Aliran kekuatan es dari telapak tangan Bara Sena membuat pria itu memejamkan mata karena merasakan nyaman."Sudah beberapa hari aku merasakan sakit dan panas yang membuatku gelisah. Hampir semua tabib di dalam benteng tidak ada satu pun yang sanggup menyembuhkan luka ini. tapi kau berbeda dengan mereka. Aku sungguh beruntung...Tapi, kenapa dalam dua hari ini aku tidak melihat dirimu? Apakah kau orang yang baru datang ke benteng ini?" tanya pria tersebut.Bara tersenyum kecil."Lebih baik kau jangan banyak bicara dulu kisanak. Karena aku juga harus memusatkan pikiranku pada lukamu ini," kata Bara membuat pria itu terdiam. Matanya melirik kearah Zhou Yin yang seolah sibuk menata sesuatu lalu lirikan itu berpindah ke arah Sukma Geni yan tengah duduk sambil pura-pura menghitung bahan obat yang ada disana."Dua gadis ini sama-sama memiliki aura kecantikan yang luar biasa...Hm...Seandainya aku bisa memilikinya salah satu hehehe...Tapi, pria tua Bangka ini pasti tidak mengijinkan. Apa yang h
Nogo Ireng menatap tajam kearah Bara Sena yang saat itu tengah menyamar sebagai lelaki tua dengan pakaian rombeng."Pertanyaanmu dan tatapan matamu itu aku tidak suka. Apakah kau ingin menyalahkanku?" tanya Nogo Ireng balik membuat Bara hampir habis kesabarannya."Bajingan ini...dia tidak pernah merasakan hidupnya tertindas." batin Bara lalu tanpa berkata apa-apa lagi dia segera menyentuh pergelangan tangan Nogo Ireng. Akan tetapi tiba-tiba saja tangan kanan pria Naga itu mencengkram tangan Bara Sena sambil menatap tajam."Apa yang akan kau lakukan? Kau terlihat mencurigakan Dewa Obat!" tanya Nogo Ireng sambil mengerahkan tenaga dalam pada tangannya untuk menguji kemampuan Bara Sena. Aura hitam pekat keluar dari tangan Nogo Ireng. Bara Sena terlihat tenang dan dia pun segera mengalirkan kekuatan cahaya miliknya untuk melindungi seluruh tubuhnya dari racun yang tengah Nogo Ireng kerahkan."Cih! Jadi kau memiliki beberapa kekuatan untuk menahan racun ya? Pantas saja kau menjuluki dirimu
Wosssshhh!!!Api neraka milik Bara Sena membakar semua racun yang menyelimuti tubuh mereka berdua membuat semua orang terkejut termasuk Nogo Ireng yang tak menyangka sama sekali lawan memiliki kekuatan Api Neraka yang mampu menepis gelombang racun miliknya."Kau...! Siapa kau sebenarnya!?" tanya Nogo Ireng."Aku? Sudah aku katakan, aku adalah Dewa Obat...Apa kau tidak mendengarnya?" sahut Bara membuat amarah Nogo Ireng tersulut dan meledak."Bajingan kau! Aku tak akan segan-segan lagi membunuhmu!" teriak Nogo Ireng marah mendengar jawaban Bara yang menurutnya sangat tidak pantas. Tiba-tiba kedua telapak tangan Nogo Ireng yang semula mengepal terbuka dan langsung mencengkram pergelangan tangan Bara Sena. Lalu kemudian dengan kuat pria itu mengangkat Bara dan berniat membantingnya ke belakang.Tapi Bara sudah tahu lebih dulu apa yang akan dilakukan oleh lawannya. Dia pun menggunakan kedua kakinya untuk menendang dada Nogo Ireng dengan keras hingga tubuh pria Naga itu terpental dan terju
Bara Sena mendarat di atas arena sambil menatap tubuh Nogo Ireng yang sudah tak bernyawa. Semua orang yang ada disana sangat takjub sekaligus ngeri melihat kehabatan Bara dalam mengalahkan Nogo Ireng yang menjadi salah satu Pendekar andalan istana Kerajaan Naga.Nogo Lanang yang sempat tercengang selama beberapa saat terkejut saat Sukma Geni menyentuh pinggul nya."Ada apa?" tanya Nogo Lanang."Mana taruhannya? Nogo Ireng kalah maka plat emas itu menjadi milik guru kami," kata Sukma Geni. "Eh...Itu...""Lebih baik kau serahkan plat itu Nogo Lanang. Jika kau tak mau bernasib sama dengan Nogo Ireng," kata Bara dari atas arena membuat bulu kuduk Nogo Lanang merinding. Dia pun menyerahkan plat emas itu kepada Sukma Geni.Kabar pertarungan Nogo Ireng dan Dewa Obat pun merebak ke seluruh penjuru Kerajaan Naga. Bahkan pertarungan itu pun menggegerkan istana Kerajaan dimana tempat Nogo Ireng bekerja sebagai salah satu pejabat Istana meski bukan pejabat agung.Raja Nogo Awan yang mendengar ka
Bara Sena menatap kearah sosok yang tengah berdiri didepan sana. Itu adalah sesosok pria dengan wajah dingin tanpa ekspresi. Dia dikenal sebagai Nogo Banyu. Salah satu dari enam pejabat Agung di istana Naga. Di Kerajaan tersebut, enam Naga itu adalah Pilar Kerajaan Naga yang menjaga keutuhan Benteng tersebut."Siapa kau?" tanya Bara sambil menatap pria tersebut."Perkenalkan, aku adalah Nogo Banyu. Bawahan dari Paduka Raja Nogo Awan," kata pria bertanduk biru itu. Bara tersenyum kecil."Sungguh senang rasanya aku bisa melihat pejabat Agung di Kerajaan ini. Lalu, siapa lima orang yang bersembunyi dibalik pilar raksasa itu?" tanya Bara membuat mata Nogo Banyu membesar."Kau bisa mengetahui keberadaan mereka? Hmmhh...menarik sekali. Pantas saja Nogo Ireng kalah darimu. Kalian semua, Keluarlah!" ucap Nogo Banyu.Lima sosok yang bersembunyi pun keluar dari balik pilar raksasa. Bara dan dua wanita di belakangnya sama-sama terkejut melihat lima orang lainnya yang ternyata tak kalah kuat dari
Sukma Geni mencubit lengan pemuda yang tengah menyamar itu dengan gemas setelah mendengar jawaban dari Bara Sena yang malah bercanda disaat keadaan tengah tegang tersebut."Bodoh! Kalau mereka berlima menyerang, kita akan kewalahan. Jika aku bisa membangkitkan kekuatan yang disegel oleh ayah bukan hal yang sulit untuk mengalahkan mereka." kata Sukma Geni dengan bibir cemberut."Hahaha...Tak usah khawatir. Aku belum mengeluarkan semua kekuatan yang kumiliki. Melawan mereka yang berada diatas Ranah milikku sudah menjadi hal yang biasa. Tanyakan saja pada Zhou Yin, karena dia yang tahu orang seperti apa aku ini," kata Bara menenangkan perasaan Sukma Geni yang terlihat cemas. Wanita itu belum pernah merasakan cemas sama sekali seumur hidupnya kecuali saat itu karena kekuatannya yang tersegel dan ditekan hingga Ranah bawah."Benar kakak Sukma. Kau tak perlu khawatir. Kakak Bara sudah bertempur melawan banyak pendekar di atas Ranah nya. Bahkan dia berhasil mengalahkan Zhou Lin adikku saat d
Kedua mata Nogo Ayu menatap tajam kearah Sukma Geni yang baru saja mengerahkan kekuatan api aneh miliknya. "Dia berada di Ranah yang sama dengan Dewa Obat...Tapi entah mengapa aku merasakan kehadiran binatang buas dari dalam tubuh gadis kecil ini...Apakah dia menyimpan sesuatu yang mengejutkan seperti Dewa Obat? Ini semakin menarik...Aku akan menggali lebih dalam, siapa mereka bertiga sebenarnya," batin Nogo Ayu."Sepertinya kau sangat menggebu-gebu ingin bertarung. Kalau begitu, aku tidak akan segan untuk menghadapimu gadis kecil..." ucap Nogo Ayu lalu dia pun mengerahkan tenaga dalamnya hingga keluar aura putih keemasan dari dalam tubuhnya. "Gadis kecil katamu...? Kau tidak layak menyebutku dengan sebutan seperti itu selain ayahku...!" teriak Sukma marah dirinya disebut sebagai gadis kecil. Di dunia ini hanya tiga orang yang boleh menyebut dirinya sebagai gadis kecil. Yakni Batara Geni dan ibunya, Dewi Kematian Iyana Tunggadewi serta Raja Naga Long Wang yang pernah merawat dirinya
Semua mata tertuju pada tubuh Sukma Geni yang masih tengkurap diatas lantai setelah tubuhnya berhasil dilukai oleh Nogo Ayu dengan Cakar miliknya. Mengira wanita itu sudah mati, ternyata hal aneh muncul dari dalam lubang luka di punggung Sukma Geni. Itu adalah sebuah Kobaran api merah membara yang seketika membuat tempat tersebut serasa mendidih.Bara yang memiliki kekuatan api neraka pun merasakan hawa panas yang tak biasa dari Kobaran api milik Sukma Geni tersebut."Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah dia tengah melakukan sesuatu yang tak pernah ditunjukkan kepada orang lain?" batin Bara."Kakak, cepat gunakan pelindung cahaya dan Es milikmu untuk berjaga-jaga. Aku khawatir kalau kakak Sukma akan menciptakan ledakan kekuatan api dari dalam tubuhnya yang bisa saja menghancurkan tempat ini..." kata Zhou Yin sambil memegang tangan Bara.Pemuda itu pun menuruti permintaan sang istri dan segera membuat pelindung berlapis. Dia sendiri merasakan hal yang aneh dengan kekuatan Sukma Geni."A
Gandi dan Dara mengikuti sosok roh senjata bernama Banyu Biru tersebut masuk ke dalam ruangan yang sangat luas. Bagi Dara Purbavati, itu adalah sebuah tempat yang penuh dengan kenangan saat dirinya masih bersama Empu Jagat Martapura. Namun bagi Gandi, ruangan dengan nuansa keemasan itu sangatlah luar biasa megah. Di dalam ruangan tersebut ada sepuluh pilar raksasa berjajar rapi dengan posisi lima di kanan dan lima di kiri dengan permadani hijau di tengah nya membentang sejauh puluhan tombak. Sepuluh pilar raksasa tersebut menopang bangunan raksasa yang merupakan ruangan inti dari Istana Abadi. Jika mengukur luas istana tersebut, bisa dikatakan sepuluh kali lebih besar dari keraton Kerajaan Naga Air milik Gandi. Dari kejauhan saja singgasana Empu Jagat tidak begitu terlihat. Selain karena jarak yang cukup jauh, juga ada semacam perisai menghalangi pandangan mata Gandi ke arah Singgasana yang berada di atas lantai istana dengan puluhan anak tangga tersebut."Luar biasa sekali...Pilar-p
Gandi melayang mendekati Pragasena dan tiga roh senjata yang menanti dirinya. Mereka berempat tersenyum melihat Raja Naga Air yang menenteng Pedang Naga Langit di tangan kanannya."Kau sungguh benar-benar berhasil mengalahkan kakak Sarasvati...!? Kau mengerikan anak muda!" seru Bolo Satrio begitu takjub melihat keberhasilan Gandi membawa Pedang Naga Langit di tangannya. Padahal sebelumnya dia merasa tak yakin pemuda itu bisa kembali hidup-hidup setelah bertemu Sarasvati, roh pedang Naga Langit yang dia kenal sebagai wanita yang begitu dingin dan kejam tanpa ampun. Kusumadewi, Dara Purbavati dan Pragasena sama-sama tersenyum dan menatap kearah Gandi. Ketiganya seolah mengisyaratkan bahwa mereka ingin mendengar cerita dari Gandi tentang bagaimana cara dia mengalahkan Sarasvati yang memiliki temperamen paling buruk di antara keenam senjata dewa ciptaan Empu Jagat Martapura selain Pedang Tak Berwujud.Dan Raja Naga Air itu pun memahami apa yang para roh senjata itu inginkan. Singkat ceri
Gandi memejamkan kedua matanya dan membiarkan Ki Ageng Samudra Biru mengambil alih tubuhnya. Saat itu juga, aura yang keluar dari tubuh Raja Naga Air itu berubah menjadi lebih kuat hingga berkali-kali lipat. Naga Langit yang merupakan Kaisar Long Yun menatap kearah Gandi dengan matanya yang menyala biru terang."Aura ini terasa sangat tak asing...Apakah itu kau, Biru?" tanyanya dengan suara yang besar padahal dia adalah Naga wanita. Gandi yang ada di dalam alam jiwa pun menjadi membayangkan seperti apa rupa dari wanita Naga tersebut. Tubuh Gandi yang saat itu dikuasai Ki Ageng Samudra Biru menyeringai kecil. Lalu dari dalam tubuhnya keluar aura Naga dengan ukuran yang luar biasa besar. Hampir lima kali lipat dari besarnya Naga Langit yang saat ini baru keluar separuhnya saja dari retakan ruang. Gandi pun berdiri di atas kepala naga raksasa tersebut sambil menatap Naga Langit dengan matanya yang juga menyala biru."Akhirnya kau menyadarinya. Lama tak jumpa, Long Yun," sahut Gandi. Ked
Kepala Naga berukuran sangat besar itu keluar dari retakan ruang yang semakin besar. Gandi yang melihat hal itu pun hanya bisa terperangah karena tak menyangka sama sekali, Sarasvati bisa melakukan hal sehebat itu padahal dia hanyalah seorang roh pedang."Gandi, itu adalah perwujudan Naga Kuno seperti diriku. Dia adalah Naga Langit, Kaisar Long Yun." kata Ki Ageng Samudra Biru di dalam alam jiwa Gandi."Kaisar Long Yun!? Kau mengenalnya?" tanya Gandi."Tentu saja aku mengenal semua Naga Kuno yang sepantaran dengan diriku. Tak kusangka, salah satu kenalan lama ku justru terkurung di tempat ini dan malah menjadi roh senjata temanku sendiri. Menyedihkan... Huh! Kenapa Empu Jagat merahasiakan hal ini dariku? Tapi sejujurnya aku sudah curiga sejak lama saat dia mengatakan bahwa dia telah membuat senjata bernama Pedang Naga Langit. Aku tak mengira, dia akan menggunakan jiwa dari Kaisar Long Yun untuk menjaga pedang tersebut. Aku belum tahu, bagaimana bisa dia mendapatkan Roh Kaisar Naga yan
Narashansa berkelit ke samping saat serangan datang menghujam. Lalu setelah Pedang itu lewat di sampingnya, dia pun melakukan serangan ke arah tubuh Sarasvati. Namun tiba-tiba tubuh wanita itu menghilang dan tahu-tahu sudah ada tepat di belakang tubuh Narashansa."Kau merepotkan saja!" umpat nya sambil mengayunkan pedang.Narashansa terkejut dan tak sempat untuk menghindar. Dia pun bertahan menggunakan Perisai petir miliknya. Meski sebenarnya dia tak yakin mampu menahan ayunan pedang kuat tersebut mengingat Gandi yang bertahan menggunakan Pedang Guntur Saketi saja jatuh ke bawah sana setelah dihantam aura pedang Naga Langit tersebut.Blaaarrrr!!!Ledakan menggelegar terdengar setelah pedang yang memiliki cahaya putih terang dengan semburat biru tua itu menghantam. Kening Narashansa nampak mengernyit menahan tekanan yang luar biasa dahsyat dari Pedang Naga Langit tersebut. Hingga akhirnya dia tak bisa lagi bertahan dari amukan Sarasvati.Tubuh Narashansa pun melayang jatuh menyusul Gan
Bebatuan yang hancur akibat terkena serangan tak terlihat itu menciptakan suara bergemuruh dahsyat. Gandi menatap semua itu dengan perasaan yang sedikit gelisah. Hal itu dikarenakan serangan sebesar itu tak disadari olehnya dan bahkan tak terasakan sama sekali hawa kedatangannya. Padahal dampak yang ditimbulkan dari serangan itu mampu menghancurkan puncak gunung batu yang ada di belakang sana."Sungguh mustahil...Bagaimana bisa aku tak merasakan aura kekuatan sebesar itu...? Apakah ini kemampuan sebenarnya dari Pedang Naga Langit?" batin Gandi."Sepertinya dia sudah tahu kedatangan kita. Padahal jarak dari tempat kita saat ini dengannya masih sangat jauh. Tapi dia bisa melancarkan serangan sekuat ini tanpa kau sadari sama sekali. Sepertinya, lawanmu kali ini lebih hebat lagi dibanding Bolo Satrio," kata Narashansa. Gandi menghela napas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan keras."Kenapa kau bisa merasakan serangan itu sedangkan aku tidak? Seandainya tak ada dirimu, mungkin aku akan
Gandi menatap kearah lereng gunung yang longsor akibat hantaman tubuh Bolo Satrio yang baru saja terkena pukulan darinya. Tangan pemuda itu pun bergerak kedepan. Dari dalam telapak tangannya muncul aura biru yang merupakan kekuatan air miliknya. Tangan air tersebut bergerak cepat memanjang dan masuk ke dalam sela-sela batu.Tubuh Bolo Satrio keluar dari dalam reruntuhan tanah dan Batu dalam keadaan mengenaskan. Zirah di tubuhnya hancur dan nampak luka yang parah pada bagian dadanya. Tangan air itu mencengkram lehernya dan menyeret roh senjata tersebut keluat dari reruntuhan."Apa kau sudah menyerah? Kau tak mungkin bisa menang melawanku," kata Gandi.Bolo Satrio yang merasa tak berdaya pun melepaskan Palu Naga Bumi hingga terjatuh ke tanah pertanda dia telah menyerah. Gandi pun melepaskan cengkraman tangan air miliknya pada leher pria besar tersebut lalu melompat di dekatnya. Pemuda itu menempelkan telapak tangan kanannya di bahu Bolo Satrio. Saat itu juga aura kuning keluar dari tang
Disaat Gandi tengah berbincang dengan Dewi Narashansa yang baru saja muncul dari dalam Pedang Guntur Saketi, Bolo Satrio yang sebelumnya terkena pukulan wanita tersebut melompat keluar dari dalam tanah yang mengubur dirinya. Wajahnya terlihat sangat marah dan tubuhnya pun nampak gosong di beberapa bagian akibat pukulan mengandung kekuatan petir dari Narashansa."Kau...Apakah kau juga roh senjata sama seperti diriku?" tanyanya sambil menunjuk kearah wanita buta yang ada di hadapan Gandi. Meski marah dan dendam, tapi rasa penasarannya terhadap sosok yang keluar dari dalam Pedang Guntur Saketi itu lebih besar. Narashansa pun menoleh lalu tersenyum."Tidak. Aku bukan roh seperti dirimu. Aku adalah janin Dewa yang baru saja terlahir tepat disaat pemilikku memanggil diriku. Sebagai seorang Roh Senjata, seharusnya kau tahu apa itu janin dewa bukan?" sahut Narashansa. Kedua mata Bolo Satrio nampak membesar mendengar jawaban dari wanita cantik dengan ikat kepala biru tersebut."Janin Dewa...?
Bolo Satrio dan Naga Bumi miliknya telah jatuh ke dalam cengkraman tangan air raksasa milik Gandi Wiratama. Keduanya meronta-ronta berusaha untuk melepaskan diri dari cengkraman tersebut. Namun mereka tak bisa melakukannya karena kekuatan air milik Gandi sangat besar dan sulit untuk ditembus. Yang ada Bolo Satrio justru menjadi semakin lemah karena terperangkap di dalam air. Sedangkan Naga Bumi tubuhnya mulai remuk karena remasan tangan raksasa tersebut."Menyerahlah dan aku akan lepaskan kalian!" kata Gandi sambil menatap mereka berdua yang terlihat tersiksa.Bolo Satrio yang mendengar hal itu merasa harga dirinya diremehkan dan mulai terlihat sangat marah. Tangan kirinya pun mengarah ke Naga Bumi yang hampir hancur karena cengkraman tangan air raksasa. Kedua mata pria itu nampak menyala keemasan."Kau pikir aku sudah kalah hah!?" geram pria besar tersebut lalu dari dalam telapak tangannya keluar sinar emas. Tiba-tiba tubuh pria itu lenyap dari dalam telapak tangan air tersebut membu