Share

(45) Bisakah Dipercaya?

Author: SyasaRanni
last update Last Updated: 2024-09-30 23:20:18

Ketus, acuh tak acuh, dan tanpa ekspresi Rana berikan untuk menanggapi setiap ucapan si wanita asing. Bukan karena ingin merusak citra pada awal pertemuan, namun baginya tidak ada hal penting dan istimewa hingga mengharuskan menjaga citra.

Tercenung, bingung, dan merasa serba salah yang dirasa oleh Diah, atas segala tanggapan yang Rana berikan. Bukan karena ingin menarik diri dan gagal membentuk nama baik pada awal pertemuan, namun baginya berhadapan dengan wanita karir yang berpendidikan jelas akan sulit, jika mengingat latar belakang diri yang tidak berarti apapun bila dibanding dengan Rana.

"KDRFN itu singkatan kelompok anggota kami, geng kita yang selalu kompak dan setuju apapun selagi itu tentang kami." Mengernyit Rana mendengar penjelasan awal, "jadi apapun yang mau kita lakukan, kalau itu ada sangkutannya sama salah satu dari kita pasti disetujui semuanya tanpa terkecuali. Alasannya karena kita setia kawan, kita akan saling mendukung satu sama lain."

Mengangguk Kirana mendengar
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (46) Kerja Sama Apa?

    "Bisa," jawab wanita berlesung pipi dengan tegas, "aku berani bergerak sendiri, menolak hal yang menurutku enggak baik, dan aku punya tekad buat menemuimu," lanjutnya tersenyum simpul dan melihat ke arah lawan bicara penuh keyakinan."Saya cuma kasih satu pertanyaan, kenapa jawabannya jadi kayak lagi seleksi wawancara kerja?" ketus wanita cantik bernetra cokelat seraya memutar kemudinya untuk berbelok, mengambil arah jalan menuju pusat kota yang tentu memiliki jalan bagus dan tidak bergelombang atau berlubang.Berdeham panjang dengan gugup dan canggung, terkekeh pelan hampir tak bersuara wanita berlesung pipi itu menanggapi. Sekeras apapun ia berusaha, seorang Kirana Zendaya yang berada di balik kemudi tetaplah sosok yang kaku."Ada orang yang bisa dipercaya tapi enggak bisa diajak kerja sama, tahu enggak?" tanya Rana lagi seraya memandang restoran yang ada di seberang jalan setelah menghentikan mobil di sisi kiri jalan, "duh ... lapar," lanjutnya kemudian menoleh ke arah wanita asing

    Last Updated : 2024-10-01
  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (47) Permainan dimulai, Rana!

    "Setop!" seru seorang pria sambil memukul bodi belakang mobil yang hendak parkir, membantu sang istri yang baru saja pulang melembur dengan segala kepenatan dan keluhan yang harus siap dihadapi.Menguap lebar wanita bersetelan semi formal itu keluar dari mobil, jam sudah menunjukkan angka 20.44, mendekati angka untuk wanita cantik ini tidur. Wajar saja, pikir pria itu tersenyum simpul melihat sang istri amat lelah."Ada paket sialan lagi di mobil, aku mau langsung mandi," ucap wanita itu melangkah masuk dan meninggalkan suaminya yang langsung membuka pintu belakang mobil.Bergegas wanita bernama Kirana Zendaya itu masuk ke dalam kamarnya, melempar tas kerja dan tas selempangnya sembarangan. Mengambil baju tidur dan berjalan malas menuju kamar mandi, besar rasanya tidak ingin mandi karena rasa kantuk, namun rasa jijik dan penat setelah beraktivitas seharian lebih besar dari pada kehendak malasnya.Aktivitas yang bukan lagi melelahkan fisik, tapi juga mental, pikiran, dan kesabaran. Sem

    Last Updated : 2024-10-02
  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (48) Minta Tolong

    Terdiam merenung seorang wanita saat mendengar rekaman suara dari ponselnya, belum juga kepala itu terangkat setelah bangun tidur, sudah mendapat beban pikiran baru lagi. Kenapa hidup terus menambah beban dan masalah? "Rana ... aku minta maaf, aku gagal buat rekam semuanya." Terdengar pesan suara lain dari orang yang sama, terkatup rapat bibir wanita bernama Kirana Zendaya itu mendengarnya. Tidak ada kepedulian sedemikian rupa yang Rana rasakan, selain kecemasannya kini pada kedua orang tua. Haruskah ambil izin kantor? Haruskah membatalkan janji temu dan sosialisasi produk? Atau bisa saja datang kerja dan meninggalkan kantor lebih awal? Belum selesai Rana berpikir dan mencari solusi untuk kegiatan hari ini, ponsel sudah berdering dengan panggilan telepon yang harus segera dijawab. Mendesis pelan ia sebelum menekan tanda hijau untuk menjawab panggilan, "halo kak." "Kamu dapat rekaman suara aneh gitu, juga? Kayaknya ini tentang paket misterius," ujar seseorang dari sambungan tele

    Last Updated : 2024-10-03
  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (49) Pertimbangan lanjutan

    Terlempar ponsel di atas ranjang disertai dengan helaan napas lelah, "capek banget," lirih Rana berkeluh kesah sebelum bergegas keluar kamar. Beratnya pikiran dan kacaunya perasaan jelas terlihat dari kantung mata dan garis kerut di wajah, tersirat dalam pikiran kalutnya untuk melibatkan banyak orang. Dibukanya pintu kamar perlahan, sunyi dan hening cepat menyelimuti telinga hingga menciptakan denging. Menoleh ia ke kamar di sebelahnya yang sedikit terbuka, "ah ...," desah Rana pelan saat menyadari bahwa Kal tidak ada di kamar, "Kalil Nayaka!" teriaknya menuju ruang utama rumah, ruang yang menjadi ruang keluarga, ruang tamu, dan ruang tengah. Terkatup rapat dalam ekspresi kecut Rana saat melihat Kal yang tidur di atas sofa, satu kaki berada di atas dan kaki lainnya terlipat santai dengan mulut terbuka. Jijik, satu kata yang terlintas dalam benak Rana melihat gaya dan cara Kal tidur. Kejijikan yang membuatnya hampir lupa pada tujuan berada di ruang utama, "Kal, bangun ... aku mau mi

    Last Updated : 2024-10-04
  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (50) Kesepakatan Rana dan Arhan

    "Pagi, Bu.""Pagi.""Semangat pagi."Dan sapaan lainnya yang terdengar dan terima, senyuman simpul dan kepala sedikit tertunduk saat berpapasan menjadi awal pagi yang cukup canggung. Ada apa dengan para manusia hari ini? Pikir wanita bersetelan formal itu.Mengangkat kedua tangan untuk mengencangkan ikatan rambut bermodel ekor kuda, membiarkan rambut panjangnya terikat rapi dan mengayun pada setiap langkah kaki menghentak. Tersenyum kecil wanita bernama Kirana Zendaya itu pada timnya, "Pagi," sapanya yang cepat mendapat sahutan ramah."Bu, Pak Arhan sudah di ru ....""Iya tahu, balik kerja dan fokus," titah wanita yang akrab disapa Rana itu memotong ucapan anggotanya, anggota yang tak jarang menjadi teman namun juga menjadi asisten saat tugas luar. Kehebatan seorang Rana yang juga gaya menyebalkannya adalah dapat memposisikan diri pada tempat dan situasi, meski cara saat memposisikan diri bisa mendadak dan berubah semaunya.Tok ... tok ... Cklek!Dua kali Rana mengetuk pintu ruang ker

    Last Updated : 2024-10-05
  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (51) 11.00

    "Aku bisa minta tolong buat pada saat tertentu jangan bersikap dan berbincang formal," ucap Rana memulai kesepakatan dengan sikap yang lebih santai dan ringan."Bisa," jawab Arhan santai, sikap santai yang mulai terlihat dengan pria itu bersandar di sofa dan tersenyum simpul, "tapi saya agak kurang ajar dan tidak punya batas khusus saat harus bersikap santai.""Selagi bukan melecehkan dan merendahkan, terserah," sahut si Kepala Humas itu sedikit tersenyum miring, "setelah ini, diam saja dulu. Saya masih mau mengamati isi paket selanjutnya dan informasi tambahan dari yang lain.""Oke," tukas Arhan acuh tak acuh, "sudah?"Mengangguk Rana menjawab pria yang kini menjadi teman sekaligus rekan kerjanya, "aku pamit saja kalau begitu, istirahat dulu sebelum rapat.""Kenapa harus istirahat dulu?" sahut Rana cepat mengikuti Arhan yang hendak keluar dari ruangannya."Memangnya kamu doang yang capek tiap dengar kata rapat? Ciap-ciap kayak anak ayam dan belum tentu didengar," tutur Arhan ketus ya

    Last Updated : 2024-10-07
  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (52) Informasi

    "Aku enggak mau banyak basa-basi, karena ini sudah mepet jam istirahat dan makan siang. Kalian tahu tentang paket misteriusku, aku mau dimulai dari Kak Jess dulu, beritahu yang kami enggak tahu," ujar Rana menyiratkan bahwa dirinya memberi perintah.'"Buat apa?" tanya Nifa cepat, sebelum Jess memberi respon atau mulai berucap."Setelah kita semua tahu informasi satu sama lain, kita buat dan diskusikan rencananya. Kurang kehadiran Pak Arhan di sini, tapi dia tadi bilang akan ikut saja keputusan mayoritas," jawab Rana mengungkit sedikit tentang ajakan dan kehadiran Arhan di antara mereka, "alasan aku ajak Arhan karena Nifa bilang, Arhan cukup baik dan siap membantu tanpa keberatan.""Oke," jawab Kalil membuat Rana cepat berdeham heran, sebab tidak ada yang mengajaknya berbicara sedari tadi."Silakan, Kak." Rana mengizinkan kakaknya untuk mulai berbicara dengan formal, yang semata-mata untuk mempertahankan jati dirinya yang terbentuk di kantor, terutama kini ada Kalil si mantan karyawan

    Last Updated : 2024-10-08
  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (53) "Aku ikut kalian."

    "Selidik gimana?" tanya wanita bersetelan formal yang berada di pojok ruang kerjanya pada seseorang dalam sambungan telepon, rasa heran semakin menyelimutinya.Mana yang harus dipercaya? Mana yang harus dihindari? Dan mana yang harus dijebak balik?Tomi Uraga seorang pria yang sudah jelas menyakiti, menipu, mempermainkan, memanipulasi, membohongi, dan menduakan kakaknya. Namun kini, seorang pria lainnya mengatakan bahwa Tomi juga sedang menyelidiki sesuatu tentang Fafa, menyelidiki sosok yang sama dengannya. Haruskah diajak bekerja sama?Tapi ... Pria yang mengatakan hal tentang kakak iparnya adalah pria asing, pria yang baru dikenalnya belum ada enam bulan, pria yang berawal dari kontrak kerja sama di satu perusahaan pusat, dan pria yang berakhir dengan niat membantu. Bagaimana mungkin harus dipercaya, jika niat membantunya saja masih cukup dipertanyakan?"Oh oke," ucap wanita bernama Kirana Zendaya itu setelah terdiam hampir tidak menyimak jawaban dari lawan bicaranya di telepon, "

    Last Updated : 2024-10-12

Latest chapter

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (100) Kisah semuanya

    "Terus karena aku risih ya, banyak kerjaan tapi harus menanggapi dua tua bangka bau tanah itu. Padahal ada anak kesayangan mereka yang sudah nikah, belum beranak pinak, tapi aku yang dikejar buat nikah dan cepat beranak, apa enggak gila?" oceh Rana yang sudah mulai terpancing emosinya, umpan kecil Den berhasil dimakan walau belum terkena kail, "akhirnya aku cari orang yang mau nikah tapi cuma untuk formalitas sampai kakakku hamil, jadi aku enggak akan berperan sebagai istri dan dia juga enggak akan berperan sebagai suami. Enggak ada istilah hak dan kewajiban suami istri, kita cuma seatap karena sudah satu kartu keluarga dan tercatat sebagai pasangan.""Terus dia mau?" kata Den menunjuk Kalil yang cukup peka untuk segera membuka matanya, menatap tajam Den yang hanya tersenyum mengejek."Saat itu aku dan Kalil baru menyelesaikan satu proyek konflik perusahaan, aku sebagai Kepala Humas butuh berkas lama dan proses pemberkasan baru, kebetulan juga Kalil punya posisi sebagai Kepala Arsip,

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (99) Indekos Den

    [Masa Kini]Rumah susun yang banyak disewakan pemilik atau sekadar dikosongkan untuk investasi, membuat gedung dengan sepuluh lantai itu terlihat seperti indekos tanpa ibu kos. Karena setiap penghuni membayar pada pemilik yang berbeda, walau ada beberapa yang benar-benar dihuni keluarga kecil, tapi kesan bahwa rumah susun itu indekos murah di pusat kota tidak bisa hilang begitu saja."Ini sebenarnya rumah susun yang diperuntukkan pekerja jarak jauh, biar enggak ada yang terlambat lagi, biasalah perusahaan besar pusat kota," ujar seorang pria yang kini berbadan cukup gempal, dengan rambut yang berantakan, "tapi para pemilik yang bisa beli dengan potong gaji, lebih pilih buat kosongkan tempatnya buat investasi atau disewakan jadi indekos," lanjut pria yang kini berusia 27 tahun, dua tahun lebih tua dari sang istri tapi tak jarang lebih kekanakkan dari pada sosok yang seharusnya ia pimpin dan jaga."Iya, tahu kok," jawab sang istri bernama Kirana Zendaya, wanita yang lahir besar sebagai

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   Rencana lagi dan lagi

    "Ran," panggil sebuah suara dari seorang pria mengetuk pintu kamarnya, "jangan aneh-aneh, Ran. Kamu sudah dua jam di kamar, belum mandi atau makan," lanjut pria itu terdengar khawatir.Kekhawatiran yang haruskah dipertanyakan? Pria yang tinggal seatap dalam jalinan pernikahan, jalinan yang juga dimulai dengan kepalsuan demi tujuan masing-masing dan kesepakatan bermaterai resmi depan notaris, jalinan yang sudah berjalan lebih dari satu tahun tanpa kewajiban dan hak masing-masing sebagaimana suami istri. Kepalsuan macam apa yang bisa bertahan lebih dari satu tahun? Kepalsuan macam apa yang secara aneh penuh kesialan, kini satu persatu kesepakatan dilanggar dengan dalih peduli?"Iya!" serunya menjawab singkat.Dua jam untuk berdebat dengan hati dan pikiran terbilang sangat singkat, bukan? Namun, kenapa dikhawatirkan? Apa yang harus dikhawatirkan?Dua bulan pertama pernikahan, semua berjalan dengan tidak warasnya. Suami dipecat secara tidak hormat bersamaan dengan SP-3, setelah berulang k

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (97) Keputusan Akhir

    Entah.Tidak tahu.Tidak paham.Tidak mengerti.Tidak memahami.Tidak lagi berharap.Tidak ingin melihatnya.Terpejam mata Rana setelah menutup kotak itu perlahan, dan usai ia berteriak memanggil sang suami dengan nama lengkap. Terseok-seok langkah Rana terasa berat untuk sekadar menuju gerbang rumahnya, melihat Kalil yang berlari untuk membuka gembok dan gerbang rumah, "kok sudah pulang? Enggak kasih kabar? Kan bisa aku jemput."Terdiam membisu Rana tanpa sedikitpun melirik ke suaminya, pria yang masih ia pikirkan untuk menerima ke dalam hati, pria yang masih dipertimbangkan untuk tetap bersama dengan membuka hati, dan pria yang sedikit-banyak mengetahui dirinya selama di rumah. Tapi kini, pria itu juga yang sudah mengecewakan bahkan sebelum hati ini dibuka. Lantas, benarkah tidak ada lelaki yang bisa dipercaya?"Kamu ada masalah, Ran?" kata Kalil bertanya setelah terdengar gerbang kembali digembok, langkah cepatnya mengejar sang istri yang terli

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (96) Jawaban kotak

    Tak pernah dalam hidup Rana dikenalkan arti dari permintaan maaf sesungguhnya, tak pernah pula dalam hidup Rana dikenalkan arti merendah untuk menebus rasa bersalah, atau mungkin hidupnya tak pernah dikenalkan arti dari rasa bersalah yang mendekam di benak. Saling terdiam satu sama lain tanpa mengikat diri dalam kontak mata, rasa bersalah menjalar dalam diri Rana dengan cepat karena mengambil kesimpulan hanya dari cerita Fafa.Di sisi lain, rasa muak dan lelah bersama malu kembali mendekap Nifa dalam kegelapan diri yang telah lama tak datang. Pernyataan tenaga ahli yang berkata bahwa Nifa sudah pulih dari trauma, dan mampu memaafkan keadaan, ternyata tidak dapat membuat semuanya tetap stabil saat hal buruk itu kembali diceritakan."Kamu pucat, ke pusat kesehatan kantor dulu saja," ucap Rana menyadari berkurangnya kesegaran di wajah Nifa, walau terlihat wanita itu hanya diam dan celingak-celinguk, tapi Rana tahu, tangan Nifa sedang bermain di bawah meja untuk menyembunyikan k

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (95) Masa lalu Nifa

    Satu bulan sudah berlalu sejak obrolan antara Kalil dan Rana di meja makan, sudah lebih dari satu bulan juga sejak Rana bertemu dengan Fafa dan membicarakan banyak hal, dan sudah lebih dari satu bulan sejak tawaran berteman diutarakan melalui sambungan telepon. Obrolan serius dan tawaran yang kini sudah tidak membuatnya merasa lelah, tidak ada lagi hasrat menunggu jawaban dari kotak misterius terakhir, justru cenderung berharap agar tidak ada kotak itu dan Fafa melupakan semuanya."Nifa," panggil Rana melongokan kepalanya, memanggil seorang wanita yang pernah amat dipercaya hingga urusan pribadi, wanita yang juga berkhianat demi sejumlah nominal, tapi wanita ini juga yang masih tetap dipercaya untuk urusan pekerjaan, karena sikap profesionalnya yang mampu membatasi urusan pribadi dengan pekerjaan. Walau masih seringkali canggung dan menghindari kontak mata, tapi antara Rana dan wanita ini memiliki kesamaan dalam membatasi urusan di lingkungan kerja."Iya, bu?""Sini," tu

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (94) Kebaikan Kalil

    "Aku cuma teringat kebodohanku dulu," jawab Kalil lalu memutar kunci mobil, menyalakan kendaraan roda empat dan mendiamkannya sejenak sambil berpangku tangan di setir, menatap lurus ke barisan mobil di seberangnya, "andai aku enggak ikuti perkataan dan ajakan Tomi," lanjutnya menghela napas dan mengatur persneling untuk mulai berkendara.Terdiam Rana mendengarnya, apa ini yang diartikan sebagai suatu penyesalan? Kenapa terasa aneh? Bagi Rana selama ini, penyesalan bekerja dalam duka dan ketakutan, tapi kenapa Kalil terbilang datar dan membentuk perandaian diri di masa lalu?"Hm ...," deham Rana bingung untuk menanggapi, walau waktu sudah berlalu dan mungkin jawaban Kalil tadi sudah basi bila mengingat posisi mereka kini berada di antara kemacetan, "yang penting kamu sudah sadar, menyesali itu, dan mau berubah jadi lebih baik, kan?"Hah? Apa?Terkatup rapat mata dan bibir Rana usai berucap, seolah jika telinga bisa saja ditutupnya tanpa bantuan tangan seperti mata den

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (93) Hubungan Membaik

    Waktu demi waktu berlalu, jarum terus berputar tak kenal lelah dan bosan selagi ada daya yang dibutuhkan. Menjalani hari seolah sebagaimana mestinya, meninggalkan suatu lokasi yang menjadi tempat berdiam diri lebih dari setengah hari dengan semilyar tuntutan, keluhan, emosi terpendam, dan tangisan yang gagal diluap."Akhirnya ...," desah seorang wanita dengan leganya, seraya menutup satu map dari dokumen terakhir yang ia urus hari ini.Bersandar secara utuh badan itu di kursi yang dapat berputar 360 derajat, berulang kali napas ditarik dari hidung dan diembus perlahan dari mulut. Penat yang sebenarnya sama sekali tidak berkurang hanya dari embusan napas puluhan kali, tapi cukup untuk mengatur taluan jantung yang mungkin sudah bosan untuk berdetak.Dering dan getar ponsel terdengar jelas, terbuka lagi mata yang sudah terpejam malas dalam lelah, “dunia sibuk banget sih,” gerutunya sambil mengulurkan tangan ke tengah meja kerja, mengambil benda pipih berteknologi yang terus

  • Gara-gara Teman, Rumah Tanggaku Berantakan   (92) Kesepakatan Fafa Tomi

    "Selanjutnya, apa?""Apanya yang selanjutnya?""Aku enggak pahan rencana kamu.""Aku sudah pernah jelaskan loh.""Aku lupa.""Dasar bodoh."Deg!Perdebatan antara seorang wanita dan seorang pria di suatu kafe, mengantarkan rasa sakit hati bagi wanita bersetelan blus hitam itu. Warna pakaian yang menggambarkan suasana hatinya kini, penuh duka dan kecewa sejak dua pria yang ia andalkan memutuskan untuk berfokus pada istri masing-masing. Satu di antara dua pria andalannya, menghilang begitu saja, mengusir saat ditemui dan memblokir semua kontak komunikasi, terlihat seperti tidak pernah saling mengenal satu sama lain, pria jahat yang dengan mudah bertingkah seolah tidak pernah terjadi apapun. Sedangkan seorang pria lainnya, pergi meninggalkan namun membantunya membuat skenario untuk mencari sumber penghasilan baru, tetapi skenario itu terlalu rumit untuk otak payah dengan logika tidak berguna.Pada akhirnya, lagi dan lagi semua harus dikatakan, bahwa mema

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status