Saat ini Gladis, Kesya, Fira, dan Lady sedang berada di dalam kelas dan pelajaran sedang berlangsung.
"Lady." Gladis menoel-noel lengan Lady seperti anak kecil yang membujuk ibunya untuk membelikannya mainan.
"Lady," panggil Gladis masih dengan nada yang sama tapi sambil menoel-noel lengan lady.
"Lad--"
"Diam!" bentak Lady dengan suara tidak terlalu besar.
"Ihh, Lady jangan ngambek gitu dong, kalau ngambek-ngambek nanti cantiknya hilang, loh," pujuk Gladis dengan puppy eyesnya. Lady tak memperdulikan Gladis ia kembali melihat kedepan untuk mendengarkan penjelasan dari buk Siska.
"Ihh, Lady jawab dong, kok Gladis di diemin, sih," ucap Gladis dengan kesal sembari mengerucutkan bibirnya
"Gue bilang diem," kesel Lady dengan menggebrak meja membuat seisi kelas menatap aneh ke arah mereka.
"Gladis, Lady ada apa?" tanya buk Siska. Betapa terkejutnya kedua gadis tersebut mendengar namanya dipanggil oleh guru.
"Iy-iya, buk?" balas Gladis dengan kikuk sedangkan Lady hanya diam karna masih terkejut.
"Apa yang kalian bicarakan? Mengapa Lady sampai memukul meja dengan keras begitu?"tanya buk Siska dengan suara cemprengnya.
"Bah-bahas .... " Lady tampak berfikir keras sambil menyikut lengan Gladis agar memberi kode untuk membantunya.
"Kita lagi bahas pelajaran yang di depan, Bu. saya kurang faham, jadi saya tanyak ke Lady dan Lad-Lady jelasin buk," ucap Gladis dengan cengirannya.
"Iya buk, yang dibilang Gladis bener," jawab Lady sambil cengar-cengir.
"Gladis kan lebih pintar dari Lady, kenapa Gladis yang bertanya pada Lady? Dan kenapa harus sampai menggebrak meja? Kamu mengganggu pelajaran dengan membuat keributan Lady," ujar Bu Siska.
"Maaf buk, saya refleks tadi, soalnya saya kesal karena Gladis udah saya jelasin tapi engga paham juga. Kata ibu, Gladis lebih pintar dari saya? Walaupun begitu, tetap aja Gladis ini manusia buk, pasti sesekali dia ada juga engga paham sama pelajaran, saya juga engga bodoh-bodoh bnget buat ngerti materi di depan," jawab Lady tegas. Dia tak terima disebut secara tidak langsung 'bodoh' oleh guru.
"Sudah-sudah, tidak usah di perpanjang, sekarang kalian berdua keluar kelas dan hormat bendera sampai jam pelajatan ibu selesai sebagai hukuman karena kalian berdua sudah mengganggu jam pelajaran," ujar Bu Siska.
"H-ha? Aduh, jangan dong buk, janji kita engga bakal ribut lagi," ucap Gladis memohon.
"Iya, buk, janji deh, kita serius belajarnya," Lady memohon juga.
"Hmm, ya, sudah kalian tidak jadi ibu hukum, lain kali kalau tidak mengerti tanya kedepan biar tidak mengganggu pelajaran. Ingat itu Lady?" ucap buk Siska tegas.
"Iya buk." jawab Gladis dan Lady bersamaan.
***
Setelah 2 jam belajar, akhirnya bel yang ditunggu-tunggu pun telah berbunyi, bel istirahat berbunyi dengan nyaring hingga membuat seluruh murid pergi meninggalkan kelas menuju area kantin. Area kantin yang awalnya sepi menjadi sangat ramai sampai sulit berjalan.
Lain halnya dengan mereka yang di kantin, Gladis dan ketiga sahabatnya masih berada di kelas yang sudah sepi.
"Kantin, yuk," ajak Lady.
"Nanti aja, kalau jam seginu kantin pasti penuh banget, gak bisa jalan terus panas lagi desak-sesakkan," ucap Fira.
"Tapi, kalau nunggu sepi yang ada kita engga bakal istirahat Karena kantin gak bakal sepi sebelum bel masuk," jawab Lady.
"Maksudnya Fira itu, setidaknya kita tunggu lima menit lagi biar engga desak-desakkan banget," sahut Gladis.
"Sama aja kali, rame juga," ketus Lady pada Gladis.
"Lad, jangan gitu lah, iya-iya nanti gue tembak kak Galang," ujat Gladis dengan malas.
"Awas aja engga, gue gak bakal mau temen sama lo lagi," ancam Lady.
Gladis terbelalak namun tidak lama dia mengganguk malas.
"Sekarang aja, nanti gue yang pesanin," tiba-tiba Kesya bersuara.
"Apanya?" tanya Fira, Lady, dan Gladis bersamaan.
"Ke kantin," sahut Kesya datar.
"Yuk," jawab Gladis, Lady dan Fira bersamaan, Karen mereka tau jika Kesya yang memesan pasti akan dapat cepat tanpa mereka perlu berdesak-desakkan.
***
Kini keempat remaja perempuan tersebut sudah menempati tempat duduk mereka seperti hari-hari biasanya. Mereka juga memesan makanan yang sama yaitu bakso spesialnya Amang Karsi. Lebih tepatnya Kesya yang memesan dan mereka hanya menitip. Terbukti, hanya sepuluh menit Kesya sudah kembali dengan membawa dua nampan dan dua nampan lainnya dibawakkan oleh adek kelas cewek berkacamata."Thuuukkk alafisa," ucap Lady dengan menunjuk-nunjuk pintu masuk yang kemudia dibalas toyoran di kepalanya dari Gladis.
"Lo, kalau mau ngomong telen dulu itu yang dalam mulut, gak jelas banget lo ngomong apa," ketus Fira.
"He'eh, kebiasaan lo Lad ngomong sambil makan, nanti meninggal baru tau rasa," tambah Gladis santai sambil menyendokan bakso ke mulutnya.
Dengan cepat lady menelan bakso yang ada dalam mulutnya lalu meminum air asal yang ternyata milik kesya padahal air miliknya ada.
"Sembarangan banget mulut lo, Dis, kalau gue mati gak punya temen sebaik gue nanti lo," ucap Lady datar.
Belum sempat Gladis menjawab, Kesya sudah lebih dulu bersuara.
"Mau mati lo!" ucap Keysia datar namun tajam.
Lady langsung menoleh ke arah Kesya, "Sorry, Key gak sengaja, gue buru-buru soalnya," ucap Lady dengan cengar cengir yang hanya dibalas tatapan datar dari keysia.
"Lo ganti nanti," ucap Kesya datar.
"Iya, iya, gue ganti, lo tenang aja, sama gue aman," sahut Lady.
"Woi, Dis itu kak Galang sama temen-temennya datang, gila, pada ganteng-ganteng banget apalagi kak Galang, asataga gue bisa khilaf," ucap Lady sambil menunjuk ke arah pintu masuk kantin.
Deg ... Deg ... Deg...
Jantung Gladis berdetak tidak karuan saat netranya menubruk netra seorang laki-laki tinggi jangkung yang sangat di gemari cewek-cewek di sekolahnya, termasuk dirinya sendiri.
Cowok itu bersama teman-temannya yang lain masuk ke kantin menggunakan seragam basket, sepertinya mereka habis bermain basket.
"Iy-iya, ganteng banget. Lo juga suka Lad? Kalau gitu lo aja yang tembak dia," jawab Gladis dengan gugup sembari mengalihkan matanya ke segala arah.
"Gue? Engga lah, ya, kali gue nikung temen sendiri, gue cuma terpesona bukan suka sama dia," jawab Lady.
"Dia udah duduk, Dis," ucap Lady lagi.
"Te-terus kenapa?" tanya Gladis dengan gugup.
"Kok lo malah nanya sih?" tanya balik Lady.
"Jangan bilang lo mau nyuruh gue nembak kak Galang sekarang. Disini?" tanya Galang yang justru dibalas anggukan oleh Lady.
"WHAT THE FUCK GIRL!" teriak Gladis saking terkejutnya, untungnya di kantin sangat ribut jadi siswa lain tak mendengar umpatan Gladis.
"Lo, udah gila yaa Lad!" lanjutnya dengan keras.
"Dari kemaren lo ngomong gue udah gila, terus. Gue masih waras, udah buruan lo lakuin tantangan itu sebelum gue gila beneran," balas lady dengan datar seraya mendorong-dorong tubuh Gladis.
"Buruan, Dis. Lo kalau masih mau jadi temen gue, tembak kak Galang sekarang," ujar Lady.
"Parah banget lo, Lady, gue gak berani," balas Gladis dengan nada sedih.
"Apa yang lo takutin? Masa lo jadi pengecut gini! Lo harus berani," tegas Lady dengan mendorong-dorong tubuh Gladis agat berdiri.
"Bacot banget lo, kalau lo yang di suruh tembak juga gak bakalan mau," sahut Kesya.
"Gue mau, cuma alasan gue sama kayak Fira kemaren, gue engga suka sama kak Galang," ujar Lady.
"Buruan, Gladis!" kesal Lady.
"Tap .... " baru Gladis ingin menjawab ucapannya tapi Lady sudah langsung memotong ucapannya.
"Gak ada tapi-tapian, buruan samperin dia,'' potong Lady dengan cepat.
"Gini deh, sekarang buruan lo samperin dia sekalian lo kasih air minum ini ke dia, pasti dia haus banget habis main basket panas-panas gini, sekalian lo bukain tutupnya biar kelihatannya lo perhatian. Itu bakal nambah nilai plus lo di mata dia," ucap Lady dengan sungguh-sungguh.
"Iya," akhirnya Gladis menjawab dengan pasrah.
Perlahan Gladis mulai berdiri dari tempat duduknya seraya mengambil sebotol air putih yang belum dibuka tutupnya. Gladis membuka tutup botol itu dengan cemas. Gladis berjalan ke arah meja Galang sambil menunduk dan perlahan.
Gladis sudah hampir sampai di meja Galang dan kawan-kawannya. Karena terlalu gugup Gladis malah cemas dan berjalan semakin cepat. Dia berharap semoga waktu cepat berlalu. Tanpa sadar, kaki kanannya menyandung kaki kirinya sendiri yang mengakibatkan dirinya terjatuh kedepan.
Byuuur...
Air yang dibawa Gladis tadi tumpah karena terhentak di atas meja Galang dan kawan-kawannya. Air dalam botol itu bahkan tidak sampai setengah lagi, dapat dipastikan airnya mengenai seseorang karena terhentak keras tadi.
Perlahan Gladis bangkit dan mendongak perlahan. Dia dapat melihat sebuah badan yang terbalut seragam basah. Saat Gladis memandang wajah korban kecerobohannya itu, matanya sontak membulat sempurna.
Air tumpag tadi mengenai baju Galang. Peristiwa itu mampu membuat seisi kantin melihat ke arah mereka.
Banyak yang berbisik-bisik. Mereka membicarakan bagaimana nasib Gladis kedepannya pasalnya tatapan Galang saat ini sangat tajam padanya.
Raisa langsung menunduk kembali saat bertatapan dengan netra Galang. "Ma-maaf, kak. Gue gak sengaja," gumamnya sambil menunduk dan memilin-milin seragam bagian bawah miliknya.
Hening, tidak ada sahutan bahkan seperi tidak ada yang bernafas di sana. Semua diam, bahkan penjaga kantin, Amang Karsi juga ikut terdiam.
Perlahan, Gladis merasakan aura buruk semakin mendekat padanya. Jantung Gladis saat ini tidak beraturan. Dia tau Galang, lelaki ganteng namun dingin. Laki-laki yang paling tidak suka di ganggu. Dia diam ketika tidak diusik, dan akan garang saat diusik. Saat ini, Gladia telah mengusik dirinya.
Galang berjalan mendekati Gladis yang masih menunduk dalam. Laki-laki itu jalan dengan tanganya yang di masukan kedalam saku celana. Saat sudah sampai di depan tubub Gladis, cowok itu lalu sedikit menunduk dan mendekatkan wajahnya ke wajah Gladis yang menunduk. Bukan hanya Gladis yang tidak bisa bernafas, tapi hampir satu kantin menahan nafas terlebih teman-teman Gladis dan Galang yang menatap takut-takut pada apa yang akan diperbuat Galang.
"Lain kali, kalau jalan, pakai kaki dan lihat pakai mata. Jangan nunduk kayak orang bego." ucapnya dingin setelah itu ia berlalu meninggalkan Gladis yang masih menunduk dengan jantung yang berdetak belum normal.
"Tumben, Galang engga marah-marah karena diusik," ucap Adit-sahabat Galang dengan bingung.
"Mungkin karena ini adek kelas cantik," sahut Devan yang merupakan sahabat Galang juga.
"Mungkin bener, untung lo cantik dek, kalau gak udah habis lo sama Galang," timpal Arya teman Galang juga.
Setelah mengucapkan itu, mereka bertiga menyusul Galang yang telah pergi sedari tadi. Setelah kepergian para rombongan badboy sekaligus most wanted sekolah itu para sahabat Gladis langsung menghampiri Gladis yang masih menunduk.
"Dis, lo gak papa?" tanya Lady khawatir.
"Ini semua gara-gara lo, Lady gagak. Mana yang sakit, Dis?" tanya Dinda khawatir juga.
"Apaan lo nyalahin gue, kalian juga setuju sama rencana gue ini kan?" tanya Lady dengan menaikkan suaranya. Dia tidak terima dikatakan begitu walaupun memang benar kenyataan begitu.
"Lo berdua bisa diam? Temen lo lagi syok ini, bisa-bisanya kalian masih berantem! Ini salah kita sama-sama." Kesya emosi melihat kedua gadis itu.
Semua sahabatnya peduli pada Gladis. Sementara Gladis masih menunduk dan tidak bergerak seperti manekin.
"Huwaaa ... " tangis Gladis tiba-tiba terdengar.
"Dis, mana yang sakit? Bilang sama gue, janhan nangis gini," Lady berucap khawatir.
"Gladis, lo kenapa?" tanya Fira juga.
"Gu-gue malu...." tangis Gladis semakin besar.
"Makanya lo berhenti nangis dong, kalau lo nangis gini, kan, makin malu. Lihat itu, lo jadi bahan tontonan warga kantin," ucap Lady.
Gladis sontak mengangkat kepalanya dan benar saja seluruh isi kantin masih menatap padanya. Secara Gladis itu adalah salah satu Most wanted girl di sekolahnya, jadi apapun yang berhubungan dengannya akan selalu menjadi fokus utama. Melihat hal itu, Gladis langsung berhenti menangis.
"Dis, lo ngmong dong. Masa dari tadi lo diam doang," ucap Lady dengan nada sedih."Lo mikir dong kenapa dia jadi diam gitu," cibir Fira."Diam lo, jangan kompor ya jadi orang," ketus Lady."Gue engga kompor-komporin, ya, emang harusnya lo sadar diri kalau lo alasan Gladis diam kayak gini," jawab Fira tak kalah ketus."Lo bukannya ngebantu gue buat dia ngomong, malah kompor-komporin," jawab Lady lagi."Ogah banget gue, lo usaha sendiri, orang lo yang salah," jawab Fira.Lady merasa emosinya semakin ke ubun-ubun mendengar ucapan Fira. Baru Lady akan menjawab tapi suata Gladis menghentikan suaranya."Udah diam, kalian berisik," ucap Gladis datar.Kini keempat remaja tersebut sedang berada di dalam kelasnya. Mereka bisa bebas berbicara karena kelasnya saat ini sedang free. Sedari kantin tadi, Gladis tidak bersuara sama sekali padahal sahabat-sahabatny
Pagi ini Gladis bangun lebih lama dari biasanya karena dia baru bisa tidur sekitar jam 3 subuh tadi. Gadis itu tidak melakukan apapun selama tidak bisa tidur, dia hanya terus melamun sembari menatap langit-langit kamarnya. Pikirannya jelas tertuju pada satu hal, hal yang mampu membuat dia menjadi tidak tenang.Gladis bersiap dengan cepat lalu turun dan pamit ke sekolah tanpa sarapan. Reta sudah memaksa Gladis untuk sarapan tapi Gladis terus mengatakan bahwa dirinya sudah terlambat, dengan terpaksa Reta membiarkan Gladis berangkat tanpa sarapan.Gladis berjalan sendirian di koridor sekolahnya. Koridar nampak ramai oleh siswa-siswi, ada yang lalu lalang dan ada yang duduk di depan kelasnya. Gladis berjalan dengan tenang, tapi siapa yang tau bahwa pikiran gadis itu saat ini sangat tidak tenang.Mata Gladis menangkap sosok ketiga sahabatnya yang sedang berjalan kearahnya. Dalam hati Gladis sudah berniat balik arah agar tidak bert
Setelah kejadian di lapangan basket tadi, Gladis tidak henti-hentinya tersenyum. Senyumnya sangat lebar dan terlihat manis. Beberapa yang melihatnya merasa aneh, sebagian juga seakan tahu apa penyebab gadis itu tersenyum.Kini Gladis dan ketiga sahabatnya sudah berganti baju dan duduk di kelas menghabiskan sisa jam pelajaran olahraga sembari menunggu jam istirahat."Lo kenapa Dis, dari tadi senyum-senyum terus?" tanya Fira."Iya, aneh lo," timpal Kesya.Gladis menoleh pada teman-teman nya, bukannya menjawab dia justru hanya merespon dengan cengiran."Wah! gak waras nih anak," ucap Lady sambil geleng-geleng."Gue yakin, dia pasti senyum-senyum gak jelas gini karena dikasih harapan sama si doi tadi," lanjut Lady agak ketus. Entah mengapa sikap Lady jadi berubah semenjak kejadian di lapanhan basket tadi."Gue bukannya senang malah kesal sama kakak kelas yang dandana
Saat ini, Gladis dan Galang berada di kantin sekolah. Keadaan kantin sangat sepi bahkan siswa yang ada di sana hanya mereka berdua. Sebentar lagi jam istirahat pasti kantin akan ramai oleh siswa-siswi. Ngomong-ngomong istirahat, sudah berapa lama dia pergi dari kelas dengan alasan ingin ke toilet? Pasti teman-temannya mencari dia."Kenapa diam?" tanya Galang menyadarkan Gladis dari pemikirannya."Emang mau ngomong apa, kak?" tanya Gladis polos.Galang menyesali pertanyaan yang diberikannya pada gadis polos atau bego di depannya ini."Maksud gue, kenapa tadi lo diam aja waktu Siska dan teman-temannya nyakitin lo?" tanya Galang dengan sangat jelas agar gadis ini paham.Rasanya berbicara dengan gadis ini membutuhkan energi yang sangat besar, Galang mana bisa berbicara singkat seperti biasanya. Harus dijelaskan dengan sangat jelas baru dia paham.Gladis hanya menun
Keadaan belakang sekolah yang sepi menjadi pilihan kedua remaja beda jenis kelamin ini untuk bertemu. Sudah sekitar lima menit mereka disitu, tapi tetap tidak ada pembicaraan tepatnya tidak ada yang mau memulai pembicaraan. Mereka berdiri saling berdekatan, mungkin hanya berjarak tiga langkah.Salah satunya mulai menghela nafas jengah dengan keadaan, "Ada apa?" akhirnya remaja cowok itu membuka suara."Kenapa lo tega banget sama gue?" tanya lawan jenisnya dengan mata berkaca-kaca juga suara yang sarat akan kesakitan."Gue ngapain lo?" tanya cowok itu bingung. Dahinya mengkerut dengan alis yang naik sebelah."Kenapa lo masih nanya, Lang! Gak sadar juga lo sama kesalahan lo itu, ha?" tanya cewek itu dengan emosi menggebu-gebu. Galang seolah paham apa yang dibicarakan oleh perempuan ini, dia hanya mengeluarkan senyum miringnya.Kedua pasang mata remaja beda lawan jenis itu bertemu. Cowok yang dipanggil Lang tadi hanya menatap datar
Jam pelajaran baru saja selesai dan guru baru keluar dari kelas tetapi kelas langsung seperti kapal pecah. Semua sibuk membereskan peralatannya termasuk Gladis. Gadis itu secepat kilat memasukkan alat-alat belajar miliknya ke dalam tas."Dis, lo mau kemana sih, buru-buru banget?" ucap Lady tidak suka."Pulang," jawah Gladis sambil memasukan peralatannya."Biasa aja kali, Dis. Kayak gak pulang setahun aja ke rumah," ucap Fira menimpali.Gladis berhenti memasukan barang-barangnya ke dalam tas. Sejenak dia mengehela nafas. "Gue kan mau balik bareng kak Galang jadi harus buru-buru dong, ya, kali gue yang nebeng tapi gue yang ditungguin," ucap Gladis kembalu memasukan alat-alatnya ke dalam tas."Oh, gara-gara itu," ucap Fira manut-manut.Tanpa mereka sadari, wajah Lady berubah saat Gladis mengucapkan akan pulang bersama Galang. Wajahnya yang awalnya suda
"Assalamualaikum, Adis pulang," ucap Gladis saat memasuki rumah."Walaikumsallam, tumben pulang telat, Dis?" tanya Reta bingung."Iya, tadi neduh dulu Ma, soalnya hujan," jawab Gladis tidak sepenuhnya berbohong."Oh, gitu. Yaudah sekarang kamu ganti baju habis itu makan, biar mama siapain makanannya, ya," ucap Reta tersenyum manis."Gak usah Ma, soalnya Gladis udah makan tadi," jawab Gladis."Makan dimana?" tanya Reta."Waktu neduh tadi, Gladis mampir ke cafe dekag sekolah soalnya udah laper," jawab Gladis lagi-lagi tidak sepenuhnya berbohong."Kelaperan kamu? Lagian pakek segala engga mau dijemput supir tadi," ujar Reta pura-pura kesal."Sekali-sekali Gladis balik bareng temen-temen, Ma," jawab Gladis."Oh, yaudah kamu langsung istirahat aja," ucap Reta yang dianggukin oleh Gladis.&n
"JANGAN!""Adis, bangung Nak!" ucap Reta khawatir."Dis, bangun sayang," ucap papa Gladis seraya menepuk-nepuk pipi putri nya.Gladis bangun dari tidurnya dalam keadaan yang buruk, keringat memenuhi wajahnya, tubuhnya panas dingin. Ketakutan menjalar dalam hatinya."Kamu kenapa, Dis?" tanya Reta panik.Perlahan, Gladis mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Tempat ini berbeda, tempat ini tidak asing baginya. Gladis mulai berfikir bahwa kejadian tadi hanya mimpi. Mimpi yang sangat buruk.Gladis masih syok dengan kejadian yang berada di mimpinya tadi sehingga dia tidak menjawab pertanyaan mamanya. Dia hanya terdiam membisu sembari masih mengamati kamar tidurnya."Adis, kamu kenapa?" tanya papa Gladis lagi.Gladis sadar dari lamunannya lalu dia menatap orangtuanya lamat-lamat, tidak berapa lama Gladis langs