Gandi menatap kearah Ansika yang sudah menyatu dengan Tameng Raja miliknya. Aura yang keluar dari wanita tersebut pun membuat tekanan yang luar biasa hingga memaksa Gandi mengerahkan perisai air miliknya untuk menahan tekanan tak terlihat tersebut."Senjata dan tubuh bersatu...? Aku baru melihat hal seperti ini...Dan aura yang dia keluarkan menjadi puluhan kali lipat lebih kuat dari sebelumnya. Apakah ini kekuatan dari Penjaga Ratu Mayadwipa....? Penjaganya saja sekuat ini, apalagi Ratu Mayadwipa yang ditakuti oleh para iblis di dunia ini...?" batin Gandi yang merasakan tubuhnya berkeringat dingin membayangkan kekuatan Mayadwipa yang sangat mengerikan.Ansika mengangkat tangannya ke atas. Dari dalam telapak tangannya tersebut tiba-tiba muncul cahaya hijau yang terang membentuk palu raksasa yang ukurannya tak tanggung-tanggung. Palu tersebut memiliki besar yang tak jauh beda dengan istana Kerajaan Probo Lintang. Sangat besar hingga membuat Gandi tercengang."Menciptakan palu dari tenag
Pedang biru tersebut nampak berdenyut menjadi lebih terang seolah menanggapi apa yang Gandi Wiratama katakan. Entah kenapa, semangat bertarung Gandi meningkat setelah pesan tersebut muncul. Tak hanya itu, kekuatan dan juga pertahanan sisik naganya pun seolah baru saja naik tingkatan yang Gandi sendiri tidak mengerti kenapa bisa seperti itu."Kau adalah suamiku, sebagai seorang istri tentu saja aku akan melakukan apa pun untuk melindungimu. Setelah Pedang ini menyala, kau akan mendapat banyak dukungan dariku yang membuatmu bisa lebih kuat dari sebelumnya." sebuah suara muncul dari Pedang tersebut. Suara yang tidak lain adalah suara Dara Purbavati.Gandi tersenyum senang. Dia pun menjadi percaya diri bisa mengalahkan Ansika yang sudah menyatu dengan Tameng Raja miliknya. Dengan Tubuh Senjata yang wanita itu miliki, akan sulit bagi Gandi bersaing dengannya dalam pertarungan. Namun kali ini dia sudah merasa yakin sehingga dia pun menghunus kan pedang Guntur Saketi kearah Ansika yang menat
Gandi Wiratama tertegun selama beberapa saat setelah kedua penjaganya melayang jatuh dalam keadaan kepala remuk setelah terkena tinju Ansika yang ternyata sangat mengerikan. Hanya beberapa detik pemuda itu tertegun karena setelahnya dia berteriak keras.Dari dalam tubuh pemuda itu merebak kekuatan yang luar biasa dahsyat hingga ribuan tombak. Ansika terkejut saat dia merasakan lonjakan kekuatan yang mengerikan dari arah Gandi. Dia menatap Raja Naga tersebut dengan rasa penasaran.Tubuh Gandi yang sudah dalam wujud Naga Air itu melesat dengan sangat cepat dan tahu-tahu sudah ada di depan Ansika. Pemuda itu mengayunkan Pedang Guntur Saketi dan Pedang Pembuka Kehidupan secara bersamaan seolah hendak memotong tubuh Ansika dari dua sisi. Wanita tersebut mendengus keras lalu dia pun menggunakan tangannya untuk menahan serangan kedua pedang tersebut,Trang!Kedua pedang memang berhasil ditahan oleh kedua tangan Ansika, namun tujuan Gandi melakukan itu hanyalah untuk membuat wanita tersebut
Pedang Guntur Saketi tercabut dari tubuh Ansika yang masih terinjak oleh kaki kanan Gandi Wiratama. Wanita itu berteriak lirih menahan sakit yang luar biasa saat pedang yang sebelumnya menembus tubuhnya itu tercabut dengan kasar."Apa yang kau lakukan kepada dua penjagaku itu sangat membuatku marah. Mereka adalah dua penjaga setia yang menemaniku selama ini. Dan kau membunuhnya tanpa ampun sama sekali...Kali ini, kau akan merasakan hal yang sama dengan mereka," kata Gandi lalu dia hujamkan pedang Guntur Saketi ke tubuh wanita itu kembali hingga membuat Ansika berteriak untuk kedua kalinya.Rasa sakit luar biasa itu disebabkan oleh aliran petir yang menyeruak di dalam tubuhnya sehingga wanita tersebut terlihat kejang-kejang."Setelah membereskanmu, aku akan membunuh semua orang-orang mu ini. Darah dan nyawa mereka, aku persembahkan kepada Banyu Segara dan Sri Wedari..." kata Gandi dengan nada mengancam."Berani kau membunuhku...!? Kau akan men
Gandi menatap kearah langit yang mendadak menjadi gelap karena saking banyaknya anak panah yang melayang di atasnya dan siap menghujani Raja Naga tersebut. Namun sepertinya hal itu tidak membuat pemuda itu merasa khawatir sama sekali. Dia menghentakkan kaki kanannya ke tanah. Seketika muncul gelombang biru dari dalam tubuhnya yang membentuk kubah dan membesar setiap kali aura biru berdenyut dari dalam tubuh sang pemuda hingga menjadi sangat besar dalam waktu yang singkat.Anak panah berjumlah ribuan itu seperti tertahan di udara setelah mengenai aura biru milik Gandi yang membentuk kubah raksasa. Bayantaka dan ratusan ribu pasukannya benar-benar dibuat tak percaya melihat kekuatan Gandi yang ternyata masih sama kuatnya meski sudah bertarung habis-habisan melawan Penjaga Ratu, yakni Ansika."Apakah dia masih menyimpan kekuatannya!? Auranya menjadi semakin kuat!" batin Bayantaka.Ribuan anak panah yang melayang di dalam kubah biru milik Gandi nampak ber
Asap yang sempat menutupi pandangan mulai menghilang diterpa angin. Terlihat di depan sana sosok Ragil yang masih berdiri dengan tubuh penuh luka setelah menangkis serangan kuat yang Gandi lancarkan. Raja Naga Air itu tak menyangka sayap kiri Bayantaka tersebut bisa bertahan meski harus terluka cukup parah."Padahal dia masih berada di Ranah Alam Cakrawala...Tapi bisa menahan seranganku yang sudah ada di Ranah Alam Dewa...Bukankah cukup mustahil?" batin Gandi."Itu menjadi hal yang tidak mustahil jika dia mendapat dukungan penuh dari Pedang Cahaya. Seperti yang aku katakan, lawanmu memang lebih lemah dari wanita yang sebelumnya kau bunuh. Tapi dia memiliki pusaka ciptaan Empu Jagat Martapura. Pusaka yang tentu saja memiliki kekuatan dahsyat dan tak bisa kau anggap remeh." kata Ki Ageng Samudra Biru menanggapi apa yang Gandi ucapkan."Pedang Cahaya ya... Aku penasaran, kenapa pedang itu begitu hebat sampai bisa membuat orang yang tingkat kekuatannya be
Gandi Wiratama harus berjuang cukup keras sekaligus mengirit tenaga nya agar dia bisa bertahan dari serangan ratusan ribu prajurit Bayantaka yang tak pernah ada habisnya. Padahal dia sudah membunuh lebih dari 40.000 prajurit yang menciptakan gunung mayat setinggi belasan tombak. Tapi tetap saja, musuh terlalu banyak dan tidak ada habisnya. Hal itu jelas menguras tenaga sang Raja Naga Air yang harus mengirit karena sebelumnya dia sudah menggunakan banyak kekuatan.Pertarungan itu pun berlangsung sehari semalam tanpa henti hingga tumpukan mayat benar-benar semakin tinggi. Gandi pun mulai terlihat kelelahan. Hal itulah yang dinantikan oleh Bayantaka. Dia melompat terbang ke udara sambil berteriak keras menebas ke depan.Sinar kuning dari Pedang miliknya menderu kearah Gandi yang setengah berlutut sambil menopang tubuhnya menggunakan kedua pedang yang ada di tangannya. Keringat membasahi sekujur tubuhnya yang tak lagi menggunakan Sisik Naga."Gelo...! Tidak ada habisnya makhluk-makhluk si
Gandi yang belum pulih sepenuhnya terpaksa bangkit berdiri untuk membantu istrinya tersebut menghadapi serangan anak panah yang begitu banyaknya. Dia kerahkan kekuatan perisai air untuk membantu perisai milik Dara Purbavati. Wanita itu pun tersenyum lega karena Anak panah tersebut tak akan pernah bisa menembus pertahanan mereka saat ini."Ada apa denganmu? Kau tadi berkata akan melindungiku. Tapi baru ditinggal sebentar saja kau sudah menjerit minta bantuan." tanya Gandi masih kesal karena wanita itu tak juga memanggilnya dengan panggilan yang pantas. Apalagi wanita itu menganggap dia sebagai suaminya.Dara Purbavati diam tak berkata mendengar pertanyaan tersebut. Dia pun duduk bersila di udara. Tubuhnya melayang satu kaki diatas mayat-mayat tersebut."Aku sudah kehabisan tenaga setelah kau menggunakan kekuatan ku beberapa kali di pertarungan. Itu sebabnya aku membangunkan dirimu." ucap wanita itu dengan wajah tertunduk. Dia malu dan merasa bersalah karena telah membangunkan Gandi yan
Bebatuan yang hancur akibat terkena serangan tak terlihat itu menciptakan suara bergemuruh dahsyat. Gandi menatap semua itu dengan perasaan yang sedikit gelisah. Hal itu dikarenakan serangan sebesar itu tak disadari olehnya dan bahkan tak terasakan sama sekali hawa kedatangannya. Padahal dampak yang ditimbulkan dari serangan itu mampu menghancurkan puncak gunung batu yang ada di belakang sana."Sungguh mustahil...Bagaimana bisa aku tak merasakan aura kekuatan sebesar itu...? Apakah ini kemampuan sebenarnya dari Pedang Naga Langit?" batin Gandi."Sepertinya dia sudah tahu kedatangan kita. Padahal jarak dari tempat kita saat ini dengannya masih sangat jauh. Tapi dia bisa melancarkan serangan sekuat ini tanpa kau sadari sama sekali. Sepertinya, lawanmu kali ini lebih hebat lagi dibanding Bolo Satrio," kata Narashansa. Gandi menghela napas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan keras."Kenapa kau bisa merasakan serangan itu sedangkan aku tidak? Seandainya tak ada dirimu, mungkin aku akan
Gandi menatap kearah lereng gunung yang longsor akibat hantaman tubuh Bolo Satrio yang baru saja terkena pukulan darinya. Tangan pemuda itu pun bergerak kedepan. Dari dalam telapak tangannya muncul aura biru yang merupakan kekuatan air miliknya. Tangan air tersebut bergerak cepat memanjang dan masuk ke dalam sela-sela batu.Tubuh Bolo Satrio keluar dari dalam reruntuhan tanah dan Batu dalam keadaan mengenaskan. Zirah di tubuhnya hancur dan nampak luka yang parah pada bagian dadanya. Tangan air itu mencengkram lehernya dan menyeret roh senjata tersebut keluat dari reruntuhan."Apa kau sudah menyerah? Kau tak mungkin bisa menang melawanku," kata Gandi.Bolo Satrio yang merasa tak berdaya pun melepaskan Palu Naga Bumi hingga terjatuh ke tanah pertanda dia telah menyerah. Gandi pun melepaskan cengkraman tangan air miliknya pada leher pria besar tersebut lalu melompat di dekatnya. Pemuda itu menempelkan telapak tangan kanannya di bahu Bolo Satrio. Saat itu juga aura kuning keluar dari tang
Disaat Gandi tengah berbincang dengan Dewi Narashansa yang baru saja muncul dari dalam Pedang Guntur Saketi, Bolo Satrio yang sebelumnya terkena pukulan wanita tersebut melompat keluar dari dalam tanah yang mengubur dirinya. Wajahnya terlihat sangat marah dan tubuhnya pun nampak gosong di beberapa bagian akibat pukulan mengandung kekuatan petir dari Narashansa."Kau...Apakah kau juga roh senjata sama seperti diriku?" tanyanya sambil menunjuk kearah wanita buta yang ada di hadapan Gandi. Meski marah dan dendam, tapi rasa penasarannya terhadap sosok yang keluar dari dalam Pedang Guntur Saketi itu lebih besar. Narashansa pun menoleh lalu tersenyum."Tidak. Aku bukan roh seperti dirimu. Aku adalah janin Dewa yang baru saja terlahir tepat disaat pemilikku memanggil diriku. Sebagai seorang Roh Senjata, seharusnya kau tahu apa itu janin dewa bukan?" sahut Narashansa. Kedua mata Bolo Satrio nampak membesar mendengar jawaban dari wanita cantik dengan ikat kepala biru tersebut."Janin Dewa...?
Bolo Satrio dan Naga Bumi miliknya telah jatuh ke dalam cengkraman tangan air raksasa milik Gandi Wiratama. Keduanya meronta-ronta berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman tersebut. Namun mereka tak bisa melakukannya karena kekuatan air milik Gandi sangat besar dan sulit untuk ditembus. Yang ada Bolo Satrio justru menjadi semakin lemah karena terperangkap di dalam air. Sedangkan Naga Bumi tubuhnya mulai remuk karena remasan tangan raksasa tersebut."Menyerahlah dan aku akan lepaskan kalian!" kata Gandi sambil menatap mereka berdua yang terlihat tersiksa.Bolo Satrio yang mendengar hal itu merasa harga dirinya diremehkan dan mulai terlihat sangat marah. Tangan kirinya pun mengarah ke Naga Bumi yang hampir hancur karena cengkraman tangan air raksasa. Kedua mata pria itu nampak menyala keemasan."Kau pikir aku sudah kalah hah!?" geram pria besar tersebut lalu dari dalam telapak tangannya keluar sinar emas. Tiba-tiba tubuh pria itu lenyap dari dalam telapak tangan air tersebut membu
Gandi melangkah ke depan sambil mengerahkan aura tenaga dalam miliknya sehingga kabut tipis itu pun tersibak. Saat itulah, terlihat satu sosok Naga dengan ukuran yang cukup besar muncul tepat di hadapannya menatap marah kearahnya. Naga tersebut memiliki warna yang serupa dengan tanah dan sedikit kehijauan pada bagian atasnya. Kedua matanya berwarna hitam dan memiliki titik merah pad pupilnya. Gandi mendengus keras lalu merubah wujudnya menjadi seekor Naga sempurna sama seperti Naga yang ada di hadapannya. Hanya saja, pada bagian kepalanya nampak mahkota Raja berwarna perak. Tubuh Naga Gandi juga lebih besar dari Naga Bumi tersebut.Naga berwarna tanah itu nampak mundur beberapa langkah setelah melihat perubahan wujud Gandi Wiratama. Dari sorot matanya jelas dia terkejut dan ketakutan karena aura yang Gandi tebarkan sangat menekan lawan."Naga Bumi, apakah kau ingin bertarung melawanku!?" tanya Gandi setelah dirinya berubah menjadi seekor Naga bersisik biru terang dengan sepasang Tandu
Setelah pembicaraan singkat di ruangan tersebut, Kusumadewi tiba-tiba mengarahkan tangannya ke depan dan saat itu juga dia membuat gerakan menebas. Nampak aura biru muncul dari bekas tebasan tersebut yang kemudian menderu ke depan sana lalu...Sring!Tiba-tiba di depan sana tercipta pecahan ruang yang tidak asing lagi bagi Gandi Wiratama. Karena pecahan ruang itu sangat mirip dengan apa yang pernah dia lihat di Turnamen Probo Lintang. Yakni pecahan ruang milik Chang Hao."Menciptakan pecahan ruang dengan mudah...Wanita ini sebenarnya sekuat apa?" batin Gandi.Kusumadewi menoleh kearah dua orang yang ada di dekatnya lalu mengajak mereka memasuki pecahan ruang tersebut. Namun sebelum pergi, dia meminta kepada Pragasena untuk tetap berada di gudang senjata karena pecahan ruang yang dia ciptakan hanya bisa dimasuki oleh tiga orang saja. Pragasena pun tidak keberatan dengan hal itu karena dia memang tidak begitu ingin memasuki wilayah yang pernah membuatnya ketakutan. Dia justru ingin meng
Kusumadewi yang awalnya berhati dingin pun menjadi lunak setelah melihat kebaikan Gandi Wiratama. Orang yang dia anggap remeh namun ternyata memiliki kemampuan yang berada di luar pemahamannya. Setelah wanita itu sembuh dari luka yang dia derita, Raja Naga Air itu pun melepaskan totokannya pada tubuh roh senjata tersebut."Kau sudah pulih," ucap Gandi sambil menyeka keringat yang membasahi dahi nya. Kusumadewi bangkit berdiri dengan wajah yang malu-malu."Terimakasih..." ucapnya dengan suara lirih dan mata menunduk. Gandi tersenyum sambil melambaikan tangan."Tak perlu berterimakasih. Biar bagaimana pun, kau itu kakak dari Dara Purbavati. Itu berarti, kau juga kakakku," kata Gandi santai tak tahu apa yang dirasakan oleh wanita di hadapannya tersebut.Kusumadewi terlihat aneh setelah mendengar ucapan Gandi. Dia menatap pemuda itu dengan sedikit sungkan. Ingin dia mengatakan sesuatu pada pemuda tersebut namun tenggorokannya terasa tersekat. Disaat yang sama, Dara datang bersama Pragasen
Nyai Kusumadewi menatap kearah Gandi yang terlihat tengah termangu. "Apa yang tengah dia pikirkan? Berani sekali dia mengalihkan perhatiannya saat berada di depanku...? Orang seperti ini akan mudah dikalahkan karena terlalu menganggap remeh lawan..." batin Kusumadewi. Namun di sisi lain dia masih sangat penasaran bagaimana cara Gandi bertahan dari serangan terkuat miliknya. Padahal serangan itu tak mudah untuk dipatahkan apalagi ledakan tersebut terkurung di dalam kubah hijau yang pastinya tingkat kekuatannya akan menjadi lebih dahsyat dari sebelumnya. Belum pernah ada yang selamat oleh serangan tersebut.Wanita itu tak tahu bahwa saat itu Gandi tengah berbincang dengan Ki Ageng Samudra Biru di dalam alam jiwa milik sang pemuda. Mereka tengah membahas tentang Kahiyang Dewi yang masih menjadi pikiran Gandi Wiratama. Pembicaraan mereka benar-benar serius karena entah mengapa Gandi kembali teringat akan wanita Naga Api tersebut setelah dia menggunakan kekuatannya untuk bertahan dari gem
Srttttt!Tubuh Gandi bergerak secepat kilat diikuti kekuatan petir miliknya. Kusumadewi tak tinggal diam melihat serangan kilat tersebut. Dia segera membuat gerakan tangan yang kemudian disusul munculnya ratusan anak panah yang melayang di belakangnya."Ingin menyerangku? Coba dulu kekuatan Panah Penghancur Surga!" teriak Kusumadewi lalu dia pun mendorong tangan kanannya ke depan. Ratusan anak panah nampak berputar dan mengeluarkan kekuatan aneh bercahaya hijau. Sesaat kemudian panah-panah tersebut menderu kearah Gandi yang tengah melesat kearah roh wanita tersebut.Raja Naga Air itu terkejut melihat ratusan anak panah yang menderu kearahnya. Gandi segera berkelit dari serangan anak panah tersebut dengan kecepatan kilat yang dia miliki. Namun rupanya anak panah itu sudah mengunci tubuhnya sehingga saat panah berhasil dihindari, anak panah tersebut berputar kembali dan menyerang pemuda tersebut tanpa henti.Geram karena dikepung serangan ratusan anak panah, Gandi pun langsung menciptak