Setelah Pedang berwarna biru itu menancap seluruhnya di lubang tersebut, pintu batu besar yang ada di depan mereka mulai bergetar dan mengeluarkan suara gemuruh. Lalu perlahan-lahan pintu batu itu mulai bergeser. Gandi terkejut saat mengetahui pintu itu memiliki tebal diluar nalar. Ketebalan pintu itu bahkan lebih tebal dari benteng kerajaan mana pun. Karena tebal dari pintu batu tersebut lebih dari 20 tombak."Kita hanya punya satu gerakan untuk mencapai kesana. Jadi, begitu pintu terbuka sepenuhnya, kau harus segera mencabut Pedang lalu berlari secepat mungkin ke arah sana. Jangan sampai kau mati tergencet oleh pintu ini. Sudah ada beberapa Dewa yang mati karena meremehkan apa yang aku katakan." kata Pragasena mengingatkan.Gandi mengangguk. Dia pun bersiap untuk mencabut Pedang Pembuka Kehidupan setelah pintu terbuka penuh. Pragasena sudah melesat lebih dulu ke depan. Dengan cepat Gandi mencabut Pedang lalu dia berlari cepat memasuki pintu batu raksasa tersebut.Pintu batu tebal it
Beralih ke peperangan yang terjadi di depan reruntuhan kuno...Ledakan besar terjadi setelah dua kekuatan milik Bara dan Bunisrawa saling beradu di udara. Tubuh Dewa Cahaya itu terpental jauh dan menabrak bebatuan hingga tercipta dentuman. Bunisrawa sendiri juga terpental dan menghantam pasukannya sendiri yang kala itu tengah berperang melawan pasukan es milik Lian Xie.Du Khan dan Lu Xie yang melihat kesempatan menyerang secara bersama-sama dengan kecepatan kilat. Namun belum sampai mereka menghantam Bunisrawa, ribuan prajurit inti Mayadwipa telah menghadang dengan serangan gabungan yang menciptakan sinar merah ganas. Tentu saja kedua Dewa itu segera menghindari serangan tersebut karena sinar merah itu sangatlah kuat. Bunisrawa segera memberi perintah untuk mengepung para dewa pengikut Bara Sena yang berada di jarak paling dekat. Dan Du Khan serta Lu Xie adalah sasaran mereka yang terdekat sehingga ribuan prajurit itu segera mengepung mereka lalu membuat formasi."Nona Lu Xie, Bisak
Rui Yun tercekat melihat dirinya telah diincar. Dengan terpaksa dia pun mengerahkan kekuatan sejati miliknya yang telah lama dia pendam. Padahal dia sudah tak ingin menggunakan kekuatan Iblis tersebut dan memilih untuk menjadi Rui Yun seutuhnya. Namun keadaan memaksanya untk melakukan hal itu."Peti Iblis!" teriaknya.Tiba-tiba dari dalam tanah muncul satu peti hitam yang berdiri di depan Rui Yun. Peti tersebut pun terbuka lebar lalu menghisap semua tombak yang mengarah ke wanita tersebut. Para prajurit inti Mayadwipa terkejut melihat kemunculan peti aneh itu. Tapi terlambat untuk mereka menyadari keanehan dari peti Iblis milik Rui Yun. Karena sesaat kemudian, dari dalam peti itu muncul tangan-tangan hitam yang dalam sekejap berhasil menyambar tubuh mereka.Anehnya, tangan itu tidak mencengkram tubuh kasar para prajurit inti, melainkan mengincar jiwa mereka. Dan jiwa para prajurit itu pun ditarik paksa dari tubuhnya lalu diseret masuk ke dalam peti iblis. Meski mereka meronta tetap sa
Meili Tian Zi menoleh kearah Bara Sena yang berada palung dekat dengan dirinya."Ayah, aku ada dimana? Kenapa pemandangan disini jelek sekali?" tanya gadis kecil itu.Bara mendekati putrinya lalu mengusap kepala gadis kecil itu. Sambil mengusap, dia membungkuk kan badan dan berbisik di telinga putrinya tersebut."Ibumu dalam bahaya..." Mendengar bisikan itu, seketika kedua mata Meili menyala biru terang. Dia menoleh kearah Bunisrawa yang terkejut dengan perubahan pada gadis kecil tersebut."Apa yang terjadi...?" batinnya dengan perasaan sedikit ngeri saat melihat tatapan Meili yang seolah hendak menelan dirinya."Siapa yang membuat ibuku celaka?" tanya gadis itu.Bara menunjuk ke arah bawah sana dimana Xue Ruo dan Rui Yun berada. Meili pun menatap kearah yang ditunjuk oleh ayahnya tersebut. Gadis kecil itu pun berteriak keras melihat sang ibu yang tergeletak di bawah sana. Ditambah ribuan pasukan inti Mayadwipa yang sudah siap untuk menyerang dengan serangan gabungan."Anakku, kau ha
Kehadiran Kubus Biru raksasa itu membuat ribuan pasukan Mayadwipa tertegun tak bisa berkata apa-apa. Mereka semua tak percaya, seorang Bunisrawa yang terkenal Sakti mandraguna dan tak Terkalahkan itu dibuat tak berdaya oleh gadis kecil yang baru saja muncul.Meili Tian Zi menatap tajam kearah kubus biru seolah dia masih belum puas dengan apa yang baru aja dia lakukan. Bara Sena ikut menatap kearah kubus raksasa tersebut. Dia merasakan adanya kekuatan yang meningkat dari arah benda berukuran raksasa tersebut."Mustahil...manusia iblis itu masih hidup setelah menerima serangan beruntun dari putriku?" batin Bara. Meski tak percaya hal itu akan terjadi, dia tetap waspada karena adanya peningkatan kekuatan yang tidak wajar. Dan tak berapa lama kemudian, kubus biru raksasa itu mulai bergerak-gerak. Bara menatap benda tersebut dengan mata tak berkedip. Dia benar-benar tak percaya benda sebesar itu bergerak secara perlahan. Aura kekuatan yang muncul dari arah itu pun semakin menguat seiring
Gandi dan Dara serta Pragasena melangkah memasuki lantai paling dasar dari Istana Abadi tersebut. Suasana yang megah dengan warna emas itu menyambut mereka bertiga. Karena sudah hapal dengan tempat tersebut, Pragasena langsung membawa Gandi menuju ke satu tempat yang ada di sana. Mereka pun berhenti di depan gerbang kembar yang tidak terlalu besar."Ini adalah ruangan tempat Empu Jagat membuat senjata. Lantai ini dikhususkan olehnya...Dara Purbavati pun lahir di tempat ini bersama kakak-kakaknya," kata Pragasena.Bara menoleh kearah Dara yang tersenyum melihatnya."Kalau bole tahu, siapa saja yang diciptakan oleh Empu Jagat selain Dara dan Suryo?" tanya Gandi."Ada tujuh senjata yang dibuat oleh Empu Jagat. Yang pertama kali diciptakan adalah Pedang Cahaya yang memiliki roh bernama Suryo. Saat pembuatan senjata itu, aku belum dilahirkan di dunia ini." kata Pragasena."Jadi itu adalah senjata tertua...? Lalu yang selanjutnya?" tanya Gandi lagi."Pedang Tanpa Wujud seperti yang pernah a
Gandi berhenti melangkah setelah memasuki ruangan besar dan luas tersebut. Matanya menatap nanar kearah beberapa patung raksasa yang berdiri di sana. Pragasena menepuk bahu Raja Naga tersebut."Tak perlu kaget, patung itu adalah para pekerja di tempat ini. Mereka digunakan untuk membantu Empu Jagat dalam membuat senjata. Karena tak ada makhluk hidup yang bisa bertahan di tempat ini saat Empu Jagat menciptakan senjata..." kata Pragasena menjelaskan."Jadi untuk membantunya dia menggunan patung raksasa itu? Luar biasa...Bukankah dia harus mengendalikannya dengan kekuatan?" tanya Gandi."Tentu saja. Untuk Empu Jagat, mengendalikan patung itu sangat mudah baginya. Setelah kau mendapatkan Tombak Banyu Biru, patung-patung ini bisa menjadi pembantumu," kata Pragasena."Mereka hanya patung, apakah tidak akan menyulitkanku dalam mengendalikan semuanya?" tanya Gandi yang merasa cukup senang kalau memang patung-patung raksasa itu kelak aka menjadi miliknya."Kau tak perlu khawatir kakang, saat t
Gandi, Dara dan Pragasena sama-sama melangkah masuk ke dalam ruangan yang merupakan gudang senjata milik Empu Jagat Martapura. Aura aneh tersebut semakin santer membuat Gandi semakin penasaran, senjata apa yang tersimpan di dalam gudang tersebut.Setelah masuk ke dalam, pemuda itu nampak terpana melihat begitu banyaknya senjata berbagai jenis dan macamnya. Namun kebanyakan, senjata tersebut berada di tingkat Langit, bukan di tingkat Surga. Yang artinya, masih biasa-biasa saja bagi sang Raja Naga Air tersebut.Senjata itu nampak berderet rapi. Ada yang diletakkan di dalam peti kayu, ada pula yang tergeletak di atas batu persegi. Dari sekian banyaknya senjata, mata Gandi hanya tertuju pada satu senjata yang tergantung di dinding batu. Itu adalah busur panah berwarna putih Gading."Busur panah itu...Apakah hanya dia yang berada di tingkat Dewa? aura kuat tadi, berasal darinya..." batin Gandi.Dia pun mendekati busur panah tersebut dan berniat untuk mengambilnya. Namun tiba-tiba, dari dal
Gandi menatap ke atas dengan wajah yang berbinar karena dia telah berhasil mematahkan tangga ilusi yang sebelumnya sangat menyiksa dirinya. "Ternyata apa yang aku lihat di luar dinding kaca itu memang seharusnya seperti ini. Tangga itu hanya memiliki 10 anak tangga saja, bukan ribuan seperti yang sebelumnya aku lihat. Itu semua hanyalah ilusi..." batin Gandi. Dia menoleh ke kanan dan kekiri. Tak ada roh-roh yang bersliweran di sebelah kanan dan kiri seperti yang dia lihat sebelumnya. Bahkan anak tangga yang ada di bawah kakinya juga bersih dari darah."Aneh sekali...Jika benar tadi adalah ilusi, kenapa hal itu benar-benar bisa membuat tubuhku terluka didunia nyata? apakah ilusi yang Empu Jagat pasang di tangga ini memiliki kemampuan unik? Itu artinya, jika aku mati di dalam Tangga Ilusi tadi, aku didunia nyata pun juga ikut mati..." gumam pemuda itu sambil bergidik ngeri membayangkan hal buruk yang akan terjadi padanya jika sampai dia gagal menemukan jalan keluar untuk lepas dari tan
Langkah kaki Gandi terhenti di tangga ke delapan setelah dia hampir kehabisan kekuatannya. Dia juga sudah tak berdaya karena kehabisan darah yang terus mengalir dari luka-lukanya yang disebabkan oleh banyaknya serangan dari arah kanan dan kiri. Ternyata roh-roh yang bersliweran itu juga tidak diam saja setelah Gandi melangkahkan kakinya ke lantai lima ke atas. Mereka menyerang silih berganti menggunakan sebilah pedang panjang di tangannya. Meski tak sampai dalam, luka yang di sebabkan oleh roh tersebut cukup menyakitkan bagi sang Raja Naga Air.Dengan penuh perjuangan, Gandi harus bertahan dari semua cobaan itu hingga akhirnya dia melangkahkan kakinya di anak tangga yang ke delapan. Napasnya terasa mau putus. Darah sudah bercecera diatas anak tangga mengalir ke bawah sana. Pemuda itu bertahan dari sesuatu yang menekan dirinya sambil mengernyit menahan sakit. Gandi pun menatap ke atas sana.Di mata pemuda itu, perjalanan menuju ke puncak masih sangatlah jauh. Sementara, dirinya saat ma
Gandi Wiratama mendarat di depan anak tangga yang terhalang oleh sesuatu yang tak terlihat. Yang jelas, di mata Gandi, tak ada apa pun di atas anak tangga tersebut. Padahal dia merasa yakin, di atas sana adalah tempat dimana Empu Jagat Martapura berada.Dari dalam sesuatu yang seperti kaca itu muncul Dara bersama Banyu Biru yang berhenti tepat di hadapan Gandi. Keduanya sama-sama tersenyum ramah kearah Raja Naga Air. Dara melambaikan tangannya membuat Gandi tersenyum senang. Dia merasa, wanita itu sudah banyak membantunya sejak dia memasuki Istana Abadi."Kau sudah berhasil mengalahkan kedua penjaga Empu Jagat. Bahkan kau mampu memaksa Jogo Geni mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Kau memang layak disebut sebagai Dewa Naga yang hebat." kata Banyu Biru memuji. Gandi tersenyum."Kau terlalu memuji. Aku yakin, itu tidak ada apa-apanya di depan matamu. Karena jika kau yang menjadi lawanku, mungkin tidak akan berhasil melewati ujain itu. Sekarang, katakan saja, apa ujian ketiga yang harus
Gandi yang sudah tak bisa lagi menahan rasa kesal nya berniat untuk memutuskan leher Rairakana Saka yang tak berdaya dalam cengkraman tangannya. Makhluk yang merupakan Naga Mata Api itu terlihat lemah sekali dan tak bisa melakukan perlawanan apa pun setelah Gandi mencekik lehernya. Darah mengucur dari mulut dan luka di wajahnya yang hancur."Sekarang apa yang bisa kau lakukan?" tanya Gandi sambil menatap Saka dengan mata yang menyala-nyala. Naga Mata Api itu tak berkata apa pun. Keadaannya sangat lemah sehingga bergerak pun tidak bisa. Apalagi Gandi sudah menghajar nya hingga wajahnya hancur berantakan. Ketika Raja Naga Air itu hendak meremukkan leher Saka, tiba-tiba terdengar suara dari atas singgasana yang jauh di depan sana."Gandi, cukup! Kau telah lolos ujian kedua dariku! Biarkan dia tetap hidup!" berkata Banyu Biru dari kejauhan yang terdengar jelas di telinga Gandi Wiratama. Mendengar hal itu, Gandi pun melemparkan Saka ke arah pilar dengan keras. Namun tiba-tiba muncul sesuat
Sanskara segera menyentuh tubuh Gandi Wiratama yang tergeletak di atas lantai. Seketika itu juga, tubuh ganda milik Gandi itu pun terserap masuk ke dalam alam jiwa milik Raja Naga Air. Begitu masuk ke dalam, Sanskara dibuat terkejut melihat Gandi yang tengah berjuang menahan kobaran Api dari tiga mata raksasa yang melayang di atas lautan."Jurus Mata Api Pembakar Jiwa itu sangat mengerikan! Aku harus memikirkan cara untuk menghentikannya!" seru Gandi yang tengah bertahan agar alam jiwanya tak terbakar. Sementara, Ki Ageng Samudra Biru nampak duduk santai di atas batu besar sambil menatap apa yang Gandi lakukan seolah tak terjadi apa-apa disana. Padahal keadaan sedang kacau balau oleh semburan api dari tiga mata raksasa.Sanskara segera melesat dan berdiri di samping Gandi. Karena kesadaran Ilahi yang dia miliki, dia bisa membantu Gandi di dalam alam jiwa milik pemuda itu. Sanskara pun mengerahkan kekuatan air untuk menahan gempuran api milik Saka."Kau datang juga akhirnya.,," ucap Ga
Dari dalam formasi lingkaran mantra itu muncul satu sosok bertubuh sama besarnya dengan Gandi Wiratama. Aura merah pekat keluar saat kaki dari sosok seorang pria berambut panjang yang hanya mengenakan celana panjang warna hitam tanpa mengenakan alas kaki.Pria itu memejamkan mata saat keluar dari dalam lingkaran. Begitu seluruh tubuhnya keluar, kedua matanya terbuka dan menatap kearah Gandi. Tak hanya itu, ternyata pada bagian keningnya juga ada satu mata yang lebih besar dari kedua mata yang lain. Ketiganya sama-sama memiliki pupil merah menyala. Dara menoleh ke arah kakaknya, Banyu Samudra."Itu adalah Naga Mata Api...Tetesan darah yang di dapatkan Empu Jagat ribuan tahun yang lalu dari Neraka setelah tawar menawar dengan Dewa Yama. Satu tetes darah bisa menciptakan tubuh jiwa sehebat ini, hanya saja, Jogo Geni akan kehilangan banyak kekuatan jiwa setelah membangkitkan Naga Mata Api ini," kata Banyu Samudra memberikan penjelasan sebelum Dara bertanya."Kenapa aku tak mengetahui hal
Banyu Biru dan Dara Purbavati sama-sama takjub dengan apa yang mereka lihat di bawah sana. "Kemampuan suamimu bagus juga Dara. Dia bahkan Bisa menciptakan tubuh ganda dengan kesadaran Ilahi sama seperti kita. Bahkan kita hanyalah roh sedangkan yang dia ciptakan adalah tubuh padat dengan jiwanya sendiri. Pemuda bernama Gandi ini, lebih hebat dibanding leluhurnya. Hanya saja, dia masih berada di Ranah Alam Dewa Tingkat lima...Itu masih terlalu jauh untuk bisa mencapai Ranah yang dimiliki olehnya. Jika Gandi sudah mencapai Ranah itu, aku yakin, tak ada satu makhluk hidup pun yang berani menyinggung dirinya." kata Banyu Biru."Jadi kakang juga merasakan kalau kakang Gandi ini berbeda?" tanya Dara.Banyu Biru mengangguk sambil tersenyum tipis."Tubuh ganda itu sulit untuk diciptakan apalagi ditambah kesadaran ilahi yang bahkan tak bisa dilakukan oleh Empu Jagat Martapura di masa lalu." kata Banyu Biru."Mungkin kehebatan orang berbeda-beda. Meski Empu Jagat tak bisa menciptakan tubuh gand
Graaaaaa!!!Jogo Ireng berteriak keras hingga membuat lantai istana bergetar. Gandi dan tubuh ganda miliknya yang bernama Sanskara sama-sama terkejut melihat penjaga Empu Jagat yang sebelumnya sudah dikalahkan oleh Sanskara itu bangkit berdiri kembali."Bagaimana bisa...?" gumam Gandi."Sepertinya dia memiliki kemampuan khusus yang bisa membangkitkan kekuatannya setelah dia mati atau terluka parah. Kalau begitu, aku akan menjadi lawannya lagi sementara kau atasi Jogo Geni." kata Sanskara membagi tugas. Gandi cukup kaget tubuh ganda miliknya memiliki pemikirannya sendiri dan lebih cepat dalam mengambil keputusan dibanding dirinya yang sedikit lebih banyak berpikir."Tak usah terkejut. Kenapa aku bisa seperti ini karena kemampuan terbaikmu sudah kau tanamkan di dalam jiwaku. Jadi, aku sedikit berbeda darimu karena saat kau menciptakan diriku, kau sudah memberikan sebagian besar kemampuan mengatur siasat milikmu kepadaku. Itu sebabnya aku lebih cepat dalam mengambil keputusan." kata Sans
Gelombang api itu tertahan oleh kubah air yang diciptakan oleh Gandi Wiratama. Keadaan di dalam kubah tersebut menjadi tidak terlihat karena Api yang bergejolak. Gandi dan tubuh ganda miliknya sama-sama terhenti di sana menatap apa yang terjadi di dalam kubah air tersebut."Kekuatan Jogo Geni meningkat sangat cepat! Jurus apa yang tengah dia kerahkan?" batin Gandi sambil bersikap waspada."Sepertinya pria besar bernama Jogo Geni itu sedang menggunakan Jurus rahasia. Jika sampai dia berhasil menggunakan Jurus itu dengan sempurna, kita akan kesulitan." kata tubuh ganda yang ada di belakang Gandi membuat Raja Naga Air itu terkejut."Kau tahu apa yang aku katakan di dalam hati?" tanya Gandi. Tubuh Ganda itu terseyum tipis."Tentu saja aku tahu. Meski kita berbeda tubuh, tapi pada dasarnya kita adalah orang yang sama dengan satu jiwa. Hanya saja, aku memiliki kesadaran ilahi," kata tubuh ganda tersebut. Gandi nampak mengerutkan kening pertanda dia tak tahu sama sekali mengenai kesadaran Il