Ayuna menatap Jaka, yang saat itu juga menatapnya, mungkin pemuda itu heran karena gadis yang ada di hadapannya itu tidak memperlihatkan reaksi apapun, seingat Jaka, selama ini Ayuna selalu memperlihatkan jika gadis itu memiliki ketertarikan padanya, bukan hanya dirinya, bahkan Wawan sahabatnya juga berpikiran sama dengannya, apakah selama ini dirinya hanya salah paham, dan terlalu kege'eran? 'Baguslah kalau selama ini pikiranku salah, jadi aku tidak perlu merasa bersalah,' batin pemuda itu. "Bagai mana Neng? Apakah Neng Ayuna setuju dengan permintaanku?" sambung Jaka lagi, setelah beberapa saat tengelam dengan pikirannya sendiri. "Apa kau bermaksud untuk menipu Ayah ku Jaka? Agar terbebas dari hukuman penjara?" tanya Ayuna dengan wajah datar. Membuat Jaka yang mendengar ucapan gadis itu cukup terkejut. "Apa maksudmu berkata seperti itu? Bukankah kau sudah menyetujui persyaratan yang Ayah ku ajukan?" sambung gadis itu. "Maafkan saya, saya sama sekali tidak bermaksud untuk m
Jaka sudah keluar dari pekarangan rumah mewah Juragan Wildan, pemuda itu menghentikan langkahnya, dan seketika memegangi dadanya yang tiba-tiba terasa sesak. Detik itu pula Jaka teringat kata-kata pedas, yang Jaka tujukan kepada Ayuna beberapa saat yang lalu."Apa aku sudah sangat keterlaluan pada gadis itu? Kenapa aku bisa berkata kasar seperti itu padanya? Apa karena Ayuna telah berhasil merebut ciuman pertamaku, yang seharusnya aku berikan kepada istriku kelak, yaitu Indah, tetapi malah gadis itu yang mengambilnya lebih dulu," gumam Jaka. Pemuda itu merasa sangat tidak enak, walaupun Ayuna telah melakukan hal yang membuatnya marah, namun Jaka juga berpikir tidak semestinya dirinya mengatakan hal sekadar itu kepada gadis itu. Cukup lama Jaka berdiri di tempatnya, untuk menimang apakah dirinya akan kembali ke rumah milik gadis itu untuk, untuk meminta maaf. Hingga akhirnya pemuda itu memutuskan untuk kembali, karena tidak enak hati, Karena sebelumnya sudah berbicara kasar kepada gad
Ketiga orang paruh baya yang sedang beradu argumen tersebut langsung mengalihkan pandangan mereka saat mendengar suara dari arah lain, dan betapa terkejutnya kedua orang tua Jaka saat melihat putra mereka sudah berada di hadapan keduanya, dan bukan di dalam sel tahanan lagi, itu artinya bukankah Jaka telah setuju dengan penawaran yang diajukan oleh Juragan Wildan? "Jaka anak ibu?" Bu Romlah langsung melangkah cepat menuju putranya, dan langsung saja memeluk tubuh Jaka untuk menyalurkan rasa rindunya pada sang putra tercinta yang sudah berapa hari tidak pulang. Sedangkan Pak Agus hanya bisa tersenyum haru melihat kedatangan putranya tersebut. Berbeda halnya dengan lelaki paruh baya yang tadi sedang beradu mulut dengan orang tuanya, lelaki itu menatap sinis ke arah Jaka seolah meremehkan. "Oh, ini dia orang yang sudah membuat anak gadisku patah hati, masih punya nyali kau rupanya muncul di hadapanku?" ucap lelaki paruh baya itu dengan mata melotot tajam ke arah Jaka. Pak Wongso me
Lola menatap tajam ke arah suaminya yang saat itu berdiri di depan pintu kamar, setelah berhasil mengunci pintu tersebut, lelaki itu lekas mengantongi kuncinya. "Apa yang kau lakukan? Cepat buka kuncinya! Aku mau keluar dari rumah ini," pekik Lola menggeram, dengan tingkah suaminya "Tidak akan, kamu tidak akan bisa keluar dari rumah ini, apa lagi membawa anakku bersamamu," jawab Fery yang tidak kalah tajam menatap wanita itu. Lola memutar bola matanya jengah, apa lagi saat mendengar ucapan pria itu barusan, membuat Lola berada ingin muntah "Buak pintunya Fery, gue mau keluar." Fery membelalakkan matanya saat mendengar kata 'gue' yang baru saja istrinya itu ucapkan. Itu tandanya Lola memang benar sudah tidak ingin perduli lagi dengan hubungan mereka.Seketika Fery terlihat panik, lelaki itu tentu tidak ingin hubungan mereka harus berakhir begitu saja, apa lagi sebentar lagi istrinya itu akan segera memberikan keturunan padanya, bagai manapun caranya Fery akan mempertahankan
Seminggu sudah berlalu, setelah kedatangan kedua orang tua Jaka ke rumah milik Juragan Wildan untuk melamar putri dari juragan kampung tersebut. Kini saatnya kedua muda-mudi tersebut melangsungkan akad nikah, yang akan diadakan secara sederhana di rumah kediaman Juragan Wildan, bahkan yang diundang hanya kerabat dan tetangga dekat saja. Namun meskipun begitu, Juragan Wildan tetap akan mengadakan resepsi pernikahan putri semata wayangnya itu di setelahnya, namun masih belum di tentukan waktunya. Ayuna sedang duduk di tapi ranjang dengan perasaan yang campur aduk, antara senang dan juga gugup, gadis itu masih tidak percaya akhirnya sebentar lagi dirinya resmi menjadi istri Jaka, pemuda yang diinginkannya. "Neng Ayuna, ayo keluar Nak. Pak penghulu sudah datang," ucap Bu Romlah. Ayuna keluar dari kamarnya dengan Bu Romlah yang mendampingi gadis itu di sampingnya. Jangan lupakan sahabatnya Lola, yang juga ikut mengapit di sebelah kiri. Semua mata para tamu yang hadir tertuju ke arah g
Indah menatap Ciko dengan tajam, membuat lelaki itu mengerutkan dahi."Ada apa? Kenapa menatapku seperti itu?" "Kenapa kau tidak menghentikan pernikahan mereka tadi? Bukankah kau menyukai gadis itu? Kenapa kau diam saja saat Bang Jaka menikahi Ayuna?" tanya Indah marah. "Itu yang sempat aku rencanakan, tetapi sepertinya ayahku tahu rencanaku, jadi sebelum aku memulainya, ayah sudah lebih dahulu memperingatkan aku," jawab Ciko. Indah hanya menggerutu, mendengar jawaban Ciko. 'Tidak, ini tidak bisa dibiarkan, aku harus merebut Bang Jaka dari wanita itu, aku tidak rela jika orang yang aku cintai menikah dengan wanita lain, apa lagi membayangkan mereka bermalam bersama, tidak, tidak. Aku tidak sanggup,' batin Indah sambil menggelengkan kepala kuat, menghalau pikiran yang sudah ke mana-mana. Terlihat Indah mendengus saat mendengar penjelasan Ciko, tanpa berkata apapun gadis itu langsung pergi meninggalkan lelaki itu. *** Terlihat rumah milik Juragan Wildan sudah mulai sepi dari
Jaka menatap Ayuna dengan tajam, membuat gadis itu menelan ludahnya kasar. Namun tekat Ayuna sudah bulat, wanita itu berniat untuk memulai dari awal hubungan mereka, dengan hubungan baik, tidak masalah jika belum ada cinta, namun Ayuna ingin Jaka membuka hati pemuda itu untuk dirinya. Jaka menarik sudut bibirnya, tersenyum sinis ke arah gadis itu, membuat Ayuna sedikit takut dengan senyum tersebut, sebab terlihat mengerikan di mata gadis itu. 'Kenapa Jaka sangat berubah? Dulu dia tidak seperti ini,' batin Ayuna. "Mas, ada apa? Kenapa menatapku seperti itu?" "Tidak ada. Saya hanya ingin menegaskan satu hal padamu, saat ini bukankah kamu sudah mendapatkan yang kamu inginkan? Saya sudah menjadi suami untukmu, tapi saya juga berharap jangan meminta hal yang tidak mungkin pernah saya lakukan untukmu," "Mas ..." Ayuna menatap sendu ke arah suaminya, gadis itu tahu apa maksud dari ucapan suaminya tersebut. 'Maaf Mas, tetapi aku tidak akan menuruti ucapanmu, untuk yang satu ini,'
Ayuna menatap dengan wajah datar pada lelaki tersebut, sedangkan Jaka menatap dengan alis bertaut, mungkin dalam hati lelaki itu bertanya-tanya, ada urusan apa antara Juragan Wildan dengan pemuda tersebut, sehingga sudah bertamu sepagi ini. "Hai Ayuna," sapa pemuda tersebut. Yang hanya di jawab dengan deheman oleh gadis cantik itu. "Ayo Nak duduklah, sarapan bersama," ucap Juragan Wildan kepada lelaki tersebut. "Terimakasih Paman," Sedangkan Jaka hanya memperhatikan interaksi keduanya. *** "Jaka ayo di makan, kenapa diam saja, apa makanannya tidak enak?" tanya Juragan Wildan saat melihat menantunya itu hanya diam. "Oh, e-enak kok Yah," jawab Jaka terbata, sambil tersenyum ke arah ayah mertuanya itu. Sedangkan pemuda yang tadi datang bersama Juragan Wildan menatap sinis ke arah Jaka. "Mungkin dia tidak terbiasa Paman, makan makanan enak seperti ini, makanya dia merasa bingung dengan berbagai macam lauk pauk di atas meja," jawab pemuda tersebut dengan senyum mengejek. "