Gladis dan Lady sampai di sekolah bertepatan dengan datangnya rombongan cowok-cowok nakal dengan embel-embel most wonted. Suara motor besar saling kejar-kejaran memenuhi area parkiran.
Mata Lady dan Gladis sama-sama menatap kearah seorang cowok tinggi semampai yang sedang menyisir rambut menggunakan jari-jarinya. Setiap pergerakan cowok itu tidak luput dari pandnagan kedua gadia yang masih berada di dalam mobil itu. Perlahan para cowok itu turun daru motornya masing-masing sembari bercanda satu sama lain. Hanya cowok yang menyisir rambut menggunakan jarinya tadi yang diam. Tatapannya tajam lurus kedepan seakan menyiratkan pergi untuk orang-orang yany berada di depan jalannya. Benar saja, semua yang berada di depan jalan Galang memilih pergi atau menunduk. Laki-laki itu Galang setiap hari memang seperti itu kelakuannya.
"Itu orangnya buruan samperin," ucap Lady sambil menunjuk seorang cowok dengan baju keluar dan tangan dimasukan kedalam saku celana yang sedang berjalan. Galang.
Gladis hanya diam sambil memandangi Galang, bukan tidak berniat menjawab melainkan tidak mendengar ucapan Lady saking seriusnya menatap Galang.
"Kok lo malah diamm aja sih! Buruan samperin mumpung masih sepi jadi kalau lo ditolak lo gak malu-malu amat," ucap Lady dengan tawa mengejek dan suara yang lebuh tinggi satu oktaf.
"H-ha?" tanya Gladis gagap.
"Ck, lo gak dengerin gue ngomong apa ya?" tanya Lady murka.
"Engga, emang lo ngomong apa?" tanya Gladis santai.
"Gue nyuruh lo buay samperin dia, Dis. Mumpung masih belum rame ini, buruan sana," ucap Lady memaksa.
"Belum rame kata lo? Mata lo buta sampai engga bisa ngelihat seramai itu temen-temennya? Malu lah gue kalau sampai ditolak," ucap Gladis emosi.
"Lo anggap aja mereka engga ada, Dis. Biar makin cepat urusan kita beres," sahut Lady masih memaksa.
"Ihh, gue engga mau, gue takut," lirih Gladis.
"Apasih yang lo takutin? Ayo berani, jangan takut. Gue yakin lo bisa," ucap Lady menyemangati.
"Lo kayaknya pengen banget ya lihat gue malu? Gue takut lo paham gak?" Gladis membentak Lady.
Lady memutar bola mata nya dengan malas. "Apa sih yang lo takutin, Dis? Lo harus berani, lo gak boleh takut gini dong. Udah, pokoknya buruan lo samperin dia keburu bel." ucap Lady sambil mendorong Gladis agar keluar dari mobil.
Gladis keluar dari mobil dan di susul Lady dari belakang. Mereka berjalan cepat mendekati Galang dan teman-temannya yang berjalan santai. Lebih tepatnya Lady yang menarik Gladis agar berjalan cepat.
Saat hampir dekat dengan Galang dan kawan-kawan, Lady mendorong Gladis dengan kuat. Akibat dorongan dari Lady tadi kini Gladis sudah berhadapan dengan cowok tersebut yang tak lain adalah Galang, kakak kelasnya. Keduanya saling pandang untuk beberapa saat dan itu berhasil membuat jantung Gladis berdegup kencang tak karuan, Galang dengan tatapan datarnya sedangkan Gladis dengan tatapan takut, cemas, malu, dan kagum nya, pokoknya rasanya campur aduk. Gladis memandang wajah Galang dengan kagum sampai suara bass itu terdengar Gladis tak kunjung sadar.
"Awas," ucap Galang dengan datar.
Bagai di hipnotis, Gladis sama sekali tak bergerak.
"Minggir," ucap Galang masih dengan wajah dan suara datarnya
Gladis masih tetap ditempatnya tanpa berhenti menatap lekat bola mata Galang yang menurutnya sangat indah.
"Lo tuli, ya?" tanya Galang dengan menaikan volume suaranya yang membuat Gladis terkejut bukan main.
"Eh, i-iya ... kenapa, kak?" tanya Gladis dengan gugup.
Galang menatap tajam wajah cantik yang kini berada di hadapannya. Perlahan Galang melangkah mendekat kearah Gladis menepis jarak diantara mereka lalu mendekatkan wajahnya dengan wajah Gladis yang membuat cewek itu gugup setengah mati hingga akhirnya menutup matanya erat-erat sambil tangannya meremas tali tas sekolahnya dengan gugup
"Gue-bilang-minggir," Galang berkata dengan pelan namun di setiap katanya terdapat nada penekanan.
Mendengar nada penuturan yang keluar dari mulut Galang, Gladis sontak membuka matanya lalu bergidik ngeri dan dengan cepatnya dia menyingkir ke samping dan memberi jalan untuk Galang dan teman-temannya lewat. Galang melewati Gladis tanpa menatapnya sama sekali, sedangkan Gladis, gadis itu tidak henti-hentinya menatap Galang hingga sosok tersebut hilang ditelan dinding kelas XII IPA 1.
Teman-teman Galang yang lain hanya diam sedari tadi, mereka memperhatikan Gladis yang tiba-tiba dengan sengaja menghalangi jalan Galang. Agak terkejut karena biasanya cowok saja akan menghindar dari depan Galang, tapi cewek ini justru menghalangi Galang jalan.
Mereka mengenal Gladis sebatas nama karena gadis itu sering maju saat upacara untuk menerima penghargaan sebagai perwakilan dalam olimpiade-olimpiade. Dengan kata lain, mereka mengenal Gladis sebagai adek kelas yang pintar. Tidak berniat menggangu Gladis, mereka memilih mengikuti langkah Galang
"Ganteng banget, baru kali ini semenjak hari itu gue bisa deket sama kak Galang." ucapnya dengan loncat-loncat kegirangan seperti anak kecil yang habis dibelikan permen dan coklat yang banyak.
Melihat Gladis yang loncat-loncat, Lady segera keluar dari tempat persembunyiannya dan menghampiri Gladis.
"LO UDAH JADIAN SAMA KAK GALANG?" tanya Lady histeris sembari mengikuti gerakan Gladis yang meloncat-loncat di udara, refleks Gladis berhenti meloncat dan menutup mulut lady menggunakan tangan kanannya.
"Sttt .... " ucap Gladis sambil meletakan jari telunjuk tangan kirinya di bibirnya sendiri seolah memberi instruksi agar Lady diam. Merasa aman, Gladis melepas tangannya dari mulut Lady. Lady menatap datar kearag Gladis.
"Jadi gimana?" tanya Lady masih penasaran.
"Gimana apanya?" tanya balik Gladis dengan bingung.
Lady memutar bola matanya dengan malas lalu menghembuskan nafas dengan kesal.
"Ck, lo udah jadian sama kak Galang apa belum, Gladis? Gue nanya itu dari tadi kenapa sih lo engga nyambung banget?" tanya Lady dengan ngegas.
"Belum," jawabnya santai tanpa memperdulikan ucapan Lady yang lainnya.
"HA?" Lady kaget setengah mati.
"Kalau lo engga jadian sama dia, kenapa lo kelihatan senang banget sampai loncat-loncat gitu tadi?" tanya Lady dengan kesal dan tak percaya.
"Gue cuma senang bisa sedekat itu lagi sama kak Galang semenjak MOS terakhir tahun lalu," jawab Gladis.
"CUMA KARENA ITU LO SAMPAI LONCAT-LONCAT? GUE KIRA LO UDAH PACARAN SAMA KAK GALANG?" Lady bertamya dengan berteriak.
"Astaga! Diam Lady jangan teriak-teriak gitu, nanti kak Galang atau ada orang lain yang denger gue bisa malu," ucap Gladis sambil melirik kanan kiri untuk memastikan tidak adanya orang lalu.
"BODO AMAT GUE GAK PEDULI! SEKARANG LO JELASIN KENAPA LO BELUM JADIAN SAMA KAK GAL--Mpttt." Belum sempat Lady menyelesaikan ucapannya Gladis sudah lebih dulu membekap mulut Lady lagi menggunakan tangannya.
"Stts ... oke gue bakal jelasin tapi gak disini," buru-buru Gladis menarik tangan Lady untuk menjauhi area kelas XII.
***
"Gladis, Lady," merasa terpanggil kedua gadis itu pun menoleh dan mendapati kedua sahabatnya sedang berjalan mendekati mereka.
"Kalian habis ngapain? kok dari arah kelas XII?" tanya Fira bingung.
"Hmm it--itu ... anu .... " Gladis bingung cara menjelaskannya bagaimana.
"Anu, apa?" tanya Kesya datar.
"Kita habis dari kelas 12 buat jumpai kak Galang, rencananya mau ngelaksanain tantangan kemaren tapi gagal deh," ucap Lady dengan nada kesal.
"Kok bisa gagal?" tanya Fira kepo.
"Itu, lo tanyain aja langsung sama orangnya," sindir Lady sambil menunjuk Gladis menggunakan matanya. kemudian mereka bertiga beralih menatap Gladis yang gugup.
"Kok bisa gagal, Dis?" tanya Fira penasaran.
"Hmm, gu-gue takut. Gue malu, gue gak bisa ngomong," jawab Gladis dengan perasaan campur aduk. Sebenarnya dia ingin melaksanakan tantangan tersebut tapi dia tidak bisa melakukannya karena terlalu terpesona setiap menatap Galang.
"Lah, tinggal tembak doang juga, kelar kan? Jangan dibuat ribet deh, Dis," ucap Fira ketus.
"Coba lo yang tembak, bisa gak lo? Jangan kebanyakan bacot deh, Fir," balas Gladis dengan menirukan suara Fira.
"Bisa dong, gue engga mental tempe kayak lo, cuma masalahnya gue engga suka sama itu kakak kelas jadi buat apa gue tembak," ucap Fira dengan ketus.
Saat ini Gladis, Kesya, Fira, dan Lady sedang berada di dalam kelas dan pelajaran sedang berlangsung."Lady." Gladis menoel-noel lengan Lady seperti anak kecil yang membujuk ibunya untuk membelikannya mainan."Lady," panggil Gladis masih dengan nada yang sama tapi sambil menoel-noel lengan lady."Lad--""Diam!" bentak Lady dengan suara tidak terlalu besar."Ihh, Lady jangan ngambek gitu dong, kalau ngambek-ngambek nanti cantiknya hilang, loh," pujuk Gladis dengan puppy eyesnya. Lady tak memperdulikan Gladis ia kembali melihat kedepan untuk mendengarkan penjelasan dari buk Siska."Ihh, Lady jawab dong, kok Gladis di diemin, sih," ucap Gladis dengan kesal sembari mengerucutkan bibirnya"Gue bilang diem," kesel Lady dengan menggebrak meja membuat seisi kelas menatap aneh ke arah mereka."Gladis, Lady ada apa?" tanya buk Siska. Betap
"Dis, lo ngmong dong. Masa dari tadi lo diam doang," ucap Lady dengan nada sedih."Lo mikir dong kenapa dia jadi diam gitu," cibir Fira."Diam lo, jangan kompor ya jadi orang," ketus Lady."Gue engga kompor-komporin, ya, emang harusnya lo sadar diri kalau lo alasan Gladis diam kayak gini," jawab Fira tak kalah ketus."Lo bukannya ngebantu gue buat dia ngomong, malah kompor-komporin," jawab Lady lagi."Ogah banget gue, lo usaha sendiri, orang lo yang salah," jawab Fira.Lady merasa emosinya semakin ke ubun-ubun mendengar ucapan Fira. Baru Lady akan menjawab tapi suata Gladis menghentikan suaranya."Udah diam, kalian berisik," ucap Gladis datar.Kini keempat remaja tersebut sedang berada di dalam kelasnya. Mereka bisa bebas berbicara karena kelasnya saat ini sedang free. Sedari kantin tadi, Gladis tidak bersuara sama sekali padahal sahabat-sahabatny
Pagi ini Gladis bangun lebih lama dari biasanya karena dia baru bisa tidur sekitar jam 3 subuh tadi. Gadis itu tidak melakukan apapun selama tidak bisa tidur, dia hanya terus melamun sembari menatap langit-langit kamarnya. Pikirannya jelas tertuju pada satu hal, hal yang mampu membuat dia menjadi tidak tenang.Gladis bersiap dengan cepat lalu turun dan pamit ke sekolah tanpa sarapan. Reta sudah memaksa Gladis untuk sarapan tapi Gladis terus mengatakan bahwa dirinya sudah terlambat, dengan terpaksa Reta membiarkan Gladis berangkat tanpa sarapan.Gladis berjalan sendirian di koridor sekolahnya. Koridar nampak ramai oleh siswa-siswi, ada yang lalu lalang dan ada yang duduk di depan kelasnya. Gladis berjalan dengan tenang, tapi siapa yang tau bahwa pikiran gadis itu saat ini sangat tidak tenang.Mata Gladis menangkap sosok ketiga sahabatnya yang sedang berjalan kearahnya. Dalam hati Gladis sudah berniat balik arah agar tidak bert
Setelah kejadian di lapangan basket tadi, Gladis tidak henti-hentinya tersenyum. Senyumnya sangat lebar dan terlihat manis. Beberapa yang melihatnya merasa aneh, sebagian juga seakan tahu apa penyebab gadis itu tersenyum.Kini Gladis dan ketiga sahabatnya sudah berganti baju dan duduk di kelas menghabiskan sisa jam pelajaran olahraga sembari menunggu jam istirahat."Lo kenapa Dis, dari tadi senyum-senyum terus?" tanya Fira."Iya, aneh lo," timpal Kesya.Gladis menoleh pada teman-teman nya, bukannya menjawab dia justru hanya merespon dengan cengiran."Wah! gak waras nih anak," ucap Lady sambil geleng-geleng."Gue yakin, dia pasti senyum-senyum gak jelas gini karena dikasih harapan sama si doi tadi," lanjut Lady agak ketus. Entah mengapa sikap Lady jadi berubah semenjak kejadian di lapanhan basket tadi."Gue bukannya senang malah kesal sama kakak kelas yang dandana
Saat ini, Gladis dan Galang berada di kantin sekolah. Keadaan kantin sangat sepi bahkan siswa yang ada di sana hanya mereka berdua. Sebentar lagi jam istirahat pasti kantin akan ramai oleh siswa-siswi. Ngomong-ngomong istirahat, sudah berapa lama dia pergi dari kelas dengan alasan ingin ke toilet? Pasti teman-temannya mencari dia."Kenapa diam?" tanya Galang menyadarkan Gladis dari pemikirannya."Emang mau ngomong apa, kak?" tanya Gladis polos.Galang menyesali pertanyaan yang diberikannya pada gadis polos atau bego di depannya ini."Maksud gue, kenapa tadi lo diam aja waktu Siska dan teman-temannya nyakitin lo?" tanya Galang dengan sangat jelas agar gadis ini paham.Rasanya berbicara dengan gadis ini membutuhkan energi yang sangat besar, Galang mana bisa berbicara singkat seperti biasanya. Harus dijelaskan dengan sangat jelas baru dia paham.Gladis hanya menun
Keadaan belakang sekolah yang sepi menjadi pilihan kedua remaja beda jenis kelamin ini untuk bertemu. Sudah sekitar lima menit mereka disitu, tapi tetap tidak ada pembicaraan tepatnya tidak ada yang mau memulai pembicaraan. Mereka berdiri saling berdekatan, mungkin hanya berjarak tiga langkah.Salah satunya mulai menghela nafas jengah dengan keadaan, "Ada apa?" akhirnya remaja cowok itu membuka suara."Kenapa lo tega banget sama gue?" tanya lawan jenisnya dengan mata berkaca-kaca juga suara yang sarat akan kesakitan."Gue ngapain lo?" tanya cowok itu bingung. Dahinya mengkerut dengan alis yang naik sebelah."Kenapa lo masih nanya, Lang! Gak sadar juga lo sama kesalahan lo itu, ha?" tanya cewek itu dengan emosi menggebu-gebu. Galang seolah paham apa yang dibicarakan oleh perempuan ini, dia hanya mengeluarkan senyum miringnya.Kedua pasang mata remaja beda lawan jenis itu bertemu. Cowok yang dipanggil Lang tadi hanya menatap datar
Jam pelajaran baru saja selesai dan guru baru keluar dari kelas tetapi kelas langsung seperti kapal pecah. Semua sibuk membereskan peralatannya termasuk Gladis. Gadis itu secepat kilat memasukkan alat-alat belajar miliknya ke dalam tas."Dis, lo mau kemana sih, buru-buru banget?" ucap Lady tidak suka."Pulang," jawah Gladis sambil memasukan peralatannya."Biasa aja kali, Dis. Kayak gak pulang setahun aja ke rumah," ucap Fira menimpali.Gladis berhenti memasukan barang-barangnya ke dalam tas. Sejenak dia mengehela nafas. "Gue kan mau balik bareng kak Galang jadi harus buru-buru dong, ya, kali gue yang nebeng tapi gue yang ditungguin," ucap Gladis kembalu memasukan alat-alatnya ke dalam tas."Oh, gara-gara itu," ucap Fira manut-manut.Tanpa mereka sadari, wajah Lady berubah saat Gladis mengucapkan akan pulang bersama Galang. Wajahnya yang awalnya suda
"Assalamualaikum, Adis pulang," ucap Gladis saat memasuki rumah."Walaikumsallam, tumben pulang telat, Dis?" tanya Reta bingung."Iya, tadi neduh dulu Ma, soalnya hujan," jawab Gladis tidak sepenuhnya berbohong."Oh, gitu. Yaudah sekarang kamu ganti baju habis itu makan, biar mama siapain makanannya, ya," ucap Reta tersenyum manis."Gak usah Ma, soalnya Gladis udah makan tadi," jawab Gladis."Makan dimana?" tanya Reta."Waktu neduh tadi, Gladis mampir ke cafe dekag sekolah soalnya udah laper," jawab Gladis lagi-lagi tidak sepenuhnya berbohong."Kelaperan kamu? Lagian pakek segala engga mau dijemput supir tadi," ujar Reta pura-pura kesal."Sekali-sekali Gladis balik bareng temen-temen, Ma," jawab Gladis."Oh, yaudah kamu langsung istirahat aja," ucap Reta yang dianggukin oleh Gladis.&n