Sudah hampir jam pelajaran usai, tetapi Lady tak kunjung menampakkan wujudnya juga. Entah kemana gadis itu pergi yang jelas saat ini pelajaran sedang berlangsung dan dia tidak berada di kelas. Untuk pertama kalinya seorang Lady yang sangat suka pelajaran bahasa Inggria memilih bolos pada jam pelajaran tersebut. Apa setidak mau itu Lady bertemu dengan Gladis?
"Key, gimana nih, Lady kok engga balik-balik, ya, ke kelas? Padahal ini kan mata pelajaran kesukaan dia," ucap Gladis sedikit berbisik pada Kesya yang duduk di depannya.
"Udah lah biarin aja, nanti juga datang ngambil tasnya," sahut Kesya datar.
"Gak usah di ambil pusing, dia emang kekanakan banget," sahut Fira yang duduk di samping Kesya.
"Ya, tetep aja gue gak enak, gara-gara gue gak mau ngelakuin tantangan dari dia, dia sampai bolos pelajaran," lirih Gladis tak ditanggapi Kesya dan Fira.
Gladis merasa tak tenang, dia cemaa akan Lady yang tak kunjung datang. Gadis itu tidak biasanya membolos, jadi kemana dia akan pergi untuk bolos pertama kalinya ini?
***
Jam pelajaran sudah selesai lima menit yang lalu. Para siswa sudah sedari tadi berhamburan keluar kelas. Lain halnya dengan Gladis, Fira, dan Kesya yang masih setia berada di dalam kelas menunggu kedatangan sahabat mereka satu lagi, Lady. Bahkam sampai bel pulang sekolah berbunyi, Lady tak kunjung balik ke kelas.
"Gue makin takut deh, jangan-jangan Lady kenapa-kenapa lagi, masa udah jam segini dia belum balik ke kelas juga?" Gladia berucap dengan nada khawatir.
"Dia engga mau ngambil tasnya kali," sahut Fira ketus.
"Gak mungkin dia mau ninggalin tasnya gitu aja. Ini kan tas kesayangan dia, lihat gambarnya aja BT21, tas ini hadiah dari papanya waktu pulang dari Korea kemaren, jadi gak mungkin banget ditinggal gitu aja," sahut Gladis.
"Bisa aja ditinggal, dia kan kekanakkan banget, jadi gak mikir panjang," jawab Fira lagi.
"Engga, gue setuju sama Gladis. Gak mungkin dia ninggalin tasnya gitu aja. Gue juga jadi kepikiran sama dia," sahut Kesya yang sedari tadi diam.
"Nah, itu kan, gue jadi tambah khwatir nih," ucap Gladis semakin panik.
"Tenang deh kalian," ucap Fira.
"Pokoknya gue janji, kalau Lady balik dalam keadaan baik-baik aja, gue bakal ngelakuin tantangan yang dia bilang. Gue bakal tembak kak Galang," ucap Gladis lantanga.
Tiba-tiba terdengar suara tepukan tangan dari Fira, Kesya, dan ... Lady. Dia kembali.
"Lady," ucap Gladis dengan lega
"Gue," sahut Lady.
"Lo, baik-baik aja?" tanya Gladis.
"Apasih, lebay banget lo, gue baik-baik aja lah, orang dari tadi gue ngadem di UKS, gue juga udah izin ke guru mata pelajaran tadi," sahut Lady santai.
"Bisa-bisanya lo bohong, lo kan gak sakit apa-apa," ucap Gladis.
"Eh, tunggu kenapa kalian bertiga tadi tepuk tangan?" tanya Gladis bingung.
"Karena akhirnya lo mau ngelakuin tantangan dari gue," ucap Lady.
"Kapan gue bilang?" tanya Gladis sok polos.
"Tadi lo ngomong kenceng banget malah, udah gue rekam juga, awas aja lo bohong," ancam Lady dengan muka dibuat garang.
Gladis mengehela nafas lelah.
"Eh, tapi kenapa Fira sama Kesya tepuk tangan juga? Apa kal--kalian kerja sama?" tanya Gladia dengan mata membola juga mulut menganga dan jari yang menunjuk ketiga sahabatnya bergantian.
Lady, Fira, dan Kesya mengganguk bersamaan.
"Kalian kerja sama? Kok bisa?" tanya Gladis belum percaya.
"Bisa lah, kita udah rencanain ini, bahkan kita sampai buat grup chat sendiri buat ngebahas ini. Pas banget tadi jam kosong dan lo ngajak main game. Emang ya, kalau udah jodoh gak kemana, ada aja jalannya," terang Lady.
"Bisa-bisanya kalian kerja sama hal kayak gini," sahut Gladis masih tak percaya.
"Ini semua kita lakuin buat lo, bahkan kita sampai ngata-ngatain Lady kekanakkan," ucap Kesya.
"Iya, ini semua kita lakuin buat lo, supaya lo punya alasan buat ngutatain perasaan lo ke kak Galang," sahut Fira.
"Jangan terlalu lama mendem rasa, Dis, nanti sakit," ucap Lady.
"Karena ini rencana yang udah kalian atur, gue engga mau ngejalaninnya," ucap Gladis.
"Loh, engga bisa gitu dong," ucap Lady tak terima.
"Bisa lah, kalian curang gitu, gue juga biaa curang," jawab Gladis.
"Oh, lo mau kita bertiga engga usah main sama lo lagi?" tanya Fira ketus.
"E-eh, jangan gitu dong. Ih, tega banget kalian sama gue," ucap Gladis terdengar menyedihkan.
"Ini semua demi lo, buruan, lo mau lakuin atau kita engga temanan lagi?" tanya Fira.
"Ternyata bukan cuma Lady doang yang kekanakan, kalian juga. Oke, gue bakal lakuin tantangan itu," ucap Gladis.
Ketiganya tersenyum, "Bagus," ucapnya bersamaan.
"Yaudah, ayo balik," ajak Gladis malas.
"Iya, ngapain juga kita lama-laa du sekolah ini," sahut Lady.
"Nungguin lo tadi," jawab Gladia ketus.
***
Gladis, Lady, Fira, dan Kesya berbincang-bincang selama perjalanan menuju parkir, lebih tepatnya Gladis dan Lady lah yang banyak berbincang-bincang, sementara Fira dan Kesya banyak diam dan sesekali saja berbincang.
"Woi!" teriak Lady tiba-tiba.
"Apaan sih, lo kira kita budek sampai teriak-teriak gitu?" tanya Gladis kesal.
"Kita di samping lo, kalau mau ngoming gak perlu teriak," ucap Kesya dengan datar.
"Maaf, gue refleks, itu... disana," Lady berucap dengan menunjuk-nunjuk sesuatu. Sontak saja Fira, Gladis, dan Kesya melihay bersamaan ke arah yang ditunjuk Lady. Terlihat segerombolan siswa laki-laki yang sedang duduk di atas motornya. Mereka nampak membicarakan sesuatu dengan serius, tapi wajah mereka sangat menakutkan, seperti sedang marah.
"Jangan lo tunjuk Lady, mau jari lo itu di patahin sama mereka?" tanya Fira gemas.
Lady langsung menggeleng kuat dengan jari langsung disembunyikan di balik badannya.
"Udah, ayo pulang," ajak Galdis was-was.
"Eh, kok pulang? Mumpung ada orangnya, mending sekarang lo nembak dia," ucap Lady dengan santainya.
"Gila ya lo? Gak lihat muka mereka sangar gitu kayak mau makan orang? Yang ada bukan diterima, gue malah dimakan hidup-hidup," ucap Gladis kesal.
"Gak mungkin, coba aja sekarang," ucap Lady masih santai.
"Emang gak waras ya, lo, kalau lo mau, lo aja sana yang tembak dia." Gladis berniat pergi tapi di tahan oleh Lady.
"Benar kata Gladis, ini bukan waktu yang tepat, kayaknya mereka lagi pada emosi. Mending kita pergi dari sini, takutnya nanti terjadi hal-hal yang gak kita inginkan," ucap Kesya masih datar.
Mereka semua melangkah cepat menuju parkiran mobil dan segera masuk ke dalam mobil Lady, lalu Lady melajukan mobilnya keluar sekolah dengan kecepatan tinggi. Saat sudah berada di luar sekolah baru lah mereka dapat bernafas lega pasalnya saat masih dalam sekolah tadi, benerapa dari segerombolan laki-laki tadi melihat ke arah mereka termasuk Galang.
"Gladis bangun sayang, ini udah jam 6 loh, kamu kan harus siap-siap ke sekolah." Reta sudah berdiri sejak sepuluh menit yang lalu di depan kamar putri bungsunya itu.Liberta atau yang biasa dipanggil reta saat ini sedang berdiri sambil menggedor-gedor pintu kamar putri bungsunya. merasa tak ada jawaban yang diberikan putrinya membuat reta kebingungan."Kok gak dijawab ya, gak biasanya Gladis susah bangun begini," gumamnya cemas.Karena cemas Reta akhirnya memutuskan masuk ke kamar putrinya yang untung saja tak dikunci."Gladis ... bangun nak, kamu gak sekolah? ini sudah jam 6 loh?" tanya Reta sambil mengusap-ngusap kepala anaknya."Hmm ... Gladis hari ini gak sekolah ya, Ma, soalnya Gladis ngerasa gak enak badan," ujarnya dengan lemas yang dibuat-buat.Reta menempelkan punggung tangannya ke dahi Gladis, namun yang dia rasakan adalah normal."Tapi,
Gladis dan Lady sampai di sekolah bertepatan dengan datangnya rombongan cowok-cowok nakal dengan embel-embel most wonted. Suara motor besar saling kejar-kejaran memenuhi area parkiran.Mata Lady dan Gladis sama-sama menatap kearah seorang cowok tinggi semampai yang sedang menyisir rambut menggunakan jari-jarinya. Setiap pergerakan cowok itu tidak luput dari pandnagan kedua gadia yang masih berada di dalam mobil itu. Perlahan para cowok itu turun daru motornya masing-masing sembari bercanda satu sama lain. Hanya cowok yang menyisir rambut menggunakan jarinya tadi yang diam. Tatapannya tajam lurus kedepan seakan menyiratkan pergi untuk orang-orang yany berada di depan jalannya. Benar saja, semua yang berada di depan jalan Galang memilih pergi atau menunduk. Laki-laki itu Galang setiap hari memang seperti itu kelakuannya."Itu orangnya buruan samperin," ucap Lady sambil menunjuk seorang cowok dengan baju keluar dan tangan dimasukan kedala
Saat ini Gladis, Kesya, Fira, dan Lady sedang berada di dalam kelas dan pelajaran sedang berlangsung."Lady." Gladis menoel-noel lengan Lady seperti anak kecil yang membujuk ibunya untuk membelikannya mainan."Lady," panggil Gladis masih dengan nada yang sama tapi sambil menoel-noel lengan lady."Lad--""Diam!" bentak Lady dengan suara tidak terlalu besar."Ihh, Lady jangan ngambek gitu dong, kalau ngambek-ngambek nanti cantiknya hilang, loh," pujuk Gladis dengan puppy eyesnya. Lady tak memperdulikan Gladis ia kembali melihat kedepan untuk mendengarkan penjelasan dari buk Siska."Ihh, Lady jawab dong, kok Gladis di diemin, sih," ucap Gladis dengan kesal sembari mengerucutkan bibirnya"Gue bilang diem," kesel Lady dengan menggebrak meja membuat seisi kelas menatap aneh ke arah mereka."Gladis, Lady ada apa?" tanya buk Siska. Betap
"Dis, lo ngmong dong. Masa dari tadi lo diam doang," ucap Lady dengan nada sedih."Lo mikir dong kenapa dia jadi diam gitu," cibir Fira."Diam lo, jangan kompor ya jadi orang," ketus Lady."Gue engga kompor-komporin, ya, emang harusnya lo sadar diri kalau lo alasan Gladis diam kayak gini," jawab Fira tak kalah ketus."Lo bukannya ngebantu gue buat dia ngomong, malah kompor-komporin," jawab Lady lagi."Ogah banget gue, lo usaha sendiri, orang lo yang salah," jawab Fira.Lady merasa emosinya semakin ke ubun-ubun mendengar ucapan Fira. Baru Lady akan menjawab tapi suata Gladis menghentikan suaranya."Udah diam, kalian berisik," ucap Gladis datar.Kini keempat remaja tersebut sedang berada di dalam kelasnya. Mereka bisa bebas berbicara karena kelasnya saat ini sedang free. Sedari kantin tadi, Gladis tidak bersuara sama sekali padahal sahabat-sahabatny
Pagi ini Gladis bangun lebih lama dari biasanya karena dia baru bisa tidur sekitar jam 3 subuh tadi. Gadis itu tidak melakukan apapun selama tidak bisa tidur, dia hanya terus melamun sembari menatap langit-langit kamarnya. Pikirannya jelas tertuju pada satu hal, hal yang mampu membuat dia menjadi tidak tenang.Gladis bersiap dengan cepat lalu turun dan pamit ke sekolah tanpa sarapan. Reta sudah memaksa Gladis untuk sarapan tapi Gladis terus mengatakan bahwa dirinya sudah terlambat, dengan terpaksa Reta membiarkan Gladis berangkat tanpa sarapan.Gladis berjalan sendirian di koridor sekolahnya. Koridar nampak ramai oleh siswa-siswi, ada yang lalu lalang dan ada yang duduk di depan kelasnya. Gladis berjalan dengan tenang, tapi siapa yang tau bahwa pikiran gadis itu saat ini sangat tidak tenang.Mata Gladis menangkap sosok ketiga sahabatnya yang sedang berjalan kearahnya. Dalam hati Gladis sudah berniat balik arah agar tidak bert
Setelah kejadian di lapangan basket tadi, Gladis tidak henti-hentinya tersenyum. Senyumnya sangat lebar dan terlihat manis. Beberapa yang melihatnya merasa aneh, sebagian juga seakan tahu apa penyebab gadis itu tersenyum.Kini Gladis dan ketiga sahabatnya sudah berganti baju dan duduk di kelas menghabiskan sisa jam pelajaran olahraga sembari menunggu jam istirahat."Lo kenapa Dis, dari tadi senyum-senyum terus?" tanya Fira."Iya, aneh lo," timpal Kesya.Gladis menoleh pada teman-teman nya, bukannya menjawab dia justru hanya merespon dengan cengiran."Wah! gak waras nih anak," ucap Lady sambil geleng-geleng."Gue yakin, dia pasti senyum-senyum gak jelas gini karena dikasih harapan sama si doi tadi," lanjut Lady agak ketus. Entah mengapa sikap Lady jadi berubah semenjak kejadian di lapanhan basket tadi."Gue bukannya senang malah kesal sama kakak kelas yang dandana
Saat ini, Gladis dan Galang berada di kantin sekolah. Keadaan kantin sangat sepi bahkan siswa yang ada di sana hanya mereka berdua. Sebentar lagi jam istirahat pasti kantin akan ramai oleh siswa-siswi. Ngomong-ngomong istirahat, sudah berapa lama dia pergi dari kelas dengan alasan ingin ke toilet? Pasti teman-temannya mencari dia."Kenapa diam?" tanya Galang menyadarkan Gladis dari pemikirannya."Emang mau ngomong apa, kak?" tanya Gladis polos.Galang menyesali pertanyaan yang diberikannya pada gadis polos atau bego di depannya ini."Maksud gue, kenapa tadi lo diam aja waktu Siska dan teman-temannya nyakitin lo?" tanya Galang dengan sangat jelas agar gadis ini paham.Rasanya berbicara dengan gadis ini membutuhkan energi yang sangat besar, Galang mana bisa berbicara singkat seperti biasanya. Harus dijelaskan dengan sangat jelas baru dia paham.Gladis hanya menun
Keadaan belakang sekolah yang sepi menjadi pilihan kedua remaja beda jenis kelamin ini untuk bertemu. Sudah sekitar lima menit mereka disitu, tapi tetap tidak ada pembicaraan tepatnya tidak ada yang mau memulai pembicaraan. Mereka berdiri saling berdekatan, mungkin hanya berjarak tiga langkah.Salah satunya mulai menghela nafas jengah dengan keadaan, "Ada apa?" akhirnya remaja cowok itu membuka suara."Kenapa lo tega banget sama gue?" tanya lawan jenisnya dengan mata berkaca-kaca juga suara yang sarat akan kesakitan."Gue ngapain lo?" tanya cowok itu bingung. Dahinya mengkerut dengan alis yang naik sebelah."Kenapa lo masih nanya, Lang! Gak sadar juga lo sama kesalahan lo itu, ha?" tanya cewek itu dengan emosi menggebu-gebu. Galang seolah paham apa yang dibicarakan oleh perempuan ini, dia hanya mengeluarkan senyum miringnya.Kedua pasang mata remaja beda lawan jenis itu bertemu. Cowok yang dipanggil Lang tadi hanya menatap datar
Happy Reading!***Bel pulang sekolah telah berbunyi lima belas menit yang lalu, tapi kelas Gladis masih belum pulang, hal ini di karenakan XI IPA 1 ada ulangan mendadak. Banyak yang tidak belajar sehingga mereka sulit untuk menjawab soal ulangan yang diberikan Bu Siska.Tidak dengan Gladis, gadis itu sudah siap mengerjakan ulangannya tepat saat bel pulang sekolah berbunyi. Tapi dia terpaksa tetap berada di dalam kelasnya karena sang guru mengatakan mereka akan pulang bersamaan setelah semuanya selesai mengerjakan ulangan. Jadilah Gladis badmood dibuatnya. Gladis sangat yakin saat ini pasti papanya sudah menunggu dirinya di luar."Duh, susah banget sih!" gerutu Kamal."Makanya belajar!" ucap Gladis dengan kesal."Yee, kalau gue tau hari ini bakalan ulangan pasti gue udah siapin contekan," ucap Kamal.Gladis memukul kepala Kamal me
Setelah semalam dirinya seharian beristirahat di kamar, kini Gladis merasa tubuhnya sudah jauh lebih baik. Panas tubuhnya juga sudah menurun walaupun masih sedikit terasa hangat. Tidak ingin lebih lama untuk berada di rumah, Gladis memutuskan untuk ke sekolah walaupun Reta belum tentu mengizinkannya. Setelah bersiap-siap, Gladis segera memasukan buku sesuai jadwal pelajaran ke tas sekolah miliknya. Dia memakai sepatu sekolahnya Serta menyemprotkan parfum ke seragamanya. Setelah itu, gadis itu langsung turun menuju dapur untuk sarapan."Pagi, Ma," ucap Gladis lalu mengecup pipi kanan dan kiri ibu nya."Pa-pagi, sayang," balas Reta bingung."Masak apa, Ma?" tanya Gladis bersiap ingin membantu Reta."Nasi goreng." jawab Reta masih bingung."Kamu ngapain pakek seragam sekolah?" tanya Reta."Ya, mau sekolah dong, Ma," jawab Gladis agak takut-takut.
Di sekolahan, seorang remaja laki-laki sedang bermain basket di lapangan sekolah bersama teman-temannya. Laki-laki itu begitu fokus pada permainannya hingga tidak sadar dirinya menjadi bahan tontona siswi sekolahnya. Tubuh tinggi, badan tegap, wajah tampan ditambah keringat yang bercucuran dari tubuhnya menambah kesan cool pada laki-laki itu. Tidak salah jika banyak siswa yang menyukainya.Puas dengan permainannya kali ini, dia memilih duduk di pinggiran lapangan diikuti oleh teman-temannya."Kantin yuk, haus nih," ucap Adit yang diangguki oleh ketiga temannya.Keempat most wanted itu berjalan beriringan menuju kantin. Tatapannya lurus kedepan membuat siapa saja yang di depannua memilih menepi. Mereka duduk di meja biasanya, di pojok dekat jendela kantin. Jendela itu dibuka sehingga angin yang masuk mengenai keringat membuat tubuh serasa sejuk."Doi mana, Lang?" tanya Adit membuka suara
"JANGAN!""Adis, bangung Nak!" ucap Reta khawatir."Dis, bangun sayang," ucap papa Gladis seraya menepuk-nepuk pipi putri nya.Gladis bangun dari tidurnya dalam keadaan yang buruk, keringat memenuhi wajahnya, tubuhnya panas dingin. Ketakutan menjalar dalam hatinya."Kamu kenapa, Dis?" tanya Reta panik.Perlahan, Gladis mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Tempat ini berbeda, tempat ini tidak asing baginya. Gladis mulai berfikir bahwa kejadian tadi hanya mimpi. Mimpi yang sangat buruk.Gladis masih syok dengan kejadian yang berada di mimpinya tadi sehingga dia tidak menjawab pertanyaan mamanya. Dia hanya terdiam membisu sembari masih mengamati kamar tidurnya."Adis, kamu kenapa?" tanya papa Gladis lagi.Gladis sadar dari lamunannya lalu dia menatap orangtuanya lamat-lamat, tidak berapa lama Gladis langs
"Assalamualaikum, Adis pulang," ucap Gladis saat memasuki rumah."Walaikumsallam, tumben pulang telat, Dis?" tanya Reta bingung."Iya, tadi neduh dulu Ma, soalnya hujan," jawab Gladis tidak sepenuhnya berbohong."Oh, gitu. Yaudah sekarang kamu ganti baju habis itu makan, biar mama siapain makanannya, ya," ucap Reta tersenyum manis."Gak usah Ma, soalnya Gladis udah makan tadi," jawab Gladis."Makan dimana?" tanya Reta."Waktu neduh tadi, Gladis mampir ke cafe dekag sekolah soalnya udah laper," jawab Gladis lagi-lagi tidak sepenuhnya berbohong."Kelaperan kamu? Lagian pakek segala engga mau dijemput supir tadi," ujar Reta pura-pura kesal."Sekali-sekali Gladis balik bareng temen-temen, Ma," jawab Gladis."Oh, yaudah kamu langsung istirahat aja," ucap Reta yang dianggukin oleh Gladis.&n
Jam pelajaran baru saja selesai dan guru baru keluar dari kelas tetapi kelas langsung seperti kapal pecah. Semua sibuk membereskan peralatannya termasuk Gladis. Gadis itu secepat kilat memasukkan alat-alat belajar miliknya ke dalam tas."Dis, lo mau kemana sih, buru-buru banget?" ucap Lady tidak suka."Pulang," jawah Gladis sambil memasukan peralatannya."Biasa aja kali, Dis. Kayak gak pulang setahun aja ke rumah," ucap Fira menimpali.Gladis berhenti memasukan barang-barangnya ke dalam tas. Sejenak dia mengehela nafas. "Gue kan mau balik bareng kak Galang jadi harus buru-buru dong, ya, kali gue yang nebeng tapi gue yang ditungguin," ucap Gladis kembalu memasukan alat-alatnya ke dalam tas."Oh, gara-gara itu," ucap Fira manut-manut.Tanpa mereka sadari, wajah Lady berubah saat Gladis mengucapkan akan pulang bersama Galang. Wajahnya yang awalnya suda
Keadaan belakang sekolah yang sepi menjadi pilihan kedua remaja beda jenis kelamin ini untuk bertemu. Sudah sekitar lima menit mereka disitu, tapi tetap tidak ada pembicaraan tepatnya tidak ada yang mau memulai pembicaraan. Mereka berdiri saling berdekatan, mungkin hanya berjarak tiga langkah.Salah satunya mulai menghela nafas jengah dengan keadaan, "Ada apa?" akhirnya remaja cowok itu membuka suara."Kenapa lo tega banget sama gue?" tanya lawan jenisnya dengan mata berkaca-kaca juga suara yang sarat akan kesakitan."Gue ngapain lo?" tanya cowok itu bingung. Dahinya mengkerut dengan alis yang naik sebelah."Kenapa lo masih nanya, Lang! Gak sadar juga lo sama kesalahan lo itu, ha?" tanya cewek itu dengan emosi menggebu-gebu. Galang seolah paham apa yang dibicarakan oleh perempuan ini, dia hanya mengeluarkan senyum miringnya.Kedua pasang mata remaja beda lawan jenis itu bertemu. Cowok yang dipanggil Lang tadi hanya menatap datar
Saat ini, Gladis dan Galang berada di kantin sekolah. Keadaan kantin sangat sepi bahkan siswa yang ada di sana hanya mereka berdua. Sebentar lagi jam istirahat pasti kantin akan ramai oleh siswa-siswi. Ngomong-ngomong istirahat, sudah berapa lama dia pergi dari kelas dengan alasan ingin ke toilet? Pasti teman-temannya mencari dia."Kenapa diam?" tanya Galang menyadarkan Gladis dari pemikirannya."Emang mau ngomong apa, kak?" tanya Gladis polos.Galang menyesali pertanyaan yang diberikannya pada gadis polos atau bego di depannya ini."Maksud gue, kenapa tadi lo diam aja waktu Siska dan teman-temannya nyakitin lo?" tanya Galang dengan sangat jelas agar gadis ini paham.Rasanya berbicara dengan gadis ini membutuhkan energi yang sangat besar, Galang mana bisa berbicara singkat seperti biasanya. Harus dijelaskan dengan sangat jelas baru dia paham.Gladis hanya menun
Setelah kejadian di lapangan basket tadi, Gladis tidak henti-hentinya tersenyum. Senyumnya sangat lebar dan terlihat manis. Beberapa yang melihatnya merasa aneh, sebagian juga seakan tahu apa penyebab gadis itu tersenyum.Kini Gladis dan ketiga sahabatnya sudah berganti baju dan duduk di kelas menghabiskan sisa jam pelajaran olahraga sembari menunggu jam istirahat."Lo kenapa Dis, dari tadi senyum-senyum terus?" tanya Fira."Iya, aneh lo," timpal Kesya.Gladis menoleh pada teman-teman nya, bukannya menjawab dia justru hanya merespon dengan cengiran."Wah! gak waras nih anak," ucap Lady sambil geleng-geleng."Gue yakin, dia pasti senyum-senyum gak jelas gini karena dikasih harapan sama si doi tadi," lanjut Lady agak ketus. Entah mengapa sikap Lady jadi berubah semenjak kejadian di lapanhan basket tadi."Gue bukannya senang malah kesal sama kakak kelas yang dandana