XI Ipa 1
Disinilah keberadaan empat remaja cantik tersebut. Di dalam kelas yang suasana dan tempatnya sudah seperti pasar.
Ada yang bernyanyi, ada yang menjadikan meja sebagai alat gendang, ada yang tidur, ada yang selfie, vc, sampai siaran langsung, para kutu buku memilih membaca buku di kelas atau supaya lebih tenang mereka lebih memilih ke perpus seperti Ratna dan Layla.
Lain hal nya dengan empat remaja yang saling sibuk dengan kegiatan dan pikirannya masing-masing seperti Lady yang dari tadi sibuk dengan ponselnya.
"Huu ... bosan, " tiba-tiba Gladis bersuara memecah keheningan tapi tidak membuat Lady tersadar dari dunianya.
"Sama, gue juga bosan," sahut Fira.
"Hmm, gimana kalau kita main game aja biar ngilangin bosan," sahut Gladis.
"Game apa?" tanya Kesya.
Mereka tampak berfikir namun beberapa menit kemudian mereka saling pandang.
"TOD!" seru ketiganya yang berhasil membuat Lady tersadar dari dunianya.
"Apaan sih kalian!" ucap Lady kesal.
"Yuk main TOD, Lad," ajak Gladis.
"Ogah ahh, males gue, mending juga streaming mv BTS," acuh Lady.
"Ahh lo mah kalau gak drakor yaa streaming, gak bosen apa tiap hari Korea mulu yang dilihat?!" celetuk Gladis.
"Gak," singkat dan jelas itu lah jawaban yang diberikan Lady atas pertanyaan Gladis.
"Gak punya nyali buat ikut main?" sindir Fira ketus sambil memainkan kuku-kuku jarinya yang indah tanpa memandang Lady.
Lady tampak kesal namun beberapa detik kemudian ia tersenyum miring. Entah apa yang dipikirkan olehnya hanya dia dan tuhan lah yang tahu.
"Ok, gue ikut main." Seketika semuanya tersenyum senang.
"Tapi .... " Kalimat yang di gantung oleh Lady membuat ketiga remaja tadi mengerutkan keningnya.
"Tapi apa?" sahut Kesya datar.
"Iya apa? cepetan deh ngomong," sahut Gladis.
"Awas aja yang aneh-aneh," sahut Fira dengan wajah garang bak harimau yang yang siap menerkam mangsa.
"Gak aneh-aneh kok, hmm khusus lo Dis, pilihan lo harus dare," ucap Lady dengan menunjuk Gladis.
"Lah! apaan lo suka - suka gue lah mau milih apaaan," sahut Gladis Kesel.
"Oh gitu? Ok deh gue gak jadi ikut main," ucap Lady sambil tangannya dilipat di depan dada dengan santai seolah menunggu Gladis akan menyetujui syarat yang ia ajukan.
"Lah, kok gitu lo, anhe banget," kesel Gladis.
Hening beberapa menit....
"Ihh yaudah deh iya gue pilih dare," kesal Gladis
Seketika Lady tersenyum miring
"Udah gue tebak," batin Lady."Siap-siap, Dis," bisik Lady yang membuat Gladis menatap tajam kearahnya.
"Awas aja lo aneh-aneh," ucal Gladis serius.
"Gue gak aneh-aneh, lo tenang aja, kalau sama gue semua aman," ucap Lady dengan nada sombongnya.
"Buruan mulai," ucap Fira datar.
"Oke, bentar," ucap Gladis. Gadis itu berdiri dari kursinya mendatangi seorang siswi kaca mata di bangku paling depan kelas.
"Eh Andin, gue pinjam botol minum lo dong, bentar doang," ucap Gladis.
"Buat apa?" tanya Andin.
"Kita mau main TOD dan kita butuh botol, udah lah gue pinjam dulu ya, bentar doang kok," ucap Gladis memgambil botol yang berada di atas meja dengan berisi sedikit air minum lagi.
"Oke, jangan lupa balikin," ucapnya.
"Aman, lo tenang aja sama kita," balas Gladis.
Gladis berjalan ke arah temen-temannya yang sudah menunggu.
"Oke, gue yang puter pertama, ya," ucap Gladis diangguki oleh mereka.
"Buruan, gak sabar gue," balas Lady.
Gladis memegang botol tersebut lalu mulai memutarnya. Botol tersebut berhenti saat menunjuk Fira.
"Truth Or Dare, Fir?" tanya Gladis cepat.
"Truth."
"Oke, lo suka kan sama Raka ketua kelas kita yang paling ganteng itu?" tanya Gladis dengan cepat yang diakhiri dengan gelak tawanya yang menggelegar saking senangnya dapat menanyai Fira seperti itu.
Gladis nemang paling suka menggoda Fira tentang Raka yang notabenenya adalah ketua kelas XI Ipa 1, alasannya adalah Fira dan Raka tidak pernah akur setiap berjumpa pasti ribut.
"Nggak," sergah Fira cepat.
"Yakin?" goda Gladis.
"Yakin lah," ketus Fira.
"Masa sih? Kok gue engga percaya, ya?" goda Gladis lagi.
"Terserah lo, intinya gue gak suka sama dia apalagi sampai punya rasa sama dia, ogah banget," balas Fira ketus.
"Hahaha santai dong Fir, gue kan cuma nanya. Jangan sewot gitu kalau emang gak ada rasa, tapi kalau seandainya lo ada rasa saran gue buruan deh ungkapin keburu dia di ambil sama orang lain, nanti lo nyesel lagi," ucap Gladis bawel.
"Apaan! Lo kira gue cewek apaan mau ngedeketin cowok duluan? Gak bakal nyesel gue mau dia pacaran sama yang lain atau bahkan nikah sekalian, gue gak peduli," ucap Fira ketus.
"Jangan salah, Fir jaman sekarang banyak kok cewek yang kayak gitu, berjuang demi cintanya. Oh, gue tau, apa lo mau ngasih kode ke Raka supaya dia ngedeketin lo duluan, ya?" balas Gladis masih menggoda Fira.
"Lah, itu mah mereka ngemis cinta bukan gue, gue gak berharal di deketin sama dia, paham lo?" balas Fira tambah ketus.
"Santai, Fir," balas Gladis dengan tertawa mengejek pada Fira yang mukanya sudah merah sekarang.
Diam-diam Lady tersenyum miring mendengar ucapan Gladis.
"Udah deh buruan lanjut," omel Fira dengan muka malasnya.
"Ok, giliran lo, nih botolnya," Gladis menyodorkan botol minum itu ke Fira.
Fira mulai memutar botol itu, botol berputar dan berhenti antara Gladis dan Lady.
"Gue yang ken --" ucapan Gladis terpotong oleh ucapan Lady yang besar.
"Gue yang kena ini, mata lo rabun ya sampai gak bisa ngelihat jelas?" tanya Lady cepat.
"Apaan sih lo, perkara ini doang ngamuk, ribet deh!" kesel Gladis.
"Gue gak ngamuk, biasa aja tu, gue cuma mau negasin kalau ini yang kena gue bukan lo," ucap Lady.
"Aneh banget, baru kali ini gue jumpa orang main TOD maksa banget supaya dia yang kena," ucap Kesya datar.
"Diam lo muka datar. Udah, buruan Fir, gue pilih truth," ucap Lady memberi tahu tanpa ditanya.
"Belum juga ditanya, untung Fira emang engga suka basa-basi," ucap Gladis.
"Siapa mantan terindah lo?" tanya Fira.
"Ha? E-engga ada lah, namanya mantan itu buruk mana ada terindah, kalau terindah gak mungkin jadi mantan," ucap Lady gugup.
"Alah, gak usah bohong lo, gue tau lo punya mantan terindah yang sekolah di sekolah ini juga, cepet deh jawab," ucap Fira.
"Lo tau dari mana? E-eh, Apaan sih lo, gue gak punya mantan terindah apa lagi sampai sekolah di sini, kalau ada udah pindah sekolah kali gue," ucap Lady mencoba meyakinkan.
"Jadi lo gak mau jujur?" tanya Fira ketus.
"Gue udah jujur kali, Fir, lo aja yang gak percayaan sama gue," ucap Lady.
"Oke, biar gue yang cari tau sendiri. Lo tau gimana gue, apapun yang gue pengen tau pasti gue cari tau sampai dapat," ucap Fira.
"Dih, kurang kerjaan banget lo, ngapain juga nyari mantan orang, mau lo pacarin?" tanya Lady seperti marah.
"Berarti lo emang beneran punya mantan terindah di sekolah ini, Lad?" tanya Gladis tiba-tiba membuat Lady salah tingkah.
"Udah lah, jujur aja," Ucap Kesya datar.
"Oke, gue emang punya mantan terindah di sekolah ini, tapi kalian gak perlu tau, nanti kalau kalian tau kalian pada ngetawain gue lagi, ngeledekin terus," ucap Lady.
"Wow, gue terkejut," ucap Gladis geleng-geleng.
"Cepet lo kasih tau siapa namanya sesuai truth yang dikasih Fira," lanjut Gladis.
"Gak, gue gak mau ngasih tau kalian," jawab Lady cepat.
"Oke karena lo gak mau ngasih tau, gue bakal nyari tah sendiri," ucap Fira.
"Cari aja kalau bisa, dasar kurang kerjaan," ucap Lady.
"Udah, buruan lanjut, soal mantan terindah Lady biar Fira yang urus," ucap Kesya membuat Lady terbelalak.
"Sebelum lanjut, gue cuma mau ngasih tau kalian, mantan terindah itu engga ada, jangan aneh deh, kalau indah gak mungkin putus," ucap Lady.
"Karena ada banyak hal yang gak bisa kita paksain, biarpun mantan terindah tapi kalau mereka gak bisa bersama ujung-ujungnya juga harus berpisah dan meninggalkan jejak indah di hati," ucap Gladis membuat Lady diam.
"Oke gue putar botolnya," ucap Lady mengambil botol. Lady mulai memutar botol tersebut dan berhenti tepat menunjuk Gladis.
"Tembak kak Galang sekarang."
"Tembak kak Galang sekarang."Tantangan Lady tersebut mendapat respon tak percaya dari Kesya, Fira, dan tentunya Gladis. Mereka sama sekali tak percaya Lady akan memberi tantangan yang sangat menguji nyali seperti itu. Gladis menganga sambil mengerjap-ngerjapkan matanya"Wha ... what?!" tanya Gladis masih belum percaya."Iya, lo harus nembak kak Galang. Terserah deh mau di lapangan, di kelas, di lab, di kantin, atau di toilet juga gak apa-apa. Yang penting lo harus nembak kak Galang, titik," ucap Lady dengan menekankan perkataannya."Wah, gak waras lo Lad," ucap Gladis seakan tak percaya."Gue waras, lo kali yang gak waras, punya perasaan kok di pendam," ucap Lady tersenyum miring."H-ha? Ya, kali gue ngedeketin cowok duluan, ada-ada aja lo Lad, gengsi dong gue," ucap Gladis dengan sok marah padahal jantungnya sudah berdetak tak menentu saat ini."Lo lupa, beberapa menit yang lalu lo malah nyaranin Fira buat nyatain
Sudah hampir jam pelajaran usai, tetapi Lady tak kunjung menampakkan wujudnya juga. Entah kemana gadis itu pergi yang jelas saat ini pelajaran sedang berlangsung dan dia tidak berada di kelas. Untuk pertama kalinya seorang Lady yang sangat suka pelajaran bahasa Inggria memilih bolos pada jam pelajaran tersebut. Apa setidak mau itu Lady bertemu dengan Gladis?"Key, gimana nih, Lady kok engga balik-balik, ya, ke kelas? Padahal ini kan mata pelajaran kesukaan dia," ucap Gladis sedikit berbisik pada Kesya yang duduk di depannya."Udah lah biarin aja, nanti juga datang ngambil tasnya," sahut Kesya datar."Gak usah di ambil pusing, dia emang kekanakan banget," sahut Fira yang duduk di samping Kesya."Ya, tetep aja gue gak enak, gara-gara gue gak mau ngelakuin tantangan dari dia, dia sampai bolos pelajaran," lirih Gladis tak ditanggapi Kesya dan Fira.Gladis merasa tak tenang, dia cemaa akan Lady yang tak kunjung datang. Gadis itu
"Gladis bangun sayang, ini udah jam 6 loh, kamu kan harus siap-siap ke sekolah." Reta sudah berdiri sejak sepuluh menit yang lalu di depan kamar putri bungsunya itu.Liberta atau yang biasa dipanggil reta saat ini sedang berdiri sambil menggedor-gedor pintu kamar putri bungsunya. merasa tak ada jawaban yang diberikan putrinya membuat reta kebingungan."Kok gak dijawab ya, gak biasanya Gladis susah bangun begini," gumamnya cemas.Karena cemas Reta akhirnya memutuskan masuk ke kamar putrinya yang untung saja tak dikunci."Gladis ... bangun nak, kamu gak sekolah? ini sudah jam 6 loh?" tanya Reta sambil mengusap-ngusap kepala anaknya."Hmm ... Gladis hari ini gak sekolah ya, Ma, soalnya Gladis ngerasa gak enak badan," ujarnya dengan lemas yang dibuat-buat.Reta menempelkan punggung tangannya ke dahi Gladis, namun yang dia rasakan adalah normal."Tapi,
Gladis dan Lady sampai di sekolah bertepatan dengan datangnya rombongan cowok-cowok nakal dengan embel-embel most wonted. Suara motor besar saling kejar-kejaran memenuhi area parkiran.Mata Lady dan Gladis sama-sama menatap kearah seorang cowok tinggi semampai yang sedang menyisir rambut menggunakan jari-jarinya. Setiap pergerakan cowok itu tidak luput dari pandnagan kedua gadia yang masih berada di dalam mobil itu. Perlahan para cowok itu turun daru motornya masing-masing sembari bercanda satu sama lain. Hanya cowok yang menyisir rambut menggunakan jarinya tadi yang diam. Tatapannya tajam lurus kedepan seakan menyiratkan pergi untuk orang-orang yany berada di depan jalannya. Benar saja, semua yang berada di depan jalan Galang memilih pergi atau menunduk. Laki-laki itu Galang setiap hari memang seperti itu kelakuannya."Itu orangnya buruan samperin," ucap Lady sambil menunjuk seorang cowok dengan baju keluar dan tangan dimasukan kedala
Saat ini Gladis, Kesya, Fira, dan Lady sedang berada di dalam kelas dan pelajaran sedang berlangsung."Lady." Gladis menoel-noel lengan Lady seperti anak kecil yang membujuk ibunya untuk membelikannya mainan."Lady," panggil Gladis masih dengan nada yang sama tapi sambil menoel-noel lengan lady."Lad--""Diam!" bentak Lady dengan suara tidak terlalu besar."Ihh, Lady jangan ngambek gitu dong, kalau ngambek-ngambek nanti cantiknya hilang, loh," pujuk Gladis dengan puppy eyesnya. Lady tak memperdulikan Gladis ia kembali melihat kedepan untuk mendengarkan penjelasan dari buk Siska."Ihh, Lady jawab dong, kok Gladis di diemin, sih," ucap Gladis dengan kesal sembari mengerucutkan bibirnya"Gue bilang diem," kesel Lady dengan menggebrak meja membuat seisi kelas menatap aneh ke arah mereka."Gladis, Lady ada apa?" tanya buk Siska. Betap
"Dis, lo ngmong dong. Masa dari tadi lo diam doang," ucap Lady dengan nada sedih."Lo mikir dong kenapa dia jadi diam gitu," cibir Fira."Diam lo, jangan kompor ya jadi orang," ketus Lady."Gue engga kompor-komporin, ya, emang harusnya lo sadar diri kalau lo alasan Gladis diam kayak gini," jawab Fira tak kalah ketus."Lo bukannya ngebantu gue buat dia ngomong, malah kompor-komporin," jawab Lady lagi."Ogah banget gue, lo usaha sendiri, orang lo yang salah," jawab Fira.Lady merasa emosinya semakin ke ubun-ubun mendengar ucapan Fira. Baru Lady akan menjawab tapi suata Gladis menghentikan suaranya."Udah diam, kalian berisik," ucap Gladis datar.Kini keempat remaja tersebut sedang berada di dalam kelasnya. Mereka bisa bebas berbicara karena kelasnya saat ini sedang free. Sedari kantin tadi, Gladis tidak bersuara sama sekali padahal sahabat-sahabatny
Pagi ini Gladis bangun lebih lama dari biasanya karena dia baru bisa tidur sekitar jam 3 subuh tadi. Gadis itu tidak melakukan apapun selama tidak bisa tidur, dia hanya terus melamun sembari menatap langit-langit kamarnya. Pikirannya jelas tertuju pada satu hal, hal yang mampu membuat dia menjadi tidak tenang.Gladis bersiap dengan cepat lalu turun dan pamit ke sekolah tanpa sarapan. Reta sudah memaksa Gladis untuk sarapan tapi Gladis terus mengatakan bahwa dirinya sudah terlambat, dengan terpaksa Reta membiarkan Gladis berangkat tanpa sarapan.Gladis berjalan sendirian di koridor sekolahnya. Koridar nampak ramai oleh siswa-siswi, ada yang lalu lalang dan ada yang duduk di depan kelasnya. Gladis berjalan dengan tenang, tapi siapa yang tau bahwa pikiran gadis itu saat ini sangat tidak tenang.Mata Gladis menangkap sosok ketiga sahabatnya yang sedang berjalan kearahnya. Dalam hati Gladis sudah berniat balik arah agar tidak bert
Setelah kejadian di lapangan basket tadi, Gladis tidak henti-hentinya tersenyum. Senyumnya sangat lebar dan terlihat manis. Beberapa yang melihatnya merasa aneh, sebagian juga seakan tahu apa penyebab gadis itu tersenyum.Kini Gladis dan ketiga sahabatnya sudah berganti baju dan duduk di kelas menghabiskan sisa jam pelajaran olahraga sembari menunggu jam istirahat."Lo kenapa Dis, dari tadi senyum-senyum terus?" tanya Fira."Iya, aneh lo," timpal Kesya.Gladis menoleh pada teman-teman nya, bukannya menjawab dia justru hanya merespon dengan cengiran."Wah! gak waras nih anak," ucap Lady sambil geleng-geleng."Gue yakin, dia pasti senyum-senyum gak jelas gini karena dikasih harapan sama si doi tadi," lanjut Lady agak ketus. Entah mengapa sikap Lady jadi berubah semenjak kejadian di lapanhan basket tadi."Gue bukannya senang malah kesal sama kakak kelas yang dandana
Happy Reading!***Bel pulang sekolah telah berbunyi lima belas menit yang lalu, tapi kelas Gladis masih belum pulang, hal ini di karenakan XI IPA 1 ada ulangan mendadak. Banyak yang tidak belajar sehingga mereka sulit untuk menjawab soal ulangan yang diberikan Bu Siska.Tidak dengan Gladis, gadis itu sudah siap mengerjakan ulangannya tepat saat bel pulang sekolah berbunyi. Tapi dia terpaksa tetap berada di dalam kelasnya karena sang guru mengatakan mereka akan pulang bersamaan setelah semuanya selesai mengerjakan ulangan. Jadilah Gladis badmood dibuatnya. Gladis sangat yakin saat ini pasti papanya sudah menunggu dirinya di luar."Duh, susah banget sih!" gerutu Kamal."Makanya belajar!" ucap Gladis dengan kesal."Yee, kalau gue tau hari ini bakalan ulangan pasti gue udah siapin contekan," ucap Kamal.Gladis memukul kepala Kamal me
Setelah semalam dirinya seharian beristirahat di kamar, kini Gladis merasa tubuhnya sudah jauh lebih baik. Panas tubuhnya juga sudah menurun walaupun masih sedikit terasa hangat. Tidak ingin lebih lama untuk berada di rumah, Gladis memutuskan untuk ke sekolah walaupun Reta belum tentu mengizinkannya. Setelah bersiap-siap, Gladis segera memasukan buku sesuai jadwal pelajaran ke tas sekolah miliknya. Dia memakai sepatu sekolahnya Serta menyemprotkan parfum ke seragamanya. Setelah itu, gadis itu langsung turun menuju dapur untuk sarapan."Pagi, Ma," ucap Gladis lalu mengecup pipi kanan dan kiri ibu nya."Pa-pagi, sayang," balas Reta bingung."Masak apa, Ma?" tanya Gladis bersiap ingin membantu Reta."Nasi goreng." jawab Reta masih bingung."Kamu ngapain pakek seragam sekolah?" tanya Reta."Ya, mau sekolah dong, Ma," jawab Gladis agak takut-takut.
Di sekolahan, seorang remaja laki-laki sedang bermain basket di lapangan sekolah bersama teman-temannya. Laki-laki itu begitu fokus pada permainannya hingga tidak sadar dirinya menjadi bahan tontona siswi sekolahnya. Tubuh tinggi, badan tegap, wajah tampan ditambah keringat yang bercucuran dari tubuhnya menambah kesan cool pada laki-laki itu. Tidak salah jika banyak siswa yang menyukainya.Puas dengan permainannya kali ini, dia memilih duduk di pinggiran lapangan diikuti oleh teman-temannya."Kantin yuk, haus nih," ucap Adit yang diangguki oleh ketiga temannya.Keempat most wanted itu berjalan beriringan menuju kantin. Tatapannya lurus kedepan membuat siapa saja yang di depannua memilih menepi. Mereka duduk di meja biasanya, di pojok dekat jendela kantin. Jendela itu dibuka sehingga angin yang masuk mengenai keringat membuat tubuh serasa sejuk."Doi mana, Lang?" tanya Adit membuka suara
"JANGAN!""Adis, bangung Nak!" ucap Reta khawatir."Dis, bangun sayang," ucap papa Gladis seraya menepuk-nepuk pipi putri nya.Gladis bangun dari tidurnya dalam keadaan yang buruk, keringat memenuhi wajahnya, tubuhnya panas dingin. Ketakutan menjalar dalam hatinya."Kamu kenapa, Dis?" tanya Reta panik.Perlahan, Gladis mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Tempat ini berbeda, tempat ini tidak asing baginya. Gladis mulai berfikir bahwa kejadian tadi hanya mimpi. Mimpi yang sangat buruk.Gladis masih syok dengan kejadian yang berada di mimpinya tadi sehingga dia tidak menjawab pertanyaan mamanya. Dia hanya terdiam membisu sembari masih mengamati kamar tidurnya."Adis, kamu kenapa?" tanya papa Gladis lagi.Gladis sadar dari lamunannya lalu dia menatap orangtuanya lamat-lamat, tidak berapa lama Gladis langs
"Assalamualaikum, Adis pulang," ucap Gladis saat memasuki rumah."Walaikumsallam, tumben pulang telat, Dis?" tanya Reta bingung."Iya, tadi neduh dulu Ma, soalnya hujan," jawab Gladis tidak sepenuhnya berbohong."Oh, gitu. Yaudah sekarang kamu ganti baju habis itu makan, biar mama siapain makanannya, ya," ucap Reta tersenyum manis."Gak usah Ma, soalnya Gladis udah makan tadi," jawab Gladis."Makan dimana?" tanya Reta."Waktu neduh tadi, Gladis mampir ke cafe dekag sekolah soalnya udah laper," jawab Gladis lagi-lagi tidak sepenuhnya berbohong."Kelaperan kamu? Lagian pakek segala engga mau dijemput supir tadi," ujar Reta pura-pura kesal."Sekali-sekali Gladis balik bareng temen-temen, Ma," jawab Gladis."Oh, yaudah kamu langsung istirahat aja," ucap Reta yang dianggukin oleh Gladis.&n
Jam pelajaran baru saja selesai dan guru baru keluar dari kelas tetapi kelas langsung seperti kapal pecah. Semua sibuk membereskan peralatannya termasuk Gladis. Gadis itu secepat kilat memasukkan alat-alat belajar miliknya ke dalam tas."Dis, lo mau kemana sih, buru-buru banget?" ucap Lady tidak suka."Pulang," jawah Gladis sambil memasukan peralatannya."Biasa aja kali, Dis. Kayak gak pulang setahun aja ke rumah," ucap Fira menimpali.Gladis berhenti memasukan barang-barangnya ke dalam tas. Sejenak dia mengehela nafas. "Gue kan mau balik bareng kak Galang jadi harus buru-buru dong, ya, kali gue yang nebeng tapi gue yang ditungguin," ucap Gladis kembalu memasukan alat-alatnya ke dalam tas."Oh, gara-gara itu," ucap Fira manut-manut.Tanpa mereka sadari, wajah Lady berubah saat Gladis mengucapkan akan pulang bersama Galang. Wajahnya yang awalnya suda
Keadaan belakang sekolah yang sepi menjadi pilihan kedua remaja beda jenis kelamin ini untuk bertemu. Sudah sekitar lima menit mereka disitu, tapi tetap tidak ada pembicaraan tepatnya tidak ada yang mau memulai pembicaraan. Mereka berdiri saling berdekatan, mungkin hanya berjarak tiga langkah.Salah satunya mulai menghela nafas jengah dengan keadaan, "Ada apa?" akhirnya remaja cowok itu membuka suara."Kenapa lo tega banget sama gue?" tanya lawan jenisnya dengan mata berkaca-kaca juga suara yang sarat akan kesakitan."Gue ngapain lo?" tanya cowok itu bingung. Dahinya mengkerut dengan alis yang naik sebelah."Kenapa lo masih nanya, Lang! Gak sadar juga lo sama kesalahan lo itu, ha?" tanya cewek itu dengan emosi menggebu-gebu. Galang seolah paham apa yang dibicarakan oleh perempuan ini, dia hanya mengeluarkan senyum miringnya.Kedua pasang mata remaja beda lawan jenis itu bertemu. Cowok yang dipanggil Lang tadi hanya menatap datar
Saat ini, Gladis dan Galang berada di kantin sekolah. Keadaan kantin sangat sepi bahkan siswa yang ada di sana hanya mereka berdua. Sebentar lagi jam istirahat pasti kantin akan ramai oleh siswa-siswi. Ngomong-ngomong istirahat, sudah berapa lama dia pergi dari kelas dengan alasan ingin ke toilet? Pasti teman-temannya mencari dia."Kenapa diam?" tanya Galang menyadarkan Gladis dari pemikirannya."Emang mau ngomong apa, kak?" tanya Gladis polos.Galang menyesali pertanyaan yang diberikannya pada gadis polos atau bego di depannya ini."Maksud gue, kenapa tadi lo diam aja waktu Siska dan teman-temannya nyakitin lo?" tanya Galang dengan sangat jelas agar gadis ini paham.Rasanya berbicara dengan gadis ini membutuhkan energi yang sangat besar, Galang mana bisa berbicara singkat seperti biasanya. Harus dijelaskan dengan sangat jelas baru dia paham.Gladis hanya menun
Setelah kejadian di lapangan basket tadi, Gladis tidak henti-hentinya tersenyum. Senyumnya sangat lebar dan terlihat manis. Beberapa yang melihatnya merasa aneh, sebagian juga seakan tahu apa penyebab gadis itu tersenyum.Kini Gladis dan ketiga sahabatnya sudah berganti baju dan duduk di kelas menghabiskan sisa jam pelajaran olahraga sembari menunggu jam istirahat."Lo kenapa Dis, dari tadi senyum-senyum terus?" tanya Fira."Iya, aneh lo," timpal Kesya.Gladis menoleh pada teman-teman nya, bukannya menjawab dia justru hanya merespon dengan cengiran."Wah! gak waras nih anak," ucap Lady sambil geleng-geleng."Gue yakin, dia pasti senyum-senyum gak jelas gini karena dikasih harapan sama si doi tadi," lanjut Lady agak ketus. Entah mengapa sikap Lady jadi berubah semenjak kejadian di lapanhan basket tadi."Gue bukannya senang malah kesal sama kakak kelas yang dandana