Ganda, Bara dan Guo Jiu sama-sama memeriksa tubuh dari Kalajengking Emas yang masih utuh. Hal itu karena makhluk tersebut tersegel oleh kekuatan es milik Bara Sena. Sedangkan dua makhluk yang lain telah hancur oleh Gandi dan Guo Jiu."Belati emas di ujung ekornya adalah senjata yang paling berbahaya. Selain beracun dia juga mampu membuat lunak apa pun yang terkena sambaran nya..." kata Bara."Jika ini adalah boneka, maka Kalajengking yang asli jauh lebih menyusahkan..." sahut Gandi."Ada tiga goa. Pasti akan ada jebakan di dalam sana. Bagaimana menurutmu? Apakah kita akan masuk di lubang yang sama atau kita akan berbagi lubang?" tanya Bara sambil nyengir. Gandi yang merasa aneh dengan pertanyaan itu menatap sang Pendekar Golok Iblis."Kau bertanya tapi arahnya kesana." ucap Gandi sambil menggelengkan kepala. Bara tertawa kecil."Arahnya kemana memangnya? Kau juga langsung menangkap arah bicaraku bukan? Hahaha!" sahut Bara menbuat Gandi mendengus kesal."Sudah bicaranya. Sekarang, kita
Dari dalam lingkaran biru raksasa tersebut muncul kepala seekor Naga raksasa yang besarnya tak kalah dari Kalajengking Emas. Gandi mendarat di atas kepala Naga yang belum sepenuhnya keluar tersebut."Mengundang Naga dengan mudahnya! Siapa kau sebenarnya!?" teriak Kalajengking Emas.Gandi tersenyum sinis sambil setengah berlutut diatas kepala Naga tersebut."Dia belum menyadari bahwa Naga ini bukan Naga asli dan hanya bentuk dari kekuatan air yang berhasil aku padatkan menjadi Naga raksasa. Meski bukan Naga asli, aku yakin makhluk itu akan kelabakan menghadapinya. Jadi mari kita lihat, bagaimana naga buatan milikku ini menghajar nya hahaha!" batin Gandi sambil memegangi Tanduk Naga tersebut.Raungan keras dari sang Naga menggetarkan tempat tersebut dan membuat ciut nyali Kalajengking Emas. Meski begitu, dia tak memiliki jalan untuk mundur sehingga terpaksa dia harus menghadapi Naga tersebut dengan sekuat tenaga yang dia miliki. Karena tangan kanannya hancur, Kalajengking Emas itu pun p
Sosok menyeramkan tersebut melompat keluar dari dalam tubuh Kalajengking Emas yang telah terbelah. Kedua kakinya mendarat di lantai batu. Matanya yang merah menatap nanar kearah Gandi yang masih terdiam ditempat. Pemuda itu masih kaget dengan apa yang baru saja dilihatnya. "Siapa kau?" tanya Gandi kemudian."Puih! Akhirnya kau mau bersuara juga ya? Aku pikir kau benar-benar budeg!" kata makhluk tersebut."Aku masih terkejut dengan kemunculanmu yang sangat aneh. Makhluk apa kau sebenarnya?" tanya Gandi lagi.Sosok pucat yang hanya mengenakan kain di bagian kemaluannya atau sedikit mirip dengan cawat itu menyeringai lebar."Namaku Pragasena. Aku adalah Tubuh Inti dari makhluk yang kau kalahkan itu. Sudah lama sekali sejak aku kembali keluar dan berhadapan dengan makhluk hebat seperti dirimu..." kata pria pucat dengan kepala lonjong dan rambut tipis yang mengaku bernama Pragasena tersebut."Aku sudah tahu itu. Tapi aku baru tahu, tubuh inti yang ada didalam wadah besar ternyata sudah b
Gandi dan Pragasena sama-sama bersiap untuk melakukan pertarugan. Makhluk dengan kulit pucat dan wujud yang seram itu menyeringai kearah Raja Naga Air."Menghadapi Dewa sepertiku tidak mudah anak muda. Kau harus siap untuk mati kapanpun juga jika kau memang tidak berjodoh dengan Pedang Pembuka Kehidupan ini," kata Pragasena lalu tubuhnya membungkuk bersiap untuk melesat kearah Gandi. "Aku tahu kau kuat. Tapi jika kau berpikir aku ini orang yang lemah, kau salah." ucap Gandi sambil mengerahkan tenaga dalam miliknya. Aura biru menyeruak dari dalam tubuhnya. Hal itu cukup mengejutkan Pragasena yang menunda serangannya."Oh? Kau juga seorang Dewa? Bahkan sudah tingkat 5. Sungguh menarik...! Siapa sangka, tamu yang datang kali ini adalah seorang Dewa hahaha! Aku benar-benar merasa terhormat!" kata Pragasena lalu dia pun meluncur dengan cepat kearah Gandi.Gerakannya sangat cepat dan tahu-tahu sudah ada didepan Raja Naga Air sambil menebas kearah tubuh pemuda tersebut. Trang!Gandi menaha
Kedua kaki Pragasena menancap di dalam lantai batu hingga ke lutut. Tekanan yang Gandi berikan semakin kuat namun tak membuat makhluk itu merasa terdesak sama sekali. Justru sebaliknya, Gandi merasa ada yang salah dengan makhluk tersebut."Ada yang aneh dengan orang ini," batin pemuda itu sambil terus mengerahkan kekuatan miliknya."Apa kau sudah mengerahkan semuanya anak muda? Sepertinya bukan hanya ini kekuatan yang kau miliki. Jika kau menyembunyikan kekuatanmu terus menerus, takutnya kau tak akan memiliki kesempatan untuk mengeluarkan kekuatan itu di hadapanku, kekeke!" ucap Pragasena.Gandi mendengus kesal. Dia berteriak keras. Dari dalam tubuhnya keluar aura biru yang sangat pekat hingga menutupi tubuh mereka berdua. Saat aura biru itu menghilang, Pragasena dibuat terkejut dengan adanya 4 sosok Gandi yang lain. "Jurus Menggandakan Tubuh!?" seru pria itu.Keempat Gandi yang baru tercipta itu langsung meninju kearah tubuh Pragasena. Sontak saja makhluk itu segera mengerahkan peri
Gandi mengambil Pedang Pembuka Kehidupan yang tergeletak di lantai batu. Saat ini kekuatan dari Pedang tersebut telah tersegel sehingga tidak ada hal yang membuatnya khawatir sama sekali. "Pedang yang memiliki roh...Menarik." batin Gandi lalu dia melangkah menuju ke arah tubuh Pragasena yang masih menancap di dinding batu. Pria berkepala lonjong dan berkulit pucat itu membuka matanya lalu menyeringai lebar. Darah mengalir dari sela bibirnya."Tak kusangka, kau begitu mudah mengalahkan diriku dan juga Pedang Pembuka Kehidupan. Sebelumnya, orang yang datang kepadaku semuanya menjadi mayat yang aku tumpuk di luar sana. Tapi memang seharusnya begitu...Aku sudah lelah menanggung beban berat ini sendiri. Sudah waktunya benda itu keluar dari dunia ini dan menopang dunia yang lebih besar," kata Pragasena."Jadi, aku sudah lulus dari ujianmu?" tanya Gandi."Hahaha...Tentu saja," kata Pragasena sambil berusaha untuk keluar dari dinding batu. Namun dia terlihat kesulitan karena luka yang dia de
Gandi tertegun setelah mendengar apa yang Pragasena katakan mengenai Pedang Pembuka Kehidupan yang saat ini ada di genggaman tangannya."Kau bilang, ini adalah Kunci masuk menuju ke reruntuhan Istana Abadi?" tanya Gandi sambil mengangkat pedang yang didalamnya terdapat roh pedang bernama Dara Purbavati. Yang katanya saat ini sudah menjadi istrinya hanya karena dia berhasil mengalahkan Pragasena."Iya, siapapun tak akan bisa masuk ke reruntuhan Istana Abadi termasuk penjajah bernama Mayadwipa itu. Karena kunci untuk masuk kedalam sana ada di tanganku. Dan hal itu hanya diketahui olehku karena akulah yang dipercaya Empu Jagat Martapura untuk menjaga kunci ini sampai orang yang diramalkan olehnya tiba." kata Pragasena."Jadi begitu...Sekarang aku paham kenapa aku harus kesini. Sepertinya semua sudah diatur dengan baik oleh pemilik dunia..." kata Gandi sambil membelai pedang biru yang ada di tangannya."Rahasia Empu Jagat, Dara Purbavati yang tahu segalanya. Karena kau sudah mengalahkan k
Sementara itu, Bara Sena yang juga masuk ke dalam goa juga tengah sibuk bertarung melawan puluhan Kalajengking Emas berukuran besar. Dengan Pedang Es Abadi milik Cakara, dia membuat semua musuhnya terpotong menjadi daging beku. Namun karena dirinya masih berada di Ranah Alam Cakrawala, kekuatan jiwa yang dia miliki dengan cepat menipis setelah beberapa waktu menggunakan Pedang Es Abadi yang sangat cepat menguras tenaga."Hah...hah...Hah...sangat melelahkan..!" ucapnya sambil duduk bersandar di dinding goa.Dia menatap mayat-mayat kalajengking emas tersebut. Tangan kanannya menapak di lantai dan dari dalam telapak tangannya keluar rantai ungu. Rantai tersebut bergerak cepat kearah mayat-mayat tersebut kemudian memeriksa satu persatu mayat yang sudah teropotong menjadi beberapa bagian tersebut."Cih! Yang benar saja...Setelah pertarungan yang melelahkan ini, aku tak mendapatkan inti Jiwa sama sekali...Benar-benar membuatku rugi," kata Bara kesal dan menarik kembali rantai ungu miliknya
Gandi dan Dara mengikuti sosok roh senjata bernama Banyu Biru tersebut masuk ke dalam ruangan yang sangat luas. Bagi Dara Purbavati, itu adalah sebuah tempat yang penuh dengan kenangan saat dirinya masih bersama Empu Jagat Martapura. Namun bagi Gandi, ruangan dengan nuansa keemasan itu sangatlah luar biasa megah. Di dalam ruangan tersebut ada sepuluh pilar raksasa berjajar rapi dengan posisi lima di kanan dan lima di kiri dengan permadani hijau di tengah nya membentang sejauh puluhan tombak. Sepuluh pilar raksasa tersebut menopang bangunan raksasa yang merupakan ruangan inti dari Istana Abadi. Jika mengukur luas istana tersebut, bisa dikatakan sepuluh kali lebih besar dari keraton Kerajaan Naga Air milik Gandi. Dari kejauhan saja singgasana Empu Jagat tidak begitu terlihat. Selain karena jarak yang cukup jauh, juga ada semacam perisai menghalangi pandangan mata Gandi ke arah Singgasana yang berada di atas lantai istana dengan puluhan anak tangga tersebut."Luar biasa sekali...Pilar-p
Gandi melayang mendekati Pragasena dan tiga roh senjata yang menanti dirinya. Mereka berempat tersenyum melihat Raja Naga Air yang menenteng Pedang Naga Langit di tangan kanannya."Kau sungguh benar-benar berhasil mengalahkan kakak Sarasvati...!? Kau mengerikan anak muda!" seru Bolo Satrio begitu takjub melihat keberhasilan Gandi membawa Pedang Naga Langit di tangannya. Padahal sebelumnya dia merasa tak yakin pemuda itu bisa kembali hidup-hidup setelah bertemu Sarasvati, roh pedang Naga Langit yang dia kenal sebagai wanita yang begitu dingin dan kejam tanpa ampun. Kusumadewi, Dara Purbavati dan Pragasena sama-sama tersenyum dan menatap kearah Gandi. Ketiganya seolah mengisyaratkan bahwa mereka ingin mendengar cerita dari Gandi tentang bagaimana cara dia mengalahkan Sarasvati yang memiliki temperamen paling buruk di antara keenam senjata dewa ciptaan Empu Jagat Martapura selain Pedang Tak Berwujud.Dan Raja Naga Air itu pun memahami apa yang para roh senjata itu inginkan. Singkat ceri
Gandi memejamkan kedua matanya dan membiarkan Ki Ageng Samudra Biru mengambil alih tubuhnya. Saat itu juga, aura yang keluar dari tubuh Raja Naga Air itu berubah menjadi lebih kuat hingga berkali-kali lipat. Naga Langit yang merupakan Kaisar Long Yun menatap kearah Gandi dengan matanya yang menyala biru terang."Aura ini terasa sangat tak asing...Apakah itu kau, Biru?" tanyanya dengan suara yang besar padahal dia adalah Naga wanita. Gandi yang ada di dalam alam jiwa pun menjadi membayangkan seperti apa rupa dari wanita Naga tersebut. Tubuh Gandi yang saat itu dikuasai Ki Ageng Samudra Biru menyeringai kecil. Lalu dari dalam tubuhnya keluar aura Naga dengan ukuran yang luar biasa besar. Hampir lima kali lipat dari besarnya Naga Langit yang saat ini baru keluar separuhnya saja dari retakan ruang. Gandi pun berdiri di atas kepala naga raksasa tersebut sambil menatap Naga Langit dengan matanya yang juga menyala biru."Akhirnya kau menyadarinya. Lama tak jumpa, Long Yun," sahut Gandi. Ked
Kepala Naga berukuran sangat besar itu keluar dari retakan ruang yang semakin besar. Gandi yang melihat hal itu pun hanya bisa terperangah karena tak menyangka sama sekali, Sarasvati bisa melakukan hal sehebat itu padahal dia hanyalah seorang roh pedang."Gandi, itu adalah perwujudan Naga Kuno seperti diriku. Dia adalah Naga Langit, Kaisar Long Yun." kata Ki Ageng Samudra Biru di dalam alam jiwa Gandi."Kaisar Long Yun!? Kau mengenalnya?" tanya Gandi."Tentu saja aku mengenal semua Naga Kuno yang sepantaran dengan diriku. Tak kusangka, salah satu kenalan lama ku justru terkurung di tempat ini dan malah menjadi roh senjata temanku sendiri. Menyedihkan... Huh! Kenapa Empu Jagat merahasiakan hal ini dariku? Tapi sejujurnya aku sudah curiga sejak lama saat dia mengatakan bahwa dia telah membuat senjata bernama Pedang Naga Langit. Aku tak mengira, dia akan menggunakan jiwa dari Kaisar Long Yun untuk menjaga pedang tersebut. Aku belum tahu, bagaimana bisa dia mendapatkan Roh Kaisar Naga yan
Narashansa berkelit ke samping saat serangan datang menghujam. Lalu setelah Pedang itu lewat di sampingnya, dia pun melakukan serangan ke arah tubuh Sarasvati. Namun tiba-tiba tubuh wanita itu menghilang dan tahu-tahu sudah ada tepat di belakang tubuh Narashansa."Kau merepotkan saja!" umpat nya sambil mengayunkan pedang.Narashansa terkejut dan tak sempat untuk menghindar. Dia pun bertahan menggunakan Perisai petir miliknya. Meski sebenarnya dia tak yakin mampu menahan ayunan pedang kuat tersebut mengingat Gandi yang bertahan menggunakan Pedang Guntur Saketi saja jatuh ke bawah sana setelah dihantam aura pedang Naga Langit tersebut.Blaaarrrr!!!Ledakan menggelegar terdengar setelah pedang yang memiliki cahaya putih terang dengan semburat biru tua itu menghantam. Kening Narashansa nampak mengernyit menahan tekanan yang luar biasa dahsyat dari Pedang Naga Langit tersebut. Hingga akhirnya dia tak bisa lagi bertahan dari amukan Sarasvati.Tubuh Narashansa pun melayang jatuh menyusul Gan
Bebatuan yang hancur akibat terkena serangan tak terlihat itu menciptakan suara bergemuruh dahsyat. Gandi menatap semua itu dengan perasaan yang sedikit gelisah. Hal itu dikarenakan serangan sebesar itu tak disadari olehnya dan bahkan tak terasakan sama sekali hawa kedatangannya. Padahal dampak yang ditimbulkan dari serangan itu mampu menghancurkan puncak gunung batu yang ada di belakang sana."Sungguh mustahil...Bagaimana bisa aku tak merasakan aura kekuatan sebesar itu...? Apakah ini kemampuan sebenarnya dari Pedang Naga Langit?" batin Gandi."Sepertinya dia sudah tahu kedatangan kita. Padahal jarak dari tempat kita saat ini dengannya masih sangat jauh. Tapi dia bisa melancarkan serangan sekuat ini tanpa kau sadari sama sekali. Sepertinya, lawanmu kali ini lebih hebat lagi dibanding Bolo Satrio," kata Narashansa. Gandi menghela napas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan keras."Kenapa kau bisa merasakan serangan itu sedangkan aku tidak? Seandainya tak ada dirimu, mungkin aku akan
Gandi menatap kearah lereng gunung yang longsor akibat hantaman tubuh Bolo Satrio yang baru saja terkena pukulan darinya. Tangan pemuda itu pun bergerak kedepan. Dari dalam telapak tangannya muncul aura biru yang merupakan kekuatan air miliknya. Tangan air tersebut bergerak cepat memanjang dan masuk ke dalam sela-sela batu.Tubuh Bolo Satrio keluar dari dalam reruntuhan tanah dan Batu dalam keadaan mengenaskan. Zirah di tubuhnya hancur dan nampak luka yang parah pada bagian dadanya. Tangan air itu mencengkram lehernya dan menyeret roh senjata tersebut keluat dari reruntuhan."Apa kau sudah menyerah? Kau tak mungkin bisa menang melawanku," kata Gandi.Bolo Satrio yang merasa tak berdaya pun melepaskan Palu Naga Bumi hingga terjatuh ke tanah pertanda dia telah menyerah. Gandi pun melepaskan cengkraman tangan air miliknya pada leher pria besar tersebut lalu melompat di dekatnya. Pemuda itu menempelkan telapak tangan kanannya di bahu Bolo Satrio. Saat itu juga aura kuning keluar dari tang
Disaat Gandi tengah berbincang dengan Dewi Narashansa yang baru saja muncul dari dalam Pedang Guntur Saketi, Bolo Satrio yang sebelumnya terkena pukulan wanita tersebut melompat keluar dari dalam tanah yang mengubur dirinya. Wajahnya terlihat sangat marah dan tubuhnya pun nampak gosong di beberapa bagian akibat pukulan mengandung kekuatan petir dari Narashansa."Kau...Apakah kau juga roh senjata sama seperti diriku?" tanyanya sambil menunjuk kearah wanita buta yang ada di hadapan Gandi. Meski marah dan dendam, tapi rasa penasarannya terhadap sosok yang keluar dari dalam Pedang Guntur Saketi itu lebih besar. Narashansa pun menoleh lalu tersenyum."Tidak. Aku bukan roh seperti dirimu. Aku adalah janin Dewa yang baru saja terlahir tepat disaat pemilikku memanggil diriku. Sebagai seorang Roh Senjata, seharusnya kau tahu apa itu janin dewa bukan?" sahut Narashansa. Kedua mata Bolo Satrio nampak membesar mendengar jawaban dari wanita cantik dengan ikat kepala biru tersebut."Janin Dewa...?
Bolo Satrio dan Naga Bumi miliknya telah jatuh ke dalam cengkraman tangan air raksasa milik Gandi Wiratama. Keduanya meronta-ronta berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman tersebut. Namun mereka tak bisa melakukannya karena kekuatan air milik Gandi sangat besar dan sulit untuk ditembus. Yang ada Bolo Satrio justru menjadi semakin lemah karena terperangkap di dalam air. Sedangkan Naga Bumi tubuhnya mulai remuk karena remasan tangan raksasa tersebut."Menyerahlah dan aku akan lepaskan kalian!" kata Gandi sambil menatap mereka berdua yang terlihat tersiksa.Bolo Satrio yang mendengar hal itu merasa harga dirinya diremehkan dan mulai terlihat sangat marah. Tangan kirinya pun mengarah ke Naga Bumi yang hampir hancur karena cengkraman tangan air raksasa. Kedua mata pria itu nampak menyala keemasan."Kau pikir aku sudah kalah hah!?" geram pria besar tersebut lalu dari dalam telapak tangannya keluar sinar emas. Tiba-tiba tubuh pria itu lenyap dari dalam telapak tangan air tersebut membu