Semua orang menatap kearah dua sosok pemuda tampan yang tertawa setelah keduanya saling tatap di atas panggung arena. Tentu saja hal itu membuat semua heran termasuk Dewa Pelindung Anoman yang tidak begitu tahu siapa mereka berdua adanya. "Ada apa dengan kalian?" tanya kera putih tersebut. "Mereka berdua itu kakak beradik guru," Ganesha menjawab pertanyaan Anoman melalui telepati. Karena dua pemuda itu masih tertawa dan tak pedulikan Dewa berwujud kera putih tersebut. "Jadi kalian berdua kakak beradik?” tanya Anoman lagi. Kali ini dua pemuda itu menoleh dan mengiyakan pertanyaan Dewa Pelindung tersebut. "Benar Dewa Pelindung Anoman. Kami kakak beradik dari ibu kami Dewi Lanjar. Tidak aku sangka, pertarungan ini malah mempertemukan kami berdua," kata sosok pemuda berpakaian hijau tanpa lengan tersebut. Dia bernama Segara Geni alias sang kakak. "Apa yang harus kita lakukan kakang Segara?” tanya pria satunya lagi yang tidak mengenakan baju alias telanjang dada. Hanya selendang hijau
Semua orang yang ada di gelanggang raksasa itu sama-sama terkejut dengan kekuatan petir yang tiba-tiba muncul di tengah arena membuat Brama Geni terpental hingga beberapa tombak. Mereka semua tahu, kekuatan petir yang menyambar pemiliknya adalah salah satu ajian kuat yang dimiliki oleh Mahadewa Jaka Geni. "Aku merahasiakan kemampuan ini sejak lama Brama. Maafkan aku, karena kali ini aku tak bisa mengalah untukmu. Turnamen ini sangat berarti untuk diriku," kata Segara Geni. Brama tersenyum lebar mendengar ucapan kakaknya tersebut. "Tak perlu ragu padaku kakak. Aku malah merasa kau berbuat jahat padaku karena kau menyembunyikan kekuatanmu itu dariku. Apakah kau berpikir aku lemah sehingga kau merahasiakannya?" tanya Brama sambil menatap sang kakak yang terlihat berbeda saat ini. Tubuh Segara Geni dipenuhi kekuatan petir yang menjilat-jilat. Aura kekuatannya pun sangat berbeda dengan sebelumnya. "Aku tidak berpikir kau lemah adikku. Hanya saja, aku tak perlu menggunakan kekuatan in
Brama Geni menangis kencang di hadapan tubuh Segara Geni yang tergeletak di depannya. Dia sama sekali tak menyangka, kakak yang dia anggap serius bertarung demi memperebutkan kemenangan masih saja mengalah untuknya. Betapa besar rasa kasih sayang Segara Geni kepada sang adik. Hal itu membuat Jaka Geni yang tahu penyebab Segara Geni kalah tersenyum tipis. "Ada satu anakku yang memiliki sifat pelindung dan penyayang. Segara Geni, kau memiliki sifat yang sama dengan ibumu..." batin Jaka Geni. Anoman segera memanggil beberapa orang untuk membawa keluar Segara Geni menuju ke tempat Dewi Chang Yun berada. Sementara, Brama Geni mengikutinya dari belakang dengan mata basah karena menangis. Di atas tribun sana, Dewi Lanjar tak bergeming dan hanya menatap apa yang terjadi pada kedua anaknya. Dia tetep terlihat tenang. Padahal dalam hatinya cukup cemas memikirkan kedua anaknya terutama anak sulungnya. "Tak perlu cemas istriku, Chang Yun sudah turun tangan. Tak ada yang tak bisa dia obati. Ja
Bayu Jaga Geni tersenyum kecil melihat tatapan mata Xia Ling yang menyorot tajam kearahnya. "Kenapa? Apakah kau masih belum puas dengan luka itu? Aku masih belum mengerahkan semua yang aku miliki..." kata Bayu sambil tetap tersenyum kecil seolah tengah mencibir adiknya tersebut meski tidak melalui ucapan. "Aku belum kalah! Aku hanya masih tak percaya ternyata kau memiliki petir merah...! Siapa menyangka kau bisa memiliki petir itu Bayu..." kata Xia Ling sambil mengerahkan tenaga dalamnya untuk memulihkan luka di tangannya. "Selama ini aku akui, aku terlalu pecaya diri dengan kemampuanku sendiri. Tanpa aku sadari, aku justru memiliki banyak kekurangan. Dan setelah aku sadar akan kekurangan itu, aku mendapatkan pencerahan dan berhasil membangkitkan kekuatan Petir Merah milikku sendiri," kata Bayu Jaga Geni membuat semua orang terlihat takjub padanya. Bara Sena mengelus dagunya sambil menatap Raja Probo Lintang tersebut. "Hm... Kemampuannya tidak berada di bawah Lu Xie. Tapi juga ti
Raja Probo Lintang Bayu Jaga Geni keluar sebagai pemenang setelah Xia Ling Geni kalah cukup telak. Yao Ling yang melihat adiknya babak belur dan terluka parah hanya bisa mengepalkan tinjunya karena marah. Muncul tekad yang kuat untuk lolos kembali dan membalas kekalahan sang adik. Yao Ling memiliki kesempatan jika dia berhasil lolos dari 9 saudara yang lainnya. Tubuh Xia Ling Geni yang terlihat mengenaskan langsung dibawa ke tempat Dewi Chang Yun berada. Saat melihat keadaan gadis tersebut, Dewa Chang Yun sempat terdiam dan prihatin. "Banyak sekali luka di tubuhnya. Ini akan memakan waktu sedikit lebih lama." ujarnya kepada Dewi Ling yang juga berada disana. "Tidak masalah, aku meminta bantuanmu adik Chang Yun," ucap Dewi Ling. Dewi Chang Yun menganggukkan kepalanya. "Aku akan berusaha sebaik mungkin. Bersabarlah," sahutnya lalu dia pun mulai mengobati Xia Ling Geni yang sudah tak sadarkan diri dan terlihat sangat lemah tersebut. Semua orang tak menyangka kekuatan Bayu Jaga Geni
Chang Hao memasuki ruangan untuk memulihkan diri. Setelah mendapat perawatan dari para tabib bawahan Dewi Chang Yun, dia pun berniat untuk memulihkan kekuatan. Luka yang dia derita tak begitu berarti. Tapi karena dia mengerahkan kekuatan yang sangat besar, itu cukup membuatnya merasa lelah. Baru sedetik dia memejamkan mata, terdengar suara halus yang membuat dia membuka kembali kedua matanya. Sontak saja kedua mata Chang Hao langsung membesar melihat siapa yang ada didepannya. "Ayah...! Bagaimana kau bisa datang kesini?” tanya Chang Hao dengan perasaan yang tidak enak. "Tak perlu panik. Aku hanya ingin bertanya beberapa hal saja padamu." ucap Jaka Geni dengan suara tenang. "Apa yang ingin ayah tanyakan padaku?” tanya Chang Hao merasa sedikit aneh dengan kedatangan sang ayah. "Sejak kapan, kau berguru padanya?" tanya Jaka Geni. "A... Apa maksud ayah...? Berguru pada siapa...?” tanya Chang Hao dengan suara tergagap. Jaka Geni melirik kearah anaknya dengan mata berkilat merah. "Ka
Setelah pertarungan Chang Hao dan Sua Ning berakhir, pertarungan kembali dilanjutkan. Dan pertarungan ke 10 ini menjadi penutup di hari itu. Karena 10 pertarungan lainnya akan dilanjut keesokan harinya. Dua wanita yang sangat tidak asing lagi berdiri di atas arena dan saling berhadapan. Sosok cantik yang tak lain adalah Chang Mei dan satu sosok bercadar yang tidak lain adalah Lu Xie. Mereka berdua sama-sama mengenakan pakaian hitam. "Adik Lu Xie, aku sempat mendengar sepak terjangmu dalam perang kemarin. Kau sudah jauh berbeda," kata Chang Mei memuji. Lu Xie tersenyum dibalik cadarnya. Sejak dulu dia tak pernah ada masalah dengan anak Dewi Chang Yun tersebut. Malah, justru wanita itu cukup perhatian padanya. Sifat baik Chang Mei memang sudah terkenal di kalangan anak Jaka Geni. Sikap dewasa yang diwarisi oleh ibunya itu membuat semua anak Jaka Geni baik kepadanya. Apalagi Chang Mei memiliki kebiasaan minum teh yang akhirnya menjadi daya tarik sendiri bagi saudara-saudaranya. "Aaa
Suara petir merah menggelegar mengguncang arena bertarung di gelanggang raksasa yang disaksikan satu juta penonton tersebut. Tubuh Chang Mei yang terkena tepat di bagian perutnya terhempas ke arena dengan keras hingga terdengar suara tulang patah yang memilukan. Darah muncrat dari mulut wanita kekasih Bara Sena tersebut membasahi wajah dan matanya. Semua orang ternganga dengan apa yang terjadi. Bara Sena sempat tertegun melihat Chang Mei yang tergeletak di atas arena. Matanya terlihat nanar dan tinjunya mengepal. "Chang Mei..." lirihnya sebelum dia menghilang begitu saja dari tepatnya tersebut. Sukma Geni dan Gandi Wiratama serta beberapa anak Batara Geni yang ada disana dibuat terkejut dengan kemampuan Bara yang tiba-tiba menghilang. Kurang dari satu detik, muncul gerbang merah di dalam arena pertarungan. Bara Sena langsung melompat keluar dan merengkuh tubuh Chang Mei. "Chang Mei...! Apa kau bisa mendengarku!?" seru Bara Sena. Anoman dan Lu Xie yang masih melayang di atas terk
Wossshhh!Kobaran api neraka semakin kuat keluar dari dalam tubuh Bara Sena membuat Gandi harus bertahan sekuat tenaga untuk bisa menahan panasnya api tingkat tinggi tersebut. Untungnya kekuatan air miliknya bukanlah air biasa yang akan mudah menguap meski terbakar api. Kekuatan air miliknya bisa menahan api tingkat tinggi dalam jangka waktu tertentu. Meski tidak bisa menahan selamanya, itu sudah cukup bagi Gandi untuk memikirkan cara menahan gelombang api yang keluar dari dalam tubuh Bara Sena.Bara pun merasa sedikit kesal karena Api miliknya tidak bisa menghancurkan pertahanan Gandi yang masih menjadi misteri baginya. Padahal api yang dia miliki sudah mencapai tingkat Neraka."Apakah kekuatan air miliknya memang sehebat ini? Sepertinya air yang dia miliki bukan air sembarang air..." batin Bara. Dia mencoba memusatkan gelombang api nya menjadi satu titik yang menggerus pertahanan air milik Gandi. Dan usaha itu sepertinya membuahkan hasil. Gelembung air milik Gandi mulai mendidih dan
Semua mata menatap keara Bara Sena yang berdiri dengan wujud yang sangat berbeda. Dia telah berubah menjadi sosok Iblis Tanduk Api dengan kekuatan Iblis Neraka di kedua tangannya. Karena dua Iblis itu sama-sama memiliki kekuatan api sehingga wujud Bara sama sama dengan Iblis Tanduk Api. Hanya saja, kedua tangannya dipenuhi aliran lahar yang menetes ke tanah dan membakar tanah tersebut hingga menjadi bara.Kedua matanya menyala merah pertanda dia mulai marah karena serangan dahsyat yang Gandi lancarkan. Serangan itu mampu membuatnya terluka hingga keluar darah dari sela bibirnya. Gandi sendiri merasa sedikit waswas melihat perubahan yang begitu mencolok dari Pendekar Golok Iblis tersebut."Apakah dia sudah mulai hilang kendali atas tubuhnya? Jika benar, ini akan menjadi masalah..." batin Gandi yang sudah tahu kekuatan sebenarnya dari Iblis Neraka yang ada didalam tubuh Bara Sena. Kekuatan yang bahkan pernah membuat 4 Dewa Naga pendiri Kuil Naga kalang kabut karena keisengan sang Iblis
Bara Sena tidak heran dengan kemampuan air milik Gandi yang mampu menahan serangan ratusan pedang Es miliknya. Namun dia memiliki rencana lain dengan serangan Pedang es itu. Yaitu mengandalkan kekuatan Gandi untuk membentuk es yang lebih besar."Menggunakan kemampuan air untuk bertahan dari kekuatan es milikku. Apa kau tidak takut aku akan membekukan kekuatan air milikmu?" batin Bara sambil menyeringai.Tangannya bergerak cepat dan ratusan pedang Es yang menancap di gelembung air itu pun bergetar memancarkan cahaya biru. Perlahan aura es itu menyebar dan mulai membekukan gelembung air milik Gandi. Sadar kekuatan miliknya tengah dimanfaatkan oleh lawan untuk menyegel dirinya, Gandi pun segera mengerahkan kekuatan lain yang dia miliki. Yakni kekuatan Petir!Zrttt!Blaaaarrr!!!Semua pedang Es itu hancur seketika setelah Gandi menyalakan kekuatan petir Trikala. Kali ini Bara terkejut bukan main melihat kekuatan petir yang begitu besar dari tubuh Raja Naga Ai tersebut."Kekuatan Trikala..
Dentuman demi dentuman terdengar saat dua menantu Batara Geni itu saling adu pukulan. Mereka bertarung sambil beterbangan kesana kemari dan membuat kehancuran dimana mereka berada. Pulau yang cukup besar itu pun seketika menjadi porak poranda karena badai kekuatan dari kedua pemuda tersebut.Wuusss!Sinar merah menderu kearah Gandi yang baru saja mendarat di tanah. Pemuda itu segera mengerahkan Sisik Naga miliknya sebelum bergerak menangkis sinar merah tersebut.Blaaarrr!!!Ledakan dahsyat terjadi. Asap hitam membubung tinggi ke angkasa. Pulau tersebut bergetar hebat. Bara Sena melesat masuk kedalam asap tebal tersebut dan langsung melancarkan serangan kedua. Namun kali ini dia yang harus menerima serangan tak terduga."Pukulan Kilat Neraka!"Dari dalam asap hitam itu, meluncur sinar merah membara yang diselimuti aura petir merah. Bara yang berada dalam jarak sangat dekat hanya bisa menyalakan perisai cahaya miliknya.Duaaarrrr!!!Ughh!Tubuh Bara terpental hingga puluhan tombak jauhn
Akhirnya 10 hari di dunia manusia pun berlalu. Tugas yang diemban ketiga peserta terbaik telah terselesaikan dengan baik. Ketiganya pun kembali ke Kerajaan Probo Lintang untuk mengikuti babak terakhir dari Turnamen Probo Lintang yang panjang. Penonton kali ini jauh lebih banyak dari sebelumnya karena banyak tamu yang berasal dari Utara datang hanya untuk melihat turnamen tersebut. Mereka adalah keluarga Kaisar Langit yang merupakan Pangeran Langit, anak pertama sang Kaisar Langit.Kedatangan Pangeran Langit sungguh suatu hal yang tak terduga sama sekali. Namun Batara Geni sudah mengetahui akan kedatangan pria tampan yang nantinya akan menjadi lawan di Turnamen Dewa nanti. Sambutan megah pun diberikan oleh kerajaan Probo Lintang terhadap Putra Mahadewa Utara tersebut.Tak hanya rombongan Pangeran Langit yang datang kesana. Kenalan Lama Batara Geni dan Patih Bima pun ikut hadir bersama beberapa pengikutnya. Dia adalah Dewa Ra dari Barat yang datang bersama sang istri dan dua pengawal se
Terdengar suara tulang yang terlepas dari sendinya saat tangan merah milik Sukma Geni menarik tangan dan kaki Raja Iblis Senggrawani. Teriakan setinggi langit keluar dari mulut iblis tersebut karena merasakan sakit yang sangat luar biasa. Sukma melemparkan potongan tangan itu ke dalam lahar yang bergolak sambil menyeringai."Aaaarggghhhh!!! Keparat! Lepaskan aku!" teriak Raja Senggrawani. Sukma Geni tertawa lebar melihat Iblis yang benar-benar tengah tersiksa tersebut. Dia malah semakin merasa ingin menyiksa makhluk itu tanpa ampun sama sekali. Dalam keadaan buntung tanpa kaki dan tanpa tangan, Raja Iblis Senggrawani tak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya menangis kesakitan dengan darah yang mengucur dari empat titik di tubuhnya. Enam tangan merah Sukma Geni mencengkram kepala makhluk itu dengan kuat hingga membuatnya berteriak tak karuan."Apa yang akan kau lakukan!? Lepaskan aku! Lepaskan! Dewi Durga! Tolong aku!" teriak Raja Iblis itu sekeras-kerasnya. Sukma Geni menyeringai mendenga
Raja Iblis Senggrawani terpaku melihat Sukma Geni yang membawa Panah Pasopati miliknya. Dia tak sadar sama sekali senjata yang menjadi andalan dia untuk menaklukkan wanita tersebut kini malah sudah berpindah tangan."Sejak kapan kau mengambil senjata itu...?" tanyanya dengan suara gemetar menahan amarah. Kedua matanya sudah melotot seperti akan melompat dari tempatnya. Sukma Geni tertawa merdu sambil menutup mulutnya. Dia benar-benar merasa lucu dengan Iblis yang ada di hadapannya."Kenapa denganmu? Kau bahkan tidak merasakan aku mengambil benda ini sama sekali? Kau ini iblis terbodoh yang pernah aku lihat seumur hidupku! Sekarang, kau bagaikan semut yang tak berarti didepan mataku tanpa benda sialan ini," kata Sukma Geni sambil memperlihatkan Panah Pasopati yang ada di tangannya."Kembalikan senjata itu padaku! Aku berjanji tak akan mengusikmu lagi! Jika aku kembali tanpa senjata itu, aku bisa dalam masalah besar!" kata Raja Senggrawani denga wajah pucat."Kau meminta senjata ini kem
Tubuh Sukma Geni meluncur dengan sangat cepat menuju kearah puncak GungunWelirang yang sudah hancur sebagian. Raja Senggrawani yang tahu Ratu itu meluncur kearahnya pun menanti sambil menyeringai."Apakah kau sudah berubah pikiran dan datang kepadaku untuk meminta tolong menghentikan Panah Pasopati? Hahaha!" ucapnya membuat geram Sukma Geni."Aku kembalikan panah itu padamu!" seru wanita itu lalu dia pun menciptakan portal Gaib tepat di hadapannya. Tubuh Ratu Jagat pun lenyap masuk kedalam portal. Panah Pasopati menyusul masih ke dalam portal tersebut. Disaat yang sama, portal berwujud lingkaran hitam itu muncul tepat i belakang Raja Senggrawani. Sukma Geni tidak muncul dari dalam portal melainkan Panah Pasopati saja yang keluar dari dalam sana dan langsung menembus tubuh Raja Senggrawani dengan telak. Raja Iblis itu terkejut bukan main saat panah yang dia kerahkan malah justru menembus tubuhnya. Perlahan tubuh itu mulai hancur. Namun sebelum tubuh tersebut hancur, nampak senyum aneh
Kakek dan nenek yang berada di dalam rumah mengintip keluar melalui celah dinding kayu rumah mereka. Setelah memastikan tidak ada orang lain yang ada disana, keduanya pun membuka pintu berniat untuk melihat keadaan di sekitar. Namun alangkah terkejutnya mereka saat kedua pasangan suami istri yang sudah lanjut usia itu melihat satu sosok yang tergeletak tepat di depan pintu kayu rumah mereka. Mereka semakin terkejut setelah tahu siapa adanya sosok yang ada didepan pintu tersebut."Kembara toleku!" seru si nenek dengan suara parau. Dia berhambur dan langsung memeluk tubuh seorang pemuda yang tergeletak tak bergerak sedikit pun. Sang kakek hanya bisa terdiam dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Dia tak menyangka, anak semata wayangnya itu akan selamat dan pulang kembali meski tidak tahu dalam keadaan hidup atau mati."Istriku, apakah dia masih bernapas?" tanya si kakek sambil merunduk lalu menempelkan jari telunjuk di hidung putranya mencoba merasakan hembusan napas pemuda tersebut."Aku