Pagi ini Gladis bangun lebih lama dari biasanya karena dia baru bisa tidur sekitar jam 3 subuh tadi. Gadis itu tidak melakukan apapun selama tidak bisa tidur, dia hanya terus melamun sembari menatap langit-langit kamarnya. Pikirannya jelas tertuju pada satu hal, hal yang mampu membuat dia menjadi tidak tenang.
Gladis bersiap dengan cepat lalu turun dan pamit ke sekolah tanpa sarapan. Reta sudah memaksa Gladis untuk sarapan tapi Gladis terus mengatakan bahwa dirinya sudah terlambat, dengan terpaksa Reta membiarkan Gladis berangkat tanpa sarapan.
Gladis berjalan sendirian di koridor sekolahnya. Koridar nampak ramai oleh siswa-siswi, ada yang lalu lalang dan ada yang duduk di depan kelasnya. Gladis berjalan dengan tenang, tapi siapa yang tau bahwa pikiran gadis itu saat ini sangat tidak tenang.
Mata Gladis menangkap sosok ketiga sahabatnya yang sedang berjalan kearahnya. Dalam hati Gladis sudah berniat balik arah agar tidak bert
Setelah kejadian di lapangan basket tadi, Gladis tidak henti-hentinya tersenyum. Senyumnya sangat lebar dan terlihat manis. Beberapa yang melihatnya merasa aneh, sebagian juga seakan tahu apa penyebab gadis itu tersenyum.Kini Gladis dan ketiga sahabatnya sudah berganti baju dan duduk di kelas menghabiskan sisa jam pelajaran olahraga sembari menunggu jam istirahat."Lo kenapa Dis, dari tadi senyum-senyum terus?" tanya Fira."Iya, aneh lo," timpal Kesya.Gladis menoleh pada teman-teman nya, bukannya menjawab dia justru hanya merespon dengan cengiran."Wah! gak waras nih anak," ucap Lady sambil geleng-geleng."Gue yakin, dia pasti senyum-senyum gak jelas gini karena dikasih harapan sama si doi tadi," lanjut Lady agak ketus. Entah mengapa sikap Lady jadi berubah semenjak kejadian di lapanhan basket tadi."Gue bukannya senang malah kesal sama kakak kelas yang dandana
Saat ini, Gladis dan Galang berada di kantin sekolah. Keadaan kantin sangat sepi bahkan siswa yang ada di sana hanya mereka berdua. Sebentar lagi jam istirahat pasti kantin akan ramai oleh siswa-siswi. Ngomong-ngomong istirahat, sudah berapa lama dia pergi dari kelas dengan alasan ingin ke toilet? Pasti teman-temannya mencari dia."Kenapa diam?" tanya Galang menyadarkan Gladis dari pemikirannya."Emang mau ngomong apa, kak?" tanya Gladis polos.Galang menyesali pertanyaan yang diberikannya pada gadis polos atau bego di depannya ini."Maksud gue, kenapa tadi lo diam aja waktu Siska dan teman-temannya nyakitin lo?" tanya Galang dengan sangat jelas agar gadis ini paham.Rasanya berbicara dengan gadis ini membutuhkan energi yang sangat besar, Galang mana bisa berbicara singkat seperti biasanya. Harus dijelaskan dengan sangat jelas baru dia paham.Gladis hanya menun
Keadaan belakang sekolah yang sepi menjadi pilihan kedua remaja beda jenis kelamin ini untuk bertemu. Sudah sekitar lima menit mereka disitu, tapi tetap tidak ada pembicaraan tepatnya tidak ada yang mau memulai pembicaraan. Mereka berdiri saling berdekatan, mungkin hanya berjarak tiga langkah.Salah satunya mulai menghela nafas jengah dengan keadaan, "Ada apa?" akhirnya remaja cowok itu membuka suara."Kenapa lo tega banget sama gue?" tanya lawan jenisnya dengan mata berkaca-kaca juga suara yang sarat akan kesakitan."Gue ngapain lo?" tanya cowok itu bingung. Dahinya mengkerut dengan alis yang naik sebelah."Kenapa lo masih nanya, Lang! Gak sadar juga lo sama kesalahan lo itu, ha?" tanya cewek itu dengan emosi menggebu-gebu. Galang seolah paham apa yang dibicarakan oleh perempuan ini, dia hanya mengeluarkan senyum miringnya.Kedua pasang mata remaja beda lawan jenis itu bertemu. Cowok yang dipanggil Lang tadi hanya menatap datar
Jam pelajaran baru saja selesai dan guru baru keluar dari kelas tetapi kelas langsung seperti kapal pecah. Semua sibuk membereskan peralatannya termasuk Gladis. Gadis itu secepat kilat memasukkan alat-alat belajar miliknya ke dalam tas."Dis, lo mau kemana sih, buru-buru banget?" ucap Lady tidak suka."Pulang," jawah Gladis sambil memasukan peralatannya."Biasa aja kali, Dis. Kayak gak pulang setahun aja ke rumah," ucap Fira menimpali.Gladis berhenti memasukan barang-barangnya ke dalam tas. Sejenak dia mengehela nafas. "Gue kan mau balik bareng kak Galang jadi harus buru-buru dong, ya, kali gue yang nebeng tapi gue yang ditungguin," ucap Gladis kembalu memasukan alat-alatnya ke dalam tas."Oh, gara-gara itu," ucap Fira manut-manut.Tanpa mereka sadari, wajah Lady berubah saat Gladis mengucapkan akan pulang bersama Galang. Wajahnya yang awalnya suda
"Assalamualaikum, Adis pulang," ucap Gladis saat memasuki rumah."Walaikumsallam, tumben pulang telat, Dis?" tanya Reta bingung."Iya, tadi neduh dulu Ma, soalnya hujan," jawab Gladis tidak sepenuhnya berbohong."Oh, gitu. Yaudah sekarang kamu ganti baju habis itu makan, biar mama siapain makanannya, ya," ucap Reta tersenyum manis."Gak usah Ma, soalnya Gladis udah makan tadi," jawab Gladis."Makan dimana?" tanya Reta."Waktu neduh tadi, Gladis mampir ke cafe dekag sekolah soalnya udah laper," jawab Gladis lagi-lagi tidak sepenuhnya berbohong."Kelaperan kamu? Lagian pakek segala engga mau dijemput supir tadi," ujar Reta pura-pura kesal."Sekali-sekali Gladis balik bareng temen-temen, Ma," jawab Gladis."Oh, yaudah kamu langsung istirahat aja," ucap Reta yang dianggukin oleh Gladis.&n
"JANGAN!""Adis, bangung Nak!" ucap Reta khawatir."Dis, bangun sayang," ucap papa Gladis seraya menepuk-nepuk pipi putri nya.Gladis bangun dari tidurnya dalam keadaan yang buruk, keringat memenuhi wajahnya, tubuhnya panas dingin. Ketakutan menjalar dalam hatinya."Kamu kenapa, Dis?" tanya Reta panik.Perlahan, Gladis mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Tempat ini berbeda, tempat ini tidak asing baginya. Gladis mulai berfikir bahwa kejadian tadi hanya mimpi. Mimpi yang sangat buruk.Gladis masih syok dengan kejadian yang berada di mimpinya tadi sehingga dia tidak menjawab pertanyaan mamanya. Dia hanya terdiam membisu sembari masih mengamati kamar tidurnya."Adis, kamu kenapa?" tanya papa Gladis lagi.Gladis sadar dari lamunannya lalu dia menatap orangtuanya lamat-lamat, tidak berapa lama Gladis langs
Di sekolahan, seorang remaja laki-laki sedang bermain basket di lapangan sekolah bersama teman-temannya. Laki-laki itu begitu fokus pada permainannya hingga tidak sadar dirinya menjadi bahan tontona siswi sekolahnya. Tubuh tinggi, badan tegap, wajah tampan ditambah keringat yang bercucuran dari tubuhnya menambah kesan cool pada laki-laki itu. Tidak salah jika banyak siswa yang menyukainya.Puas dengan permainannya kali ini, dia memilih duduk di pinggiran lapangan diikuti oleh teman-temannya."Kantin yuk, haus nih," ucap Adit yang diangguki oleh ketiga temannya.Keempat most wanted itu berjalan beriringan menuju kantin. Tatapannya lurus kedepan membuat siapa saja yang di depannua memilih menepi. Mereka duduk di meja biasanya, di pojok dekat jendela kantin. Jendela itu dibuka sehingga angin yang masuk mengenai keringat membuat tubuh serasa sejuk."Doi mana, Lang?" tanya Adit membuka suara
Setelah semalam dirinya seharian beristirahat di kamar, kini Gladis merasa tubuhnya sudah jauh lebih baik. Panas tubuhnya juga sudah menurun walaupun masih sedikit terasa hangat. Tidak ingin lebih lama untuk berada di rumah, Gladis memutuskan untuk ke sekolah walaupun Reta belum tentu mengizinkannya. Setelah bersiap-siap, Gladis segera memasukan buku sesuai jadwal pelajaran ke tas sekolah miliknya. Dia memakai sepatu sekolahnya Serta menyemprotkan parfum ke seragamanya. Setelah itu, gadis itu langsung turun menuju dapur untuk sarapan."Pagi, Ma," ucap Gladis lalu mengecup pipi kanan dan kiri ibu nya."Pa-pagi, sayang," balas Reta bingung."Masak apa, Ma?" tanya Gladis bersiap ingin membantu Reta."Nasi goreng." jawab Reta masih bingung."Kamu ngapain pakek seragam sekolah?" tanya Reta."Ya, mau sekolah dong, Ma," jawab Gladis agak takut-takut.