Para Dewa yang mendengar perkataan dari Batara Geni mengerti arah dan tujuan kenapa Mahadewa tersebut berkata seperti itu. Tujuan utama dari sang Batara adalah menyatukan semua Dewa yang ada di langit dan bumi agar bisa menjadi satu kekuatan dan tidak tercerai berai. Saat kekuatan mereka saling terpecah karena kepentingan dan keinginan masing-masing, maka kehancuran akan lebih cepat mereka dapatkan."Jadi tujuanmu sebenarnya adalah untuk menyatukan semua dewa? Aku suka dengan pemikiranmu itu Batara Geni," kata Dewa Ra."Aku sudah pasti akan mengikuti apa yang kau katakan menantuku. Kahyangan Timur selalu berada di pihakmu," kata Mahadewa Izanagi. Batara Geni tersenyum sambil mengangguk. Dewi Amaterasu yang duduk disebelah sang ayah menatap takjub kearah sang suami yang duduk sendiri di atas singgasana."Kakang...kau luar biasa..." ucap wanita cantik itu melalui telepati. Batara Geni menatap wanita itu dengan lembut lalu mengedipkan salah satu matanya. Sementara para dewa tengah saling
Gandi Wiratama menghentikan langkahnya di depan sebuah pendopo yang berada di tengah sebuah taman yang indah di halaman belakang Istana Probo Lintang. Suasana di taman itu benar-benar menyejukkan hati ditambah suara kicau burung dan aliran air sungai kecil yang jernih airnya tepat di bawah pendopo berukuran sedang tersebut. Pemuda itu terdiam terpaku dan juga terpana melihat sosok yang ada di dalam pendopo. Sosok yang sangat tidak asing baginya. Yaitu sosok Kahiyang Dewi. Wanita itu berdiri membelakanginya dan sepertinya tengah menatap keindahan sungai jernih yang ada di depan sana."Kau sudah datang, kenapa tidak masuk ke dalam?" ucap Kahiyang Dewi lalu dia pun menoleh dan tersenyum ke arah Gandi. Sontak saja wajah pemuda itu memerah seketika. Lalu dengan sedikit canggung sang Raja Naga Air tersebut pun melangkah masuk ke dalam pendopo setelah menaiki tiga anak tangga. Gandi berdiri di samping wanita cantik tersebut dan ikut menatap kearah depan sana dimana terdapat pemandangan yang
Beberapa hari berlalu setelah pertarungan Bara melawan Gandi di Kerajaan Jiwa. Pemulihan yang Bara lakukan cukup berdampak karena adanya bantuan dari para kekasihnya yang dengan suka cita membantunya berlatih meningkatkan kekuatan. Selain melatih kekuatan di rumah penginapannya, Bara juga mengikuti kembali Ujian Pagoda Dewa miliknya sendiri untuk menambah kemampuan. Meski sebenarnya itu tak cukup berdampak karena dia sudah lulus dari tempat tersebut.Batara Geni pun memberi waktu kepada Bara untuk benar-benar memulihkan kembali kekuatan Dewa miliknya sebelum pertarungan terakhir berlangsung. Keadaan yang cukup langka dari Bara tersebut membuat Batara Geni sendiri merasa bingung, bagaimana bisa ranah dari pemuda itu menurun banyak padahal pertarungannya melawan Gandi berada di dalam Kerajaan Jiwa. Karena merasa sedikit bersalah sebagai penyelenggara, Batara Geni pun memberikan bantuan kepada Bara Sena berupa tanaman obat langka yang hanya tumbuh di Kahyangan Selatan. Tanaman tersebut b
Sukma Geni mengunjungi Bara Sena yang masih ada di rumah pemulihan. Dia mengira pemuda itu tengah bersedih atas apa yang telah terjadi padanya. Namun kenyataan berkata lain. Sukma Geni harus terdiam melihat bagaimana Bara yang tengah asyik bercengkrama dengan para kekasihnya di depan rumah di bawah pohon yang rindang."Apa-apaan ini...? Sepertinya aku salah menduga..." batin wanita cantik itu lalu dia pun berniat untuk kembali. Namun seseorang sudah berdiri di hadapannya membuat dia cukup terkejut karena dia tidak merasakan hawa kehadiran dari sosok yang tak lain adalah Gandi Wiratama."Ada apa Sukma? Kau sepertinya akan ke rumah itu, kenapa putar balik?' tanya Gandi sambil tersenyum. Sukma Geni mendengus sambil menunjuk ke arah halaman rumah dimana Bara dan kekasihnya tengah asyik bercanda ria."Lihatlah, apakah dia terlihat sedang bersedih? Bagaimana bisa dia tetap senang meski Ranah nya baru saja turun? Apa dia tidak menganggap pertarungan terakhir dengan serius?" gerutu Sukma Geni
Sekar Asih bersama Ki Marga dan Cakrabuana sama-sama menoleh kearah bawah pohon cemara yang ada di tepi danau luas tersebut saat mereka melihat lingkaran biru muncul disana. Lingkaran yang tak lain adalah Gerbang Gaib milik Gandi Wiratama."Sepertinya dia datang," kata Ki Marga yang saat itu sosoknya sudah menjadi seorang pria paruh baya. Cakrabuana mengangguk dan matanya tak berkedip melihat kearah sana. Saat dia melihat sosok wanita berparas cantik dengan pakaian hitam garis emas, kedua matanya membesar dan nampak berkaca-kaca. Bibirnya tersungging senyuman bahagia dan juga haru."Rara Sinta putriku..." lirihnya lalu bangkit berdiri dan berlari kearah wanita yang baru saja muncul bersama seorang bayi yang tak lain adalah cucunya, Rara Andini. "Ayah!" seru Rara Sinta histeris. Kedua bapak dan anak itu pun saling berpelukan setelah sekian lama tidak bertemu. Semua orang yang melihat itu sama-sama tertegun. Bara sendiri tidak tahu menahu tentang mereka. Namun dia menebak, kedua bapak
Gandi Wiratama mengarahkan tangan kanannya ke depan. Gemuruh air bah raksasa menderu bergulung-gulung kearah depan sana dimana terlihat ribuan makhluk yang bergerak sangat cepat di balik pepohonan. Cakrabuana dan Ki Marga yang melihat kemampuan Gandi untuk pertama kali di depan mata benar-benar dibuat terkejut. Meski sebelumnya mereka melihat kekuatan pemuda itu dari kejauhan saat pertarungan Gandi dan Bara melawan pelayan Dewa Kegelapan dari Alam Swattwam.Rara Sinta yang tahu keadaan mulai kacau segera membawa masuk anaknya ke dalam gubuk untuk menghindari dampak serangan yang Gandi lancarkan. Untungnya Raja Naga Air itu melihat istrinya dan segera menyegel gubuk reyot itu dengan perisai air sehingga gubuk itu tidak akan mengalami hal buruk oleh kekuatan Dewa miliknya.Sekar Asih alias Dewi Rembulan pun ikut terpana melihat kemampuan Gandi yang jelas bukan kemampuan Pendekar biasa. Namun dia segera sadar, bahwa musuh datang menyerang. Dengan cepat dia bergabung bersama Cakrabuana d
Kedua mata Iblis wanita itu melotot melihat seringai yang keluar dari bibir Ki Marga."Berani menyeringai didepan mataku!?" teriaknya lalu dia pun membuat gerakan cepat yang berputar di udara sebelum akhirnya menebas ke depan. Serangan kali ini lebih kuat dibanding sebelumnya. Ki Marga pun tak mau menyembunyikan kekuatan miliknya."Hiiaaaat!" teriaknya sambil mengerahkan Roda emas miliknya. Wuungg!Gelombang emas yang diselimuti aura gelap keluar dari dalam roda emas tersebut kemudian menahan serangan kuat dari Iblis wanita.Daaammm!Ki Marga terpental mundur ke belakang hingga beberapa tombak setelah saling beradu kekuatan dengan Iblis wanita tersebut. "Uh...wanita Iblis ini sangat kuat...Meski aku menggunakan hampir seluruh kekuatan, dia masih baik-baik saja. Padahal Ranah kami sama...Tapi kenapa seperti ada kesenjangan yang tidak terlihat?" batin Ki Marga sambil berusaha memulihkan aliran darahnya yang cukup kacau setelah bentrokan tadi."Manusia, kau cukup hebat juga bisa menaha
Wuuung!Anak panah raksasa yang berkobar oleh kekuata api dan diselimuti petir merah itu menderu kearah Iblis wanita yang bertahan menggunakan sepasang tangan raksasa ungu miliknya. "Agri! Menghindarlah!" teriak Waranggana yang tahu bahwa kekuatan panah dari Dewa Panah Petir Api itu sangat kuat dan tidak bisa ditahan hanya dengan kekuatan jiwa biasa seperti yang iblis wanita bernama Agri itu lakukan.Dan akhirnya, anak panah tersebut menghujam tepat di punggung tangan raksasa ungu yang melindungi Agri. Suara keras yang terjadi antara panah raksasa dan tangan raksasa membuat gendang telinga serasa ditusuk-tusuk. Gelombang api dan petir menyambar ke segala arah membuat pepohonan di sekitar hangus seketika. Panah tersebut terus menekan dan pertahanan Agri mulai melemah. Ketajaman panah raksasa itu mampu menembus punggung tangan raksasa milik Agri. Dan hal itu membuat Iblis wanita tersebut harus mengalami luka parah. Darah hitam muncrat dari mulutnya."Sialan...Bagaimana bisa aku kalah
Gandi dan Dara mengikuti sosok roh senjata bernama Banyu Biru tersebut masuk ke dalam ruangan yang sangat luas. Bagi Dara Purbavati, itu adalah sebuah tempat yang penuh dengan kenangan saat dirinya masih bersama Empu Jagat Martapura. Namun bagi Gandi, ruangan dengan nuansa keemasan itu sangatlah luar biasa megah. Di dalam ruangan tersebut ada sepuluh pilar raksasa berjajar rapi dengan posisi lima di kanan dan lima di kiri dengan permadani hijau di tengah nya membentang sejauh puluhan tombak. Sepuluh pilar raksasa tersebut menopang bangunan raksasa yang merupakan ruangan inti dari Istana Abadi. Jika mengukur luas istana tersebut, bisa dikatakan sepuluh kali lebih besar dari keraton Kerajaan Naga Air milik Gandi. Dari kejauhan saja singgasana Empu Jagat tidak begitu terlihat. Selain karena jarak yang cukup jauh, juga ada semacam perisai menghalangi pandangan mata Gandi ke arah Singgasana yang berada di atas lantai istana dengan puluhan anak tangga tersebut."Luar biasa sekali...Pilar-p
Gandi melayang mendekati Pragasena dan tiga roh senjata yang menanti dirinya. Mereka berempat tersenyum melihat Raja Naga Air yang menenteng Pedang Naga Langit di tangan kanannya."Kau sungguh benar-benar berhasil mengalahkan kakak Sarasvati...!? Kau mengerikan anak muda!" seru Bolo Satrio begitu takjub melihat keberhasilan Gandi membawa Pedang Naga Langit di tangannya. Padahal sebelumnya dia merasa tak yakin pemuda itu bisa kembali hidup-hidup setelah bertemu Sarasvati, roh pedang Naga Langit yang dia kenal sebagai wanita yang begitu dingin dan kejam tanpa ampun. Kusumadewi, Dara Purbavati dan Pragasena sama-sama tersenyum dan menatap kearah Gandi. Ketiganya seolah mengisyaratkan bahwa mereka ingin mendengar cerita dari Gandi tentang bagaimana cara dia mengalahkan Sarasvati yang memiliki temperamen paling buruk di antara keenam senjata dewa ciptaan Empu Jagat Martapura selain Pedang Tak Berwujud.Dan Raja Naga Air itu pun memahami apa yang para roh senjata itu inginkan. Singkat ceri
Gandi memejamkan kedua matanya dan membiarkan Ki Ageng Samudra Biru mengambil alih tubuhnya. Saat itu juga, aura yang keluar dari tubuh Raja Naga Air itu berubah menjadi lebih kuat hingga berkali-kali lipat. Naga Langit yang merupakan Kaisar Long Yun menatap kearah Gandi dengan matanya yang menyala biru terang."Aura ini terasa sangat tak asing...Apakah itu kau, Biru?" tanyanya dengan suara yang besar padahal dia adalah Naga wanita. Gandi yang ada di dalam alam jiwa pun menjadi membayangkan seperti apa rupa dari wanita Naga tersebut. Tubuh Gandi yang saat itu dikuasai Ki Ageng Samudra Biru menyeringai kecil. Lalu dari dalam tubuhnya keluar aura Naga dengan ukuran yang luar biasa besar. Hampir lima kali lipat dari besarnya Naga Langit yang saat ini baru keluar separuhnya saja dari retakan ruang. Gandi pun berdiri di atas kepala naga raksasa tersebut sambil menatap Naga Langit dengan matanya yang juga menyala biru."Akhirnya kau menyadarinya. Lama tak jumpa, Long Yun," sahut Gandi. Ked
Kepala Naga berukuran sangat besar itu keluar dari retakan ruang yang semakin besar. Gandi yang melihat hal itu pun hanya bisa terperangah karena tak menyangka sama sekali, Sarasvati bisa melakukan hal sehebat itu padahal dia hanyalah seorang roh pedang."Gandi, itu adalah perwujudan Naga Kuno seperti diriku. Dia adalah Naga Langit, Kaisar Long Yun." kata Ki Ageng Samudra Biru di dalam alam jiwa Gandi."Kaisar Long Yun!? Kau mengenalnya?" tanya Gandi."Tentu saja aku mengenal semua Naga Kuno yang sepantaran dengan diriku. Tak kusangka, salah satu kenalan lama ku justru terkurung di tempat ini dan malah menjadi roh senjata temanku sendiri. Menyedihkan... Huh! Kenapa Empu Jagat merahasiakan hal ini dariku? Tapi sejujurnya aku sudah curiga sejak lama saat dia mengatakan bahwa dia telah membuat senjata bernama Pedang Naga Langit. Aku tak mengira, dia akan menggunakan jiwa dari Kaisar Long Yun untuk menjaga pedang tersebut. Aku belum tahu, bagaimana bisa dia mendapatkan Roh Kaisar Naga yan
Narashansa berkelit ke samping saat serangan datang menghujam. Lalu setelah Pedang itu lewat di sampingnya, dia pun melakukan serangan ke arah tubuh Sarasvati. Namun tiba-tiba tubuh wanita itu menghilang dan tahu-tahu sudah ada tepat di belakang tubuh Narashansa."Kau merepotkan saja!" umpat nya sambil mengayunkan pedang.Narashansa terkejut dan tak sempat untuk menghindar. Dia pun bertahan menggunakan Perisai petir miliknya. Meski sebenarnya dia tak yakin mampu menahan ayunan pedang kuat tersebut mengingat Gandi yang bertahan menggunakan Pedang Guntur Saketi saja jatuh ke bawah sana setelah dihantam aura pedang Naga Langit tersebut.Blaaarrrr!!!Ledakan menggelegar terdengar setelah pedang yang memiliki cahaya putih terang dengan semburat biru tua itu menghantam. Kening Narashansa nampak mengernyit menahan tekanan yang luar biasa dahsyat dari Pedang Naga Langit tersebut. Hingga akhirnya dia tak bisa lagi bertahan dari amukan Sarasvati.Tubuh Narashansa pun melayang jatuh menyusul Gan
Bebatuan yang hancur akibat terkena serangan tak terlihat itu menciptakan suara bergemuruh dahsyat. Gandi menatap semua itu dengan perasaan yang sedikit gelisah. Hal itu dikarenakan serangan sebesar itu tak disadari olehnya dan bahkan tak terasakan sama sekali hawa kedatangannya. Padahal dampak yang ditimbulkan dari serangan itu mampu menghancurkan puncak gunung batu yang ada di belakang sana."Sungguh mustahil...Bagaimana bisa aku tak merasakan aura kekuatan sebesar itu...? Apakah ini kemampuan sebenarnya dari Pedang Naga Langit?" batin Gandi."Sepertinya dia sudah tahu kedatangan kita. Padahal jarak dari tempat kita saat ini dengannya masih sangat jauh. Tapi dia bisa melancarkan serangan sekuat ini tanpa kau sadari sama sekali. Sepertinya, lawanmu kali ini lebih hebat lagi dibanding Bolo Satrio," kata Narashansa. Gandi menghela napas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan keras."Kenapa kau bisa merasakan serangan itu sedangkan aku tidak? Seandainya tak ada dirimu, mungkin aku akan
Gandi menatap kearah lereng gunung yang longsor akibat hantaman tubuh Bolo Satrio yang baru saja terkena pukulan darinya. Tangan pemuda itu pun bergerak kedepan. Dari dalam telapak tangannya muncul aura biru yang merupakan kekuatan air miliknya. Tangan air tersebut bergerak cepat memanjang dan masuk ke dalam sela-sela batu.Tubuh Bolo Satrio keluar dari dalam reruntuhan tanah dan Batu dalam keadaan mengenaskan. Zirah di tubuhnya hancur dan nampak luka yang parah pada bagian dadanya. Tangan air itu mencengkram lehernya dan menyeret roh senjata tersebut keluat dari reruntuhan."Apa kau sudah menyerah? Kau tak mungkin bisa menang melawanku," kata Gandi.Bolo Satrio yang merasa tak berdaya pun melepaskan Palu Naga Bumi hingga terjatuh ke tanah pertanda dia telah menyerah. Gandi pun melepaskan cengkraman tangan air miliknya pada leher pria besar tersebut lalu melompat di dekatnya. Pemuda itu menempelkan telapak tangan kanannya di bahu Bolo Satrio. Saat itu juga aura kuning keluar dari tang
Disaat Gandi tengah berbincang dengan Dewi Narashansa yang baru saja muncul dari dalam Pedang Guntur Saketi, Bolo Satrio yang sebelumnya terkena pukulan wanita tersebut melompat keluar dari dalam tanah yang mengubur dirinya. Wajahnya terlihat sangat marah dan tubuhnya pun nampak gosong di beberapa bagian akibat pukulan mengandung kekuatan petir dari Narashansa."Kau...Apakah kau juga roh senjata sama seperti diriku?" tanyanya sambil menunjuk kearah wanita buta yang ada di hadapan Gandi. Meski marah dan dendam, tapi rasa penasarannya terhadap sosok yang keluar dari dalam Pedang Guntur Saketi itu lebih besar. Narashansa pun menoleh lalu tersenyum."Tidak. Aku bukan roh seperti dirimu. Aku adalah janin Dewa yang baru saja terlahir tepat disaat pemilikku memanggil diriku. Sebagai seorang Roh Senjata, seharusnya kau tahu apa itu janin dewa bukan?" sahut Narashansa. Kedua mata Bolo Satrio nampak membesar mendengar jawaban dari wanita cantik dengan ikat kepala biru tersebut."Janin Dewa...?
Bolo Satrio dan Naga Bumi miliknya telah jatuh ke dalam cengkraman tangan air raksasa milik Gandi Wiratama. Keduanya meronta-ronta berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman tersebut. Namun mereka tak bisa melakukannya karena kekuatan air milik Gandi sangat besar dan sulit untuk ditembus. Yang ada Bolo Satrio justru menjadi semakin lemah karena terperangkap di dalam air. Sedangkan Naga Bumi tubuhnya mulai remuk karena remasan tangan raksasa tersebut."Menyerahlah dan aku akan lepaskan kalian!" kata Gandi sambil menatap mereka berdua yang terlihat tersiksa.Bolo Satrio yang mendengar hal itu merasa harga dirinya diremehkan dan mulai terlihat sangat marah. Tangan kirinya pun mengarah ke Naga Bumi yang hampir hancur karena cengkraman tangan air raksasa. Kedua mata pria itu nampak menyala keemasan."Kau pikir aku sudah kalah hah!?" geram pria besar tersebut lalu dari dalam telapak tangannya keluar sinar emas. Tiba-tiba tubuh pria itu lenyap dari dalam telapak tangan air tersebut membu