sepertiny
Akibat permainan kemarin, beberapa hari ini Adrian terlihat menyibukkan diri usai pulang dari kantornya. Larissa yang hanya memanfaatkan permainan itu, dirinya sudah tahu apa yang akan terjadi pada suaminya. Kalung yang kemarin dia dapatkan, sengaja masih disimpan dan tidak dikembalikan. Meskipun Adrian berusaha memintanya kembali, bukan Larissa namanya jika dia tidak mengatakan berbagai macam alasan untuk menyimpan benda tersebut. "Kau pikir hanya kau yang memiliki banyak alasan, Adrian? Huh, kita lihat sampai mana permainan membawa gairahmu bersama wanita jalang simpananmu itu." "Perlukah aku membalas perlakuan yang sudah kau perbuat dengan aku mencari pria lain?" Larissa terkekeh pelan, lalu melanjutkan, "sayangnya aku bukan wanita murahan seperti yang kau cari. Semakin hari aku semakin jijik dengan perbuatanmu itu." Tidak lama kemudian saat Larissa sedang menatap kalung yang ada di sebuah kotak itu, tiba-tiba seorang sekretaris barunya datang bersama sosok wanita berpakaian ra
Larissa mengambil obat miliknya di laci nakas dan segera mengkonsumsinya untuk meredakan kecemasan dirinya. Perlahan kemudian menyandarkan tubuhnya ke sisi kepala ranjang. Sesuatu yang baru saja dia lihat benar-benar membuatnya syok. Bagaimana bisa seorang sahabat yang dikenalnya baik sejak lama telah melalukan itu kepadanya. Larissa butuh jawaban baik dari Adrian maupun Caroline. Namun, yang membuat dirinya juga penasaran ialah, ada apa dengan Silvia yang mengetahui perselingkuhan suaminya lebih dulu darinya. Larissa merasa bahwa dirinya harus menemui mantan sekretarisnya nanti untuk mempertanyakan segalanya dengannya jelas."Apa selama ini kau sudah sering berhubungan gelap dengan Caroline, Adrian? Mengapa kau melakukan ini padaku Adrian!" teriak Larissa dan memegangi dadanya seraya mengeluarkan air matanya. ◉◉◉◉Di sebuah hotel, yang tak jauh dari restoran keluarga Miss Alcerine. Sepasang manusia berbeda gender baru saja selesai melakukan malam panas mereka. Keduanya terlihat t
Ketika Larissa mendapat informasi itu dari mantan sekretarisnya yaitu, Silvia. Wanita ini pun mulai mempercayai sebuah bukti yang pernah dia terima di ponselnya. Hingga akhirnya, Larissa mengajak Silvia untuk bertemu. Tepat setelah pulang dari kantornya, Larissa menemui suatu tempat yang sudah dijanjikannya bersama Silvia. Mereka pun terlihat mengobrol di sebuah cafe yang letaknya tak jauh dari kantor Larissa. "Katakan semua yang kau tahu!" pintanya tak ingin banyak basa-basi. "Dan, aku ingin kau jelaskan semua yang sudah kau lakukan bersama suamiku!" tambahnya. Wanita dengan rambut panjang dikuncir itu menyerahkan ponselnya dan memperdengarkan sebuah rekaman yang dia dapatkan dari hasil menguntit Adrian. Suara desahan pun terdengar di sana dan itu tidak lain adalah suara Adrian. "Maaf, Bu Larissa. Saya pernah melakukan hubungan terlarang bersama suamimu, karena suamimu sedang mabuk dan mengajakku ke sebuah hotel pada beberapa Minggu lalu," jelasnya. Larissa mengepalkan tanganny
Keesokan harinya. Pagi ini di keluarga Parker terlihat sedang menikmati makanan mereka. Larissa yang telah memiliki rencana untuk di acara reuni tersebut, dia tidak ingin menghancurkan rencananya hanya mencoba berdebat dengan Adrian pagi ini. Dilihatnya lelaki itu benar-benar cukup tenang saja. Larissa jadi berpikir heran, kenapa Adrian harus berselingkuh di belakangnya. Bukankah selama ini dirinya sudah menjadi istri yang baik untuk pria itu? Sekilasnya ditatapnya Robin. Putra semata wayangnya. Anak pertama dan mungkin terakhir yang Larissa lahirkan. Sebab, sejauh ini dirinya merasa keberatan untuk memiliki anak kembali. Karena banyak berpikir di sela-sela menikmati makanannya, tiba-tiba saja Larissa jadi kepikiran. Mungkinkah Adrian selingkuh karena dirinya mencoba menolak untuk memiliki anak lagi? Meskipun kebutuhan ranjang untuk Adrian telah dipenuhinya, Larissa merasa aneh saja jikalau Adrian selingkuh hanya karena itu. Sebab sewaktu satu tahun yang lalu, mereka berdua telah
Larissa terkejut ketika mendapati kabar kematian mantan sekretarisnya yaitu, Silvia. Kini berita itu menjadi top trending di berita utama yang mengaitkannya dengan ke perusahaan sang ayah. Wanita ini terdiam sejenak, membiarkan otaknya berpikir apa yang telah terjadi kepada Silvia. Di antara gelombang perasaannya, Larissa merasa kematian Silvia terlalu tiba-tiba dan tak masuk di akal. "Tidak mungkin! Bagaimana bisa dia meninggal begitu saja!" Merasa tak percaya dan tak habis pikir. Akhirnya dirinya sambil mencoba meredakan kebingungannya, Larissa memutuskan untuk pergi ke rumah yang baru saja dia beli untuk Silvia. Saat dirinya baru tiba di sana, dia terkejut melihat banyak polisi penyelidik dan anggota tim forensik yang sedang melakukan penyelidikan di dalam rumah tersebut."Sial, ada apa sebenarnya denganmu Silvia, ck!" decak Larissa dibuat heran akan kasus kematian mantan sekretarisnya itu. Larissa dengan beberapa pengawalnya meminta untuk diizinkan masuk. Dia pun melihat para
"Apa-apaan ini?!" Larissa Riquel Müller mengerutkan dahinya ketika melihat nama kontak dengan emoticon love di ponsel suaminya. Jam sudah menunjukkan pukul 2 dini hari. Sekilas dirinya menoleh ke arah Adrian yang tertidur pulas. Sedangkan Larissa dihantui rasa penasaran akan sosok orang yang menghubungi suaminya. ‘Apa ini orang yang sama dengan yang bersama Adrian satu minggu lalu?’Sekitar satu Minggu yang lalu, dia mendapat sebuah pesan misterius berisi foto suaminya dengan seorang wanita di acara pesta peresmian perusahaan milik Alexander, Elevate Group. Dalam foto itu, tampak suaminya tengah menggandeng mesra hingga merangkul wanita tersebut. Sayangnya Larissa tidak bisa melihat dengan jelas wajah wanita itu. Foto itu diambil dari jarak cukup jauh. Walaupun begitu, tetap saja Larissa merasa kenal dengan si wanita. Larissa terus kepikiran tentang foto tersebut, hingga tidak bisa tidur. Acara sarapan pagi ini pun terasa hambar baginya. Sementara Adrian terlihat biasa saja seolah