Gandi tertegun setelah mendengar apa yang Pragasena katakan mengenai Pedang Pembuka Kehidupan yang saat ini ada di genggaman tangannya."Kau bilang, ini adalah Kunci masuk menuju ke reruntuhan Istana Abadi?" tanya Gandi sambil mengangkat pedang yang didalamnya terdapat roh pedang bernama Dara Purbavati. Yang katanya saat ini sudah menjadi istrinya hanya karena dia berhasil mengalahkan Pragasena."Iya, siapapun tak akan bisa masuk ke reruntuhan Istana Abadi termasuk penjajah bernama Mayadwipa itu. Karena kunci untuk masuk kedalam sana ada di tanganku. Dan hal itu hanya diketahui olehku karena akulah yang dipercaya Empu Jagat Martapura untuk menjaga kunci ini sampai orang yang diramalkan olehnya tiba." kata Pragasena."Jadi begitu...Sekarang aku paham kenapa aku harus kesini. Sepertinya semua sudah diatur dengan baik oleh pemilik dunia..." kata Gandi sambil membelai pedang biru yang ada di tangannya."Rahasia Empu Jagat, Dara Purbavati yang tahu segalanya. Karena kau sudah mengalahkan k
Sementara itu, Bara Sena yang juga masuk ke dalam goa juga tengah sibuk bertarung melawan puluhan Kalajengking Emas berukuran besar. Dengan Pedang Es Abadi milik Cakara, dia membuat semua musuhnya terpotong menjadi daging beku. Namun karena dirinya masih berada di Ranah Alam Cakrawala, kekuatan jiwa yang dia miliki dengan cepat menipis setelah beberapa waktu menggunakan Pedang Es Abadi yang sangat cepat menguras tenaga."Hah...hah...Hah...sangat melelahkan..!" ucapnya sambil duduk bersandar di dinding goa.Dia menatap mayat-mayat kalajengking emas tersebut. Tangan kanannya menapak di lantai dan dari dalam telapak tangannya keluar rantai ungu. Rantai tersebut bergerak cepat kearah mayat-mayat tersebut kemudian memeriksa satu persatu mayat yang sudah teropotong menjadi beberapa bagian tersebut."Cih! Yang benar saja...Setelah pertarungan yang melelahkan ini, aku tak mendapatkan inti Jiwa sama sekali...Benar-benar membuatku rugi," kata Bara kesal dan menarik kembali rantai ungu miliknya
Gandi dan Bara Sena akhirnya keluar dari dalam lubang besar yang gelap tersebut. Rawis yang melihat kedua orang tersebut keluar dari dalam goa itu segera keluar dari tempat persembunyiannya. Dengan wajah sumringah namun juga penasaran, Rawis menyambut keduanya dengan tergopoh-gopoh."Apa kalian baik-baik saja?" tanyanya dengan mata yang menatap Gandi dan Bara saling bergantian tanpa henti. Raja Naga Air tersenyum."Kau tak perlu cemas. Urusan dengan Kalajengking Emas sudah selesai. Eh, maksudku Pragasena, benar begitu Rawis?" kata Gandi."Kau...Bahkan kau tahu namanya...Itu artinya kau sudah bisa membuat Tubuh Inti miliknya keluar...?Itu luar biasa!" kata Rawis dengan wajah yang tak percaya. Namun itulah kenyataan yang harus dia terima."Tentu saja aku tahu namanya. Aku juga berhasil mendapatkan pisau panjang seperti yang kau katakan." kata Gandi semakin membuat Rawis merasa takjub."Tuan memang luar biasa! Padahal selama ini tidak ada satu pun orang yang berhasil mendapatkannya! dan
Bara mencekik leher Rawis dan mengangkatnya hingga membuat pria cebol itu kelojotan. Kedua mata Pendekar itu pun menyala biru dan sontak saja hawa dingin luar biasa menyeruak dari dalam tubuhnya. Tubuh Rawis mulai membeku oleh kekuatan es miliknya."Katakan padaku, apa yang kau lakukan di belakang kami. Jangan harap aku akan mengampunimu jika sampai kau berbohong padaku. Meski tak begitu berguna, Inti jiwamu bisa sedikit menambah kekuatan yang aku miliki..." kata Bara sambil menatap kedua mata Rawis yang tengah merasakan kesakitan sekaligus kedinginan karena tubuh bagian bawahnya sudah membeku menjadi es."Ampun Tuan Bara..! Ampun...! Aku...Aku akan akan katakan padamu apa yang aku lakukan...Tapi tolong jangan bunuh saya!" teriak Rawis ketakutan begitu mendengar ancaman Bara.Pemuda itu pun melemparkan tubuh Rawis ke tanah dengan keras. Karena setengah tubuh bagian bawah sudah membeku, pria cebol itu tak bisa berbuat apa-apa saat tubuhnya terbanting ke tanah. "Cepat katakan pada kami
Bara dan Gandi sama-sama mengangguk mendengar peringatan dari Pragasena yang tentu saja bukan sekedar peringatan. Karena ancaman yang nyata bisa benar-benar terjadi seandainya Pedang Pembuka Kehidupan di tangan Gandi berhasil di rebut."Gandi, lebih baik kau simpan pedang itu di dalam Lautan Jiwa yang kau miliki. Aku merasa itu jauh lebih aman daripada kau membawanya seperti itu." kata Bara memberi saran. Gandi pun langsung setuju dan segera menyimpan senjata pusaka Dewa ciptaan Empu Jagat Martapura tersebut.Tak berapa lama kemudian, mereka bertiga merasakan tanah yang bergetar perlahan. Gandi dan Bara saling berpandangan. Getaran itu semakin kuat diiringi suara gemuruh dari arah utara."Mereka datang. Apakah kalian bisa merasakan? Itu adalah ratusan ribu pasukan Mayadwipa...Aku tak yakin kita akan bisa keluar dari tempat ini hidup-hidup apalagi ada beberapa Iblis yang sudah berada di Ranah Alam Dewa yang ikut datang kesini...Mayadwipa benar-benar serius menanggapi kedatangan kalian
Gelombang air raksasa itu Menggulung ribuan prajurit Iblis Mayadwipa yang tengah mengatur formasi bertahan. Disaat yang sama, bola Iblis Es milik Bara melejit ke depan menyusul gelombang tersebut dan langsung menghantam gelombang air yang tengah menyapu musuh.Seketika itu juga, ribuan manusia iblis dan tunggangannya yang tengah tersapu oleh gelombang air tersebut berubah menjadi es dalam waktu sekejap setelah bola Iblis Es milik Bara Sena meledak dan memancarkan hawa dingin yang membekukan air milik Gandi Wiratama. Hal itu tentu saja mengejutkan ratusan ribu manusia iblis yang lain. Mereka tak menyangka, tak sampai tiga hitungan, ribuan dari mereka telah terkurung di dalam es raksasa. Gandi yang melihat itu tersenyum karena rencananya berhasil sesuai yang dia harapkan.Meski sudah ribuan yang berhasil dibekukan oleh Bara dan Gandi, tetap saja jumlah lawan masih sangatlah banyak. Apalagi mereka semua sudah membentuk formasi pertahanan yang mana itu akan cukup menyulitkan bagi Bara da
Swirta yang mendengar hal itu pun mengangguk. Sebagai pemimpin pasukan sayap kanan, dia juga harus membantu pasukan inti untuk melumpuhkan musuh terkuat. Bersama pasukannya dia bergerak mengepung dari arah kanan. Bayantaka masih belum memberi perintah atau pun aba-aba kepada sayap kiri yang dipimpin oleh Ragil yang menunggu aba-aba dari pemimpinnya tersebut. Pasukan Swirta membantu pasukan inti dari arah samping, Swirta sendiri terbang meninggalkan barisannya kearah Gandi yang melayang di udara. Melihat salah satu dari manusia iblis itu datang menyerang langsung kearahnya, Gandi nampak tenang. "Jadi dia adalah salah satu Dewa dari tiga pemimpin di pasukan ini..." batin Gandi sambil menatap tajam kearah Swirta yang melesat bagai kilat dan tahu-tahu sudah ada di depan Gandi Wiratama."Makhluk apa kau sebenarnya? Apa alasanmu datang ke tempat ini?" tanya Swirta sambil menyelidik dan mengira-ngira seberapa kuat kekuatan lawan.Gandi tersenyum tipis."Kau masih sempat berbasa-basi disaat
Sosok wanita berpakaian merah itu menatap tajam kearah Gandi yang baru saja terpental setelah tinjunya menghantam tameng raksasa. Raja Naga Air itu hampir tak percaya pukulan nya bisa mental begitu rupa. "Tameng ini sangat kuat dan bisa mengembalikan kekuatan...Benar-benar sesuatu yang tidak terduga...Siapa wanita ini?" batin Gandi.Swirta yang baru saja terselamatkan menatap kearah sosok yang melayang terbang di atas sana."Salah satu dari Empat Penjaga bahkan hadir di tempat ini...Dan dia berasal dari keluarga yang sama denganku..." batin Swirta sambil terus menatap kearah langit.Bayantaka yang melihat sosok wanita itu mengernyitkan keningnya."Kenapa Ratu mengutus orang ini? Apakah dia tidak percaya dengan kemampuanku? Menyebalkan sekali!" geram Bayantaka dalam hati.Sosok wanita yang melayang terbang itu mendarat di tanah dengan perlahan. Matanya tak berkedip menatap kearah Gandi. "Sisik Naga...? Bagaimana bisa masih ada Naga yang selamat di tempat ini? Bukankah seharusnya semu
Bebatuan yang hancur akibat terkena serangan tak terlihat itu menciptakan suara bergemuruh dahsyat. Gandi menatap semua itu dengan perasaan yang sedikit gelisah. Hal itu dikarenakan serangan sebesar itu tak disadari olehnya dan bahkan tak terasakan sama sekali hawa kedatangannya. Padahal dampak yang ditimbulkan dari serangan itu mampu menghancurkan puncak gunung batu yang ada di belakang sana."Sungguh mustahil...Bagaimana bisa aku tak merasakan aura kekuatan sebesar itu...? Apakah ini kemampuan sebenarnya dari Pedang Naga Langit?" batin Gandi."Sepertinya dia sudah tahu kedatangan kita. Padahal jarak dari tempat kita saat ini dengannya masih sangat jauh. Tapi dia bisa melancarkan serangan sekuat ini tanpa kau sadari sama sekali. Sepertinya, lawanmu kali ini lebih hebat lagi dibanding Bolo Satrio," kata Narashansa. Gandi menghela napas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan keras."Kenapa kau bisa merasakan serangan itu sedangkan aku tidak? Seandainya tak ada dirimu, mungkin aku akan
Gandi menatap kearah lereng gunung yang longsor akibat hantaman tubuh Bolo Satrio yang baru saja terkena pukulan darinya. Tangan pemuda itu pun bergerak kedepan. Dari dalam telapak tangannya muncul aura biru yang merupakan kekuatan air miliknya. Tangan air tersebut bergerak cepat memanjang dan masuk ke dalam sela-sela batu.Tubuh Bolo Satrio keluar dari dalam reruntuhan tanah dan Batu dalam keadaan mengenaskan. Zirah di tubuhnya hancur dan nampak luka yang parah pada bagian dadanya. Tangan air itu mencengkram lehernya dan menyeret roh senjata tersebut keluat dari reruntuhan."Apa kau sudah menyerah? Kau tak mungkin bisa menang melawanku," kata Gandi.Bolo Satrio yang merasa tak berdaya pun melepaskan Palu Naga Bumi hingga terjatuh ke tanah pertanda dia telah menyerah. Gandi pun melepaskan cengkraman tangan air miliknya pada leher pria besar tersebut lalu melompat di dekatnya. Pemuda itu menempelkan telapak tangan kanannya di bahu Bolo Satrio. Saat itu juga aura kuning keluar dari tang
Disaat Gandi tengah berbincang dengan Dewi Narashansa yang baru saja muncul dari dalam Pedang Guntur Saketi, Bolo Satrio yang sebelumnya terkena pukulan wanita tersebut melompat keluar dari dalam tanah yang mengubur dirinya. Wajahnya terlihat sangat marah dan tubuhnya pun nampak gosong di beberapa bagian akibat pukulan mengandung kekuatan petir dari Narashansa."Kau...Apakah kau juga roh senjata sama seperti diriku?" tanyanya sambil menunjuk kearah wanita buta yang ada di hadapan Gandi. Meski marah dan dendam, tapi rasa penasarannya terhadap sosok yang keluar dari dalam Pedang Guntur Saketi itu lebih besar. Narashansa pun menoleh lalu tersenyum."Tidak. Aku bukan roh seperti dirimu. Aku adalah janin Dewa yang baru saja terlahir tepat disaat pemilikku memanggil diriku. Sebagai seorang Roh Senjata, seharusnya kau tahu apa itu janin dewa bukan?" sahut Narashansa. Kedua mata Bolo Satrio nampak membesar mendengar jawaban dari wanita cantik dengan ikat kepala biru tersebut."Janin Dewa...?
Bolo Satrio dan Naga Bumi miliknya telah jatuh ke dalam cengkraman tangan air raksasa milik Gandi Wiratama. Keduanya meronta-ronta berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman tersebut. Namun mereka tak bisa melakukannya karena kekuatan air milik Gandi sangat besar dan sulit untuk ditembus. Yang ada Bolo Satrio justru menjadi semakin lemah karena terperangkap di dalam air. Sedangkan Naga Bumi tubuhnya mulai remuk karena remasan tangan raksasa tersebut."Menyerahlah dan aku akan lepaskan kalian!" kata Gandi sambil menatap mereka berdua yang terlihat tersiksa.Bolo Satrio yang mendengar hal itu merasa harga dirinya diremehkan dan mulai terlihat sangat marah. Tangan kirinya pun mengarah ke Naga Bumi yang hampir hancur karena cengkraman tangan air raksasa. Kedua mata pria itu nampak menyala keemasan."Kau pikir aku sudah kalah hah!?" geram pria besar tersebut lalu dari dalam telapak tangannya keluar sinar emas. Tiba-tiba tubuh pria itu lenyap dari dalam telapak tangan air tersebut membu
Gandi melangkah ke depan sambil mengerahkan aura tenaga dalam miliknya sehingga kabut tipis itu pun tersibak. Saat itulah, terlihat satu sosok Naga dengan ukuran yang cukup besar muncul tepat di hadapannya menatap marah kearahnya. Naga tersebut memiliki warna yang serupa dengan tanah dan sedikit kehijauan pada bagian atasnya. Kedua matanya berwarna hitam dan memiliki titik merah pad pupilnya. Gandi mendengus keras lalu merubah wujudnya menjadi seekor Naga sempurna sama seperti Naga yang ada di hadapannya. Hanya saja, pada bagian kepalanya nampak mahkota Raja berwarna perak. Tubuh Naga Gandi juga lebih besar dari Naga Bumi tersebut.Naga berwarna tanah itu nampak mundur beberapa langkah setelah melihat perubahan wujud Gandi Wiratama. Dari sorot matanya jelas dia terkejut dan ketakutan karena aura yang Gandi tebarkan sangat menekan lawan."Naga Bumi, apakah kau ingin bertarung melawanku!?" tanya Gandi setelah dirinya berubah menjadi seekor Naga bersisik biru terang dengan sepasang Tandu
Setelah pembicaraan singkat di ruangan tersebut, Kusumadewi tiba-tiba mengarahkan tangannya ke depan dan saat itu juga dia membuat gerakan menebas. Nampak aura biru muncul dari bekas tebasan tersebut yang kemudian menderu ke depan sana lalu...Sring!Tiba-tiba di depan sana tercipta pecahan ruang yang tidak asing lagi bagi Gandi Wiratama. Karena pecahan ruang itu sangat mirip dengan apa yang pernah dia lihat di Turnamen Probo Lintang. Yakni pecahan ruang milik Chang Hao."Menciptakan pecahan ruang dengan mudah...Wanita ini sebenarnya sekuat apa?" batin Gandi.Kusumadewi menoleh kearah dua orang yang ada di dekatnya lalu mengajak mereka memasuki pecahan ruang tersebut. Namun sebelum pergi, dia meminta kepada Pragasena untuk tetap berada di gudang senjata karena pecahan ruang yang dia ciptakan hanya bisa dimasuki oleh tiga orang saja. Pragasena pun tidak keberatan dengan hal itu karena dia memang tidak begitu ingin memasuki wilayah yang pernah membuatnya ketakutan. Dia justru ingin meng
Kusumadewi yang awalnya berhati dingin pun menjadi lunak setelah melihat kebaikan Gandi Wiratama. Orang yang dia anggap remeh namun ternyata memiliki kemampuan yang berada di luar pemahamannya. Setelah wanita itu sembuh dari luka yang dia derita, Raja Naga Air itu pun melepaskan totokannya pada tubuh roh senjata tersebut."Kau sudah pulih," ucap Gandi sambil menyeka keringat yang membasahi dahi nya. Kusumadewi bangkit berdiri dengan wajah yang malu-malu."Terimakasih..." ucapnya dengan suara lirih dan mata menunduk. Gandi tersenyum sambil melambaikan tangan."Tak perlu berterimakasih. Biar bagaimana pun, kau itu kakak dari Dara Purbavati. Itu berarti, kau juga kakakku," kata Gandi santai tak tahu apa yang dirasakan oleh wanita di hadapannya tersebut.Kusumadewi terlihat aneh setelah mendengar ucapan Gandi. Dia menatap pemuda itu dengan sedikit sungkan. Ingin dia mengatakan sesuatu pada pemuda tersebut namun tenggorokannya terasa tersekat. Disaat yang sama, Dara datang bersama Pragasen
Nyai Kusumadewi menatap kearah Gandi yang terlihat tengah termangu. "Apa yang tengah dia pikirkan? Berani sekali dia mengalihkan perhatiannya saat berada di depanku...? Orang seperti ini akan mudah dikalahkan karena terlalu menganggap remeh lawan..." batin Kusumadewi. Namun di sisi lain dia masih sangat penasaran bagaimana cara Gandi bertahan dari serangan terkuat miliknya. Padahal serangan itu tak mudah untuk dipatahkan apalagi ledakan tersebut terkurung di dalam kubah hijau yang pastinya tingkat kekuatannya akan menjadi lebih dahsyat dari sebelumnya. Belum pernah ada yang selamat oleh serangan tersebut.Wanita itu tak tahu bahwa saat itu Gandi tengah berbincang dengan Ki Ageng Samudra Biru di dalam alam jiwa milik sang pemuda. Mereka tengah membahas tentang Kahiyang Dewi yang masih menjadi pikiran Gandi Wiratama. Pembicaraan mereka benar-benar serius karena entah mengapa Gandi kembali teringat akan wanita Naga Api tersebut setelah dia menggunakan kekuatannya untuk bertahan dari gem
Srttttt!Tubuh Gandi bergerak secepat kilat diikuti kekuatan petir miliknya. Kusumadewi tak tinggal diam melihat serangan kilat tersebut. Dia segera membuat gerakan tangan yang kemudian disusul munculnya ratusan anak panah yang melayang di belakangnya."Ingin menyerangku? Coba dulu kekuatan Panah Penghancur Surga!" teriak Kusumadewi lalu dia pun mendorong tangan kanannya ke depan. Ratusan anak panah nampak berputar dan mengeluarkan kekuatan aneh bercahaya hijau. Sesaat kemudian panah-panah tersebut menderu kearah Gandi yang tengah melesat kearah roh wanita tersebut.Raja Naga Air itu terkejut melihat ratusan anak panah yang menderu kearahnya. Gandi segera berkelit dari serangan anak panah tersebut dengan kecepatan kilat yang dia miliki. Namun rupanya anak panah itu sudah mengunci tubuhnya sehingga saat panah berhasil dihindari, anak panah tersebut berputar kembali dan menyerang pemuda tersebut tanpa henti.Geram karena dikepung serangan ratusan anak panah, Gandi pun langsung menciptak