Semua orang yang ada di gelanggang raksasa itu sama-sama terkejut dengan kekuatan petir yang tiba-tiba muncul di tengah arena membuat Brama Geni terpental hingga beberapa tombak. Mereka semua tahu, kekuatan petir yang menyambar pemiliknya adalah salah satu ajian kuat yang dimiliki oleh Mahadewa Jaka Geni. "Aku merahasiakan kemampuan ini sejak lama Brama. Maafkan aku, karena kali ini aku tak bisa mengalah untukmu. Turnamen ini sangat berarti untuk diriku," kata Segara Geni. Brama tersenyum lebar mendengar ucapan kakaknya tersebut. "Tak perlu ragu padaku kakak. Aku malah merasa kau berbuat jahat padaku karena kau menyembunyikan kekuatanmu itu dariku. Apakah kau berpikir aku lemah sehingga kau merahasiakannya?" tanya Brama sambil menatap sang kakak yang terlihat berbeda saat ini. Tubuh Segara Geni dipenuhi kekuatan petir yang menjilat-jilat. Aura kekuatannya pun sangat berbeda dengan sebelumnya. "Aku tidak berpikir kau lemah adikku. Hanya saja, aku tak perlu menggunakan kekuatan in
Brama Geni menangis kencang di hadapan tubuh Segara Geni yang tergeletak di depannya. Dia sama sekali tak menyangka, kakak yang dia anggap serius bertarung demi memperebutkan kemenangan masih saja mengalah untuknya. Betapa besar rasa kasih sayang Segara Geni kepada sang adik. Hal itu membuat Jaka Geni yang tahu penyebab Segara Geni kalah tersenyum tipis. "Ada satu anakku yang memiliki sifat pelindung dan penyayang. Segara Geni, kau memiliki sifat yang sama dengan ibumu..." batin Jaka Geni. Anoman segera memanggil beberapa orang untuk membawa keluar Segara Geni menuju ke tempat Dewi Chang Yun berada. Sementara, Brama Geni mengikutinya dari belakang dengan mata basah karena menangis. Di atas tribun sana, Dewi Lanjar tak bergeming dan hanya menatap apa yang terjadi pada kedua anaknya. Dia tetep terlihat tenang. Padahal dalam hatinya cukup cemas memikirkan kedua anaknya terutama anak sulungnya. "Tak perlu cemas istriku, Chang Yun sudah turun tangan. Tak ada yang tak bisa dia obati. Ja
Bayu Jaga Geni tersenyum kecil melihat tatapan mata Xia Ling yang menyorot tajam kearahnya. "Kenapa? Apakah kau masih belum puas dengan luka itu? Aku masih belum mengerahkan semua yang aku miliki..." kata Bayu sambil tetap tersenyum kecil seolah tengah mencibir adiknya tersebut meski tidak melalui ucapan. "Aku belum kalah! Aku hanya masih tak percaya ternyata kau memiliki petir merah...! Siapa menyangka kau bisa memiliki petir itu Bayu..." kata Xia Ling sambil mengerahkan tenaga dalamnya untuk memulihkan luka di tangannya. "Selama ini aku akui, aku terlalu pecaya diri dengan kemampuanku sendiri. Tanpa aku sadari, aku justru memiliki banyak kekurangan. Dan setelah aku sadar akan kekurangan itu, aku mendapatkan pencerahan dan berhasil membangkitkan kekuatan Petir Merah milikku sendiri," kata Bayu Jaga Geni membuat semua orang terlihat takjub padanya. Bara Sena mengelus dagunya sambil menatap Raja Probo Lintang tersebut. "Hm... Kemampuannya tidak berada di bawah Lu Xie. Tapi juga ti
Raja Probo Lintang Bayu Jaga Geni keluar sebagai pemenang setelah Xia Ling Geni kalah cukup telak. Yao Ling yang melihat adiknya babak belur dan terluka parah hanya bisa mengepalkan tinjunya karena marah. Muncul tekad yang kuat untuk lolos kembali dan membalas kekalahan sang adik. Yao Ling memiliki kesempatan jika dia berhasil lolos dari 9 saudara yang lainnya. Tubuh Xia Ling Geni yang terlihat mengenaskan langsung dibawa ke tempat Dewi Chang Yun berada. Saat melihat keadaan gadis tersebut, Dewa Chang Yun sempat terdiam dan prihatin. "Banyak sekali luka di tubuhnya. Ini akan memakan waktu sedikit lebih lama." ujarnya kepada Dewi Ling yang juga berada disana. "Tidak masalah, aku meminta bantuanmu adik Chang Yun," ucap Dewi Ling. Dewi Chang Yun menganggukkan kepalanya. "Aku akan berusaha sebaik mungkin. Bersabarlah," sahutnya lalu dia pun mulai mengobati Xia Ling Geni yang sudah tak sadarkan diri dan terlihat sangat lemah tersebut. Semua orang tak menyangka kekuatan Bayu Jaga Geni
Chang Hao memasuki ruangan untuk memulihkan diri. Setelah mendapat perawatan dari para tabib bawahan Dewi Chang Yun, dia pun berniat untuk memulihkan kekuatan. Luka yang dia derita tak begitu berarti. Tapi karena dia mengerahkan kekuatan yang sangat besar, itu cukup membuatnya merasa lelah. Baru sedetik dia memejamkan mata, terdengar suara halus yang membuat dia membuka kembali kedua matanya. Sontak saja kedua mata Chang Hao langsung membesar melihat siapa yang ada didepannya. "Ayah...! Bagaimana kau bisa datang kesini?” tanya Chang Hao dengan perasaan yang tidak enak. "Tak perlu panik. Aku hanya ingin bertanya beberapa hal saja padamu." ucap Jaka Geni dengan suara tenang. "Apa yang ingin ayah tanyakan padaku?” tanya Chang Hao merasa sedikit aneh dengan kedatangan sang ayah. "Sejak kapan, kau berguru padanya?" tanya Jaka Geni. "A... Apa maksud ayah...? Berguru pada siapa...?” tanya Chang Hao dengan suara tergagap. Jaka Geni melirik kearah anaknya dengan mata berkilat merah. "Ka
Setelah pertarungan Chang Hao dan Sua Ning berakhir, pertarungan kembali dilanjutkan. Dan pertarungan ke 10 ini menjadi penutup di hari itu. Karena 10 pertarungan lainnya akan dilanjut keesokan harinya. Dua wanita yang sangat tidak asing lagi berdiri di atas arena dan saling berhadapan. Sosok cantik yang tak lain adalah Chang Mei dan satu sosok bercadar yang tidak lain adalah Lu Xie. Mereka berdua sama-sama mengenakan pakaian hitam. "Adik Lu Xie, aku sempat mendengar sepak terjangmu dalam perang kemarin. Kau sudah jauh berbeda," kata Chang Mei memuji. Lu Xie tersenyum dibalik cadarnya. Sejak dulu dia tak pernah ada masalah dengan anak Dewi Chang Yun tersebut. Malah, justru wanita itu cukup perhatian padanya. Sifat baik Chang Mei memang sudah terkenal di kalangan anak Jaka Geni. Sikap dewasa yang diwarisi oleh ibunya itu membuat semua anak Jaka Geni baik kepadanya. Apalagi Chang Mei memiliki kebiasaan minum teh yang akhirnya menjadi daya tarik sendiri bagi saudara-saudaranya. "Aaa
Suara petir merah menggelegar mengguncang arena bertarung di gelanggang raksasa yang disaksikan satu juta penonton tersebut. Tubuh Chang Mei yang terkena tepat di bagian perutnya terhempas ke arena dengan keras hingga terdengar suara tulang patah yang memilukan. Darah muncrat dari mulut wanita kekasih Bara Sena tersebut membasahi wajah dan matanya. Semua orang ternganga dengan apa yang terjadi. Bara Sena sempat tertegun melihat Chang Mei yang tergeletak di atas arena. Matanya terlihat nanar dan tinjunya mengepal. "Chang Mei..." lirihnya sebelum dia menghilang begitu saja dari tepatnya tersebut. Sukma Geni dan Gandi Wiratama serta beberapa anak Batara Geni yang ada disana dibuat terkejut dengan kemampuan Bara yang tiba-tiba menghilang. Kurang dari satu detik, muncul gerbang merah di dalam arena pertarungan. Bara Sena langsung melompat keluar dan merengkuh tubuh Chang Mei. "Chang Mei...! Apa kau bisa mendengarku!?" seru Bara Sena. Anoman dan Lu Xie yang masih melayang di atas terk
Chang Hao mencekik leher jenjang Lu Xie dan mengangkatnya ke atas membuat gadis itu meronta minta dilepaskan. Gadis itu berusaha mengerahkan tenaga dalam, tapi rupanya Chang Hao sudah menguncinya sehingga dia tak bisa berbuat apa-apa kecuali meronta meski itu sia-sia. Kahiyang Dewi adalah orang pertama yang merasakan hawa membunuh dari arah luar bangunan. Dengan cepat dia berkelebat keluar dari bangunan kayu tersebut. Dia tertegun melihat apa yang tengah Chang Hao lakukan. "Hentikan bodoh!" teriak Kahiyang Dewi namun tak digubris oleh Chang Hao. "Jangan ikut campur kau wanita! Siapa kau dan ada urusan apa disini!” hardik kakak Chang Mei tersebut dengan mata menyala ungu. Bara dan yang lainnya segera keluar. Mereka pun sama-sama terkejut melihat apa yang Chang Hao lakukan pada Lu Xie. Kesal karena dibentak anak Jaka Geni tersebut, Kahiyang Dewi langsung hentakkan kaki kanan ke lantai dengan keras. Lalu tangannya bergerak kedepan. Tak ada yang melihat Naga Tanpa Wujud milik wanita
Kemunculan Batara Geni bersama beberapa orang di belakangnya membuat Bara terkejut. Dia tak pernah berpikir sang Mahadewa akan muncul ditengah pertarungannya. Meski lawan saat ini sudah memunculkan Naga Kuno yang jelas bukan tandingannya, tetap saja Bara merasa dirinya masih mampu melawannya. Namun begitu, melihat Batara Geni dan ketiga orang yang dia kenal itu memberi hormat, Pendekar Golok Iblis itu menyadari bahwa Naga Kuno yang merupakan Ki Ageng Samudra Biru itu adalah sosok makhluk yang sangat terhormat."Ki Ageng Samudra Biru, aku sudah tahu akan kedatanganmu di dunia ini. Jadi, sebagai tuan rumah di Kerajaan Jiwa ini, aku menyambutmu," kata Batara Geni."Kerajaan Jiwa...Ini adalah Dunia yang lebih besar dari bumi. Kau merendahkan dirimu sendiri Mahadewa," ucap Ki Ageng Samudra Biru dengan suaranya yang berat. Batara Geni tertawa kecil."Anda terlalu menyanjung diriku Ki," ucapnya."Begitukah? Lalu, ada apa dengan wadahku ini, dia hampir saja mati. Itu sebabnya aku muncul untuk
Kedua mata Bara masih terpejam sambil menyatukan tangan di depan dada. Anoman yang saat itu berada di dekat Batara Geni menoleh kearah Mahadewa tersebut. Tahu apa yang dipikirkan oleh Dewa Pelindung tersebut, Batara Geni pun mengangkat tangan kanannya."Biarkan dulu, ini belum berakhir. Pertarungan yang lebih seru akan segera kita lihat," kata Batara Geni membuat para Dewa yang ada disekitarnya terkejut."Jadi, Gandi belum kalah!?" tanya Lei Gong dengan mata berbinar."Mustahil! Sinar kuning itu berhasil menembus Pedang Guntur Saketi dan juga mengenai tubuhnya! Mana mungkin dia bisa bertahan dari serangan mematikan tersebnut!?" Luo Bao juga tak percaya dengan apa yang Batara Geni katakan."Mata Dewa Iblis itu memang sangat kuat. Aku sendiri mengakuinya. Bahkan jika itu aku yang diserang, mungkin tubuhku ini akan tetap terluka meski sudah menggunakan pelindung terkuat milikku. Gandi cukup cerdik menggunakan Pedang Guntur Saketi untuk menahan serangan sekuat itu. Meski tetap saja pedang
Mata kanan Bara menyala kuning terang disertai aura gelap pertanda dia siap untuk melepaskan pukulan Mata Dewa Iblis yang hanya bisa digunakan sekali dalam satu purnama. Dan belum satu purnama, Bara telah menggunakan untuk yang kedua kalinya. Jelas dampak yang akan dia terima cukup merugikan. Namun pemuda itu sudah menyadari hal tersebut dan tetap ingin menggunakan serangan yang sudah dia rencanakan sejak awal seandainya dirinya kesulitan menembus pertahanan sisik naga milik Gandi.Dengan Mata Dewa Iblis, pertahanan kuat Gandi tentu saja tak akan bisa menahannya. Serangan yang menyerupai Pukulan Sinar Pemusnah Kegelapan milik Bara itu memiliki konsentrasi yang terpusat sehingga bisa menembus apa pun yang diterjangnya. Berbeda dengan Pukulan Sakti yang menyebar dan berbentuk gumpalan. "Sekarang!" seru Bara lalu dia pun melepas Pukulan Mata Dewa Iblis. Sinar kuning terang yang diselimuti aura hitam menderu keluar dari mata kanan Bara Sena. Tak ada suara yang heboh saat sinar tersebut m
Wussss!Kekuatan cahaya milik Bara menyambar ganas kearah Gandi yang masih belum pulih dari lukanya akibat hantaman Golok Iblis. Melihat serangan cahaya yang begitu kuat, Gandi segera mengerahkan kekuatan air miliknya untuk menghalau cahaya tersebut.Blaaar!Kekuatan air yang membentuk tameng hancur. Kekuatan cahaya milik Bara pun berpendar di udara. Saat itu, sang Dewa Cahaya sudah muncul tepat dihadapan Gandi dan langsung mengayunkan Golok Iblis miliknya kearah leher pemuda itu. Gandi berteriak keras sambil mengangkat Pedangnya.Trang!Dentrangan keras diiringi gelombang cahaya dan petir tercipta. Tubuh Gandi terdorong jauh ke belakang. Bara yang merasa berada diatas angin segera merangsek ke depan untuk melancarkan kembali serangan ganasnya. Kesal karena dijadikan bulan-bulanan, Gandi tak tanggung-tanggung lagi mengerahkan kekuatan yang dia miliki. Tangan kirinya bergerak ke arah Dewa Cahaya tersebut lalu dari dalam telapak tangan
Duuum!Dentuman dahsyat menggema saat petir dan gelombang kuning menghantam daratan es di bawah sana hingga hancur. Tubuh Bara dan Gandi saling terpental ke belakang setelah mereka mengadu senjata dewa yang ada di tangan keduanya."Setiap serangan Golok Iblis memiliki berat yang tidak main-main. Bahkan aku harus mengerahkan kekuatan yang besar untuk bisa menahannya. Apakah betul kata legenda bahwa Golok itu memiliki berat yang tak bisa di angkat oleh sembarang orang?" batin Gandi.Bara Sena melesat dengan cepat sambil menebas ke depan. Dari dalam Golok Iblis miliknya keluar sinar kuning berbentuk sabit yang menderu kearah Gandi. Raja Naga Air pun tak tinggal diam. Dia segera mengayunkan pedang Guntur Saketi miliknya hingga menciptakan satu sinar putih kebiruan yang kemudian bergerak membelah dari atas ke bawah.Dua kekuatan pun saling beradu hingga terjadilah ledakan yang begitu besar. Tubuh Bara tersentak ke belakang. Pun begitu dengan tubuh
Empat tubuh Gandi terus menggempur dengan serangan tinju yang mengandung kekuatan petir Langit. Ditambah dari atas Pedang Guntur Saketi yang terus memberikan tekanan luar biasa. Alhasil Bara Sena pun harus memikirkan cara untuk keluar dari kepungan tersebut. Keadaannya sudah memburuk karena tekanan yang begitu kuat hingga dirinya mulai terluka dalam."Harus segera keluar dari keadaan ini...Aku akan mengalami kerugian besar jika terus bertahan..." batin Bara.Kekuatan angin tak mampu membuat empat Gandi dan Pedang Guntur Saketi mundur, Bara pun segera menggunakan wujud aslinya sendiri. Yakni wujud Dewa Cahaya. Dalam wujud ini kekuatan yang dia miliki akan lebih terkendali dan meningkat beberapa kali lipat. Ditambah kekuatan cahaya miliknya sangat membantunya keluar dari masalah yang tengah dia hadapi saat ini.Gandi terkejut saat sinar yang begitu terang mendadak muncul dari tubuh Bara Sena. Cahaya yang menyilaukan mata itu dalam sesaat mampu membuat buta mata Gandi dan tiga tubuh tiru
Gandi terus bertahan sekuat tenaga dari hantaman tanpa henti jurus aneh yang Bara Sena kerahkan. Salah satu jurus hebat milik Dewa Angin Hong Li yang pernah mengalahkan para dewa dari kahyangan lain. Para penonton yang melihat itu hampir tak berkedip karena saking tak percayanya jurus itu bisa menekan Raja Naga Air yang memiliki pertahanan hebat. Dalam keadaan tertekan begitu rupa, Gandi tak menyerah. Darah mulai keluar dari sela bibirnya pertanda dia sudah mulai terluka oleh serangan tersebut. Namun dari sorot matanya, tak terbersit sedikit pun rasa takut akan kekalahan yang mungkin saja akan dia terima."Serangan seperti ini tak akan cukup menghentikan diriku! Heeaaaa!!!!" teriak Gandi mengerahkan seluruh kekuatan miliknya untuk membalas tekanan yang datang dari dalam lingkaran hitam di bawah kakinya.Gelombang biru merebak dari dalam tubuhnya disertai suara gemuruh ombak samudra. Badai Petir tertahan oleh kekuatan air milik Gandi yang tiba-tiba saja merebak begitu kuat. Tekad yang
Gandi menatap kearah Bara yang sepertinya tengah mempersiapkan sesuatu. Luka pada bahu kanan Pendekar Golok Iblis itu perlahan mulai sembuh dengan sendirinya. Tiba-tiba saja, tubuh Bara yang semula berwujud Iblis Es seketika berubah menjadi sosok lain yang cukup mengejutkan beberapa orang yang belum pernah melihat Bara menggunakan wujud Dewa Angin.Mereka yang terkejut adalah para Dewa dari Kahyangan Utara, yakni Pangeran Langit dan juga Dewa Perang Luo Bao. "Hong Li...? Dia memiliki kekuatan sejati Hong Li...Darimana dia mendapatkan itu? Jika Keluarga Hong tahu ini, pasti akan terjadi keributan besar...Ada makhluk dengan kekuatan campuran memiliki kekuatan jiwa milik Dewa Angin Terkuat di masa lalu...Bara Sena..." batin Pangeran Langit dengan mata yang menatap penuh rasa penasaran. Batara Geni tersenyum mendengar suara hati dari putra Mahadewa Kahyangan Utara tersebut. Seandainya Bara masih berada di Ranah dibawah Ranah Alam Dewa, mungkin Batara Geni akan bertindak melindungi sang
Bara Sena menatap tajam kearah laut yang ada dibawah sana dimana Gandi Wiratama berada. Sementara, jurus Hujan Es Abadi miliknya masih menghujani lautan tersebut hingga membeku. Lautan yang luas itu secara perlahan berubah menjadi daratan es yang sangat dingin. Kekuatan Bara benar-benar memukau semua orang yang melihatnya. Termasuk sang Dewi Es sendiri."Kemampuan es miliknya telah meningkat sangat pesat dibanding saat pertama bertemu di pulau es. Dia selalu mengejutkan diriku..." batin wanita cantik itu."Kemampuanya hampir setara denganmu, Lian Xie..." kata Kahiyang Dewi yang ada di sebelahnya. Lian Xie menoleh lalu tersenyum."Masih ada dua tingkat yang harus dia lalui. Bagaimana bisa kau mengatakan kemampuannya hampir sama denganku? Beda satu tingkat saja sudah sangat jauh untuk dibandingkan." kata Lian Xie. Kahiyang Dewi tersenyum kecil."Dia belum mengerahkan kekuatan es secara penuh. Apa kau tahu, sudah ada di tingkat apa kekuatan es miliknya?" tanya Kahiyang Dewi."Sejauh yang