Share

Bab 24

Author: Blade Armore
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
Mas Kelvin terus mendekatiku, berusaha meraih tubuhku. "Mas, sadar! Aku minta maaf kalau aku salah!" lirihku.

Seperti awal tadi, Mas Kelvin tidak menggubris ucapanku. Dia makin mendekat dan mencoba meraih tanganku. Aku berlari ke arah jendela, dan melompati pembatas.

"Jangan berani sentuh aku lagi, Mas!" ujarku.

Mataku sudah tidak mampu menampung air yang ingin menyerobot keluar.

Mas Kelvin duduk di tepi ranjang, dan memandang nanar padaku. Setitik air mata jatuh, dari neteanya yang terlihat memerah.

"Kalau kamu mati, aku pun akan mati!"

Mataku terbelalak mendengarnya. Ini mah benar, Mas Kelvin kepalanya luka parah.

"Tante! Tante!" pekikku berulang.

Suaraku menggema hingga seluruh ruangan, tentu saja Tante Ecca mendengarnya. Tidak butuh waktu lama, Tante Ecca datang dan melihat ke arahku.

"Kamu apa-apaan, Dis!" bentaknya.

"Tan, Mas Kelvin sudah jadi gila! Ini pasti karena kepalanya yang kebentur dan dia mengalami gegar otak! Dia, mau ...."

Aku menatap ngeri ke arah Mas Kelvin.
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Gara-gara Talak Tiga   Bab 25

    Buru-buru aku menarik meja yang menghalangi pintu dan membuka pintu dengan cepat, kemudian berteriak memanggil tante Ecca dan berlari ke bawah meminta bantuan security, yang berjaga di luar rumah. Aku kembali bersama security dan di dalam kamar ternyata sudah ada tante Ecca yang sedang mengguncang-guncang tubuh Mas Kelvin yang terkulai lemah di lantai. Kekhawatiran nampak jelas di wajahnya, melihat kedatanganku tante Ecca meminta security membantunya mengangkat tubuh Mas Kelvin ke ranjang. "Ada apa sebenarnya, Dis?" tanya Tante Ecca. Aku hanya menggeleng-gelengkan kepalaku, bingung bagaimana caranya menjelaskan yang terjadi pada tante. Tante Ecca mengambil ponsel dan menghubungi seseorang, untuk membantunya terkait kesehatan Mas Kelvin. Aku berdiri mematung, ketika melihat Mas Kelvin menggeliat. Sungguh, hal yang aneh menurutku. Aku tidak pernah melihat lelaki tidur kecuali papaku dan Mas Kelvin. "Aku ganteng, ya?" ucapan absurd, ketika Mas Kelvin terbangun dan duduk. "Gila!" ma

  • Gara-gara Talak Tiga   Bab 26

    "Mas! Bisa enggak sih, enggak muncul tiba-tiba dan bikin orang jantungan!" kesahku, "lagi pula, siapa yang mau tahu tentang orang aneh kayak gitu!" tambahku. "Hmmm!" jawab Mas Kelvin, sepertinya dia mulai normal. "Mas, jangan berubah seperti itu lagi. Jika kamu pun berubah, aku akan kehilangan semangat! Kamu teman terbaikku." Aku menatapnya dengan mata berkaca-kaca. "Dis, maaf jika membuatmu terluka karena tindakanku kemarin. Mungkin karena pengaruh obat yang kuminum, tapi ajakan untuk menikah aku serius, Dis." Entah kenapa, aku terharu dengan pintanya. Namun, rasa sakit menghalangi semua. "Mas, aku tidak memikirkan pernikahan untuk saat ini. Yang ada di pikiranku, mereka harus membayar semuanya, meskipun aku tahu hal itu tidak akan setimpal dengan apa yang aku rasakan dan alami." "Jika kita menikah, semua bisa lebih mudah Gladis!" ujarnya dengan nada tinggi. "Tidak! Akan lebih sulit, Mas. Tolong, bencilah aku. Hingga suatu saat ada cinta lain di hatimu, aku tidak pantas unt

  • Gara-gara Talak Tiga   Bab 27

    "Mbak!" sapa Anis. Suaranya membuatku tenang, aku langsung memeluknya erat. Menumpahkan rasa sakit yang tidak akan pernah hilang, aku butuh seseorang yang terus di sisiku, merangkulku dalam tangis dan kesedihan mendalam saat ini. "Mbak sudah siap-siap?" tanyanya di sela-sela menepuk punggungku. "Maaf atas kebohonganku, kenyataan yang takut aku jelaskan!" tambahnya. "Kamu, tahu? Tanpa kamu aku sangat kesepian. Sudah tiga hari ini aku mengurung diri, aku benar-benar tidak ingin diganggu. Bahkan aku memulai membenci semua orang yang ada di dalam rumah ini! Mereka seperti menutupi sesuatu dariku!" ucapku dalam isakan. "Seminggu kamu pergi, aku seperti ranting di sungai, yang terombang-ambing tidak jelas. Rasanya sangat lelah, dan ingin mengakhirinya segera!" tambahku. "Sabar, semua akan bahagia pada waktunya. Mas Aldi pun tidak tenang saat mengetahui perbuatan keluarganya pada mbak Gladis, dia ingin langsung melabrak kakaknya, tapi aku berusaha melarangnya agar balas dendam Mbak Gl

  • Gara-gara Talak Tiga   Bab 28

    *** "Mbak, ini ada istri bupati dari daerah Jawa, minta di buatkan baju khusus." Anis melapor. Aku merentangkan tangan, dan memiringkan tubuhku ke kiri dan ke kanan. Meregangkan otot yang mulai kaku. "Buatkan saja, janji. Agar dia bisa memilih desainnya seperti apa!" jawabku, saat memutar kursiku menghadap ke arahnya. Tiga tahun setelah operasi plastik di lakukan, aku dan Anis melakukan branding nama dan produk, tentu didukung oleh kedua tante Mas Kelvin dan pastinya Mas Kelvin sendiri. Aku hadir dengan wajah yang baru tapi tetap tidak menghilangkan wajah asliku. Orang-orang terdekatku pasti mengenaliku, hanya saja penampilanku yang sangat berubah. Begitu kata mama dan papa saat berjumpa denganku untuk pertama kalinya. Kuceritakan kepedihan dan kesakitanku pada mereka, ketika mereka sudah kuamankan di rumahku. Rumah sederhana yang kuperoleh dari jerih payahku. Awalnya mama papa ingin langsung marah ke rumah mantan besannya, tapi aku melarang mereka. Aku mengatakan akan memba

  • Gara-gara Talak Tiga   Bab 29

    Kububuhkan emot love di setiap postingan Mas Aditya, agar menarik perhatiannya. Lalu aku mengunggah poto diriku yang sedang bekerja di ruangan dengan berbagai gaya dan secantik mungkin. Banyak komentar dari para kolega, yang pernah atau masih bekerja sama denganku. Memuji kecantikanku dan juga keanggunanku. Tling! Ada pesan masuk melalui WA dan dari nomor yang aku tidak aku kenal. Dengan malas aku membukanya, sebenarnya saat ini aku enggan menerima pekerjaan, apapun. Namun, untuk segera melunasi hutangku pada Mas Kelvin lunas, aku harus bekerja lebih ekstra lagi. [Hai, cantik!] Waduh, pesan apaan ini?! Tentu saja membuatku tersenyum miris. Aku tahu, jika yang mengirim pesan itu adalah Mas Aditya. Sepertinya, dia butuh dana banyak. Sehingga menghilangkan urat malunya. [Maaf, saya tidak suka dipuji! Saya pun tidak mengenal anda!] Kukirimkan balas padanya. [Saya hanya menyampaikan apa yang saya lihat tadi di akun, Mbaknya. Saya hanya ingin menyambung hubungan bisnis.] Pesanny

  • Gara-gara Talak Tiga   Bab 30

    "Iya!" ucapku kesal. Mas Kelvin mendekatiku dan melihat ponsel yang kupegang. Dia berdecak kesal karena aku sudah memulai aksiku, tanpa sepengetahuan darinya. "Kamu mengambil keputusan sendiri?!" ucapnya dengan nada sinis. Aku menghela napas panjang, enggan berdebat dengannya. Memilih beralih mengambil berkas yang ada di depan mejaku, dan membacanya dengan teliti. Mengacuhkan Mas Kelvin yang sedang kesal, dan duduk diam di tempatnya semula. Banyak notif yang masuk dari aplikasi biru itu, membuatku penasaran. Kemudian meraih ponselku untuk melihat ada apa, sebenarnya. Seulas senyuman, kuukir dengan indah. Sehingga menarik perhatian dari Mas Kelvin. Kulihat pria berwajah manis itu membuang wajahnya ke samping, ketika aku tersenyum padanya. "Marah, Mas?" Aku meledeknya. Sayang, tak ada tanggapan darinya. Matanya tetap fokus pada kertas yang disusun rapih, menjadi satu kesatuan. "Mas, kamu enggak ingin menikah denganku?" tanyaku hati-hati, setelah aku duduk di sampingnya. Mas Kelv

  • Gara-gara Talak Tiga   Bab 31

    Aku berpura-pura menatapnya bingung, lalu mendekatinya perlahan. Tubuh wanita itu gemetaran, dan keringat dingin mulai muncul di keningnya. Padahal, ruangan ini ber-AC. "Mbak, tunggu!!" teriakku, ketika wanita itu lari. Mungkin dia melihatku sama seperti hantu. Anis melepaskan napas sesaknya dengan segera, membuatku berdecak. "Kamu masih takut dengan mereka?!" "Ternyata, tidak semudah yang aku ucapkan." Aku tertawa, melihat Anis yang menahan grogi di depan wanita yang pandai bersandiwara itu. "Mbak, aku pulang duluan, ya. Jangan lupa nanti malam ulang tahun Bagas!" Anis ijin, untuk merayakan ulang tahun anaknya. Aku mengangguk, mengiyakan ucapannya. Setelah Anis berlalu, aku kembali ke ruanganku. Mempelajari bisnis baru yang ingin aku kembangkan, selain mendesain baju. Namun, suara notifikhati dari aplikasi sosmed tidak henti. Mengganggu konsentrasiku. Dengan berat hati, aku berselancar lagi. Kali ini, teman-teman Mas Aditya yang koment di status yang dia bagikan tadi. "Memang

  • Gara-gara Talak Tiga   Bab 32

    Aku yang sedang melihat-lihat di sudut etalase lain, langsung membeku ketika melihat Mas Aditya ada di toko yang sama denganku. Ingin rasanya, aku menutup wajahku dan pergi dari sini. Aku belum ada persiapan untuk bertemu dengannya saat ini, meskipun sudah kurencanakan kemarin-kemarin. "Aditya!" jawab Mas Kelvin gugup, tapi dengan cepat dia menguasai dirinya. Mas Kelvin melihat ke arahku dengan cemas, terlihat dari wajahnya. Hal itu malah membuat Mas Aditya menoleh ke arahku. "Gladis!" ucapnya terkejut. Aku yang sudah menduga dia akan mengenaliku, cepat-cepat memasang wajah pongah. "Saya?!" tanyaku. Mas Aditya mengangguk dan menatapku tajam ke arahku. Kemudian, dia melihat diriku dari kakiku hingga ke atas kepalaku. Meneliti wajahku dengan seksama. Kukeluarkan tanda pengenal dan menunjukkannya pada Mas Aditya. "Kenalkan Zeanara Hadikusumo!" Kuulurkan tanganku dengan mendongakkan kepalaku, agar terlihat percaya diri dan angkuh. Mas Aditya sejenak meragukan diriku, ketika tangan

Latest chapter

  • Gara-gara Talak Tiga   Bab 140

    "Nanti, kalau Mutiara sudah besar, pasti bisa membedakan mana yang baik dan buruk. Juga bisa tahu sebab akibat, serta tahu hubungan apa yang harus di jaga." Mas Kelvin tidak hentinya memberi nasehat pada putri kecilku, dari balik kemudinya. "Kamu maukan membantu papa Kelvin untuk merawat Papa Aditya?" tanya Mas Kelvin kemudian. Terdengar helaan napasnya lirih, dan mulutnya terkatup rapat. Aku hanya bisa memandanginya, tanpa ikut memberi nasehat padanya. "Mama maafin Papa Aditya?" tanya Mutiara dengan menatap mataku. "Mama sudah lama memaafkannya, Nak. Semakin ingin mama membencinya, maka kehidupan mama terasa hampa. Setelah mama mengikhlaskannya, semua mulai membaik. Percaya dengan mama, kamu akan mengerti dan tumbuh menjadi anak yang kuat!" ucapku dengan senyuman, aku tidak tahu, apakah Mutiara mengerti atau tidak dengan apa yang aku ucapkan. Mutiara tidak menanggapi perkataanku dan memilih menatap keluar jendela, saat aku ingin berkata lagi, Mas Kelvin mencegahku. Kami terus men

  • Gara-gara Talak Tiga   Bab 139

    Mas Kelvin memintaku untuk bertemu dangan mama dan papa, untuk melanjutkan pembicaraan mengenai pernikahan ini. Meskipun awalnya aku ragu padanya, tapi kini aku memantapkan diri untuk membina rumah tangga kembali. Kegagalan akan aku jadikan sebagai pelajaran berharga, dalam kehidupanku esok dan aku pun harus mengikuti jejak Mas Kelvin, merubah menjadi pribadi yang lebih baik. *** Hari pernikahan sudah dekat dan Mas Kelvin makin rajin memperdalam ilmu agamanya, dia mengatakan ingin menjadi imam yang baik bagiku dan Mutiara. Aku pun hanya bisa berpasrah pada Tuhan untuk kehidupanku selanjutnya. "Ma, nanti aku mau pakai baju yang ada di satu toko," ujar Mutiara, saat kami dalam perjalanan membeli kebutuhanku. "Baju apa, sayang?" tanyaku, dan Mutiara mengatakan , jika dia pernah melihat baju yang dipajang di toko dan memintaku untuk membelinya. "Kita buat saja!" tawarku, tapi Mutiara tetap kukuh pada keinginannya dan aku pun menyetujuinya. Kami meminta Mas Kelvin untuk mengantarkan p

  • Gara-gara Talak Tiga   Bab 138

    Aku melepas kepergian Mas Kelvin dengan perasaan tidak menentu, takut jika Mas Kelvin ditolak oleh anak semata wayangku. Meski pun, dulu dia bilang sangat bahagia kalau Mas Kelvin menikah denganku. "Sudah, perbanyak doa saja!" ujar mama Rini mengejutkanku. Mama dan mama Rini terlihat akur, sepertinya mereka semakin lengket setelah lama terpisah dan juga karena kehilangan orang yang mereka cintai. Aku ke kamar, memilih bekerja meskipun hanya bisa melalui online Memeriksa laporan yang diberikan oleh Anis dan suaminya, kemudian menggambar sketsa. Menunggu Mas Kelvin dan Mutiara datang dengan menyibukkan diri. "Ma, mama!" Suara Mutiara menggema di telingaku. Sepertinya aku ketiduran, karena terlalu bosan. Mencoba menyeimbangkan tubuh dan menggeliat, kemudian menyapa putri kecilku yang sudah berdiri manis di depanku. "Mutiara boleh bicara dengan mama?" tanyanya, yang membuat hatiku tergelitik. Aku mengangguk, dan tersenyum padanya. mengusap kepalanya dengan lembut. "Anak mama mau bic

  • Gara-gara Talak Tiga   Bab 137

    "Nak, kamu percaya dengan Allah yang menciptakan manusiakan?" tanyaku dan di jawab dengan anggukan olehnya. "Kamu tahu mutiara itu berasal dari mana?" tanyaku lagi. Mutiara diam, dia sepertinya sedang berpikir. Kemudaian dia menatapku lekat, kulihat matanya berkaca-kaca dan tidak lama dia memelukku erat. "Mama harap, kamu sudah mulai mengerti meski usiamu seharusnya belum memikirkan hal itu." Dengan lirih aku berbicara padanya. "Mah, kenapa papa jadi orang yang jahat dan enggak mau dengan aku?" tanya Mutiara dengan terisak. "Semua kuasa Tuhan, Nak. Kita manusia hanya bisa menjalankannya saja dan perbanyak doa, semoga semua akan baik-baik saja. Aku menceritakan ulang bagaimana kisah nabi Muhammad, yang tidak disukai orang-orang sekitarnya, termasuk keluarganya sendiri. "Tapi, kan orang tuanya bahagia atas kelahirannya, tidak denganku," jawab Mutiara. "Tapi nabi bersabar dengan semua yang terjadi padanya, itu hal yang penting, Nak." balasku dengan memeluk tubuh mungilnya. Mutiara

  • Gara-gara Talak Tiga   Bab 136

    Mutiara makin histeris, saat Mas Aditya terus berusaha mendekatinya. Membuat Om Alex menarik Mas Aditya keluar hingga ke jalan. Meski menolak, tenaga Mas Aditya tidak sebanding dengan Om Alex. Baru sekarang aku menyesal, kenapa aku tidak memberitahu Om Alex dulu. Mungkin, jika aku dulu mengabarkan perihal pengusiran Mas Aditya, aku tidak akan di posisi sekarang ini. Kupeluk Mutiara dengan erat, isakannya mengiris hatiku. Semua salahku, yang membiarkan masalah ini semakin berlarut-larut. Aku yang tidak tuntas membalaskan dendam, aku yang masih memakai hati saat ingin menghancurkan Mas Aditya. Mas Kelvin memintaku untuk membawa Mutiara masuk ke dalam, dan menenangkannya di kamar. Dia juga yang memberiku kekuatan, agar Mutiara ada tempat bersandar. "Mutiara tunggu om di dalam, ya, om mau ngobrol dulu dengan papa Mutiara," ujar Mas Kelvin yang jongkok, untuk setara dengan Mutiara. "Om, dia bukan papaku," bantah Mutiara dengan suara keras dan mas Kelvin hanya mengangguk saja, sambil me

  • Gara-gara Talak Tiga   Bab 135

    Hampir saja, aku terjungkal karena eratnya pegangan tangan Mas Aditya. Untung saja, Mas Kelvin menarik tanganku, setelah dia mendorong Mas Aditya menjauh. "Kamu enggak apa-apa?" tanya Mas Kelvin, memastikan kondisiku. Aku mengangguk, tanda baik-baik saja. Mas Kelvin kembali ke Mas Aditya dan memberikan laki-laki itu ultimatum. "Jika sekali lagi kamu mengganggu Gladis, maka kakimu akan patah. Akan aku pastikan itu!" ucapnya lantang. Mas Aditya ingin berdiri, tapi dicegah oleh Om Alex. "Pergunakan uangmu bukan untuk hal seperti ini. Bangunlah kepercayaan dirimu dan perbaiki hidupmu yang hancur, atau kamu akan semakin hancur dan tidak lagi memiliki apapun!" imbuh Om Alex dengan suara lembut. Semua orang di sekitarku memiliki sikap yang lemah lembut, meski telah disakiti. Hal inilah yang membentuk kepribadianku, walau awalnya keinginan membalas dendam sangat menggebu. Bisa sirna begitu saja, jika ada pengganti orang yang bisa mendampingi. "Mas pergilah, jika kamu sudah berubah baik

  • Gara-gara Talak Tiga   Bab 134

    Om Alex datang dengan wajah merah padam, aku tidak tau, jika dia kan kembali ke sini. Dia mendekati Mas Aditya dan menarik kerah bajunya."Sudah kukatakan sejak awal kamu menikah! Jangan pernah sia-siakan, Gladis dan Mutiara. Kamu malah menjadikannya pembantu dan selingkuh darinya. Maumu apa?" Terlihat Mas Aditya kesulitan bernapas.Orang suruhan Mas Aditya mencoba membantu bosnya itu, tapi dengan sekali tatapan tajam Om Alex, mereka kembali menjauh. Om Alex kembali menatap tajam Mas Aditya, yang mulai berkeringat, Mas Aditya tahu betul siapa lelaki yang ada di depannya. "Saya hanya ingin Gladis kembali ke saya, Om. Bukan ingin menyakitinya," ujar Mas Aditya tergagap.Satu tamparan mendarat di wajahnya dan cukup membuat Mas Aditya meringis menahan rasa sakit. Sepertinya, Om Alex makin mengencangkan genggaman tangannya di kerah baju Mas Adity, terlihat dari wajah lelaki yang pernah membersamaiku itu. Dia makin meringis dan kesulitan bernapas."Om, jangan sampai dia mat*!" pintaku.Aku

  • Gara-gara Talak Tiga   Bab 133

    Mas Kelvin memintaku dan Mama Rini untuk diam di sini saja, dan dia yang akan melihat ada apa di depan. Namun, rasa penasaranku tiba-tiba muncul. Entah siapa yang berteriak di luar sana. "Apa Mas Aditya!" gumamku seketika. Aku takut, mama Rini syok mengetahui tentang kedatangan lelaki brengsek, yang sebentar tobat, sebentar kumat. "Mama mau istirahat di kamar?" tanyaku, sebenarnya aku mengharapkan mama Rini segera ke kamar. "Iya," Seketika aku merasa lega. Aku memapah Mama Rini untuk masuk ke kamarnya dan langsung bergegas ke depan. Di sana suara riuh sudah mulai terdengar. Yang paling sesak, Mutiara melihat dari balik jemdela. "Nak, Oma Rini temani, ya, kasihan," pintaku dengan menepuk pundaknya. Mutiara tersentak, saat aku memergokinya, kemudia langsung menuju ke kamar mama Rini. 'Maaf, Nak. Belum waktunya kamu mengetahui permasasalahan orang dewasa.' Benar dugaanku, Mas Aditya yang sedang membuat runyam, entah apa mau laki-laki itu. Padahal, dia sudah berjanji, tidak akan m

  • Gara-gara Talak Tiga   Bab 132

    Mama Rini duduk diantara aku dan Mas Kelvin, memegang tangan kami berdua dalam gengaman tangannya. "Mama tidak akan mungkin merelakanmu dengan siapapun, tapi mama harus sadar, bahwa kamu perlu melanjutkan hidup. Walaaupun kamu menikah dengannya, kamu tetap jadi menantu mama, semoga kamupun beitu, Nak!" Suara Mama Rini bergetar, aku tahu perasaannya saat ini tidak bisa diobati oleh apapun. "Tante dan Reinaldi adalah orang yang paling dekat denganku, dari pada orang tuaku sendiri. Meski kita sempat jauh, tapi hubungan kita tetaplah erat." Mas Kelvin menatap Mama Rini dengan lekat dan menguatkan genggaman tangannya yang bisa kurasakan. Ingin sekali kutinggalkan mereka berdua, untuk berbincang lebih lama, tapi semua menyangkut diriku juga. Mau tidak mau, aku harus membersamai mereka berdua. "Jadilah anak mama untuk selamanya," pinta Mama Rini dengan merangkul kami berdua. Aku sangat tidak berdaya, jika sudah seperti ini. Entah hatiku terbuat dari apa, terlalu melow, kata mereka. "Men

DMCA.com Protection Status