Para prajurit Siluman Ular terpental setelah dihantam Naga Air milik Gandi Wiratama. Pemuda itu pun berhasil menerobos pertahanan prajurit tersebut dan dengan mudah memasuki halaman istana yang megah."Akhirnya...Sampai juga di Istana ini...Aku merasakan adanya kekuatan yang mengerikan dari dalam istana....Apakah dia Ratu Siluman Ular yang dimaksudkan?" batin Gandi sambil perlahan melangkah memasuki halaman istana tersebut.Baru saja dia memasuki halaman istana, tiba-tiba dari arah langit datang serangan yang membuat Gandi melompat kesamping. Serangan itu menghantam lantai batu yang ada di dekatnya.Duaaar!Terkejut Gandi melihat ledakan tersebut. Dia pun segera bangkit berdiri dan mengawasi keadaan di sekitar. "Serangan yang tidak jelas asalnya...Apakah penyerang ini menggunakan Jurus Misterius hingga membuatnya hilang dari pandangan?" batin Gandi.Tepat seperti dugaan pemuda tersebut, seorang wanita berparas cantik dengan pakaian terbuka dan hanya menutupi sedikit bagian tubuhnya m
Tubuh Gandi terpental hingga beberapa tombak ke belakang setelah ledakan dari empat bola biru tersebut. Untung saja pemuda itu sudah menggunakan kekuatan Seribu Sisik Naga sehingga dampak dari ledakan bisa diredam dengan baik."Kau cukup tangguh juga...Pantas saja kau berhasil mencapai tempat ini. Selain karena kau tampan, kau juga membuatku penasaran siapa kau sebenarnya...? Kau bukan makhluk seperti kami, tapi...Kau lebih dari itu Hik Hik hik!" kata wanita cantik tersebut.Gandi menatap tajam kearah depan sana. Kedua tinjunya terkepal."Kau Ratu Siluman Ular yang menguasai tempat ini bukan?" tanya Gandi.Wanita berparas cantik jelita dengan pakaian serba tipis dan menerawang itu tertawa kecil sambil menutupi mulutnya. "Itu adalah gelarku. Nama asliku adalah Ratih Kumala. Bolehkah aku tahu namamu pemuda tampan?" sahut wanita bernama Ratih Kumala alias Ratu Siluman Ular tersebut."Aku Gandi Wiratama. Kedatanganku kesini adalah untuk mencari senjata mustika dan beberapa benda berharga
Gandi Wiratama masih belum bisa bergerak seolah tubuhnya membeku dan terkunci oleh kekuatan aneh milik Ratu Siluman Ular Ratih Kumala. Dia tak berdaya menatap tubuh indah tanpa pakaian dari wanita berparas cantik dan bertubuh molek tersebut.Ratih Kumala semakin mendekati sang pemuda yang kelojotan tak bisa menahan gerakan kecil di bagian tubuh bawahnya. Seolah benda kecil itu ingin melompat keluar dan terbang menghampiri tubuh indah yang menantang dirinya."Kenapa kau seperti itu? Bukankah seharusnya mudah bagimu untuk menjadikan diriku sebagai kekasihmu? Itu syarat yang sangat mudah dan tentunya disukai oleh semua orang..." ucap Ratih Kumala tepat di telinga Gandi sambil sedikit memberikan jilatan pada telinga pemuda tersebut. Hal itu tentu saja membuat seluruh bulu kuduk Gandi meremang."Syarat itu tidak mungkin bagiku...Aku lebih baik bertarung denganmu..." ucap Gandi dengan suara yang terbata-bata.Ratih Kumala tertawa kecil sambil menutup mulutnya. Dia membelai dada bidang Raja
Craassss!!!Kepala Ratih Kumala jatuh menggelinding diatas tanah setelah Pedang Guntur Saketi menebas nya dengan kuat. Aura petir masih tertinggal di luka bekas tebasan tersebut. Sesaat kemudian darah menyembur dari leher buntung Ratu Siluman Ular itu.Gandi menoleh ke belakang dan melihat tubuh Ratih Kumala yang masih berdiri meski kepalanya telah terpenggal."Dia masih berdiri dan belum mati meski kepalanya terpisah dari tubuh...Kekuatan apa yang dia miliki sampai bisa bertahan sehebat itu...?" batin Gandi lalu dia pun menyiapkan satu pukulan Sakti yang tak lain adalah Pukulan Kilat Neraka. Dia tak mau masalah dengan wanita berlanjut dengan keadaan mengerikan seperti itu. Dia harus membereskan nya saat ini juga.Tangan kanan pemuda itu menyala merah saat kekuatan dari Pukulan Kilat Neraka miliknya mulai dia kerahkan. Setelah tangan sebatas siku itu bergetar hebat dan mengepalkan asap putih, Gandi Wiratama pun melepaskan Pukulan Sakti yang pernah menggegerkan Tanah Sunda tersebut den
Gandi Wiratama sama sekali tak pernah menyangka, Ratu Kumala yang sudah dia anggap mati karena tubuhnya telah hancur kini malah justru menggunakan Jurus aneh untuk menguasai tubuh Yao Ling. Dan kini, Ratu itu tengah menggunakan tubuh Yao Ling untuk menyerangnya."Kau benar-benar Licik RatihKumala..." ucap Gandi sambil berusaha melepaskan cengkraman tangan Yao Ling dari lehernya. Namun cengkraman itu begitu kuat dan terasa menghisap kekuatannya."Kau sekarang tak bisa berbuat apa-apa Gandi...Aku akan menyerap semua kekuatan jiwa dan menguras habis Inti Jiwamu...Hahaha! Dengan begitu aku akan naik ke Ranah Alam Cakrawala dan sedikit lagi untuk mencapai Alam Dewa. Begitu aku berada di Alam Dewa, aku bisa pergi meninggalkan Dunia Batara Geni ini dan melangkah keluar di tempat yang bebas!" kata Yao Ling yang tubuhnya telah dikuasai oleh Ratih Kumala. Kita panggil saja Yao Ling untuk memudahkan jalannya cerita.Gandi menoleh kearah Lu Xie yang tengah berusaha untuk bangkit berdiri."Tak ada
Seekor Naga Merah darah keluar dari lingkaran merah yang ada di belakang tubuh Yao Ling. Hal itu tentu saja membuat Gandi terkejut setengah mati. Dia pun segera melompat ke udara saat Naga tersebut menerjang.Braaak! Duaaarrr!Tanah hancur dan debu pun beterbangan di udara setelah moncong dari Naga raksasa itu menghantam tempat dimana Gandi berada sebelumnya. Masih sambil melayang, Gandi kembali memanggil Pedang Guntur Saketi miliknya.Cahaya kilat itu datang dari langit menghantam sosok Naga Merah darah yang ada didalam gumpalan asap. Namun sepertinya pedang tersebut tidak mengenai sang naga. Karena beberapa saat kemudian cahaya merah menderu dari dalam debu menerjang kearah Gandi kemudian disusul tubuh makhluk tersebut yang melesat dengan cepat.Gandi segera mengangkat tangan kirinya lalu mengumpulkan tenaga dalamnya ke telapak tangan. Saat kekuatan itu berkumpul dan membentuk gumpalan tenaga dalam, pemuda tersebut langsung melemparkan nya kearah cahaya merah yang menderu kearahnya
Gandi Wiratama mengepalkan tinjunya dan menyalurkan kekuatan Batu Jiwa Naga ke dalam dua lengannya. Ditambah Seribu Sisik Naga dan Pedang Guntur Saketi, dia merasa percaya diri mampu mengalahkan Yao Ling yang saat itu berada dalam kekuasaan Ratih Kumala. bahkan hal mengejutkan terjadi pada tubuh Yao Ling yang sebelumnya tidak bisa mengeluarkan kekuatan Dewa miliknya kini justru mampu melepas kekuatan itu setelah kesadarannya diambil alih oleh Ratu Siluman Ular tersebut.Kekuatan Yao Ling yang berada jauh diatas Gandi tak membuat pemuda itu gentar sedikit pun. Gandi melesat dengan cepat kearah Yao Ling yang juga melompat kedepan menyongsong serangan. Pedang Guntur Saketi bergerak cepat menebas. Kekuatan petir mengikuti gerakan dari pedang tersebut. Namun dengan cepat pula, Yao Ling menangkis serangan tersebut menggunakan lengannya yang telah tetutup sisik darah.Trang!Terdengar suara keras dari benturan pedang dan sisik merah milik Yao Ling. Nampak beberapa sisik rontok setelah terken
Yao Ling menatap murka kearah Gandi Wiratama. "Apa kau benar-benar tega membunuh kawanmu ini?" tanya Yao Ling yang masih dikuasai oleh Ratih Kumala. Gandi tersenyum sinis."Sejak kapan kau menjadi kawanku? Dari awal semua adalah musuh. Kebetulan sekali kita bisa menjadi kawan saat ini. Tapi karena ada kau ditubuhnya, sekarang aku dan tubuh yang kau kendalikan ini adalah musuh..." kata Gandi."Kau benar-benar kejam ya...Aku suka itu...Sayang sekali, tubuhku sudah hancur. Butuh waktu lumayan lama membentuk tubuh itu kembali. Apakah kau mau menjadi suamiku setelah aku kembali terlahir?" tanya Ratih Kumala menggunakan tubuh Yao Ling. Gandi yang mendengar kalimat itu keluar dari seorang pria merasa mual dan muak."Bajingan keparat...! Lebih baik aku membinasakanmu sekarang juga..." ucap Gandi lalu melesat kearah Yao Ling. Pedang Guntur Saketi bergerak menebas. Yao Ling yang masih terluka di bagian perutnya segera mengerahkan kekuatan darah miliknya dengan meninju tanah dibawah kakinya.So
Gandi dan Dara mengikuti sosok roh senjata bernama Banyu Biru tersebut masuk ke dalam ruangan yang sangat luas. Bagi Dara Purbavati, itu adalah sebuah tempat yang penuh dengan kenangan saat dirinya masih bersama Empu Jagat Martapura. Namun bagi Gandi, ruangan dengan nuansa keemasan itu sangatlah luar biasa megah. Di dalam ruangan tersebut ada sepuluh pilar raksasa berjajar rapi dengan posisi lima di kanan dan lima di kiri dengan permadani hijau di tengah nya membentang sejauh puluhan tombak. Sepuluh pilar raksasa tersebut menopang bangunan raksasa yang merupakan ruangan inti dari Istana Abadi. Jika mengukur luas istana tersebut, bisa dikatakan sepuluh kali lebih besar dari keraton Kerajaan Naga Air milik Gandi. Dari kejauhan saja singgasana Empu Jagat tidak begitu terlihat. Selain karena jarak yang cukup jauh, juga ada semacam perisai menghalangi pandangan mata Gandi ke arah Singgasana yang berada di atas lantai istana dengan puluhan anak tangga tersebut."Luar biasa sekali...Pilar-p
Gandi melayang mendekati Pragasena dan tiga roh senjata yang menanti dirinya. Mereka berempat tersenyum melihat Raja Naga Air yang menenteng Pedang Naga Langit di tangan kanannya."Kau sungguh benar-benar berhasil mengalahkan kakak Sarasvati...!? Kau mengerikan anak muda!" seru Bolo Satrio begitu takjub melihat keberhasilan Gandi membawa Pedang Naga Langit di tangannya. Padahal sebelumnya dia merasa tak yakin pemuda itu bisa kembali hidup-hidup setelah bertemu Sarasvati, roh pedang Naga Langit yang dia kenal sebagai wanita yang begitu dingin dan kejam tanpa ampun. Kusumadewi, Dara Purbavati dan Pragasena sama-sama tersenyum dan menatap kearah Gandi. Ketiganya seolah mengisyaratkan bahwa mereka ingin mendengar cerita dari Gandi tentang bagaimana cara dia mengalahkan Sarasvati yang memiliki temperamen paling buruk di antara keenam senjata dewa ciptaan Empu Jagat Martapura selain Pedang Tak Berwujud.Dan Raja Naga Air itu pun memahami apa yang para roh senjata itu inginkan. Singkat ceri
Gandi memejamkan kedua matanya dan membiarkan Ki Ageng Samudra Biru mengambil alih tubuhnya. Saat itu juga, aura yang keluar dari tubuh Raja Naga Air itu berubah menjadi lebih kuat hingga berkali-kali lipat. Naga Langit yang merupakan Kaisar Long Yun menatap kearah Gandi dengan matanya yang menyala biru terang."Aura ini terasa sangat tak asing...Apakah itu kau, Biru?" tanyanya dengan suara yang besar padahal dia adalah Naga wanita. Gandi yang ada di dalam alam jiwa pun menjadi membayangkan seperti apa rupa dari wanita Naga tersebut. Tubuh Gandi yang saat itu dikuasai Ki Ageng Samudra Biru menyeringai kecil. Lalu dari dalam tubuhnya keluar aura Naga dengan ukuran yang luar biasa besar. Hampir lima kali lipat dari besarnya Naga Langit yang saat ini baru keluar separuhnya saja dari retakan ruang. Gandi pun berdiri di atas kepala naga raksasa tersebut sambil menatap Naga Langit dengan matanya yang juga menyala biru."Akhirnya kau menyadarinya. Lama tak jumpa, Long Yun," sahut Gandi. Ked
Kepala Naga berukuran sangat besar itu keluar dari retakan ruang yang semakin besar. Gandi yang melihat hal itu pun hanya bisa terperangah karena tak menyangka sama sekali, Sarasvati bisa melakukan hal sehebat itu padahal dia hanyalah seorang roh pedang."Gandi, itu adalah perwujudan Naga Kuno seperti diriku. Dia adalah Naga Langit, Kaisar Long Yun." kata Ki Ageng Samudra Biru di dalam alam jiwa Gandi."Kaisar Long Yun!? Kau mengenalnya?" tanya Gandi."Tentu saja aku mengenal semua Naga Kuno yang sepantaran dengan diriku. Tak kusangka, salah satu kenalan lama ku justru terkurung di tempat ini dan malah menjadi roh senjata temanku sendiri. Menyedihkan... Huh! Kenapa Empu Jagat merahasiakan hal ini dariku? Tapi sejujurnya aku sudah curiga sejak lama saat dia mengatakan bahwa dia telah membuat senjata bernama Pedang Naga Langit. Aku tak mengira, dia akan menggunakan jiwa dari Kaisar Long Yun untuk menjaga pedang tersebut. Aku belum tahu, bagaimana bisa dia mendapatkan Roh Kaisar Naga yan
Narashansa berkelit ke samping saat serangan datang menghujam. Lalu setelah Pedang itu lewat di sampingnya, dia pun melakukan serangan ke arah tubuh Sarasvati. Namun tiba-tiba tubuh wanita itu menghilang dan tahu-tahu sudah ada tepat di belakang tubuh Narashansa."Kau merepotkan saja!" umpat nya sambil mengayunkan pedang.Narashansa terkejut dan tak sempat untuk menghindar. Dia pun bertahan menggunakan Perisai petir miliknya. Meski sebenarnya dia tak yakin mampu menahan ayunan pedang kuat tersebut mengingat Gandi yang bertahan menggunakan Pedang Guntur Saketi saja jatuh ke bawah sana setelah dihantam aura pedang Naga Langit tersebut.Blaaarrrr!!!Ledakan menggelegar terdengar setelah pedang yang memiliki cahaya putih terang dengan semburat biru tua itu menghantam. Kening Narashansa nampak mengernyit menahan tekanan yang luar biasa dahsyat dari Pedang Naga Langit tersebut. Hingga akhirnya dia tak bisa lagi bertahan dari amukan Sarasvati.Tubuh Narashansa pun melayang jatuh menyusul Gan
Bebatuan yang hancur akibat terkena serangan tak terlihat itu menciptakan suara bergemuruh dahsyat. Gandi menatap semua itu dengan perasaan yang sedikit gelisah. Hal itu dikarenakan serangan sebesar itu tak disadari olehnya dan bahkan tak terasakan sama sekali hawa kedatangannya. Padahal dampak yang ditimbulkan dari serangan itu mampu menghancurkan puncak gunung batu yang ada di belakang sana."Sungguh mustahil...Bagaimana bisa aku tak merasakan aura kekuatan sebesar itu...? Apakah ini kemampuan sebenarnya dari Pedang Naga Langit?" batin Gandi."Sepertinya dia sudah tahu kedatangan kita. Padahal jarak dari tempat kita saat ini dengannya masih sangat jauh. Tapi dia bisa melancarkan serangan sekuat ini tanpa kau sadari sama sekali. Sepertinya, lawanmu kali ini lebih hebat lagi dibanding Bolo Satrio," kata Narashansa. Gandi menghela napas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan keras."Kenapa kau bisa merasakan serangan itu sedangkan aku tidak? Seandainya tak ada dirimu, mungkin aku akan
Gandi menatap kearah lereng gunung yang longsor akibat hantaman tubuh Bolo Satrio yang baru saja terkena pukulan darinya. Tangan pemuda itu pun bergerak kedepan. Dari dalam telapak tangannya muncul aura biru yang merupakan kekuatan air miliknya. Tangan air tersebut bergerak cepat memanjang dan masuk ke dalam sela-sela batu.Tubuh Bolo Satrio keluar dari dalam reruntuhan tanah dan Batu dalam keadaan mengenaskan. Zirah di tubuhnya hancur dan nampak luka yang parah pada bagian dadanya. Tangan air itu mencengkram lehernya dan menyeret roh senjata tersebut keluat dari reruntuhan."Apa kau sudah menyerah? Kau tak mungkin bisa menang melawanku," kata Gandi.Bolo Satrio yang merasa tak berdaya pun melepaskan Palu Naga Bumi hingga terjatuh ke tanah pertanda dia telah menyerah. Gandi pun melepaskan cengkraman tangan air miliknya pada leher pria besar tersebut lalu melompat di dekatnya. Pemuda itu menempelkan telapak tangan kanannya di bahu Bolo Satrio. Saat itu juga aura kuning keluar dari tang
Disaat Gandi tengah berbincang dengan Dewi Narashansa yang baru saja muncul dari dalam Pedang Guntur Saketi, Bolo Satrio yang sebelumnya terkena pukulan wanita tersebut melompat keluar dari dalam tanah yang mengubur dirinya. Wajahnya terlihat sangat marah dan tubuhnya pun nampak gosong di beberapa bagian akibat pukulan mengandung kekuatan petir dari Narashansa."Kau...Apakah kau juga roh senjata sama seperti diriku?" tanyanya sambil menunjuk kearah wanita buta yang ada di hadapan Gandi. Meski marah dan dendam, tapi rasa penasarannya terhadap sosok yang keluar dari dalam Pedang Guntur Saketi itu lebih besar. Narashansa pun menoleh lalu tersenyum."Tidak. Aku bukan roh seperti dirimu. Aku adalah janin Dewa yang baru saja terlahir tepat disaat pemilikku memanggil diriku. Sebagai seorang Roh Senjata, seharusnya kau tahu apa itu janin dewa bukan?" sahut Narashansa. Kedua mata Bolo Satrio nampak membesar mendengar jawaban dari wanita cantik dengan ikat kepala biru tersebut."Janin Dewa...?
Bolo Satrio dan Naga Bumi miliknya telah jatuh ke dalam cengkraman tangan air raksasa milik Gandi Wiratama. Keduanya meronta-ronta berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman tersebut. Namun mereka tak bisa melakukannya karena kekuatan air milik Gandi sangat besar dan sulit untuk ditembus. Yang ada Bolo Satrio justru menjadi semakin lemah karena terperangkap di dalam air. Sedangkan Naga Bumi tubuhnya mulai remuk karena remasan tangan raksasa tersebut."Menyerahlah dan aku akan lepaskan kalian!" kata Gandi sambil menatap mereka berdua yang terlihat tersiksa.Bolo Satrio yang mendengar hal itu merasa harga dirinya diremehkan dan mulai terlihat sangat marah. Tangan kirinya pun mengarah ke Naga Bumi yang hampir hancur karena cengkraman tangan air raksasa. Kedua mata pria itu nampak menyala keemasan."Kau pikir aku sudah kalah hah!?" geram pria besar tersebut lalu dari dalam telapak tangannya keluar sinar emas. Tiba-tiba tubuh pria itu lenyap dari dalam telapak tangan air tersebut membu