Du Khan menggunakan kekuatan dari Mata Penjelajah Semesta untuk melancarkan serangan Pembuka dari jarak jauh. Sinar putih terang menderu ganas tanpa suara dan langsung menghantam pasukan Bunisrawa yang ada di sisi sebelah timur gerbang Istana Abadi.Dentuman dahsyat mengguncang tempat tersebut diiringi teriakan kematian. Bunisrawa dibuat terkejut dengan serangan dadakan itu. beberapa ratus prajurit tewas seketika karena tak siap dengan serangan tak terduga dari arah bukit. Geram dengan apa yang terjadi, Bunisrawa pun mengerahkan pasukan inti yang keseluruhannya sudah berada di Ranah Alam Cakrawala Tingkat 20. Satu langkah menuju ke Alam Dewa yang kekuatannya pun tidak main-main karena mereka di tempa di tempat yang penuh dengan tekanan."Formasi serangan gabungan!" teriak Bunisrawa memberikan aba-aba sebagai pemimpin.Dua puluh lima ribu prajurit inti bergerak membentuk formasi raksasa. Lalu dari dalam tangan mereka muncul lingkaran merah yang mengarah ke bukit dimana Bara dan para pe
Gelombang api yang menyala kuat dan menebar hawa panas membuat Bunisrawa tercekat setelah dirinya berhasil menyeimbangkan tubuhnya akibat terhempas oleh gelombang tersebut. Bagaikan denyut nadi, gelombang itu menghilang lalu muncul lagi dengan kekuatan yang lebuh dahsyat.Bunisrawa menjadi penasaran siapa sebenarnya orang yang menjadi lawannya. Karena dia merasakan adanya bahaya dari Pendekar Golok Iblis itu, dia pun tidak ingin meremehkan lawan. Pria bertubuh kekar dengan rambut pendek itu berteriak keras sambil mengerahkan kekuatannya.Terlihat ototnya yang mulai menggelembung besar dan urat-uratnya yang menonjol keluar dari balik kulitnya. Tubuhnya pun menyala merah pertanda dia tengah mengerahkan kekuatan yang tidak sembarangan. Bara pun mengamati apa yang dilakukan oleh pria tersebut."Apakah dia tengah menggunakan kekauatan sejati miliknya? Aura yang luar biasa mengerikan..." batin Bara padahal dia pun memiliki kekuatan yang menakutkan di mata lawannya.Srrttt!Pakaian Bunisrawa
Tanah berguncang hebat saat makhluk es berukuran raksasa itu melangkah ke arah reruntuhan kuno dimana ribuan prajurit Mayadwipa menanti dengan wajah pucat karena ketakutan juga kedinginan.GROOOOOOO!!!Makhluk es raksasa itu berteriak keras hingga membuat gelombang suara yang mampu menghancurkan apa saja. Bunisrawa melotot tak percaya melihat sosok raksasa yang muncul dari dalam tanah. Bara Sena tersenyum senang karena akhirnya usaha Lian Xie berhasil."Menciptakan makhluk sebesar itu, apakah dia benar-benar ingin menguras tenaga?" batin Bara.Dum! Dum!Langkah kaki raksasa itu membuat reruntuhan kuno bergetar. Padahal jarak makhluk tersebut dengan Istana Abadi masih cukup jauh. Raksasa itu memiliki wujud seorang pria dengan zirah perang lengkap bersama pedang di tangannya. Langkah kakinya panjang sehingga tak butuh waktu lama untuknya tiba di reruntuhan kuno meski dia melangkah dengan pelan.Lian Xie mengangkat tangannya yang sebelumnya masih menempel di tanah. Lalu dia pun menghuja
Raksasa es menatap kearah raksasa merah yang sudah keluar dari dalam lingkaran merah. Kedua mata raksasa itu menyala biru sebelum dia menyemburkan bola biru dari dalam mulutnya yang memancarkan cahaya dingin.Duaaarrr!!!Bola besar itu pun menghantam perut raksasa merah hingga membuatnya terpental ke belakang dan menabrak perisai yang melindungi reruntuhan kuno.Zrrttt! BLAAARRRRR!!!Tubuh raksasa merah kembali terpental setelah tubuhnya menghantam perisai kuning dari reruntuhan kuno. Rupanya perisai itu tidak sembarangan karena siapa pun yang menyentuhnya akan mendapatkan hukuman langsung seperti yang dialami oleh raksasa merah.Makhluk itu jatuh ke tanah dan menimpa ribuan prajurit Mayadwipa. Para prajurit inti dengan cepat terbang menghindari tubuh raksasa itu sedangkan prajurit biasa hanya bisa pasrah tertimpa oleh raksasa merah yang tentu saja mengakhiri hidup mereka saat itu juga.Disaat yang sama, ratusan raksasa es dengan ukuran yang jauh lebih kecil pun datang menerjang. Pert
Setelah Pedang berwarna biru itu menancap seluruhnya di lubang tersebut, pintu batu besar yang ada di depan mereka mulai bergetar dan mengeluarkan suara gemuruh. Lalu perlahan-lahan pintu batu itu mulai bergeser. Gandi terkejut saat mengetahui pintu itu memiliki tebal diluar nalar. Ketebalan pintu itu bahkan lebih tebal dari benteng kerajaan mana pun. Karena tebal dari pintu batu tersebut lebih dari 20 tombak."Kita hanya punya satu gerakan untuk mencapai kesana. Jadi, begitu pintu terbuka sepenuhnya, kau harus segera mencabut Pedang lalu berlari secepat mungkin ke arah sana. Jangan sampai kau mati tergencet oleh pintu ini. Sudah ada beberapa Dewa yang mati karena meremehkan apa yang aku katakan." kata Pragasena mengingatkan.Gandi mengangguk. Dia pun bersiap untuk mencabut Pedang Pembuka Kehidupan setelah pintu terbuka penuh. Pragasena sudah melesat lebih dulu ke depan. Dengan cepat Gandi mencabut Pedang lalu dia berlari cepat memasuki pintu batu raksasa tersebut.Pintu batu tebal it
Beralih ke peperangan yang terjadi di depan reruntuhan kuno...Ledakan besar terjadi setelah dua kekuatan milik Bara dan Bunisrawa saling beradu di udara. Tubuh Dewa Cahaya itu terpental jauh dan menabrak bebatuan hingga tercipta dentuman. Bunisrawa sendiri juga terpental dan menghantam pasukannya sendiri yang kala itu tengah berperang melawan pasukan es milik Lian Xie.Du Khan dan Lu Xie yang melihat kesempatan menyerang secara bersama-sama dengan kecepatan kilat. Namun belum sampai mereka menghantam Bunisrawa, ribuan prajurit inti Mayadwipa telah menghadang dengan serangan gabungan yang menciptakan sinar merah ganas. Tentu saja kedua Dewa itu segera menghindari serangan tersebut karena sinar merah itu sangatlah kuat. Bunisrawa segera memberi perintah untuk mengepung para dewa pengikut Bara Sena yang berada di jarak paling dekat. Dan Du Khan serta Lu Xie adalah sasaran mereka yang terdekat sehingga ribuan prajurit itu segera mengepung mereka lalu membuat formasi."Nona Lu Xie, Bisak
Rui Yun tercekat melihat dirinya telah diincar. Dengan terpaksa dia pun mengerahkan kekuatan sejati miliknya yang telah lama dia pendam. Padahal dia sudah tak ingin menggunakan kekuatan Iblis tersebut dan memilih untuk menjadi Rui Yun seutuhnya. Namun keadaan memaksanya untk melakukan hal itu."Peti Iblis!" teriaknya.Tiba-tiba dari dalam tanah muncul satu peti hitam yang berdiri di depan Rui Yun. Peti tersebut pun terbuka lebar lalu menghisap semua tombak yang mengarah ke wanita tersebut. Para prajurit inti Mayadwipa terkejut melihat kemunculan peti aneh itu. Tapi terlambat untuk mereka menyadari keanehan dari peti Iblis milik Rui Yun. Karena sesaat kemudian, dari dalam peti itu muncul tangan-tangan hitam yang dalam sekejap berhasil menyambar tubuh mereka.Anehnya, tangan itu tidak mencengkram tubuh kasar para prajurit inti, melainkan mengincar jiwa mereka. Dan jiwa para prajurit itu pun ditarik paksa dari tubuhnya lalu diseret masuk ke dalam peti iblis. Meski mereka meronta tetap sa
Meili Tian Zi menoleh kearah Bara Sena yang berada palung dekat dengan dirinya."Ayah, aku ada dimana? Kenapa pemandangan disini jelek sekali?" tanya gadis kecil itu.Bara mendekati putrinya lalu mengusap kepala gadis kecil itu. Sambil mengusap, dia membungkuk kan badan dan berbisik di telinga putrinya tersebut."Ibumu dalam bahaya..." Mendengar bisikan itu, seketika kedua mata Meili menyala biru terang. Dia menoleh kearah Bunisrawa yang terkejut dengan perubahan pada gadis kecil tersebut."Apa yang terjadi...?" batinnya dengan perasaan sedikit ngeri saat melihat tatapan Meili yang seolah hendak menelan dirinya."Siapa yang membuat ibuku celaka?" tanya gadis itu.Bara menunjuk ke arah bawah sana dimana Xue Ruo dan Rui Yun berada. Meili pun menatap kearah yang ditunjuk oleh ayahnya tersebut. Gadis kecil itu pun berteriak keras melihat sang ibu yang tergeletak di bawah sana. Ditambah ribuan pasukan inti Mayadwipa yang sudah siap untuk menyerang dengan serangan gabungan."Anakku, kau ha
Bebatuan yang hancur akibat terkena serangan tak terlihat itu menciptakan suara bergemuruh dahsyat. Gandi menatap semua itu dengan perasaan yang sedikit gelisah. Hal itu dikarenakan serangan sebesar itu tak disadari olehnya dan bahkan tak terasakan sama sekali hawa kedatangannya. Padahal dampak yang ditimbulkan dari serangan itu mampu menghancurkan puncak gunung batu yang ada di belakang sana."Sungguh mustahil...Bagaimana bisa aku tak merasakan aura kekuatan sebesar itu...? Apakah ini kemampuan sebenarnya dari Pedang Naga Langit?" batin Gandi."Sepertinya dia sudah tahu kedatangan kita. Padahal jarak dari tempat kita saat ini dengannya masih sangat jauh. Tapi dia bisa melancarkan serangan sekuat ini tanpa kau sadari sama sekali. Sepertinya, lawanmu kali ini lebih hebat lagi dibanding Bolo Satrio," kata Narashansa. Gandi menghela napas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan keras."Kenapa kau bisa merasakan serangan itu sedangkan aku tidak? Seandainya tak ada dirimu, mungkin aku akan
Gandi menatap kearah lereng gunung yang longsor akibat hantaman tubuh Bolo Satrio yang baru saja terkena pukulan darinya. Tangan pemuda itu pun bergerak kedepan. Dari dalam telapak tangannya muncul aura biru yang merupakan kekuatan air miliknya. Tangan air tersebut bergerak cepat memanjang dan masuk ke dalam sela-sela batu.Tubuh Bolo Satrio keluar dari dalam reruntuhan tanah dan Batu dalam keadaan mengenaskan. Zirah di tubuhnya hancur dan nampak luka yang parah pada bagian dadanya. Tangan air itu mencengkram lehernya dan menyeret roh senjata tersebut keluat dari reruntuhan."Apa kau sudah menyerah? Kau tak mungkin bisa menang melawanku," kata Gandi.Bolo Satrio yang merasa tak berdaya pun melepaskan Palu Naga Bumi hingga terjatuh ke tanah pertanda dia telah menyerah. Gandi pun melepaskan cengkraman tangan air miliknya pada leher pria besar tersebut lalu melompat di dekatnya. Pemuda itu menempelkan telapak tangan kanannya di bahu Bolo Satrio. Saat itu juga aura kuning keluar dari tang
Disaat Gandi tengah berbincang dengan Dewi Narashansa yang baru saja muncul dari dalam Pedang Guntur Saketi, Bolo Satrio yang sebelumnya terkena pukulan wanita tersebut melompat keluar dari dalam tanah yang mengubur dirinya. Wajahnya terlihat sangat marah dan tubuhnya pun nampak gosong di beberapa bagian akibat pukulan mengandung kekuatan petir dari Narashansa."Kau...Apakah kau juga roh senjata sama seperti diriku?" tanyanya sambil menunjuk kearah wanita buta yang ada di hadapan Gandi. Meski marah dan dendam, tapi rasa penasarannya terhadap sosok yang keluar dari dalam Pedang Guntur Saketi itu lebih besar. Narashansa pun menoleh lalu tersenyum."Tidak. Aku bukan roh seperti dirimu. Aku adalah janin Dewa yang baru saja terlahir tepat disaat pemilikku memanggil diriku. Sebagai seorang Roh Senjata, seharusnya kau tahu apa itu janin dewa bukan?" sahut Narashansa. Kedua mata Bolo Satrio nampak membesar mendengar jawaban dari wanita cantik dengan ikat kepala biru tersebut."Janin Dewa...?
Bolo Satrio dan Naga Bumi miliknya telah jatuh ke dalam cengkraman tangan air raksasa milik Gandi Wiratama. Keduanya meronta-ronta berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman tersebut. Namun mereka tak bisa melakukannya karena kekuatan air milik Gandi sangat besar dan sulit untuk ditembus. Yang ada Bolo Satrio justru menjadi semakin lemah karena terperangkap di dalam air. Sedangkan Naga Bumi tubuhnya mulai remuk karena remasan tangan raksasa tersebut."Menyerahlah dan aku akan lepaskan kalian!" kata Gandi sambil menatap mereka berdua yang terlihat tersiksa.Bolo Satrio yang mendengar hal itu merasa harga dirinya diremehkan dan mulai terlihat sangat marah. Tangan kirinya pun mengarah ke Naga Bumi yang hampir hancur karena cengkraman tangan air raksasa. Kedua mata pria itu nampak menyala keemasan."Kau pikir aku sudah kalah hah!?" geram pria besar tersebut lalu dari dalam telapak tangannya keluar sinar emas. Tiba-tiba tubuh pria itu lenyap dari dalam telapak tangan air tersebut membu
Gandi melangkah ke depan sambil mengerahkan aura tenaga dalam miliknya sehingga kabut tipis itu pun tersibak. Saat itulah, terlihat satu sosok Naga dengan ukuran yang cukup besar muncul tepat di hadapannya menatap marah kearahnya. Naga tersebut memiliki warna yang serupa dengan tanah dan sedikit kehijauan pada bagian atasnya. Kedua matanya berwarna hitam dan memiliki titik merah pad pupilnya. Gandi mendengus keras lalu merubah wujudnya menjadi seekor Naga sempurna sama seperti Naga yang ada di hadapannya. Hanya saja, pada bagian kepalanya nampak mahkota Raja berwarna perak. Tubuh Naga Gandi juga lebih besar dari Naga Bumi tersebut.Naga berwarna tanah itu nampak mundur beberapa langkah setelah melihat perubahan wujud Gandi Wiratama. Dari sorot matanya jelas dia terkejut dan ketakutan karena aura yang Gandi tebarkan sangat menekan lawan."Naga Bumi, apakah kau ingin bertarung melawanku!?" tanya Gandi setelah dirinya berubah menjadi seekor Naga bersisik biru terang dengan sepasang Tandu
Setelah pembicaraan singkat di ruangan tersebut, Kusumadewi tiba-tiba mengarahkan tangannya ke depan dan saat itu juga dia membuat gerakan menebas. Nampak aura biru muncul dari bekas tebasan tersebut yang kemudian menderu ke depan sana lalu...Sring!Tiba-tiba di depan sana tercipta pecahan ruang yang tidak asing lagi bagi Gandi Wiratama. Karena pecahan ruang itu sangat mirip dengan apa yang pernah dia lihat di Turnamen Probo Lintang. Yakni pecahan ruang milik Chang Hao."Menciptakan pecahan ruang dengan mudah...Wanita ini sebenarnya sekuat apa?" batin Gandi.Kusumadewi menoleh kearah dua orang yang ada di dekatnya lalu mengajak mereka memasuki pecahan ruang tersebut. Namun sebelum pergi, dia meminta kepada Pragasena untuk tetap berada di gudang senjata karena pecahan ruang yang dia ciptakan hanya bisa dimasuki oleh tiga orang saja. Pragasena pun tidak keberatan dengan hal itu karena dia memang tidak begitu ingin memasuki wilayah yang pernah membuatnya ketakutan. Dia justru ingin meng
Kusumadewi yang awalnya berhati dingin pun menjadi lunak setelah melihat kebaikan Gandi Wiratama. Orang yang dia anggap remeh namun ternyata memiliki kemampuan yang berada di luar pemahamannya. Setelah wanita itu sembuh dari luka yang dia derita, Raja Naga Air itu pun melepaskan totokannya pada tubuh roh senjata tersebut."Kau sudah pulih," ucap Gandi sambil menyeka keringat yang membasahi dahi nya. Kusumadewi bangkit berdiri dengan wajah yang malu-malu."Terimakasih..." ucapnya dengan suara lirih dan mata menunduk. Gandi tersenyum sambil melambaikan tangan."Tak perlu berterimakasih. Biar bagaimana pun, kau itu kakak dari Dara Purbavati. Itu berarti, kau juga kakakku," kata Gandi santai tak tahu apa yang dirasakan oleh wanita di hadapannya tersebut.Kusumadewi terlihat aneh setelah mendengar ucapan Gandi. Dia menatap pemuda itu dengan sedikit sungkan. Ingin dia mengatakan sesuatu pada pemuda tersebut namun tenggorokannya terasa tersekat. Disaat yang sama, Dara datang bersama Pragasen
Nyai Kusumadewi menatap kearah Gandi yang terlihat tengah termangu. "Apa yang tengah dia pikirkan? Berani sekali dia mengalihkan perhatiannya saat berada di depanku...? Orang seperti ini akan mudah dikalahkan karena terlalu menganggap remeh lawan..." batin Kusumadewi. Namun di sisi lain dia masih sangat penasaran bagaimana cara Gandi bertahan dari serangan terkuat miliknya. Padahal serangan itu tak mudah untuk dipatahkan apalagi ledakan tersebut terkurung di dalam kubah hijau yang pastinya tingkat kekuatannya akan menjadi lebih dahsyat dari sebelumnya. Belum pernah ada yang selamat oleh serangan tersebut.Wanita itu tak tahu bahwa saat itu Gandi tengah berbincang dengan Ki Ageng Samudra Biru di dalam alam jiwa milik sang pemuda. Mereka tengah membahas tentang Kahiyang Dewi yang masih menjadi pikiran Gandi Wiratama. Pembicaraan mereka benar-benar serius karena entah mengapa Gandi kembali teringat akan wanita Naga Api tersebut setelah dia menggunakan kekuatannya untuk bertahan dari gem
Srttttt!Tubuh Gandi bergerak secepat kilat diikuti kekuatan petir miliknya. Kusumadewi tak tinggal diam melihat serangan kilat tersebut. Dia segera membuat gerakan tangan yang kemudian disusul munculnya ratusan anak panah yang melayang di belakangnya."Ingin menyerangku? Coba dulu kekuatan Panah Penghancur Surga!" teriak Kusumadewi lalu dia pun mendorong tangan kanannya ke depan. Ratusan anak panah nampak berputar dan mengeluarkan kekuatan aneh bercahaya hijau. Sesaat kemudian panah-panah tersebut menderu kearah Gandi yang tengah melesat kearah roh wanita tersebut.Raja Naga Air itu terkejut melihat ratusan anak panah yang menderu kearahnya. Gandi segera berkelit dari serangan anak panah tersebut dengan kecepatan kilat yang dia miliki. Namun rupanya anak panah itu sudah mengunci tubuhnya sehingga saat panah berhasil dihindari, anak panah tersebut berputar kembali dan menyerang pemuda tersebut tanpa henti.Geram karena dikepung serangan ratusan anak panah, Gandi pun langsung menciptak