Page 5 . Power and Mask
*The aristocrat mask : The character with the most power, and therefore the object of extreme mockery in the plays. The eyes are painted closed, with deep dark eyebrows and wrinkles surrounding them. The chin is a separate piece from the top of the mask, and the actors can lean forward and back to make the mask smile or frown as needed.*
***
Savior memintaku menatapnya dengan fokus dan penuh konsentrasi seolah aku sedang menatap pengumuman pemenang lotere bulan ini.
Jangan lihat topengnya Rayshane, lihat apa yang ia lakukan, jangan topengnya atau dia akan membelahmu jadi dua.
Perlahan tatapan mataku melebar saat melihat tangan kanannya mengeluarkan gumpalan cahaya berwarna hitam, lalu merambat menyelimuti jemari hingga lengan sampai ke bahu.Sesaat aku berpikir aku sedang melihat jurus petir terkenal ninja mata sebelah itu, ternyata bukan, sebenarnya aku kecewa tapi lebih baik diam saja sebelum Savior benar-benar menyetrumku sampai mati.
"Savior, tanganmu ... baik-baik saja? Apa sakit? Apa itu kemampuan yang ingin kau tunjukkan padaku?"
Aku ragu dia merasa sakit atau tidak, tapi karena wujudnya manusia lebih baik aku tanyakan. Aku ingin jadi pemimpin yang perhatian setidaknya, bukan berarti aku menerima hal ini dengan lapang dada! Belum!
"Tidak, ini tidak terasa sakit sama sekali ... untuk saya."
Kami saling bertatapan, sesuatu yang hitam itu masih menyelimuti lengannya, dan aku curiga pada jeda dalam kalimatnya.
Beberapa menit setelah bergelut dengan rasa curiga, aku bisa melihat jemari Savior yang terlapis benda hitam itu berubah bentuk, seperti dia yang sedang menggunakan sarung tangan? Jemarinya memanjang dan ujungnya tajam, siap untuk mengoyak dan memotong musuh yang membahayakan. Siap juga untuk memotong leherku jika aku semakin tidak berguna.
"Tuan, perhatikan tangan saya. Ini adalah bagian dari imajinne, imajinne adalah jenis senjata yang digunakan baik oleh Limmerence ataupun heirs. Semakin kuat konsentrasinya, semakin kuat juga imajinne yang bisa mereka ciptakan. Imajinne yang sedang saya tunjukkan sekarang tipe yang cukup sulit, karena membutuhkan banyak sekali tenaga dan konsentrasi. Pecah sedikit saja, senjata kita bisa tiba-tiba hilang, resikonya besar, tetapi penggunaannya jauh lebih menguntungkan. Begitu juga dampak yang ditimbulkan, lebih besar dan kuat."
Aku mengangguk.
Aku mencoba mengerti, hasil akhirnya nanti saja. Yang penting Savior menganggapku mengerti. Aku masih melihat lengannya baik-baik, karena dia tidak minta aku melihat matanya, jadi aku yakin ini bukan hipnotis atau tipuan seperti di televisi."Lalu, tipe yang paling mudah? Apa?"
Aku menatap Savior, menurut pengalamanku selama menjadi murid, seorang guru paling menyenangi murid yang bertanya. Selama ini aku selalu mewakilkannya pada teman-teman, tapi karena sekarang hanya ada aku dan Savior, aku akan bertanya.
"Imajinne tipe benda, tuan hanya harus berkonsentrasi dan memikirkan benda atau senjata yang akan tuan gunakan. Seperti pedang yang saya gunakan kemarin, atau pisau yang digunakan wanita itu kemarin."
"Lalu, bagaimana dengan laki-laki satunya? Aku tidak melihat dia gunakan senjata atau melihat tangannya berubah jadi senjata. Apa itu berbeda lagi?"
Jika kami berada dalam kelas, aku sudah pasti jadi pusat perhatian kali ini. Tapi aku sungguh penasaran, bukan hanya karena cari perhatian atau cari aman.
"Seperti Zarkesh? Dia heirs dengan tipe penyatuan, dalam arti senjatanya adalah dirinya sendiri. Dia berkonsentrasi pada kemampuannya sendiri, dia mengalirkan semua tenaga dan pikirannya dalam otot dan tulang. Hingga tidak ada senjata yang muncul melainkan kekuatan yang benar-benar kuat. Namun, penggunaan imajinne tipe ini, resikonya benar-benar besar, pertahanannya juga sedikit sekali. Saya sangat tidak menyarankan tuan mempelajari hal ini."
Savior menggeleng perlahan dengan senyuman lebar, aku tidak tahu bagaimana dia menatapku, tapi aku yakin saat ini dia sedang sombong. Aku tidak mengatakan dia tidak pantas untuk sombong, dia pantas, pantas sekali malah. Tapi kesal pada orang yang tidak rendah diri itu, normal 'kan?
Aku mengangguk lagi, tapi kali ini menatap tanganku sendiri. Merasa tidak yakin jika aku bisa mempelajari salah satunya.
"Apa aku bisa?"
Aku tidak sengaja bergumam penuh putus asa begitu, aku bermaksud bicara sendiri sebenarnya karena tidak ingin Savior mendengar. Kalau dia mendengar, dia pasti akan memarahiku lagi habis-habisan.
"Tuan, tuan jangan putus asa. Tuan hanya butuh dukungan, karena itu saya ada di sini."
Savior menepuk pundakku pelan, aku merasa lega mendengarnya, juga merasa buruk saat memikirkan yang tidak-tidak tentangnya barusan. Aku tersenyum dan menatapnya yang semakin mendekat ke arahku, aku bisa mendengar suaranya pelan di telinga, dia berbisik rupanya.
"Tuan akan mati dengan cepat jika tidak menguasai imajinne segera. Saya tidak bisa bayangkan bagaimana jadinya jika kita diserang oleh puluhan heirs. Jadi, ayo mulai latihannya."
Sang bijaksana yang agung, pukul anakmu ini karena bicara sembarangan beberapa saat lalu. Sang bijaksana yang agung, apa Anda tidak salah mengirimkan penjaga pada saya? Apa makhluk ini adalah iblis dan bukanlah Limmerence?
Sang bijaksana, bantu anakmu ini.
***
Aku berlatih dari pagi hingga sore hari, sampai aku lupa aku belum belanja bahan makanan hari ini.
Sekarang tanganku benar-benar sakit, pikiranku juga lelah, aku ingin tidur tapi aku lapar.
Kenapa aku begitu menderita? Saat di sekolah aku juga belajar berkonsentrasi, tapi rasanya tidak seletih ini. Apa karena sepanjang aku melatih konsentrasiku guru tidak pernah sengaja menancapkan pedangnya tepat di hadapanku agar aku tidak tertidur?Atau karena guru tidak pernah memukul lenganku dengan penutup pedang saat aku mulai ingin berhenti ketika push-up?
Iya tentu saja!Guru mana yang berani melakukan itu pada muridnya!?
Hanya si brengsek ... maksudku, hanya makhluk suci Limmerence bernama Savior itu saja yang berani.*Cling-*
Suara ini.
Tidak salah lagi. Suara yang sangat aku kenal, suara ini!Suara uang receh yang jatuh!
Aku segera berbalik dan menangkap benda bulat keemasan dengan nilai mata uang di salah satu sisinya.Dapat. Bakatku memang luar biasa."Masih penggila uang?"
Aku mendongak sedikit, menatap sosok laki-laki dengan pakaiannya yang sangat tidak rapi, kemeja hilang kancing, lengan digulung sebelah dan celana robek.
"Diaval? Kau sudah kembali?"
Aku menghela napas, laki-laki ini adalah tetanggaku sekaligus orang yang sering membantuku dalam finansial. Meski cara berpikirnya aneh dan aku tidak tahu jenis pekerjaannya, laki-laki dengan rambut berwarna hijau gelap dengan bola mata senada ini benar-benar baik padaku.
"Baru kemarin, aku memutuskan untuk jalan-jalan hari ini, aku tidak melihatmu seharian. Aku pikir kau sekolah, ternyata kau di sini, ada hal aneh yang terjadi selama aku pergi?"
"Tidak ada, hal aneh apa? Hanya ada Li ... "
Kata-kataku terhenti.
Aku tidak bisa bilang pada laki-laki ini jika ada Limmerence di rumahku dan sekarang aku adalah pimpinan baru mereka!Aku harus bagaimana!?Page 6 . Neighbor "Jika saat itu aku tidak lari, apa semuanya akan lebih baik? Jika saat itu aku tidak buta, apa kau tidak akan mati?" *** "Apa yang kau sembunyikan? Kau tahu, aku ini bukan orang yang sabar. Jika kau tidak beritahu aku sekarang, aku bisa cari tahu sendiri. Dan itu, akan jadi lebih buruk." Diaval menatapku dengan tatapan seriusnya, aku tahu, bukan aku tidak tahu. Aku lebih dari tahu bagaimana sifat orang ini, aku tahu bagaimana sukanya dia mengurusi urusan orang lain. Bukan, aku bukan sedang menjelek-jelekkannya, aku hanya menjelaskan. Aku menghela napas berat, aku tidak tahu harus mulai dari mana. "Bukan seperti itu, hanya saja, aku masih belum bisa mengatakannya padamu. Aku jelas akan katakan padamu tentang masalah yang aku lalui, tapi tidak sekarang. Aku harap kau mengerti." Aku hanya bisa menundukkan kepala tanpa menatapnya, aku tidak tahu wajah macam apa yang ia tunjukkan
Page 7 . Hideous Man "A Secret, makes a human, human." *** Dalam satu entakkan Diaval sudah bergerak mendekat, mengarahkan moncong senjatanya pada Savior dan menarik pelatuknya. Tidak ada manusia yang bisa menghindar dalam tembakan jarak dekat yang begitu tepat, namun lawan main Diaval kali ini adalah Limmerence. Diaval sudah seharusnya cukup puas ketika badan pelurunya hanya menggores lengan pakaian sang makhluk suci tersebut. Tidak ada aroma mesiu, tidak ada suara bising, karena senjata yang Diaval gunakan bukan senjata api pada umumnya. Savior terkekeh, gerakannya lincah melompat ke belakang hingga mendarat dengan sempurna di atas injakkan yang lebih tinggi. "Lumayan," suaranya berbisik, tapi cukup jelas untuk dibaca Diaval. "Limmerence brengsek yang pintar berkelit, sampai mana kau bisa menghindar!?" Klik-
Page 8 . New Family "Ketika kau merasa asing dengan duniamu. Ketika kau merasa berbeda dengan sesamamu. Ketika kau merasa dunia tidak adil padamu. Apakah dunia yang salah atau hanya kau yang tidak menerima dunia?" *** "Kami bersedia mengadopsinya, dia anak yang manis dan kelihatannya pendiam. Siapa namanya?" "Kami biasa memanggilnya dengan nama Lim, jika kedua orang tua barunya berkehendak memberikan nama baru. Lim juga pasti akan senang." "Baiklah, kami putuskan namanya sekarang adalah Diaval." *** "Bu kepala, apa Anda yakin kita tidak perlu beritahukan pada mereka tentang Lim?" "Tidak apa-apa, mereka akan menyayangi Lim sepenuh hati. Kita bukan merahasiakan kejelekan Lim, hanya merahasiakan tentang Lim yang memiliki kembaran. Meski kita mengatakannya sekalipun, Lim juga tidak mengingat tentang saudaranya. Kenyataan Lim adalah seorang heirs sudah cukup mengejutkan, terlebih
Page 9 . Callahad "Segelap-gelapnya bayangan, jika tidak ada cahaya. Tak akan ada bayangan." *** Aku mengantuk dan perutku lapar. Kalau saja Savior mendengarkanku lebih awal, aku pasti masih sempat untuk sarapan pagi lebih dulu. Kenapa juga jam pertamanya matematika? Tidak mungkin aku bisa konsentrasi dalam keadaan perut kosong. Aku tidak sedang beralasan, aku mengatakan yang sesungguhnya. "Saya tidak akan biarkan Anda pergi sendiri, ke sekolah sekali pun. Saya akan menempel pada Anda seperti rambut." Kalau ingat kata-katanya lagi aku kembali kesal, hah. Untungnya dia setuju dengan usulan mengawasiku dari jauh. Aku merasa seperti sedang dikejar penagih hutang. "Ray? Sedang memikirkan apa? Wajahmu jadi lebih kusut dibanding sebelumnya." Aku membuka mata dan mendapati sosok mons ... bukan, maksudku sosok gadis tetangga yang juga teman sekelasku, Naya, berdiri di hadapanku
Page 10 . The Butcher *The Butcher Mask : When lower his head forward, he seems sinister. When tilt his head back, he seems bughouse and insane laugh from the killing. According to the phrenology, angular face is regarded as sturdy body and crooked forehead is regarded as bad temper and cruel mind.* *** Drap-Drap- "Jika kau tidak tunjukkan kemampuanmu, kau akan benar-benar berakhir pada kematian, karena aku tidak punya kesabaran yang tinggi!" Imajinne! Aku harus gunakan Imajinne sekarang! Clang- Hah.Hah. Napasku tercekat di tenggorokan, beriring dengan keringat yang mulai mengalir dari keningku. Aku berhasil menghasilkan senjata, aku tidak tahu ini cukup kuat atau tidak untuk menahan serangannya yang seperti angin. Setidaknya, badan pedang yang kubuat sanggup untuk menghalau tebasannya.
Page 11 . Intention "Siapa kami sang bijaksana?" "Kalian adalah kekuatanku." "Kenapa kami diciptakan sang bijaksana?" "Melindungi manusia, menjaga manusia." "Kenapa sang bijaksana?" "Itu adalah tugas kalian." "Manusia adalah makhluk congkak yang tidak pernah berterima kasih. Kenapa kami harus melindungi mereka sang bijaksana?" "Bukan tugas kalian untuk menilai manusia. Tapi tugasku." "Mereka tidak pantas dalam lindunganmu, mereka tidak pantas dilindungi. Biarkan aku menghukum mereka." "Bukan tugasmu mengadili mereka, tapi tugasku. Tugasmu hanya menjaga, membimbing dan melindungi mereka, Bellial." *** "Savior. Apa keputusanmu?" "Ini bukan sesuatu yang harus diputuskan sejak awal, sang bijaksana telah memutuskan. Bellial, ia telah mengatakannya padamu dan memberimu pencerahan." "Apa keputusanmu?" "Bellial, sebagai Limmerence adal
Page twelve - One Of A Kind "Adalah kesalahan terbesar manusia menganggap kematian merupakan akhir dari segalanya." *** Aku melirik jam dinding, pukul tujuh tepat. Tidak lama lagi Naya akan datang dan menggedor pintu rumah memastikan aku sudah bangun untuk ke sekolah. Sepertinya aku harus bolos sekolah lagi hari ini, jangan salah sangka, aku tidak senang sama sekali. Kalau bisa memilih, aku lebih suka berada dalam ruang kelas hingga otakku memanas daripada berada di rumah dengan makhluk-makhluk aneh di dalamnya. Bahkan aku sudah pingsan dua kali. Hah. Ini ke sekian kalinya aku menghela napas. Aku tidak tahu seberapa aneh ucapan yang aku lontarkan tadi, apa aku mengatai salah satu dari mereka atau aku malah menyatakan cinta? Aku tidak ingat. Yang jelas saat ini, Callahad terus memperhatikanku sejak aku buka mata. Savior bilang, setelah memberikan perintah aku tertidur dan tidak bangun-bangun meskipun
Page thirteen - Future Teller Tutup mata, genggam tanganku dan jangan pikirkan apa pun. Atas kehendakmu atau tidak, aku tahu kapan kau akan berakhir. *** "Coba ceritakan apa yang kau lihat?" "Tidak akan. Kau selalu marah jika aku melihat masa depanmu." "Haha. Kali ini tidak, percayalah. Saya ingin tahu, apa yang kau lihat kali ini." "Hm. Aku melihat kematian." "Saya tahu." "Savior?" Aku memanggilnya pelan, takut ia terkejut lalu tidak sengaja menebas kepalaku. Aku menatapnya lurus, kepala sedikit kumiringkan agar bisa menatap air mukanya. Savior lebih sering melamun akhir-akhir ini, apa ia sedang jatuh cinta atau hanya sedang banyak hutang? Memangnya Limmerence punya hutang? Savior tersentak pelan karena panggilanku, tangannya masih menggenggam tanganku. Kami sedang berlatih, jadi jauhkan pikiran kotor itu. "Maaf tuan, saya tiba-tiba merasakan ses
Di suatu hari tanpa sengaja Di suatu hari tanpa sengaja senja menghampiri kau dan aku.Kau berdiri, tegak kulihat.Aku duduk, gemetar. Di suatu hari tanpa sengaja teriakan itu terdengar.Siapa? Aku jawabmu.Kau takut dan aku ragu. Di suatu hari tanpa sengaja hujan datang.Kau bilang hari akan cerah, kau bilang matahari akan bersinar.Salah, aku yang percaya, bukan kau yang mengatakannya. Di suatu hari tanpa sengaja aku melihatmu berlari.Tidak begitu cepat, tapi tidak kukejar.Ada apa? Bukan begitu.Aku berdiri, gemetar. Di suatu hari tanpa sengaja kita kembali berdiri di tempat yang sama.Angin berbisik, memintaku pergi.Kau duduk, tegap. Di suatu hari tanpa sengaja senja menghampiri kau dan aku.Kau tidak lagi berdiri dan aku tidak lagi duduk.Di tanah lapang, di bawah matahari yang tenggelam.Kau matahari dan aku hujan.
Page twenty four - Ending "Kenapa kehidupan beranjak dari gelap?""Ia ingin lebih baik, katanya." *** Dua makhluk yang ditinggalkan itu tidak saling bertanya, tidak saling menatap hanya diam menghabiskan waktu di antara mereka. Hingga malam pun terlewat, menjelang pagi dengan matahari yang muncul seolah tidak terjadi apa-apa. Sepasang mata terasa lelah, Limmerence yang ikut berjaga semalaman itu melewatkan salam pertamanya pada pimpinan baru mereka. Tidak apa pikirnya, ia dapat tugas yang lain dari raja. Sementara sepasang mata yang lain tidak mau tertutup, ia tetap memaksa untuk terjaga. Tidak tahu apa dan tidak tahu kenapa, seakan dia yang belum menerima kenyataan yang ada. Benarkah? Benarkah yang terjadi? Ia selalu menanyakan hal yang sama, ia selalu bertanya pada dirinya sendiri tanpa bisa menjawab. "Semuanya sudah berlalu. Sudah lewat, sudah terjadi. Seperti katanya, jika kau memen
Page twenty three - In Between "Kenapa kehidupan beranjak dari gelap?""Ia ingin lebih baik, katanya." *** "Aku tidak akan minggir, aku juga tidak akan ragu untuk menghentikanmu. Tuanku sudah memberi perintah, ia yang akan memberi hukuman pada Bellial." Dammian menatap lurus pada sosok yang sama dengannya, sosok Doppelganger, perwujudan dari kekuatan yang di anugerahkan pada Savior dan Bellial. Judas diam, tidak ia menjawab tidak juga ia bergerak seolah ia yang tidak menolak keputusan yang Savior buat. "Judas, aku tahu. Aku tahu kau merasa sedih karena tuanmu, aku tahu kau ingin dia bahagia lebih dari siapa pun. Aku tahu jika kau, benar-benar peduli padanya, tapi jika kau diam, kau tidak akan pernah bisa menyelamatkannya." "Tuanku, tidak seperti tuanmu Dammian. Dia tidak pernah menganggapku sebagai teman atau saudara, dia hanya menganggapku sebagai alat. Aku adalah senjatanya, kekuatannya, hanya itu. Aku t
Page twenty two - The Truth "Aku menembakkan peluru ke kepala yang harusnya aku lindungi dengan topi, dan aku membiarkan diriku tertabrak agar aku dibawa lari." *** "Callahad ... " Suara itu terdengar tenang, tidak bernada tinggi tidak juga bernada takut seperti sebelumnya. Seolah yang berdiri di hadapan tiga makhluk tersebut adalah orang yang tidak lagi sama. "Rayshane?" Diaval menatap pria yang ada di hadapannya, memastikan jika pria ini benar-benar saudaranya, benar-benar orang yang ia kenal sejak ia kecil. "Maaf ... saya tidak bermaksud membohongimu selama ini. Tetapi, saya tidak pernah benar-benar berbohong. Saya memperlakukanmu sebagaimana saya, sebagaimana saya yang menjalani kehidupan baru. Saya hanya meminjam nama itu." Pria yang seharusnya ketakutan dan menangis itu kini menatap Diaval dengan tatapan sulitnya, nada bicaranya tenang dan terasa asing untuk Diaval. Sementara makhluk yang Diaval yak
Page twenty one - Salvation "Rayshane, kenapa kau ini pelit sekali? Bukankah kalau kau kehabisan uang, kau bisa minta pada heirs brutal itu?" "Aku tidak pelit tapi perhitungan. Coba berkaca, kau itu menghabiskan makanan pokokku untuk satu minggu dalam satu hari!" *** Aku berlari, yang aku tahu aku harus menemukan Callahad. Aku berlari dan tidak sekali pun menoleh ke belakang. Tidak juga kudengarkan teriakan Savior ataupun Diaval yang mencoba menghentikanku. Bagaimana ini?Bagaimana ini? Ada yang tewas, ada yang tiada. Bagaimana ini?Semuanya karena aku, semuanya terjadi karena aku yang tidak berguna. Harusnya aku menyerah saja sejak dulu. Harusnya aku mati saja, harusnya aku saja yang mati. Callahad! Langkah kakiku terhenti, aku hampir tersungkur jika bukan karena Savior yang menangkap salah satu lenganku. Di belakangnya Cassian dan Diaval menyusul. "Tuan ... "
Page twenty - World Behind Aku bertindak terlalu jauh saat mencintaimu, aku bertindak terlalu jauh saat aku mencium tanah yang bekas kau injak, aku bertindak terlalu jauh menunggu mata kita saling menatap. *** Aku masih menunggu Savior, sudah tiga puluh menit berlalu dan dia belum muncul juga. Aku tahu Savior jauh lebih kuat dari Callahad, jadi, tidak mungkin Savior kalah, 'kan? Aku menggigiti bibir bawah karena gugup, mengingat malam semakin gelap dan angin semakin dingin. Aku sengaja fokus menatap dua kakiku, memperhatikan bagaimana bentuk jari kaki, kuku juga sepasang sandal yang sudah aku pakai sejak tiga tahun lalu. Bukan menghemat, tapi sandal ini sandal keberuntungan. Kenapa Savior lama sekali? Apa dia sengaja? Apa dia meninggalkanku karena marah? "Tuan?" Aku terlonjak, hampir saja aku memukul makhluk yang memanggilku dengan balok kayu. "Savior ... hah. Astaga, kau tidak bisa ya muncul dengan normal?
Page nineteen - Bellial "Seorang Limmerence tidak dianjurkan untuk menikah. Aku hanya melakukan tugasku, aku tidak bisa." "Aku tidak memintamu menikah dan hidup denganku, aku memiliki calon suami. Aku tahu aku dianggap jelek karena tidak bisa menerima calon suamiku, tapi Bellial, bukankah cinta itu tidak bisa dipaksakan?" *** "Tuan, tuan jangan begini." "Diam! Diam! Diam kataku!" Limmerence yang tengah kehilangan kendalinya tersebut melemparkan barang yang ada di dekatnya, sedikit pun, Judas tidak mengelak. Ia menerima dengan baik setiap kekesalan dan kemarahan tuannya. Ia adalah bagian dari diri tuannya, ia tidak bisa menolak apa-apa yang tuannya berikan termasuk pukulan dan cacian. Sudah dua jam Bellial mengamuk dan berteriak seperti orang gila, sudah dua jam ia melemparkan barang dan senjata pada Judas. Ia terduduk di lantai, wajahnya memerah karena emosi, tapi, tidak ada yang bisa ia lakukan. Bellial merasa lump
Page eighteen - Hate Tujuan manusia itu sama, meski beberapa di antaranya tidak melalui jalan kebaikan. *** "Tuan." Suara menggema itu menyadarkannya dari lamunan. Pria yang sudah berhari-hari diam ini menoleh pada bagian dari dirinya yang lain, pada kekuatannya, pada lawan dari dirinya, doppelganger miliknya - Dammian. "Kau menemukanku." Pria itu tersenyum tapi tidak terasa tersenyum, hanya otot bibirnya yang ditarik. "Tuan, tuan tidak akan bergerak? Bellial ... " "Aku tahu, aku tahu Bellial mulai bertingkah aneh. Maksudku, dia memang aneh sejak awal aku mengenalnya, he he. Hah. Tapi dia jadi tidak seperti dirinya. Dia tidak mau bercerita padaku tentang apa yang terjadi, meski aku memaksanya, meski aku mengganggunya, dia tetap tidak mau bercerita." "Tuan, sampai kapan tuan akan menutup mata? Sampai kapan tuan akan menganggap semuanya masih bisa diatasi dengan kata? Tuan ingin sampai seperti apa?"
Page seventeen - Dried Flower I still remembered we both lived here before. At the time we left from work and met here by sunset.I missed the days but I still remembered the place where we set apart.The hills around were beautiful. But you were gone with the wind. Though we came to the world together, you left already. - Ghost Tales *** " ... vior? Savior? Savior!" Suara nyaring itu seketika membangunkannya dari tidur siang, sepasang mata yang tadinya tengah terpejam dan menikmati embusan angin terbuka paksa untuk melihat siapa yang datang. Pria dengan rambut panjang hitam itu menatap lurus pada seorang gadis, gadis dengan wajah cantiknya yang bersinar seperti matahari. Terlalu terang menurutnya. Si pria masih diam, masih ia menatap pada helai rambut berwarna kayu jati itu diterpa angin, sahabatnya. "Aku mencarimu sejak tadi, ternyata kau ada di sini. Menyebalkan, kau ini meman