Keadaan belakang sekolah yang sepi menjadi pilihan kedua remaja beda jenis kelamin ini untuk bertemu. Sudah sekitar lima menit mereka disitu, tapi tetap tidak ada pembicaraan tepatnya tidak ada yang mau memulai pembicaraan. Mereka berdiri saling berdekatan, mungkin hanya berjarak tiga langkah.
Salah satunya mulai menghela nafas jengah dengan keadaan, "Ada apa?" akhirnya remaja cowok itu membuka suara.
"Kenapa lo tega banget sama gue?" tanya lawan jenisnya dengan mata berkaca-kaca juga suara yang sarat akan kesakitan.
"Gue ngapain lo?" tanya cowok itu bingung. Dahinya mengkerut dengan alis yang naik sebelah.
"Kenapa lo masih nanya, Lang! Gak sadar juga lo sama kesalahan lo itu, ha?" tanya cewek itu dengan emosi menggebu-gebu. Galang seolah paham apa yang dibicarakan oleh perempuan ini, dia hanya mengeluarkan senyum miringnya.
Kedua pasang mata remaja beda lawan jenis itu bertemu. Cowok yang dipanggil Lang tadi hanya menatap datar
Jam pelajaran baru saja selesai dan guru baru keluar dari kelas tetapi kelas langsung seperti kapal pecah. Semua sibuk membereskan peralatannya termasuk Gladis. Gadis itu secepat kilat memasukkan alat-alat belajar miliknya ke dalam tas."Dis, lo mau kemana sih, buru-buru banget?" ucap Lady tidak suka."Pulang," jawah Gladis sambil memasukan peralatannya."Biasa aja kali, Dis. Kayak gak pulang setahun aja ke rumah," ucap Fira menimpali.Gladis berhenti memasukan barang-barangnya ke dalam tas. Sejenak dia mengehela nafas. "Gue kan mau balik bareng kak Galang jadi harus buru-buru dong, ya, kali gue yang nebeng tapi gue yang ditungguin," ucap Gladis kembalu memasukan alat-alatnya ke dalam tas."Oh, gara-gara itu," ucap Fira manut-manut.Tanpa mereka sadari, wajah Lady berubah saat Gladis mengucapkan akan pulang bersama Galang. Wajahnya yang awalnya suda
"Assalamualaikum, Adis pulang," ucap Gladis saat memasuki rumah."Walaikumsallam, tumben pulang telat, Dis?" tanya Reta bingung."Iya, tadi neduh dulu Ma, soalnya hujan," jawab Gladis tidak sepenuhnya berbohong."Oh, gitu. Yaudah sekarang kamu ganti baju habis itu makan, biar mama siapain makanannya, ya," ucap Reta tersenyum manis."Gak usah Ma, soalnya Gladis udah makan tadi," jawab Gladis."Makan dimana?" tanya Reta."Waktu neduh tadi, Gladis mampir ke cafe dekag sekolah soalnya udah laper," jawab Gladis lagi-lagi tidak sepenuhnya berbohong."Kelaperan kamu? Lagian pakek segala engga mau dijemput supir tadi," ujar Reta pura-pura kesal."Sekali-sekali Gladis balik bareng temen-temen, Ma," jawab Gladis."Oh, yaudah kamu langsung istirahat aja," ucap Reta yang dianggukin oleh Gladis.&n
"JANGAN!""Adis, bangung Nak!" ucap Reta khawatir."Dis, bangun sayang," ucap papa Gladis seraya menepuk-nepuk pipi putri nya.Gladis bangun dari tidurnya dalam keadaan yang buruk, keringat memenuhi wajahnya, tubuhnya panas dingin. Ketakutan menjalar dalam hatinya."Kamu kenapa, Dis?" tanya Reta panik.Perlahan, Gladis mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Tempat ini berbeda, tempat ini tidak asing baginya. Gladis mulai berfikir bahwa kejadian tadi hanya mimpi. Mimpi yang sangat buruk.Gladis masih syok dengan kejadian yang berada di mimpinya tadi sehingga dia tidak menjawab pertanyaan mamanya. Dia hanya terdiam membisu sembari masih mengamati kamar tidurnya."Adis, kamu kenapa?" tanya papa Gladis lagi.Gladis sadar dari lamunannya lalu dia menatap orangtuanya lamat-lamat, tidak berapa lama Gladis langs
Di sekolahan, seorang remaja laki-laki sedang bermain basket di lapangan sekolah bersama teman-temannya. Laki-laki itu begitu fokus pada permainannya hingga tidak sadar dirinya menjadi bahan tontona siswi sekolahnya. Tubuh tinggi, badan tegap, wajah tampan ditambah keringat yang bercucuran dari tubuhnya menambah kesan cool pada laki-laki itu. Tidak salah jika banyak siswa yang menyukainya.Puas dengan permainannya kali ini, dia memilih duduk di pinggiran lapangan diikuti oleh teman-temannya."Kantin yuk, haus nih," ucap Adit yang diangguki oleh ketiga temannya.Keempat most wanted itu berjalan beriringan menuju kantin. Tatapannya lurus kedepan membuat siapa saja yang di depannua memilih menepi. Mereka duduk di meja biasanya, di pojok dekat jendela kantin. Jendela itu dibuka sehingga angin yang masuk mengenai keringat membuat tubuh serasa sejuk."Doi mana, Lang?" tanya Adit membuka suara
Setelah semalam dirinya seharian beristirahat di kamar, kini Gladis merasa tubuhnya sudah jauh lebih baik. Panas tubuhnya juga sudah menurun walaupun masih sedikit terasa hangat. Tidak ingin lebih lama untuk berada di rumah, Gladis memutuskan untuk ke sekolah walaupun Reta belum tentu mengizinkannya. Setelah bersiap-siap, Gladis segera memasukan buku sesuai jadwal pelajaran ke tas sekolah miliknya. Dia memakai sepatu sekolahnya Serta menyemprotkan parfum ke seragamanya. Setelah itu, gadis itu langsung turun menuju dapur untuk sarapan."Pagi, Ma," ucap Gladis lalu mengecup pipi kanan dan kiri ibu nya."Pa-pagi, sayang," balas Reta bingung."Masak apa, Ma?" tanya Gladis bersiap ingin membantu Reta."Nasi goreng." jawab Reta masih bingung."Kamu ngapain pakek seragam sekolah?" tanya Reta."Ya, mau sekolah dong, Ma," jawab Gladis agak takut-takut.
Happy Reading!***Bel pulang sekolah telah berbunyi lima belas menit yang lalu, tapi kelas Gladis masih belum pulang, hal ini di karenakan XI IPA 1 ada ulangan mendadak. Banyak yang tidak belajar sehingga mereka sulit untuk menjawab soal ulangan yang diberikan Bu Siska.Tidak dengan Gladis, gadis itu sudah siap mengerjakan ulangannya tepat saat bel pulang sekolah berbunyi. Tapi dia terpaksa tetap berada di dalam kelasnya karena sang guru mengatakan mereka akan pulang bersamaan setelah semuanya selesai mengerjakan ulangan. Jadilah Gladis badmood dibuatnya. Gladis sangat yakin saat ini pasti papanya sudah menunggu dirinya di luar."Duh, susah banget sih!" gerutu Kamal."Makanya belajar!" ucap Gladis dengan kesal."Yee, kalau gue tau hari ini bakalan ulangan pasti gue udah siapin contekan," ucap Kamal.Gladis memukul kepala Kamal me
Fakta remaja, terkadang perasaan dan kejiwaannya berubah-ubah tidak dapat di tentukan seiring waktu."Hu ... hu ... huuu .... " begitulah deru nafas Lady yang terdengar ngos-ngosan karena lari untuk menghampiri meja tempat para sahabatnya berkumpul."Telat lagi?" tanya Kesya dengan datar."Hmm," jawab Lady acuh masih sambil mengatur nafas."Pasti kesiangan lagi gara-gara begadang nonton drakor?!" kali ini Fira yang bertanya dengan nada ketusnya."iya," Lady mengangguk dengan senyum yang menunjukan deretan gigi putihnya yang tersusun rapi."Heran gue sama lo gak ada kapok-kapoknya telat udah tau bakalan dihukum, ini untung aja buk siska gak masuk karena sakit kalau gak pasti lo dihukum lari keliling lapangan plus hormat bendera, pasti lo gak bakal dibolehin masuk." kali ini Gladis yang angkat bicara dengan panjang lebar karena dia peduli.
XI Ipa 1Disinilah keberadaan empat remaja cantik tersebut. Di dalam kelas yang suasana dan tempatnya sudah seperti pasar.Ada yang bernyanyi, ada yang menjadikan meja sebagai alat gendang, ada yang tidur, ada yang selfie, vc, sampai siaran langsung, para kutu buku memilih membaca buku di kelas atau supaya lebih tenang mereka lebih memilih ke perpus seperti Ratna dan Layla.Lain hal nya dengan empat remaja yang saling sibuk dengan kegiatan dan pikirannya masing-masing seperti Lady yang dari tadi sibuk dengan ponselnya."Huu ... bosan, " tiba-tiba Gladis bersuara memecah keheningan tapi tidak membuat Lady tersadar dari dunianya. "Sama, gue juga bosan," sahut Fira."Hmm, gimana kalau kita main game aja biar ngilangin bosan," sahut Gladis."Game apa?" tanya Kesya.Mereka tampak berfikir namun b