Share

Bab 90

Author: Dhisa Efendi
last update Last Updated: 2024-06-01 16:26:30

Ancaman Yanah akan melabraknya tidak membuat Nisa gentar.

"Semua saudaramu boleh nyerang Aku, Aku nggak takut, Pah. Ini empang Aku, apa hak mereka ikut campur!" suara Nisa meninggi. Ini memang empang Nisa karena Iman tidak kunjung membayar hutangnya pada Wida. Dari awal mula membuat pemancingan ini sepenuhnya memakai uang Wida yang berarti adalah uang Nisa juga. Dan Iman bukan melunasinya justru selalu menambah hutangnya, bahkan saat banjir kemarin mereka lagi - lagi 'meminjam' uang Wida. Pinjaman tak berbayar.

Iman lupa kalau sebenarnya bos empang itu adalah Nisa, bukan dirinya. Nisa juga tidak pernah mengatakan itu sebelumnya. Kali ini ia merasa didesak untuk mengatakan itu. Semua orang selain saudara - saudara Iman juga tidak mengetahui itu. Termasuk Arga. Bos empang yang sebenarnya adalah Nisa, bukan Iman.

"Cukup lomba ini sekali aja." putus Nisa. Iman menyerah, tapi Arga tidak. Ia tetap mengajak pemancing untuk mengikuti lomba untuk minggu depan.

"Lampak full, Bu." lapornya. N
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Gara-gara Selembar 50 Ribu   Bab 91

    Arga tertawa. Ia geli melihat wajah Nisa yang memerah karena marah. Belum lagi bibirnya yang lebih mancung dari biasanya. "Saya 'kan cuma cerita, Bu. Ibu sensi amat, sih." katanya mencoba meredakan emosi Nisa. Nisa menghela nafas. Anak - anaknya sangat suka ayam goreng buatannya tapi semua orang itu seperti Arga ini. Mempertanyakan dirinya yang selalu menyediakan ungkep ayam di kulkasnya. Apa tidak bosan? Masbulloh? Masalah buat Loh? "Nggak usah banyak komentar." nada suara Nisa melunak. Ia meletakkan ayam yang sudah selesai diungkep itu ke dalam sebuah wadah dan meletakkannya di atas meja warung. Setelah dingin baru akan dimasukkan ke dalam kulkasrd. Ia menoleh pada Arga. "Mau?" tawarnya. Arga menelan salivanya. Meskipun ia bilang anak - anaknya tidak suka ayam, tapi ia sangat menyukainya. Di rumah karena anak - anaknya lebih memilih ikan maka ibu mereka atau istrinya lebih memilih memasak ikan daripada ayam.'Aduhh, mana wangi banget ayamnya. Pasti enak.' keluhnya dalam hati.

    Last Updated : 2024-06-02
  • Gara-gara Selembar 50 Ribu   Bab 92

    "Teh Sari kelihatannya sih baik - baik saja. Mudah - mudahan memang benar begitu.""Kita lihat saja nanti." timpal Iman tak yakin, meskipun ia tetap mengharapkan yang terbaik untuk kakak iparnya itu. Nisa hanya dapat menghela nafas. Berdoa agar Sari memang sembuh seperti yang mereka harapkan.'Mudah - mudahan Pak Kyai itu memang benar - benar sakti. Jangan mencoreng nama baik orang muslim karena gelar Kyainya kalau ternyata Ia cuma seorang penipu.' harap Nisa dalam hati.Sudah seminggu berlalu. Sepertinya yang mereka khawatirkan tidak terbukti sampai Yanah mengabarkan perkembangan dari kesehatan Sari. "Ada bintik - bintik merah." di sekitar luka operasinya.""Bintik merah seperti alergi. Ada gelembung - gelembung airnya." tanpa sadar mereka bergidik ngeri. Bintik - bintik di sekitar luka operasi? "Apa gatal? Atau sakit?""Belum nanya. Lupa." Yanah menggeleng - geleng. "Kok bisa begitu, ya?""Itu karena Sari makan ikan asin!" timpal Edi gemas. Ia sudah melarang istrinya itu untuk

    Last Updated : 2024-06-03
  • Gara-gara Selembar 50 Ribu   Bab 93

    Cup! Iman mendaratkan kecupan kecil pada kening Nisa di depan semua mata memandang. Di dalam mobil Yanti membuang mukanya melihat adegan itu. 'Perasaan Bang Mumu nggak pernah seromantis itu.' hatinya tiba - tiba menjadi hambar. Pandangannya jadi bersirobok dengan Ijay yang duduk di sebelahnya."Apa?!" Ijay manyun. "Idih! Abang yang kenapa?!" Yanti ikut manyun. Ijay juga memperhatikan semua adegan Nisa memukul lengan Iman dengan manja dan berakhir dengan kecupan di keningnya itu dengan hati meletup - letup. 'Masih di sini aja udah romantis - romantisan gitu. Gimana nanti? Bisa - bisa tensiku langsung melonjak naik!' maki Ijay dalam hati. Ia misah misuh sendiri, membuat Yanah yang duduk di depannya merasa iba. "Kenapa, Pah? Papah kesal duduk di belakang?" ia salah menebak. Ijay mendengus seperti seekor banteng yang dikibarkan kain berwarna merah. "Kok Kita nggak jalan - jalan, sih? Masih nungguin siapa? Lama Amir!""Amir kepalamu peyang! Sabar dikit kenapa, sih?" jeplak Yanah

    Last Updated : 2024-06-04
  • Gara-gara Selembar 50 Ribu   Bab 94

    Nisa merapikan rumah Sari, membereskan tempat tidur dan mengganti spreinya dengan yang bersih agar jika pulang nanti Sari dapat langsung berustirahat. Setelah selesai menyapu dan mengepel Nisa menutup pintunya. Ia pulang ke rumahnya karena tidak ada lagi yang harus ia kerjakan. "Kira - kira kapan mereka pulang ya, Pah?" tanyanya ketika ia sudah berada di rumahnya. "Mungkin besok. Yang dulu juga begitu, 'kan?""Tapi waktu itu 'kan, Teh Sari operasi, jadi harus menginap?" Iman mengangkat bahunya. Ia seperti tidak terlalu perduli. Sementara Nisa berharap ada kabar baik dari mereka, mereka ribut di dalam mobil saat mereka terbangun. "Kenapa pada tidur semua, sih?" umpat Yanah. Ia menyesali kenapa ia juga tertidur begitu lama padahal ia ingin membeli oleh - oleh. "Kamu kan juga tidur!" semprot Edi."Aku 'kan cewek, bisa apa Aku?""Apa hubungannya cewek sama cowok? Ngantuk ya ngantuk aja!" kali ini Edi tidak mau mengalah. Sari yang duduk di antara mereka menutup kedua telinganya. Mata

    Last Updated : 2024-06-05
  • Gara-gara Selembar 50 Ribu   Bab 95

    Iman keluar untuk memastikan motor mereka ada semua.Ternyata masih ada. Ia juga melihat mobil yang kemarin dipakai Yanah cs."Udah pulang." gumamnya. Ia langsung membuat kopi dan membawa ke kamarnya. Iman melihat Nisa duduk berdoa sambil menunggu azan subuh. "Mereka sudah pulang." lapor Iman. Nisa tak bergeming. Ia masih berdoa. Setelah terlihat selesai Iman mengulangi laporannya. "Mereka sudah pulang." Nisa menoleh. "Siapa?"Bukannya menjawab, Iman justru terkesan bertele - tele. "Kan Kamu yang semalam nanya kapan mereka pulangnya?" Oh ya, Nisa mengangguk. Ia bersiap - siap untuk sholat subuh. "Mamah nggak ingin cepat - cepat ke sana?" Nisa mengangguk. Tentu saja ingin. Tapi tidak secepat itu juga, 'kan? Ia harus beberes rumah dulu selepas sholat subuh nanti. Menyiapkan sarapan untu Doni..."Nanti aja, Pah. Mereka juga pasti belum bangun." "Tapi nanti ketinggalan berita.""Apaan sih, kayak mau dengerin berita aja."Azan subuh mulai berkumandang. Nisa melepas mukenanya."Kok b

    Last Updated : 2024-06-06
  • Gara-gara Selembar 50 Ribu   Bab 96

    Perkiraan Arga tepat. Saat menguras empang mereka menemukan umpan yang sudah membusuk dalam kamtong plastik yang dimasukkan ke dalam empang. Diceburkan, tepatnya. Umpan itu diikat dengan batu yang berat hingga tenggelam ke dasar empang. "Pantesan ikannya nggak mau makan." ucap Arga seraya melempar 'barang itu' ke sungai di samping rumah Nisa. "Ikannya mabok. Lama - lama mereka bisa mati semua karena mabok." katanya lagi. Iman menghela nafas sedang Nisa hanya dapat terkesima. "Kita belum juga maju, kenapa mereka sudah njahatin Kita, sih?" dengus Iman. Nisa mengerti siapa yang dimaksud Iman dengan mereka, tapi Arga tidak."Kita termasuk maju, Bos! Bulan pertama ini Kita sudah menjual hampir 4 kuintal ikan." jelas Arga. Netra Iman membesar."Serius?" "Iya. Masa' Bos nggak bisa ngitung, sih? Tiap paketan aja udah 40 kilo sendiri, 'kan?" maksudnya paketan itu adalah lomba yang diadakan setiap malam minggu. Memang kelihatannya banyak. Tapi mana uangnya, ya? "Judulnya aja 4 kwintal,

    Last Updated : 2024-06-07
  • Gara-gara Selembar 50 Ribu   Bab 97

    Tentu saja Doni tidak mau Mamahnya bertambah sakit karena Iman yang tidak sabaran."Tapi Doni ijinin sekolahnya ya, Bang?" pintanya pada Nino. "Beres!" Nino meengacungkan jempolnya. Ia juga memberi uang untuk Doni membeli makanan. "Pulang kerja Bang Nino dan Mbak Wiwi langsung ke rumah sakit. Kamu bisa pulang. Tapi sebentar aja.""Kok sebentar? Bang Deni kapan jatah jagain Mamah?""Dia 'kan pulangnya udah malem terus. Kasihan. Pagi - pagi harus berangkat kerja lagi.""Oh." Doni mengangguk mengerti. "Malam sampai siang Kamu tetap yang jagain Mamah.""Doni nggak sekolah lagi?""Nggak. Sampai Mamah pulang. Paling 3 hari, kan Oma nyuruhnya begitu." Doni mengangguk. Sebenarnya ia senang menemani Nisa di rumah sakit. Nisa juga merasa nyaman berada bersama si bontotnya ini.Iman hanya menjenguk seperti orang lain yang menjenguk. Sebentar saja. Ia tidak sanggup melihat wajah istrinya yang pucat seputih kertas. Ia mengeluhkan itu pada saudara - saudaranya. "Aku nggak tega. Nisa sampai sepu

    Last Updated : 2024-06-08
  • Gara-gara Selembar 50 Ribu   Bab 98

    Nisa menolak. Ia enggan bila harus ke Rumah Sakit lagi. "Nisa di sini cuma pengen istirahat." Wida menghela nafas. "Pengobatanmu harus tuntas, Nak. Bagaimana kalau nanti perutmu sakit lagi?" Nisa membayangkan saat dirinya menangis dan menjerit karena perutnya yang sakitnya tidak tertahankan. Ia bergidik. "Nanti Vaya akan menemanimu.""Vaya?" Nisa membayangkan asisten kepercayaan Mamanya itu. Gadis cantik dengan jilbab yang menutupi dadanya. Gadis cantik dengan kepercayaan diri yang tinggi. Wajarlah, ia sarjana accounting lulusan universitas ternama. Tapi kenapa Ia mau bekerja di catering mamanya, ya? Lalu kenapa juga ia mau menemaninya ke Rumah Sakit? "Ayok, Mbak." ajak Vaya dengan senyum manisnya melihat Nisa sudah siap. "Hati - hati, Nak." Wida melepas mereka dengan harapan besar atas kesembuhan Nisa. Nisa membiarkan lengannya di rangkul oleh Vaya saat mendudukkannya di dalam BRV milik Wida dan membantu memasangkan sabuk pengdamannya. "Aku bisa." ketus Nisa. Ia merasa diangg

    Last Updated : 2024-06-09

Latest chapter

  • Gara-gara Selembar 50 Ribu   Bab 130

    "Udangnya pesan beberapa porsi ya, Nah. Oke, Kita nanti meluncur ke sana. Nemenin Edi dulu sebentar." Hasby menutup ponselnya."Bagaimana? Mau ikut apa tinggal di sini?" Hasby melirik Sani yang langsung tersipu malu."Saya punya suami, Bang." Mumu, Yanti, Iman dan Nisa langsung tergelak - gelak. "Emang Saya nanya?"Edi mengerucutkan bibirnya. Hasby tak dapat menahannya lagi. Tawanya terlepas. "Dia ngomong begitu karena takut Kamu kena php, Di.""Ayok, jalan." Edi menyeruput kopinya lagi sebelum berjalan."Mau kemana? Yanah di sebelah sana!" Hasby menunjuk arah yang sebaliknya. Edi memutar langkahnya. "Kasihan Bang Edi." ucap Nisa. Iman merengkuh bahu dan memeluk Nisa.Yanti tau Mumu tidak akan melakukan itu karena tidak terbiasa. Ia berinsiatif memeluk lengan Mumu lagi. Tapi tak di sangka Mumu melepaskan tangan Yanti dan melingkarkan tangannya di pinggang istrinya. Yanti hampir menangis karena bahagia. Netra Edi yang tajam langsung melihat keberadaan Yanah dan Ijay. "Nah!" ter

  • Gara-gara Selembar 50 Ribu   Bab 129

    "Bang Hasby tidak terlalu memuja pada kecantikan. Yang penting klik.""Tapi Aku nggak pe de tanpa make up." kata Ratna, mulai goyah. "Ya, jangan harap Bang Hasby akan melirik Mbak. Padahal Dia lagi cari pendamping hidup, lho. Dia sudah lama jadi duren. Duda keren." Yanti mulai menjadi kompor. "Udah, yuk. Kita mau ke toilet." ajak Yanah. "Eh, nanti dulu. Kalau Saya nggak pakai make up apa Hasby akan menyukai Saya?"Ikan memakan umpannya. Nisa tersenyum. "Sudah pasti. Abang pernah bilang suka kok, sama Mbak. Tapi katanya,'Sayang ya, Dia pakai make up. Coba kalau enggak." Nisa heran kenapa Yanti begitu lancarnya berbohong. Ratna termenung. "Andai Mbak bisa jadi kakak ipar Kita, Kita pasti seneng banget bisa makan enak terus." rayu Yanah lagi. Dalam hatinya ia bergumam, 'Duh - duhh..! Apanya yang enak, siiih?'Ratna tercenung. Apakah Hasby benar - benar akan tertarik padanya tanpa riasan di wajahnya? Mereka melanjutkannya dengan cerita mengenai Hasby. Hasby yang seorang psikiate

  • Gara-gara Selembar 50 Ribu   Bab 128

    "Ra.. Ra..?" Edi tergagap. Ia terkesima bukan karena takjub tapi lebih karena terkejut dan takut. "Ratna?" sapa Hasby dengan senyum yang mengembang. Bertolak belakang dengan Edi yang kemudian memalingkan wajahnya, Hasby justru bangun untuk menjabat tangannya. Di mata Edi Ratna begitu menyeramkan. Alisnya hanya tinggal sebelah - sebelah karena tidak ada lukisan dari pensil alis di sana. Bibirnya juga hampir membiru karena tidak ada sapuan lipstik di atasnya. Hasby tersenyum."Apa kabar?" tuturnya. Lebih hangat dari biasanya. "Baik." Ratna langsung duduk di sebelah Hasby. Ia merasa Hasby telah meresponnya dengan baik. Tidak kaku seperti sebelumnya. Bibir birunya menguakkan senyum. "Kapan - kapan Saya main ke rumah Abang, ya?" katanya tanpa melirik sedikitpun pada Edi yang belum pulih dari rasa terkejutnya. "Boleh." Hasby tersenyum tipis. Ia tidak takut Ratna datang ke rumahnya karena banyak anak buahnya yang dapat menghalangi Ratna untuk bertemu dengannya. Ratna semakin senang

  • Gara-gara Selembar 50 Ribu   Bab 127

    Iman ikut tertawa sedang Hasby yang baru keluar dari ruangan itu menahan senyumnya. Baru kali ini Mumu mencemburui istrinya. Sudah puluhan tahun sejak mereka menikah. Selama ini Iman yang terkenal dengan kecemburuannya. Mumu selalu cuek pada istrinya. Tapi sekarang? Setelah menghentikan tawanya Edi berujar, "Habis ini Aku akan bertemu dengan Ratnaku. Aku sudah rindu berat." Ratnaku? Yang lain sontak menepuk jidatnya masing - masing. Gusti, bagaimana menyadarkbuan manusia satu ini? "Emang Kita mau ke sana lagi? Makanannya 'kan kurang enak?" berengut Yanah. "Iya." timpal Iman setuju. Edi menatap Hasby. Ia mulai cemas. Hasby mengerti kecemasan Edi. Bagaimanapun Ia tidak ingin mengecewakan adiknya yang satu ini. "Ya. Nanti Kita ke sana." Edi kembali ceria dan bersemangat. "Yes!"Nisa menggelengkan kepalanya. Prihatin. 'Kasihan Bang Edi. Dia kesepian.'Yanti menarik lengan Nisa."Ayok nanti Kita kerjain ondel - ondel itu, Nisa." bisiknya. "Bagaimana?" Yanti membisikkan sesu

  • Gara-gara Selembar 50 Ribu   Bab 126

    "Sabar, dong. Orang sabar itu kekasih Allah." ucap Hasby. Bijak seperti biasanya. "Taraaa!" Nisa mengembangkan kedua tangannya. Netra merah Mumu membelalak saat Yanti kembali. Yanti mengenakan gamis seperti Yanah dan Nisa. Kepalanya juga memakai hijab instan. Ada sapuan bedak dan lipstik tipis - tipis. Yanti terlihat berbeda. Yanti terlihat berbeda. Ia tersenyum malu saat netra suaminya nyaris tak berkedip menatapnya. "Kamu apain Dia, Nisa?" tanya Edi dengan mengerjapkan netranya berulangkali. "Ternyata gamis Teh Yanti banyak. Bagus - bagus. Tapi Dia nggak berani pakai. Takut Bang Mumu nggak suka. Takut diketawain.""Aku suka. Suka banget." cetus Mumu tanpa sadar. Air liurnya bahkan menetes. Ia seperti siap menelan Yanti sekarang juga."Iler tuh, iler!" Edi tertawa diikuti yang lain. "Nggak ada yang nggak suka sama perempuan feminin." ujar Iman sambil meraih Nisa dan menghadiahinya dengan sebuah kecupan kecil di pipinya. Cup! "Hadiah karena udah membuat Teh Yanti jadi peremp

  • Gara-gara Selembar 50 Ribu   Bab 125

    Yanah kembali memeluk Nisa. 'Kasihan anak ini. Dia benar - benar jadi korban untuk semuanya.'Ijay menatap Nisa. Ia kini menyadari perasaannya. "Itu bukan cinta, Nah. Itu cuma rasa kagum yang dibaluri rasa iri karena tidak dapat memilikinya. Nisa seperti boneka yang tidak bisa Kamu miliki, Jay. Jadi Kamu terobsesi padanya."Yanah dan Ijay mengangguk. Mereka sama menatap Nisa yang memerah wajahnya karena dikatakan boneka. Bulu matanya yang lentik mengerjap. Dia memang seperti boneka. "Boneka kesayangan." Yanah mencium pipi Nisa yang memerah karena malu.Nisa menyadari sesuatu. "Tolong, Teh, Bang, Iman nggak usah tau hal ini, ya?" Nisa tidak ingin membuat Iman menjadi posesif bila melihat Ia bersama Ijay."Masalah ini Kita tutup sampai di sini. Yang lain nggak usah tau, bukan hanya Iman." tegas Hasby. "Ya." Ijay dan Yanah mengangguk. Hasby tersenyum. Ia juga langsung pamit untuk pulang. Masalah ini sudah mereka selesaikan dengan baik karena campur tangan Hasby. Ijay berjanji aka

  • Gara-gara Selembar 50 Ribu   Bab 124

    "Teteh kenapa? Jangan bikin Nisa takut, Teh?" Nisa mengusap airmata Yanah dengan jari dan telapak tangannya. "Kamu mau maafin Aku kan, Nisa? Apapun kesalahanku?" Nisa semakin bingung. Ia ikut menangis karena mengkhawatirkan keadaan Yanah. Ia takut Yanah seperti Sari yang meminta maaf padanya karena akan pergi untuk selamanya. "Iya. Tapi Teteh jangan nangis gitu, dong?"Melihat Nisa ikut menangis Yanah berusaha meredam tangisnya. Tapi tidak bisa. Airmatanya justru meluncur semakin deras. Ia tidak henti - hentinya mengucapkan kata maaf. "Maafin Aku, Nisa. Maafin Aku."Terbayang sikap buruknya selama ini pada Nisa.'Kenapa Aku baru merasakan kebaikanmu, Nisa? Kenapa Kamu nggak pernah membalas perkataanku yang sengaja membuatmu sakit hati?'Melihat Yanah terus menangis Nisa tidak tahan lagi. Ia menghambur keluar kamar. Ijay dan Umboh terkejut melihat wajah Nisa yang basah dengan airmatanya. "Kenapa, Bik?" tanya Umboh panik. Ia langsung berlari ke kamar Mamahnya. Ijay menatap Nisa sebe

  • Gara-gara Selembar 50 Ribu   Bab 123

    Iman mengangguk seraya menepuk kantong celananya. "Ada. Tadi Bang Hasby sebelum berangkat ngasih Papah uang. Katanya biar Papah semangat nyetirnya." memang Hasby itu sangat murah hati. "Buat belanja besok aja, Pah." Nisa mulai berhitung. "Cukup, kok." berapa yang harus dihabiskan, sih? Hanya makan bakso berdua. Mereka semua makan juga masih ada lebihnya. "Buat bekal Doni?" Nisa ini benar - benar, ya? "Aman." rungut Iman. Tapi Nisa berpikir lagi."Tapi Mamah benaran kenyang, lho." Nisa melihat kekecewaan di mata Iman. Ia ingin jalan berdua dengan istrinya. Makan bakso hanya alasan."Gini aja. Mamah temenin Papah makan, ya?" Iman menjadi tidak bersemangat. "Mana enak makan sendiri."Nisa tersenyum. Tangannya mengelus pipi Iman. Ketiga anak mereka menatap dengan hati senang. "Mamah lagi romantis." bisik Doni. "Kita bikin romantis," Deni malah bersenandung dengan mulut penuh nasi. Ada yang tersembur keluar. "Jorok, ih!" Nino menoyor kepala adiknya. Deni dan Doni tertawa. "Yang

  • Gara-gara Selembar 50 Ribu   Bab 122

    Setiap ada masalah Nisa yang akan selalu disalahkan."Itu semua karena Nisa!" "Gara - gara Nisa!" "Nisa, siiih..!"Demi menutupi perasaannya Ijay mendukung keinginan Yanah. Bahkan ia ikut bersikap julid pada Nisa di depan orang lain. Ijay berhasil membohongi orang lain termasuk Iman, tapi ia tidak dapat mengelabui istrinya. Ijay dapat mengelabui siapapun tapi tidak dengan istrinya, Yanah. Istrinya diam dengan hati yang berkobar dan bila ada kesempatan akan membakar saat ada permasalahan antara Iman dan Nisa.Tapi itu beberapa waktu yang lalu. Setelah Yanah sakit dan mendapat curahan perhatian dari Nisa rasa benci itu terkikis sedikit demi sedikit. Kelembutan Nisa saat menemaninya membuatnya luluh. Apalagi Nisa selalu menundukkan pandangannya pada lelaki lain, termasuk Ijay. "Siapa yang tidak jatuh hati pada Nisa. Dia begitu cantik dan lembut. Idaman setiap laki - laki." Yanah tidak pernah mendengar Nisa berteriak. Bahkan saat Yanah memakinya sekalipun.Iman membelokkan mobil k

DMCA.com Protection Status