Wuuung!Anak panah raksasa yang berkobar oleh kekuata api dan diselimuti petir merah itu menderu kearah Iblis wanita yang bertahan menggunakan sepasang tangan raksasa ungu miliknya. "Agri! Menghindarlah!" teriak Waranggana yang tahu bahwa kekuatan panah dari Dewa Panah Petir Api itu sangat kuat dan tidak bisa ditahan hanya dengan kekuatan jiwa biasa seperti yang iblis wanita bernama Agri itu lakukan.Dan akhirnya, anak panah tersebut menghujam tepat di punggung tangan raksasa ungu yang melindungi Agri. Suara keras yang terjadi antara panah raksasa dan tangan raksasa membuat gendang telinga serasa ditusuk-tusuk. Gelombang api dan petir menyambar ke segala arah membuat pepohonan di sekitar hangus seketika. Panah tersebut terus menekan dan pertahanan Agri mulai melemah. Ketajaman panah raksasa itu mampu menembus punggung tangan raksasa milik Agri. Dan hal itu membuat Iblis wanita tersebut harus mengalami luka parah. Darah hitam muncrat dari mulutnya."Sialan...Bagaimana bisa aku kalah
Duuuummmm!!!Dentuman dahsyat terdengar saat telapak tangan merah yang berukuran lebih kecil menghantam tangan biru raksasa milik Gandi. Tangan biru itu meremas telapak tangan merah hingga hancur. Ragna jatuh berlutut dan muntah darah setelah serangannya dipatahkan oleh Gandi. Waranggana menoleh kearah bawahannya tersebut."Bahkan kemampuan milikmu tidak ada apa-apanya melawan kekuatan mengerikan itu. Meskipun aku tahu bahwa aku bukan lawannya, tapi kau tahu kan sifatku? Aku tidak ingin menyerahkan harga diriku kepada makhluk lain yang lebih rendah dari Yang Mulai Raja Arpa... Ragna, kau bisa mundur sekarang sambil menunggu Yang Mulia. Aku akan tetap menyerangnya meskipun aku harus mati sekalipun!" ucap Waranggana dengan dua senjata jiwa terhunus di telapak tangannya."Kalau kau sudah berkata begitu, apa yang bisa aku lakukan...? Bertahanlah sampai Yang Mulia datang," kata Ragna lalu dia pun bangkit berdiri dan mundur menjauh. Namun tiba-tiba muncul lingkaran biru di belakang penyihir
Wuusssss!BLAAARRRR!!!Ledakan dahsyat mengguncang bumi setelah tubuh Waranggana menghantam tanah disusul Pukulan Kilat Neraka milik Gandi Wiratama. Gelombang merah disertai petir merebak. Gandi menatap kearah bawah sana lalu melayang turun dengan perlahan. Asap masih menutupi pandangan."Masih bertahan meski terkena pukulan Kilat Neraka dariku? Ada yang aneh dengan Iblis satu ini..." batin Gandi yang masih merasakan napas kehidupan dari lawan yang baru aja dia hajar dengan keras."Benar-benar menyakitkan...Aku belum pernah dihajar sampai babak belur seperti ini..." Terdengar suara berat dari balik asap yang mulai memudar. Lalu tiba-tiba asap itu terbelah dan cahaya merah membentuk sabit menderu dari dalam sana kearah Raja Naga Air.Wusss!Gandi tak bergeming ditempatnya. Dia penasaran dengan kekuatan Waranggana yang sudah menggunakan Jurus Pembakar Jiwa. Kedua tangan pemuda itu pun bergerak meyilang didepan dada berniat untuk menahan serangan. "Datang!" ucapnya saat cahaya merah it
Sekar Asih menahan tubuhnya yang baru saja terpental setelah menahan pukulan keras dari Iblis yang dilawannnya. Dari apa yang terlihat, gadis itu mengalami kesulitan melawan Iblis bertubuh besar dengan senjata sepasang palu tersebut. Beberapa kali gadis cantik itu harus menahan serangan mematikan menggunakan Perisai tenaga dalam yang sangat menguras kekuatannya. Kemampuan Sekar Sari masih berada di Ranah Puncak Pemurnian Jiwa. Jelas dia akan kesulitan melawan Iblis dengan Ranah Alam Mendalam karena perbedaan kekuatan yang sangat jauh. Meski tahu hal itu, Gandi masih belum bertindak karena dia ingin melihat calon istrinya tersebut melewati batasannya. "Kau akan diam saja melihat dia dihajar makhluk itu?" tanya Bara sambil duduk di samping Gandi."Biarkan saja dulu. Aku ingin memastikan kekuatan dasar yang Sekar miliki. Karena setelah menjadi Ras Naga, dia harus mengasingkan diri untuk mempelajari Jurus Kuno peninggalan Raja Naga Air terdahulu. Meski para tetua akan menentang keputusa
Sekar Asih membalas senyuman itu dengan senyuman termanis yang dia miliki. Semangat di dalam hatinya membara dan mengubahnya menjadi Kekuatan yang tak pernah dia kira. Bara benar-benar terdiam melihat perubahan yang sangat mencolok tersebut."Sisik Naga...hanya dengan memberinya kekuatan gadis manusia ini bisa memiliki sisik naga...Apakah Kahiyang Dewi juga bisa melakukan hal yang sama? Tapi selama ini dia hanya meminjamkan kekuatan miliknya, bukan memberikan seperti yang Gandi katakan. Sepertinya akan menjadi menarik jika aku, sang Dewa Iblis memiliki kekuatan Naga...Hehe," batin Bara sambil tersenyum kecil."Apa yang kau pikirkan tentang dia? Jangan bilang kau juga tertarik padanya. Aku tak akan membiarkan Dewa Iblis Mesum sepertimu mengotori gadis yang akan menjadi Ratu di Kuil Naga Air," kata Gandi membuat Bara menoleh dan melongo."Kau ini selalu berprasangka buruk padaku. Apa kau memang orang yang seperti itu sejak dulu? Membosankan sekali!" sungut Bara. Gandi mendengus kesal di
Pertarungan Cakra Buana melawan Iblis Tinju Besi benar-benar semakin menjauh dari tempat sebelumnya. Beberapa kali orang yang pernah menjadi Senapati di Kerajaan Galuh itu harus menghindari serangan Iblis tersebut hingga membuat pepohonan hancur oleh tinju sang Iblis yang memang sangatlah kuat."Kalau terus seperti ini terus yang ada aku rugi besar! Tenaga dalamku semakin menipis setiap waktu, dan sepertinya dia masih memiliki kekuatan yang tak terhitung jumlahnya..." batin Cakra Buana."Mau kemana kau buntung sialan! Apakah kau hanya seperti tikus yang lari ketakutan!?" teriak Iblis Tinju Besi.Mendengar cacian itu cukup mengusik perasan Cakra Buana yang memang tidak suka ada orang merendahkan dirinya. "Kau bilang tikus!? Mana ada tikus sebesar diriku demit bajingan!" teriak Cakra Buana lalu dia bergerak cepat kearah Iblis itu dan siap melancarkan serangan. Iblis Tinju Besi menyeringai lebar menampakkan gigi-gigi tajamnya."Bagus! Datanglah dan terima kematianmu!" ucapnya sambil men
Cakra Buana menghentikan gerakannya setelah mendengar teriakan tersebut. Dia pun menoleh denga wajah kesal. Ternyata Bara sudah ada di dekatnya sambil tersenyum."Kau bisa memanggilku Cakra Buana. Aku tidak suka kau menyebutku dengan panggilan menghina seperti itu anak muda," kata Cakra Buana."Baiklah, Cakra Buana. Biarkan aku yang mengurus Iblis ini. Jangan sampai kau menghancurkan Inti Jiwa miliknya seperti orang itu," kata Bara sambil menunjuk ke arah Ki Marga yang duduk di atas batu besar sambil menyangga dagunya."Kenapa?" tanya Cakra Buana penasaran karena dirinya belum puas sebelum melihat Iblis itu lumat di tangannya yang sudah mengandung kekuatan dari Pukulan Tinju Dewa Guntur."Aku membutuhkan Inti Jiwa dari Iblis ini," kata Bara."Sebenarnya apa itu Inti Jiwa?" tanya Cakra Buana yang sama sekali tak mengerti apa itu Inti Jiwa."Inti Jiwa adalah gabungan dari kekuatan, jiwa, dan seluruh aura kehidupan yang menjadi satu
Akhirnya dengan ilmu Agni Maya milik Gandi Wiratama, Ki Ojang berhasil di sembuhkan. Tidak hanya itu, pria itu juga mendapatkan hal yang sama dengan Ki Marga. Yakni menjadi lebih muda dan kekuatan yang pulih seperti saat masih Jaya dulu. Tentu saja Ki Ojang merasa sangat bahagia. Kebahagiaan dia semakin menjadi-jadi setelah Gandi meminta ijin kepada Ki Ojang untuk membawa Sekar Asih ke Kerajaan Naga miliknya untuk dijadikan sebagai Ratu oleh pemuda tersebut."Hei, bukankah seharusnya anakku yang menjadi Ratu?" tanya Cakra Buana tidak terima karena Rara Sinta adalah istri pertama Gandi. Pemuda itu tersenyum mendengar teguran dari ayah mertuanya."Ayah mertua tenang saja. Sinta pun akan menjadi Ratu di Kerajaanku nanti. Bagiku, Ratu tidak hanya satu. Seperti halnya Batara Geni yang memiliki 20 Ratu, apakah itu salah?" ucap Gandi membuat Cakra Buana terdiam seketika."Batara Geni...Dua puluh Ratu...?" "Benar, ayah mertua kami memiliki 20 Ratu y
Gandi dan Dara mengikuti sosok roh senjata bernama Banyu Biru tersebut masuk ke dalam ruangan yang sangat luas. Bagi Dara Purbavati, itu adalah sebuah tempat yang penuh dengan kenangan saat dirinya masih bersama Empu Jagat Martapura. Namun bagi Gandi, ruangan dengan nuansa keemasan itu sangatlah luar biasa megah. Di dalam ruangan tersebut ada sepuluh pilar raksasa berjajar rapi dengan posisi lima di kanan dan lima di kiri dengan permadani hijau di tengah nya membentang sejauh puluhan tombak. Sepuluh pilar raksasa tersebut menopang bangunan raksasa yang merupakan ruangan inti dari Istana Abadi. Jika mengukur luas istana tersebut, bisa dikatakan sepuluh kali lebih besar dari keraton Kerajaan Naga Air milik Gandi. Dari kejauhan saja singgasana Empu Jagat tidak begitu terlihat. Selain karena jarak yang cukup jauh, juga ada semacam perisai menghalangi pandangan mata Gandi ke arah Singgasana yang berada di atas lantai istana dengan puluhan anak tangga tersebut."Luar biasa sekali...Pilar-p
Gandi melayang mendekati Pragasena dan tiga roh senjata yang menanti dirinya. Mereka berempat tersenyum melihat Raja Naga Air yang menenteng Pedang Naga Langit di tangan kanannya."Kau sungguh benar-benar berhasil mengalahkan kakak Sarasvati...!? Kau mengerikan anak muda!" seru Bolo Satrio begitu takjub melihat keberhasilan Gandi membawa Pedang Naga Langit di tangannya. Padahal sebelumnya dia merasa tak yakin pemuda itu bisa kembali hidup-hidup setelah bertemu Sarasvati, roh pedang Naga Langit yang dia kenal sebagai wanita yang begitu dingin dan kejam tanpa ampun. Kusumadewi, Dara Purbavati dan Pragasena sama-sama tersenyum dan menatap kearah Gandi. Ketiganya seolah mengisyaratkan bahwa mereka ingin mendengar cerita dari Gandi tentang bagaimana cara dia mengalahkan Sarasvati yang memiliki temperamen paling buruk di antara keenam senjata dewa ciptaan Empu Jagat Martapura selain Pedang Tak Berwujud.Dan Raja Naga Air itu pun memahami apa yang para roh senjata itu inginkan. Singkat ceri
Gandi memejamkan kedua matanya dan membiarkan Ki Ageng Samudra Biru mengambil alih tubuhnya. Saat itu juga, aura yang keluar dari tubuh Raja Naga Air itu berubah menjadi lebih kuat hingga berkali-kali lipat. Naga Langit yang merupakan Kaisar Long Yun menatap kearah Gandi dengan matanya yang menyala biru terang."Aura ini terasa sangat tak asing...Apakah itu kau, Biru?" tanyanya dengan suara yang besar padahal dia adalah Naga wanita. Gandi yang ada di dalam alam jiwa pun menjadi membayangkan seperti apa rupa dari wanita Naga tersebut. Tubuh Gandi yang saat itu dikuasai Ki Ageng Samudra Biru menyeringai kecil. Lalu dari dalam tubuhnya keluar aura Naga dengan ukuran yang luar biasa besar. Hampir lima kali lipat dari besarnya Naga Langit yang saat ini baru keluar separuhnya saja dari retakan ruang. Gandi pun berdiri di atas kepala naga raksasa tersebut sambil menatap Naga Langit dengan matanya yang juga menyala biru."Akhirnya kau menyadarinya. Lama tak jumpa, Long Yun," sahut Gandi. Ked
Kepala Naga berukuran sangat besar itu keluar dari retakan ruang yang semakin besar. Gandi yang melihat hal itu pun hanya bisa terperangah karena tak menyangka sama sekali, Sarasvati bisa melakukan hal sehebat itu padahal dia hanyalah seorang roh pedang."Gandi, itu adalah perwujudan Naga Kuno seperti diriku. Dia adalah Naga Langit, Kaisar Long Yun." kata Ki Ageng Samudra Biru di dalam alam jiwa Gandi."Kaisar Long Yun!? Kau mengenalnya?" tanya Gandi."Tentu saja aku mengenal semua Naga Kuno yang sepantaran dengan diriku. Tak kusangka, salah satu kenalan lama ku justru terkurung di tempat ini dan malah menjadi roh senjata temanku sendiri. Menyedihkan... Huh! Kenapa Empu Jagat merahasiakan hal ini dariku? Tapi sejujurnya aku sudah curiga sejak lama saat dia mengatakan bahwa dia telah membuat senjata bernama Pedang Naga Langit. Aku tak mengira, dia akan menggunakan jiwa dari Kaisar Long Yun untuk menjaga pedang tersebut. Aku belum tahu, bagaimana bisa dia mendapatkan Roh Kaisar Naga yan
Narashansa berkelit ke samping saat serangan datang menghujam. Lalu setelah Pedang itu lewat di sampingnya, dia pun melakukan serangan ke arah tubuh Sarasvati. Namun tiba-tiba tubuh wanita itu menghilang dan tahu-tahu sudah ada tepat di belakang tubuh Narashansa."Kau merepotkan saja!" umpat nya sambil mengayunkan pedang.Narashansa terkejut dan tak sempat untuk menghindar. Dia pun bertahan menggunakan Perisai petir miliknya. Meski sebenarnya dia tak yakin mampu menahan ayunan pedang kuat tersebut mengingat Gandi yang bertahan menggunakan Pedang Guntur Saketi saja jatuh ke bawah sana setelah dihantam aura pedang Naga Langit tersebut.Blaaarrrr!!!Ledakan menggelegar terdengar setelah pedang yang memiliki cahaya putih terang dengan semburat biru tua itu menghantam. Kening Narashansa nampak mengernyit menahan tekanan yang luar biasa dahsyat dari Pedang Naga Langit tersebut. Hingga akhirnya dia tak bisa lagi bertahan dari amukan Sarasvati.Tubuh Narashansa pun melayang jatuh menyusul Gan
Bebatuan yang hancur akibat terkena serangan tak terlihat itu menciptakan suara bergemuruh dahsyat. Gandi menatap semua itu dengan perasaan yang sedikit gelisah. Hal itu dikarenakan serangan sebesar itu tak disadari olehnya dan bahkan tak terasakan sama sekali hawa kedatangannya. Padahal dampak yang ditimbulkan dari serangan itu mampu menghancurkan puncak gunung batu yang ada di belakang sana."Sungguh mustahil...Bagaimana bisa aku tak merasakan aura kekuatan sebesar itu...? Apakah ini kemampuan sebenarnya dari Pedang Naga Langit?" batin Gandi."Sepertinya dia sudah tahu kedatangan kita. Padahal jarak dari tempat kita saat ini dengannya masih sangat jauh. Tapi dia bisa melancarkan serangan sekuat ini tanpa kau sadari sama sekali. Sepertinya, lawanmu kali ini lebih hebat lagi dibanding Bolo Satrio," kata Narashansa. Gandi menghela napas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan keras."Kenapa kau bisa merasakan serangan itu sedangkan aku tidak? Seandainya tak ada dirimu, mungkin aku akan
Gandi menatap kearah lereng gunung yang longsor akibat hantaman tubuh Bolo Satrio yang baru saja terkena pukulan darinya. Tangan pemuda itu pun bergerak kedepan. Dari dalam telapak tangannya muncul aura biru yang merupakan kekuatan air miliknya. Tangan air tersebut bergerak cepat memanjang dan masuk ke dalam sela-sela batu.Tubuh Bolo Satrio keluar dari dalam reruntuhan tanah dan Batu dalam keadaan mengenaskan. Zirah di tubuhnya hancur dan nampak luka yang parah pada bagian dadanya. Tangan air itu mencengkram lehernya dan menyeret roh senjata tersebut keluat dari reruntuhan."Apa kau sudah menyerah? Kau tak mungkin bisa menang melawanku," kata Gandi.Bolo Satrio yang merasa tak berdaya pun melepaskan Palu Naga Bumi hingga terjatuh ke tanah pertanda dia telah menyerah. Gandi pun melepaskan cengkraman tangan air miliknya pada leher pria besar tersebut lalu melompat di dekatnya. Pemuda itu menempelkan telapak tangan kanannya di bahu Bolo Satrio. Saat itu juga aura kuning keluar dari tang
Disaat Gandi tengah berbincang dengan Dewi Narashansa yang baru saja muncul dari dalam Pedang Guntur Saketi, Bolo Satrio yang sebelumnya terkena pukulan wanita tersebut melompat keluar dari dalam tanah yang mengubur dirinya. Wajahnya terlihat sangat marah dan tubuhnya pun nampak gosong di beberapa bagian akibat pukulan mengandung kekuatan petir dari Narashansa."Kau...Apakah kau juga roh senjata sama seperti diriku?" tanyanya sambil menunjuk kearah wanita buta yang ada di hadapan Gandi. Meski marah dan dendam, tapi rasa penasarannya terhadap sosok yang keluar dari dalam Pedang Guntur Saketi itu lebih besar. Narashansa pun menoleh lalu tersenyum."Tidak. Aku bukan roh seperti dirimu. Aku adalah janin Dewa yang baru saja terlahir tepat disaat pemilikku memanggil diriku. Sebagai seorang Roh Senjata, seharusnya kau tahu apa itu janin dewa bukan?" sahut Narashansa. Kedua mata Bolo Satrio nampak membesar mendengar jawaban dari wanita cantik dengan ikat kepala biru tersebut."Janin Dewa...?
Bolo Satrio dan Naga Bumi miliknya telah jatuh ke dalam cengkraman tangan air raksasa milik Gandi Wiratama. Keduanya meronta-ronta berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman tersebut. Namun mereka tak bisa melakukannya karena kekuatan air milik Gandi sangat besar dan sulit untuk ditembus. Yang ada Bolo Satrio justru menjadi semakin lemah karena terperangkap di dalam air. Sedangkan Naga Bumi tubuhnya mulai remuk karena remasan tangan raksasa tersebut."Menyerahlah dan aku akan lepaskan kalian!" kata Gandi sambil menatap mereka berdua yang terlihat tersiksa.Bolo Satrio yang mendengar hal itu merasa harga dirinya diremehkan dan mulai terlihat sangat marah. Tangan kirinya pun mengarah ke Naga Bumi yang hampir hancur karena cengkraman tangan air raksasa. Kedua mata pria itu nampak menyala keemasan."Kau pikir aku sudah kalah hah!?" geram pria besar tersebut lalu dari dalam telapak tangannya keluar sinar emas. Tiba-tiba tubuh pria itu lenyap dari dalam telapak tangan air tersebut membu