Saat ini Jaka dan Ayuna sudah berada di kediaman Juragan Wildan, setelah pertemuan Jaka dan Indah, mereka pamit kepada kedua orang tua Jaka untuk pulang, karena sudah sore. Selama diperjalanan keduanya hanya saling diam, tepatnya Ayuna yang mencoba untuk menahan semua pertanyaannya. Begitu banyak pertanyaan yang ada di kepalanya untuk suaminya, dan Ayuna akan menunggu sampai mereka tiba di rumah. "Untuk apa kamu datang menemui Indah? Apa yang kalian bicarakan tadi? Kenapa dia sampai memelukmu? Apa kalian berniat untuk kembali menjalin hubungan lagi?" cerca Ayuna dengan berbagai pertanyaan yang sejak tadi sudah tidak tahan untuk gadis itu tanyakan. Saat ini keduanya sudah berada di teras rumah, Bi Sumi sudah pulang, namun sepertinya Juragan Wildan masih belum kembali sejak pergi tadi pagi bersama Ciko. Ayuna sudah tidak sabar memberikan pertanyaan tersebut, sehingga gadis itu langsung mencerca pertanyaan yang sejak tadi bersarang di kepalanya begitu mereka sampai di depan rumah. "S
Di sebuah rumah yang lumayan luas terlihat seorang pemuda sedang duduk berhadapan dengan kedua orangtuanya, pemuda tersebut menatap tidak percaya dengan kalimat yang baru saja disampaikan oleh kedua orangtuanya tersebut. "Ayah harap kamu tidak menolaknya Nak, lagi pula kamu dan Indah sudah saling mengenal, dan ayah perhatiin kalian juga dekat," ucap ayah dari pemuda itu. "Dekat bukan berarti Ciko mencintainya Yah, Ciko hanya menganggap Indah sebagai teman, tidak lebih, pokoknya Ciko tidak ingin di jodohkan dengan Indah, lagi pula belum tentu Indahnya mau, kalian sendiri juga tahu jika selama ini Indah sangat mencintai Jaka," ucap Ciko yang tidak habis pikir jika kedua orang tuanya itu ingin menjodohkannya dengan Indah. "Iya, ibu dan Ayah tahu, tetapi kan Jaka susah menikah dan gadis yang dinikahinya adalah Ayuna, gadis impianmu. Sejujurnya Ibu tidak rela gadis secantik Ayuna harus menikah dengan pemuda seperti Jaka, jauh kamu kemana-mana lah, tetapi entah apa yang Jaka berikan k
Jaka memegangi dadanya yang berdebar kencang, bukan karena merasa jatuh cinta, tetapi karena rasa gugup yang melandanya. Sejujurnya baru kali ini Jaka melihat seorang wanita yang berpakaian seksi, seperti yang digunakan oleh Ayuna barusan. Namun bagi Ayuna itu sudah biasa, sebab hampir semua gaun tidur miliknya seperti itu, namun memang malam ini gadis itu sengaja memilih gaun yang lebih seksi dari biasanya, tentu saja bertujuan untuk menggoda suaminya yang entah sejak kapan berubah menjadi pria yang dingin. "Apa dia sengaja memakai pakaian seperti itu untuk menggodaku? Atau memang dia sudah biasa memakainya? Huuf, kenapa aku semakin gugup, bagai mana jika dia memang sengaja melakukannya untuk meminta haknya, apa yang harus kulakukan sekarang?" Jaka bermonolog, merasa bingung dengan apa yang harus dilakukannya sekarang, dirinya juga tidak ingin merasa percaya diri dengan pikirannya itu, karena bisa saja Ayuna memang sudah terbiasa memakai pakaian seperti itu jika ingin tidur. "Te
Tepat pukul satu dini hari, Jaka terbangun dari tidurnya, karena merasakan berat pada lengan dan tubuhnya. Pemuda itu sempat terkejut saat mendapati Ayuna yang tertidur diatas tubuhnya, gadis itu memeluknya dengan erat, membuat jantung Jaka langsung berdisko ria, apa lagi saat merasakan benda kenyal milik istrinya itu menempel erat di tubuhnya, walaupun dirinya masih memakai kaos, namun tetap sangat terasa baginya. 'Kenapa dia bisa tidur diatas tubuhku?' batin pemuda itu. Perlahan Jaka memindahkan tubuh Ayuna, dengan sangat hati-hati, agar gadis itu tidak terbangun. "Huuf, akhirnya," gumam pemuda tersebut setelah berhasil memindahkan Ayuna dari tubuhnya. Jaka segera turun dari tempat tidur, dan melangkah menuju kamar mandi untuk membuang hajatnya. Ayuna terbangun dari tidurnya, karena tidak mendapati suaminya diatas tempat tidur, sebelumnya gadis itu hanya meraba di sisi tempat tidur yang ditempati oleh Jaka, namun saat gadis itu tidak mendapati suaminya, Ayuna langsung membu
Juragan Wildan melangkah mendekati Ayuna yang masih terlelap. "Ya ampun anak ini, kenapa tidur di sini?" ucap Juragan Wildan. Sementara itu Jaka masih memperhatikan apa yang akan dilakukan oleh ayah mertuanya itu selanjutnya. "Ayuna, Nak bangun! Pindah ke kamar Sayang, kenapa tidur di sini?" panggil Juragan Wildan sambil menggoyang lengan wanita itu, agar segera bangun. "Ayah, biar saya saja yang bawa dia ke kamar, sepertinya dia sangat lelah," jawab Jaka yang melihat sepertinya istrinya itu sangat kelelahan, kasihan juga pikirnya. "Kamu yakin?" "Iya, biar saya yang bawa dia ke kamar," jawab Jaka lagi. "Baiklah, kalau begitu Ayah juga akan ke kamar untuk membersihkan diri," Setelah kepergian Juragan Wildan, Jaka langsung mendekati Ayuna. Sejenak lelaki itu menatap wajah sang istri yang terlihat sangat cantik, meskipun dalam keadaan tertidur sekalipun. Perlahan Jaka berjongkok, kemudian pemuda itu langsung menyelipkan tangannya diantara kaki dan kepala gadis itu, setelahnya
Ayuna ingin membuka suara, namun segera gadis itu urungkan kala kembali mendengar rintihan pemuda itu. "Ayo biar saya bantu, kita ke gazebo saja nanti biar saya bantu untuk mengeluarkan duri yang ada di kami kamu," ucap wanita itu. Tanpa sungkan Ayuna langsung membantu pemuda tersebut, memapahnya melangkah menuju gazebo yang berada tidak jauh dari tempat tersebut. Sedangkan dari kejauhan Jaka melihat istrinya yang berjalan bersama seorang pemuda yang masih belum diketahuinya, karena merasa sangat penasaran akhirnya Jaka mengikuti mereka. "Siapa sih laki-laki itu? Mengapa Ayuna begitu dekat dengannya?" gumam Jaka merasa tidak suka dengan pemandangan yang ada di depannya itu. Sesampainya di gazebo, Ayuna langsung membantu pemuda yang masih belum diketahui namanya oleh Ayuna. Sedangkan laki-laki tersebut masih menatap gadis cantik yang seperti malaikat baginya. "Nah ini sudah keluar durinya," ucap Ayuna sambil menunjukan tusukan duri yang tadi sempat bersarang di telapak kaki
Jaka membalikan tubuhnya saat pemuda itu merasakan sebuah tangan meraba punggungnya. Glek Jaka meneguk susah payah ludahnya, saat menyaksikan pemandangan indah di depan matanya, tentunya sebagai lelaki normal Jaka terpesona melihat tubuh indah istrinya, dada yang hanya tertutupi separuh oleh handuk, membuat gumpalan daging tersebut menyembul lebih menantang di depan matanya. Namun dengan cepat Jaka langsung membuang pandangannya ke arah lain, karena takut melakukan khilaf seperti sebelum-sebelumnya. "Mas lihat aku!" Ayuna memegangi wajah suaminya memaksanya agar menatap ke arahnya, membuat Jaka mau tidak mau terpaksa menurutinya. "Kenapa kamu selalu menghindariku? Apa sebegitu menjijikannya aku sehingga kamu selalu menjauhiku Mas?" tanya Ayuna dengan mata yang berkaca-kaca. "Maaf Ayuna saya tidak bermaksud--" "Sudahlah, jangan dibahas lagi, sebaiknya sekarang kamu bersihkan tubuhmu, setelah itu kita makan malam," ucap Ayuna. Lalu melangkah menuju lemari untuk mengambil pak
Perlahan Ayuna menuangkan minyak tersebut diatas telapak tangannya, setelah itu gadis tersebut langsung mengoleskannya di atas perut Jaka yang terlihat menggoda di indra penglihatan gadis itu. "Em, Jaka sedikit melenguh saat Ayuna mengusap lembut perutnya, pemuda itu merasakan detak jantungnya berpacu lebih cepat dari biasanya, terlebih saat ini Ayuna seolah dengan sengaja meraba tubuhnya, membuat Jaka yang baru pertama kali bersentuhan seperti ini dengan wanita langsung di buat tegang. Ayuna melirik kearah Jaka yang terlihat memejamkan mata, mencoba menahan sesuatu yang mulai bergejolak dalam dirinya. Sebenarnya Ayuna juga tidak kalah tegang, ini adalah pertama kalinya bagi gadis itu menyentuh tubuh seorang pria, dan untungnya itu adalah suaminya sendiri. Ayuna tersentak kaget saat tiba-tiba saja Jaka menahan lengannya yang tanpa sengaja sudah memegang sesuatu milik sang suami. "Ja-jaka," ucap lirih Ayuna. Gadis itu menelan ludahnya saat merasakan tangannya memegang sesuatu y