Topeng Kaca
Dunia bergerak lincahBersujud dalam tangis, mengaduhWaktu berkeliling mengedarMencela mana-mana yang tidak senantiasaTersenyumlah meski langit mencengkram
Tertawalah meski guntur menangkapTidak mengapa jika kau angkuh, sudah cukupLaksana terang bulan
Bercahaya lebih dari bintangBerapa lama sosoknya ada, tidak terhinggaKacanya retak, tidak lagi berbentuk
Topeng kaca agung yang selalu dipujaMenutup wajah, menahan air mataTidak ada Tuhan
Hanya ada aku dan dosaTerlalu jalang bahkan untuk kata surgaTopeng kaca yang retak
Tidak lagi tersusunMenampakkan manusia dengan sisa napasnyaTopeng Kaca
Dunia bergerak lincahBersujud dalam tangis, mengaduhWaktu berkeliling mengedarMencela mana-mana yang tidak senantiasaTersenyumlah meski langit mencengkram
Tertawalah meski guntur menangkapTidak mengapa jika kau angkuh, sudah cukupLaksana terang bulan
Bercahaya lebih dari bintangBerapa lama sosoknya ada, tidak terhinggaKacanya retak, tidak lagi berbentuk
Topeng kaca agung yang selalu dipujaMenutup wajah, menahan air mataTidak ada Tuhan
Hanya ada aku dan dosaTerlalu jalang bahkan untuk kata surgaTopeng kaca yang retak
Tidak lagi tersusunMenampakkan manusia dengan sisa napasnyaSpring Roam Sepasang manik itu menatap, pada bunga, pada makhlukBegitu cantik, begitu indahKelopak warna-warni yang dibentuk sempurna menyerupai wajah Daun yang meliuk lembut selembut gerakanSedikit juga tidak membuat penat, terlalu indah Aroma menyebar, semerbak Memenuhi luas padang rumput dengan bunganyaGadis yang seperti bunga, terlalu elok untuk dilewatkan Apa dengan kata?Tidak dengan kata?Semesta mengetahuinya, namun pasang mata hanya tahu ia merampasnya Ia rampas cahaya dari bumiIa rampas hangat dari apiIa rampas kehidupan dari dewiTurun, tenggelam, menghilang Teriakan pecah, gaduh hingga gersangDimana dewi?Tanah retak, angin keringDimana semi? Gelap!Penguasa gelap!Gelap menelan semi, merampas hangatGelap begitu mengasihinya, begitu mencintainyaPada malam, pada kematian, ia hanya mampu mengatakan Para nimfa menangis, meraungMenyesali kepergian
The Cliffhanger Matahari tenggelam, tertelan kelam.Mendung dituang tertutup awan datang.Aksara bisu yang digulung hingga tak lagi berseru, mati.Bola mata kaca, bibir merona tak dipulas.Menjerat jiwa tanpa ambang yang jelas, luka.Dia tak mati.Terlepas dari kehidupan keji, terkutuk tanpa belas kasih.Darah merah, ia bukan lagi manusia.Pada tiap-tiap purnama menggoda wanita.Dia inginkan mati.Pemuja dosa yang dambakan nirwana, enggan.Wajah yang terpatri tak lagi tampak.Salah cermin yang sudah retak.Dia tak dapatkan mati.Balok-balok kayu tersusun, rapi.Matanya terlelap dalam peti mati.Bergulir biarkan waktu berputar, tak berani menentang.Tanya yang tak terjawab hingga kehancuran datang.
Book 1 "Aku melihatnya sendiri dan itu benar-benar luar biasa! Dia berjalan di dinding gedung begitu saja! Apa dia pria laba-laba yang sedang populer i ... Ray? Kau mendengarkanku, 'kan? 'kan?" Beritahu aku bagaimana caranya agar aku tidak mendengarkanmu saat kau bicara dengan suara yang begitu keras?Beritahu aku bagaimana caranya agar aku bisa melepaskan tanganmu yang sibuk menarik kerah seragamku? Aku tidak mengerti, anak perempuan ini berusaha bicara denganku atau sedang merampok? Kulirik anak perempuan berambut cokelat muda di hadapanku, tatapannya tertuju padaku, penuh curiga. "Dengar, tentang pria laba-laba, 'kan? Aku dengar semuanya dari awal hingga akhir. Karena itu bisa kau ... " Brak- Mejanya.Mejanya retak. Anak perempuan ini memukul meja sampai retak begini, padahal aku yakin meja di sekolah terbuat dari kayu kualitas terbaik.Aku menelan ludah, perlahan menatap ke arah perempuan yang masih berada
Page 2 . Savior *** "Apa kalian merasakan kehadirannya?" "Awalnya aku merasa ragu, tapi semakin jelas dan semakin jelas. Ini sudah pasti 'dia', 'dia' yang menghilang dua tahun yang lalu." "Aku mengira dia adalah pemimpin baru kita, dia adalah yang terkuat! Lalu bagaimana bisa ... " "Terlalu banyak rahasia mengelilinginya. Dan hanya dengan menduga-duga, tidak akan membantu apapun. Aku akan mengunjungi pemimpin baru kita, juga bertatap muka dengan Savior." "Callahad, jangan membuat masalah." "Kalian yang hidup dan bercampur dengan manusia, yang membiarkan kekacauan terjadi, tidak berhak memberiku nasihat sama sekali." *** Sialan.Aku tidak menduga aku akan kalah dari penjual daun bawang, bagaimana bisa aku membeli dengan harga semahal ini!? Paman itu sudah memperdayaiku, apalagi
Page 3 . New King "Ketika kita bertemu kembali, bagaimana aku harus menghadapimu? Dengan diam, tangisan atau hunusan pedang?" *** Belum sempat aku mengerjapkan mata pria di sebelahku sudah bergerak secepat angin, penglihatanku tidak bisa menangkap bayangnya, terlalu cepat. Detik berikutnya yang aku dengar adalah suara desingan benda logam seperti memotong udara. Pria dengan badan besar yang menggertak beberapa saat lalu tersungkur menghantam aspal. Pria itu mengerang kesakitan menutupi bagian dadanya dengan sebelah tangan. Darah! Pria berbadan besar itu berdarah!Ada banyak darah yang mengalir dari celah tangannya! Aku tidak tahu harus merasa takut atau merasa lega. Tapi, jika pria aneh maksudku, Limmerence ini tidak datang, pastinya aku yang ada di aspal dengan lumuran darah. "Saya minta maaf jika saya sedikit keras, tapi saya pastikan kau masih hidup, setidaknya." "
Page 4 . A Reason "Akan kemana kau pergi? Seberapa besar pengorbanan yang akan kau berikan? Tidak ada yang benar-benar mencari sosok pahlawan, apalagi sosok peri. Hanya seseorang yang akan berjuang untuk hidupnya." *** "Saya akan menjawab pertanyaan Anda sejelas mungkin." Jantungku benar-benar berdebar, bukan, bukan karena aku berubah kesukaan, aku tetap suka perempuan. Tolong jangan salah paham, aku perlu garis bawahi kalimat jangan salah pahamnya. Aku berdebar karena masih tidak percaya dengan apa yang aku lalui kemarin. Aku masih tidak percaya jika aku bisa berdiri dan berbicara langsung dengan salah satu makhluk suci, makhluk yang di ciptakan sang bijaksana. "Pertama-tama, aku ingin pastikan. Apa kau benar-benar Limmerence?" Maksudku, aku tidak pernah lihat Limmerence sebelumnya. Apa memang Limmerence itu harus memakai topeng yang terbuat dari kayu untuk menutupi waja
Page 5 . Power and Mask *The aristocrat mask : The character with the most power, and therefore the object of extreme mockery in the plays. The eyes are painted closed, with deep dark eyebrows and wrinkles surrounding them. The chin is a separate piece from the top of the mask, and the actors can lean forward and back to make the mask smile or frown as needed.* *** Savior memintaku menatapnya dengan fokus dan penuh konsentrasi seolah aku sedang menatap pengumuman pemenang lotere bulan ini. Jangan lihat topengnya Rayshane, lihat apa yang ia lakukan, jangan topengnya atau dia akan membelahmu jadi dua.Perlahan tatapan mataku melebar saat melihat tangan kanannya mengeluarkan gumpalan cahaya berwarna hitam, lalu merambat menyelimuti jemari hingga lengan sampai ke bahu. Sesaat aku berpikir aku sedang melihat jurus petir terkenal ninja mata sebelah itu, ternyata
Page 6 . Neighbor "Jika saat itu aku tidak lari, apa semuanya akan lebih baik? Jika saat itu aku tidak buta, apa kau tidak akan mati?" *** "Apa yang kau sembunyikan? Kau tahu, aku ini bukan orang yang sabar. Jika kau tidak beritahu aku sekarang, aku bisa cari tahu sendiri. Dan itu, akan jadi lebih buruk." Diaval menatapku dengan tatapan seriusnya, aku tahu, bukan aku tidak tahu. Aku lebih dari tahu bagaimana sifat orang ini, aku tahu bagaimana sukanya dia mengurusi urusan orang lain. Bukan, aku bukan sedang menjelek-jelekkannya, aku hanya menjelaskan. Aku menghela napas berat, aku tidak tahu harus mulai dari mana. "Bukan seperti itu, hanya saja, aku masih belum bisa mengatakannya padamu. Aku jelas akan katakan padamu tentang masalah yang aku lalui, tapi tidak sekarang. Aku harap kau mengerti." Aku hanya bisa menundukkan kepala tanpa menatapnya, aku tidak tahu wajah macam apa yang ia tunjukkan
Di suatu hari tanpa sengaja Di suatu hari tanpa sengaja senja menghampiri kau dan aku.Kau berdiri, tegak kulihat.Aku duduk, gemetar. Di suatu hari tanpa sengaja teriakan itu terdengar.Siapa? Aku jawabmu.Kau takut dan aku ragu. Di suatu hari tanpa sengaja hujan datang.Kau bilang hari akan cerah, kau bilang matahari akan bersinar.Salah, aku yang percaya, bukan kau yang mengatakannya. Di suatu hari tanpa sengaja aku melihatmu berlari.Tidak begitu cepat, tapi tidak kukejar.Ada apa? Bukan begitu.Aku berdiri, gemetar. Di suatu hari tanpa sengaja kita kembali berdiri di tempat yang sama.Angin berbisik, memintaku pergi.Kau duduk, tegap. Di suatu hari tanpa sengaja senja menghampiri kau dan aku.Kau tidak lagi berdiri dan aku tidak lagi duduk.Di tanah lapang, di bawah matahari yang tenggelam.Kau matahari dan aku hujan.
Page twenty four - Ending "Kenapa kehidupan beranjak dari gelap?""Ia ingin lebih baik, katanya." *** Dua makhluk yang ditinggalkan itu tidak saling bertanya, tidak saling menatap hanya diam menghabiskan waktu di antara mereka. Hingga malam pun terlewat, menjelang pagi dengan matahari yang muncul seolah tidak terjadi apa-apa. Sepasang mata terasa lelah, Limmerence yang ikut berjaga semalaman itu melewatkan salam pertamanya pada pimpinan baru mereka. Tidak apa pikirnya, ia dapat tugas yang lain dari raja. Sementara sepasang mata yang lain tidak mau tertutup, ia tetap memaksa untuk terjaga. Tidak tahu apa dan tidak tahu kenapa, seakan dia yang belum menerima kenyataan yang ada. Benarkah? Benarkah yang terjadi? Ia selalu menanyakan hal yang sama, ia selalu bertanya pada dirinya sendiri tanpa bisa menjawab. "Semuanya sudah berlalu. Sudah lewat, sudah terjadi. Seperti katanya, jika kau memen
Page twenty three - In Between "Kenapa kehidupan beranjak dari gelap?""Ia ingin lebih baik, katanya." *** "Aku tidak akan minggir, aku juga tidak akan ragu untuk menghentikanmu. Tuanku sudah memberi perintah, ia yang akan memberi hukuman pada Bellial." Dammian menatap lurus pada sosok yang sama dengannya, sosok Doppelganger, perwujudan dari kekuatan yang di anugerahkan pada Savior dan Bellial. Judas diam, tidak ia menjawab tidak juga ia bergerak seolah ia yang tidak menolak keputusan yang Savior buat. "Judas, aku tahu. Aku tahu kau merasa sedih karena tuanmu, aku tahu kau ingin dia bahagia lebih dari siapa pun. Aku tahu jika kau, benar-benar peduli padanya, tapi jika kau diam, kau tidak akan pernah bisa menyelamatkannya." "Tuanku, tidak seperti tuanmu Dammian. Dia tidak pernah menganggapku sebagai teman atau saudara, dia hanya menganggapku sebagai alat. Aku adalah senjatanya, kekuatannya, hanya itu. Aku t
Page twenty two - The Truth "Aku menembakkan peluru ke kepala yang harusnya aku lindungi dengan topi, dan aku membiarkan diriku tertabrak agar aku dibawa lari." *** "Callahad ... " Suara itu terdengar tenang, tidak bernada tinggi tidak juga bernada takut seperti sebelumnya. Seolah yang berdiri di hadapan tiga makhluk tersebut adalah orang yang tidak lagi sama. "Rayshane?" Diaval menatap pria yang ada di hadapannya, memastikan jika pria ini benar-benar saudaranya, benar-benar orang yang ia kenal sejak ia kecil. "Maaf ... saya tidak bermaksud membohongimu selama ini. Tetapi, saya tidak pernah benar-benar berbohong. Saya memperlakukanmu sebagaimana saya, sebagaimana saya yang menjalani kehidupan baru. Saya hanya meminjam nama itu." Pria yang seharusnya ketakutan dan menangis itu kini menatap Diaval dengan tatapan sulitnya, nada bicaranya tenang dan terasa asing untuk Diaval. Sementara makhluk yang Diaval yak
Page twenty one - Salvation "Rayshane, kenapa kau ini pelit sekali? Bukankah kalau kau kehabisan uang, kau bisa minta pada heirs brutal itu?" "Aku tidak pelit tapi perhitungan. Coba berkaca, kau itu menghabiskan makanan pokokku untuk satu minggu dalam satu hari!" *** Aku berlari, yang aku tahu aku harus menemukan Callahad. Aku berlari dan tidak sekali pun menoleh ke belakang. Tidak juga kudengarkan teriakan Savior ataupun Diaval yang mencoba menghentikanku. Bagaimana ini?Bagaimana ini? Ada yang tewas, ada yang tiada. Bagaimana ini?Semuanya karena aku, semuanya terjadi karena aku yang tidak berguna. Harusnya aku menyerah saja sejak dulu. Harusnya aku mati saja, harusnya aku saja yang mati. Callahad! Langkah kakiku terhenti, aku hampir tersungkur jika bukan karena Savior yang menangkap salah satu lenganku. Di belakangnya Cassian dan Diaval menyusul. "Tuan ... "
Page twenty - World Behind Aku bertindak terlalu jauh saat mencintaimu, aku bertindak terlalu jauh saat aku mencium tanah yang bekas kau injak, aku bertindak terlalu jauh menunggu mata kita saling menatap. *** Aku masih menunggu Savior, sudah tiga puluh menit berlalu dan dia belum muncul juga. Aku tahu Savior jauh lebih kuat dari Callahad, jadi, tidak mungkin Savior kalah, 'kan? Aku menggigiti bibir bawah karena gugup, mengingat malam semakin gelap dan angin semakin dingin. Aku sengaja fokus menatap dua kakiku, memperhatikan bagaimana bentuk jari kaki, kuku juga sepasang sandal yang sudah aku pakai sejak tiga tahun lalu. Bukan menghemat, tapi sandal ini sandal keberuntungan. Kenapa Savior lama sekali? Apa dia sengaja? Apa dia meninggalkanku karena marah? "Tuan?" Aku terlonjak, hampir saja aku memukul makhluk yang memanggilku dengan balok kayu. "Savior ... hah. Astaga, kau tidak bisa ya muncul dengan normal?
Page nineteen - Bellial "Seorang Limmerence tidak dianjurkan untuk menikah. Aku hanya melakukan tugasku, aku tidak bisa." "Aku tidak memintamu menikah dan hidup denganku, aku memiliki calon suami. Aku tahu aku dianggap jelek karena tidak bisa menerima calon suamiku, tapi Bellial, bukankah cinta itu tidak bisa dipaksakan?" *** "Tuan, tuan jangan begini." "Diam! Diam! Diam kataku!" Limmerence yang tengah kehilangan kendalinya tersebut melemparkan barang yang ada di dekatnya, sedikit pun, Judas tidak mengelak. Ia menerima dengan baik setiap kekesalan dan kemarahan tuannya. Ia adalah bagian dari diri tuannya, ia tidak bisa menolak apa-apa yang tuannya berikan termasuk pukulan dan cacian. Sudah dua jam Bellial mengamuk dan berteriak seperti orang gila, sudah dua jam ia melemparkan barang dan senjata pada Judas. Ia terduduk di lantai, wajahnya memerah karena emosi, tapi, tidak ada yang bisa ia lakukan. Bellial merasa lump
Page eighteen - Hate Tujuan manusia itu sama, meski beberapa di antaranya tidak melalui jalan kebaikan. *** "Tuan." Suara menggema itu menyadarkannya dari lamunan. Pria yang sudah berhari-hari diam ini menoleh pada bagian dari dirinya yang lain, pada kekuatannya, pada lawan dari dirinya, doppelganger miliknya - Dammian. "Kau menemukanku." Pria itu tersenyum tapi tidak terasa tersenyum, hanya otot bibirnya yang ditarik. "Tuan, tuan tidak akan bergerak? Bellial ... " "Aku tahu, aku tahu Bellial mulai bertingkah aneh. Maksudku, dia memang aneh sejak awal aku mengenalnya, he he. Hah. Tapi dia jadi tidak seperti dirinya. Dia tidak mau bercerita padaku tentang apa yang terjadi, meski aku memaksanya, meski aku mengganggunya, dia tetap tidak mau bercerita." "Tuan, sampai kapan tuan akan menutup mata? Sampai kapan tuan akan menganggap semuanya masih bisa diatasi dengan kata? Tuan ingin sampai seperti apa?"
Page seventeen - Dried Flower I still remembered we both lived here before. At the time we left from work and met here by sunset.I missed the days but I still remembered the place where we set apart.The hills around were beautiful. But you were gone with the wind. Though we came to the world together, you left already. - Ghost Tales *** " ... vior? Savior? Savior!" Suara nyaring itu seketika membangunkannya dari tidur siang, sepasang mata yang tadinya tengah terpejam dan menikmati embusan angin terbuka paksa untuk melihat siapa yang datang. Pria dengan rambut panjang hitam itu menatap lurus pada seorang gadis, gadis dengan wajah cantiknya yang bersinar seperti matahari. Terlalu terang menurutnya. Si pria masih diam, masih ia menatap pada helai rambut berwarna kayu jati itu diterpa angin, sahabatnya. "Aku mencarimu sejak tadi, ternyata kau ada di sini. Menyebalkan, kau ini meman