Ayuna menatap dengan wajah datar pada lelaki tersebut, sedangkan Jaka menatap dengan alis bertaut, mungkin dalam hati lelaki itu bertanya-tanya, ada urusan apa antara Juragan Wildan dengan pemuda tersebut, sehingga sudah bertamu sepagi ini. "Hai Ayuna," sapa pemuda tersebut. Yang hanya di jawab dengan deheman oleh gadis cantik itu. "Ayo Nak duduklah, sarapan bersama," ucap Juragan Wildan kepada lelaki tersebut. "Terimakasih Paman," Sedangkan Jaka hanya memperhatikan interaksi keduanya. *** "Jaka ayo di makan, kenapa diam saja, apa makanannya tidak enak?" tanya Juragan Wildan saat melihat menantunya itu hanya diam. "Oh, e-enak kok Yah," jawab Jaka terbata, sambil tersenyum ke arah ayah mertuanya itu. Sedangkan pemuda yang tadi datang bersama Juragan Wildan menatap sinis ke arah Jaka. "Mungkin dia tidak terbiasa Paman, makan makanan enak seperti ini, makanya dia merasa bingung dengan berbagai macam lauk pauk di atas meja," jawab pemuda tersebut dengan senyum mengejek. "
"Jaka," Panggil seorang wanita, sambil melangkah mendekat ke arah rumah orang tua Jaka, sedangkan keempat orang yang tadinya ingin masuk, hanya menatap kearah wanita itu dengan berbagai pertanyaan di hati masing-masing. Wanita itu melirik kearah Ayuna, sebelum akhirnya pandangan wanita itu beralih pada pemuda yang ada di depannya. "Ada apa Silvi?" tanya Jaka. Ya, perempuan itu adalah Silvi, gadis yang sempat melamarnya, namun ditolak oleh Jaka dengan alasan sudah memiliki seorang kekasih. "Benar, kamu sudah menikah dengan Ayuna?" tanya gadis itu. Saat ini Jaka dan Silvi sedang berada di teras rumah, sedangkan Pak Agus, Bu Romlah dan Ayuna memilih untuk masuk, membiarkan Jaka dan Silvi bicara, walaupun sedikit tidak rela, namun Ayuna harus bersabar, dan membiarkan Jaka menjelaskan status pernikahan mereka, agar wanita itu tidak lagi menggangu suaminya, ya walaupun kesabarannya saat ini setipis tisu, karena sepertinya suaminya itu masih betah bersama Silvi. Ayuna berdiri dari
Ayuna melangkah mendekati seorang lelaki yang berdiri di depan pintu rumah mertuanya, dalam hati gadis itu bertanya-tanya dengan maksud kedatangan lelaki tersebut. "Ada perlu apa kamu datang ke sini?" tanya Ayuna sedikit sinis, namun tetap merasa penasaran dengan kedatangan pria tersebut. "Ay, aku mau tanya apa Lola ada bersama denganmu?" tanya lelaki tersebut yang ternyata adalah Fery, suami dari sahabatnya. Ayuna sedikit tercengang dengan pertanyaan lelaki itu, berbagai pikiran buruk pun mulai merasuki isi kepalanya. "Maksud kak Fery apa? Lola sama sekali tidak ada bersamaku, bukankah dia ada di rumah kalian?" "Jika dia berada di rumah, tidak mungkin aku mencarinya dan bertanya padamu, lagi pula kau sahabatnya, tidak mungkin kau tidak tahu jika Lola pergi," Fery berkata dengan nada sinis, dan terkesan menuduh. Mendengar ucapan Fery yang terkesan menuduh membuat Ayuna merasa geram. "Apa maksud kamu Kak? Kak Fery menuduhku sudah menyembunyikan Lola?" Ayuna tidak percaya jik
Jaka masih berdiri dengan kedua tangan terlipat di atas dada. Indah melangkah mendekati Jaka yang terlihat masih menatap datar ke arahnya, namun dalam hati lelaki itu ingin sekali rasanya ia memeluk gadis yang dicintainya itu, karena rasa rindu yang menggebu. Ya, perasaan Jaka memang masih sama pada wanita itu, mungkin butuh waktu untuk melupakan semua kenangan Indah bersama sang mantan kekasih. Tiba-tiba saja Jaka teringat ucapan sahabatnya Wawan yang mengatakan jika Indah dan Ciko kemungkinan berselingkuh, membuat lelaki itu mengepalkan tangannya, bahkan saat melihat Ciko tadi pagi, sebenarnya ada keinginan Jaka untuk memberikan bogem mentah di wajah tampan pemuda itu, namun Jaka urungkan. "Bang Jaka, kamu terlihat sedikit kurus. Apa istrimu tidak bisa membahagiakanmu?" tanya Indah dengan penuh makna."Ah, tentu saja. Kamu hanya mencintaiku, jadi bagai mana bisa dia membahagiakanmu, sementara kebahagiaanmu adalah aku," wanita itu bicara dengan nada penuh harap. Indah masih sangat
Hati Ayuna mendidih melihat pemandangan yang menyakiti matanya itu, matanya menatap tajam ke arah sepasang mantan kekasih yang terlihat masuk asik berpelukan. "Kalian pikir masih bisa bersama kah? Jangankan dunia nyata, bahkan dalam mimpi saja aku tidak akan pernah membiarkan semua itu kembali terjadi," gumam Ayuna dengan mata memerah menahan amarah. "Sudah cukup waktu untuk kalian bernostalgia," sambung gadis itu. Ayuna melangkahkan kakinya mendekati mantan pasangan tersebut, setelah sampai, secara tiba-tiba Ayuna menarik kuat tangan Indah yang masih asik bertengger di tubuh suaminya. Membuat wanita itu tersentak kaget, begitu pula dengan Jaka yang langsung menoleh ke arah orang yang telah memisahkan pelukan mereka. Jaka kembali terkejut saat mengetahui ternyata yang melerai pelukan mereka secara paksa itu adalah istrinya sendiri, namun saat pemuda itu hendak membuka suara tiba-tiba sesuatu terjadi membuat Jaka langsung melebarkan matanya. Plaak ...! Satu hamparan mendarat di
Saat ini Jaka dan Ayuna sudah berada di kediaman Juragan Wildan, setelah pertemuan Jaka dan Indah, mereka pamit kepada kedua orang tua Jaka untuk pulang, karena sudah sore. Selama diperjalanan keduanya hanya saling diam, tepatnya Ayuna yang mencoba untuk menahan semua pertanyaannya. Begitu banyak pertanyaan yang ada di kepalanya untuk suaminya, dan Ayuna akan menunggu sampai mereka tiba di rumah. "Untuk apa kamu datang menemui Indah? Apa yang kalian bicarakan tadi? Kenapa dia sampai memelukmu? Apa kalian berniat untuk kembali menjalin hubungan lagi?" cerca Ayuna dengan berbagai pertanyaan yang sejak tadi sudah tidak tahan untuk gadis itu tanyakan. Saat ini keduanya sudah berada di teras rumah, Bi Sumi sudah pulang, namun sepertinya Juragan Wildan masih belum kembali sejak pergi tadi pagi bersama Ciko. Ayuna sudah tidak sabar memberikan pertanyaan tersebut, sehingga gadis itu langsung mencerca pertanyaan yang sejak tadi bersarang di kepalanya begitu mereka sampai di depan rumah. "S
Di sebuah rumah yang lumayan luas terlihat seorang pemuda sedang duduk berhadapan dengan kedua orangtuanya, pemuda tersebut menatap tidak percaya dengan kalimat yang baru saja disampaikan oleh kedua orangtuanya tersebut. "Ayah harap kamu tidak menolaknya Nak, lagi pula kamu dan Indah sudah saling mengenal, dan ayah perhatiin kalian juga dekat," ucap ayah dari pemuda itu. "Dekat bukan berarti Ciko mencintainya Yah, Ciko hanya menganggap Indah sebagai teman, tidak lebih, pokoknya Ciko tidak ingin di jodohkan dengan Indah, lagi pula belum tentu Indahnya mau, kalian sendiri juga tahu jika selama ini Indah sangat mencintai Jaka," ucap Ciko yang tidak habis pikir jika kedua orang tuanya itu ingin menjodohkannya dengan Indah. "Iya, ibu dan Ayah tahu, tetapi kan Jaka susah menikah dan gadis yang dinikahinya adalah Ayuna, gadis impianmu. Sejujurnya Ibu tidak rela gadis secantik Ayuna harus menikah dengan pemuda seperti Jaka, jauh kamu kemana-mana lah, tetapi entah apa yang Jaka berikan k
Jaka memegangi dadanya yang berdebar kencang, bukan karena merasa jatuh cinta, tetapi karena rasa gugup yang melandanya. Sejujurnya baru kali ini Jaka melihat seorang wanita yang berpakaian seksi, seperti yang digunakan oleh Ayuna barusan. Namun bagi Ayuna itu sudah biasa, sebab hampir semua gaun tidur miliknya seperti itu, namun memang malam ini gadis itu sengaja memilih gaun yang lebih seksi dari biasanya, tentu saja bertujuan untuk menggoda suaminya yang entah sejak kapan berubah menjadi pria yang dingin. "Apa dia sengaja memakai pakaian seperti itu untuk menggodaku? Atau memang dia sudah biasa memakainya? Huuf, kenapa aku semakin gugup, bagai mana jika dia memang sengaja melakukannya untuk meminta haknya, apa yang harus kulakukan sekarang?" Jaka bermonolog, merasa bingung dengan apa yang harus dilakukannya sekarang, dirinya juga tidak ingin merasa percaya diri dengan pikirannya itu, karena bisa saja Ayuna memang sudah terbiasa memakai pakaian seperti itu jika ingin tidur. "Te
Indah masih melamun memikirkan perasaan Jaka terhadapnya sekarang, apakah perasaan pemuda itu telah berubah terhadapnya? Atau yang lebih menyakitkan apakah mungkin sekarang pemuda yang sangat dicintainya tersebut sudah tidak perduli lagi dengannya, dan sudah jatuh cinta kepada istrinya? "Bang, apa kamu sudah tidak perduli lagi denganku?" Jaka menghela nafas panjang, lalu menatap wanita di depannya yang menunduk dengan wajah sedih karna perkataan Jaka barusan. "Justru karena aku perduli padamu Neng, sebaiknya kamu turuti saja permintaan Bapakmu, dan cobalah, walaupun kamu belum mencintai Ciko, tetapi cinta itu bisa tumbuh dengan seiring berjalannya waktu," "Bang! Kenapa Bang Jaka berubah? Kenapa kamu tega memintaku untuk menerima lelaki lain di hidupku? Aku tidak mau Bang, aku cinta kamu, dan aku maunya hanya sama kamu Bang Jaka," pekik Indah dengan suara lantang, membuat dada seseorang bergemuruh karena ucapan tersebut. "Mengapa kau berteriak kepada suamiku?" Deg Indah k
Jaka masih membeku, merasa bingung tidak tahu harus menjawab apa, sedangkan Ayuna yang melihat keterdiaman suaminya, kembali memeluk Jaka. Namun kali ini Jaka pasrah, tidak mungkin dirinya kembali menolak, bisa-bisa Ayuna akan semakin bertingkah dan kembali mengomel padanya. "Uh, nyaman sekali memeluk suami," gumam Ayuna sambil mencari kenyamanan dari tubuh sang suami. Ayuna mendongak untuk melihat Jaka, lelaki itu sedikit gelisah, dan merasa kurang nyaman dengan pelukan sang istri, namun Jaka tidak bisa melakukan apapun, matanya mencoba fokus menatap layar televisi yang ada di depannya. "Kenapa sih Mas, kok sepertinya gelisah banget?" Jaka menunduk, untuk melihat Ayuna yang ternyata juga sedang menatap kearahnya. Deg Tatapan keduanya bertemu, jarak wajah mereka hanya satu jengkal, bahkan hembusan nafas dari keduanya dapat mereka rasakan, Ayuna tersenyum manis, lalu tanpa aba-aba gadis itu langsung menempelkan bibirnya di atas bibir Jaka. Glek Jaka menelan ludah saat mer
Ayuna masih menunggu jawaban yang akan diberikan oleh Jaka, Ayuna berharap jika suaminya itu akan mengatakan tidak. Namun jika pemuda itu memang ingin berpisah darinya, mungkin gadis itu akan mempertimbangkan permintaan suaminya tersebut. 'Ya Tuhan, begini kah rasanya mencintai tanpa dicintai? Padahal belum ada satu bulan kami menikah, namun rasanya hati ini sudah tidak kuat. Kenapa sangat sulit bagiku untuk mendapatkan cinta suamiku Tuhan? Apa karena aku tidak pantas untuknya? Atau karena aku telah menyakiti hati Indah, makanya Engkau menghukum ku dengan cara ini? Agar aku juga merasakan sakit hati, seperti apa yang Indah rasakan karena aku telah merebut Jaka darinya? Jika memang dengan cara ini Engkau mau mengampuniku, aku ikhlas Tuhan. Aku rela sakit hati, asalkan Engkau mau bermurah hati untuk membuat suamiku mencintaiku,' batin Ayuna penuh permohonan kepada yang Maha Kuasa. Jaka sendiri masih membeku, bingung. Itulah yang Jaka rasakan saat ini, dalam hati pemuda itu merutuki
Saat ini Ayuna dan Ciko sudah berada di depan rumah Indah, namun tidak begitu dekat dengan rumah tersebut, karena Ayuna tidak ingin dicurigai sebagai penguntit oleh para tetangga, saat ini keduanya berada di bawah pohon mangga yang cukup rindang, di pinggir jalan, keduanya duduk di atas motor masing-masing sambil memperhatikan rumah yang ada di depan mereka. "Bukankah itu motor milik Ayahmu? Jadi aku tidak berbohong kan, saat mengatakan jika suamimu sekarang ada di dalam rumah mantannya," ucap Ciko sambil menyeringai. Ayuna tidak menjawab, gadis itu hanya diam sambil terus memperhatikan rumah tersebut. Di dalam hatinya, Ayuna sangat penasaran dengan apa yang Jaka lakukan di dalam rumah mantan kekasihnya itu. Sedangkan di dalam rumah, terlihat Pak Wongso menatap Jaka dengan tajam, pemuda itu baru saja menyampaikan maksud dan kedatangannya ke rumah itu, seperti permintaan Indah. Yang meminta dirinya untuk bicara pada orang tua Indah, agar mereka mau membatalkan perjodohan tersebut
Saat ini Jaka sedang di sibukkan oleh pekerjaannya, memantau setiap pekerjaan karyawan perkebunan. Di sisi lain terlihat ada beberapa orang pemuda yang sedang bergosip sambil menatap kearah Jaka. "Enak ya jadi Jaka, sekarang kerjaannya sudah terjamin, tinggal suruh sana, suruh sini," "Kau benar, sudah gitu dapat istri cantik pula, anak tunggal, warisannya banyak pula," sambung yang lain. "Huus, kalian jangan bergosip terus, nanti kedengaran Juragan Wildan bisa kena marah, kalian jangan iri, itu namanya nasib Jaka yang mujur, jadi jangan sirik," sambung Wawan sahabat Jaka. "Hem, iya deh yang punya sahabat," "Sudah-sudah sebaiknya kita kerja lagi," sambung yang lain. Di saat Jaka sibuk dengan pekerjaannya, tiba-tiba ponsel miliknya berdering, membuat Jaka langsung mengangkat panggilan tersebut, yang ternyata berasal dari Indah, mantan kekasihnya.Meskipun malas, Jaka tetap mengangkat panggilan dari wanita itu. "Iya Indah, ada apa?" "Aku ada di depan Bang, Abang bisa ke s
Saat ini sepasang suami istri tersebut ada di sebuah gazebo, yang berada di belakang rumah orang tua Jaka. Di samping gazebo tersebut ada beberapa tanaman sayur dan juga beberapa pohon buah-buahan, seperti pepaya, jambu air, dan juga mangga. Ayuna tidak menyangka jika di belakang rumah mertuanya ada kebun, yang membuat matanya terasa di manjakan. Terlihat sejuk karena rindangnya pohon mangga yang ada di samping gazebo tersebut. "Maaf karena saya tidak memberitahumu tentang kondisi Bapak," jelas Jaka setelah dia beberapa saat. "Tidak masalah, toh aku tidak terlalu penting untuk mengetahuinya, benarkan?" Jaka yang tadinya menatap lurus ke depan, langsung menoleh pada sosok wanita cantik di sampingnya. "Kenapa berkata seperti itu?" "Lalu harus bagai mana? Toh kenyataannya memang seperti itu kan? Sekarang aku tanya sama kamu Mas, apa kamu ada memikirkan aku saat kamu memeluk wanita itu?" Jaka membeku, sejujurnya Jaka memang tidak memikirkan perasaan Ayuna saat memeluk Indah, s
Ayuna membeku kala matanya melihat pemandangan yang tidak seharusnya dilihatnya. Tangannya terkepal kuat, apa lagi saat wanita dalam pelukan suaminya tersebut tersenyum menyeringai kearahnya. Ya, saat ini Ayuna tengah menatap suaminya yang sedang memeluk wanita lain, yang tidak lain adalah Indah. Entah apa alasan dari pelukan tersebut yang pasti Ayuna yang melihatnya semakin bertambah kecewa. "Nak Kenapa kamu hanya berdiri di depan pintu? Kenapa tidak masuk?" tanya Juragan Wildan yang tiba-tiba mengagetkan Ayuna. "Assalamu'alaikum ..." Ayuna mengucapkan salam dengan suara keras, berharap dua orang yang tidak tahu malu di depannya segera melepaskan diri, sebelum ayahnya melihat perbuatan memalukan suaminya. Dan benar saja, Jaka yang kaget replek melepaskan pelukan Indah, saat mendengar suara yang di kenalnya, sedangkan Indah hanya mendengus kesal karena gangguan Ayuna. "Hei Nak, kenapa mengucapkan salamnya seperti itu? Nanti menggangu Pak Agus yang sedang sakit," tegur Juragan
"Kamu menganggapku istri mu, dan saat lelaki lain menyentuhku kamu marah? Lucu sekali, dengar ya suamiku tercinta, Ahmad itu memelukku hanya karena ingin berpamitan, dia akan kembali ke kota asalnya, itu tadi hanya pelukan perpisahan saja," jawab Ayuna dengan santai. Sedangkan Jaka semakin berangkat melihat sikap santai istrinya itu. 'Apa dia bilang? Benar-benar tidak bisa di percaya, bisa-bisanya dia membiarkan tubuhnya di peluk oleh lelaki yang baru di kenalnya, aku saja sebagai suaminya belum pernah berinisiatif untuk memeluknya duluan, lelaki itu malah dengan kurang ajarnya memeluk istriku di depanku,' batin Jaka merasa darahnya mendidih. Entah mengapa Jaka merasakan perasaan demikian. 'Dia kenapa? Kenapa jadi melamun begitu? Apa rencanaku dan Ahmad telah gagal membuatnya cemburu?' batin Ayuna. Sebenarnya pelukan tadi adalah bagian dari rencana Ayuna dan Ahmad, gadis itu terpaksa meminta bantuan Ahmad untuk membuat suaminya itu cemburu. Ayuna beralasan kepada Ahmad jika saat i
Perlahan Ayuna menuangkan minyak tersebut diatas telapak tangannya, setelah itu gadis tersebut langsung mengoleskannya di atas perut Jaka yang terlihat menggoda di indra penglihatan gadis itu. "Em, Jaka sedikit melenguh saat Ayuna mengusap lembut perutnya, pemuda itu merasakan detak jantungnya berpacu lebih cepat dari biasanya, terlebih saat ini Ayuna seolah dengan sengaja meraba tubuhnya, membuat Jaka yang baru pertama kali bersentuhan seperti ini dengan wanita langsung di buat tegang. Ayuna melirik kearah Jaka yang terlihat memejamkan mata, mencoba menahan sesuatu yang mulai bergejolak dalam dirinya. Sebenarnya Ayuna juga tidak kalah tegang, ini adalah pertama kalinya bagi gadis itu menyentuh tubuh seorang pria, dan untungnya itu adalah suaminya sendiri. Ayuna tersentak kaget saat tiba-tiba saja Jaka menahan lengannya yang tanpa sengaja sudah memegang sesuatu milik sang suami. "Ja-jaka," ucap lirih Ayuna. Gadis itu menelan ludahnya saat merasakan tangannya memegang sesuatu y