Juragan Wildan melangkah mendekati Ayuna yang masih terlelap. "Ya ampun anak ini, kenapa tidur di sini?" ucap Juragan Wildan. Sementara itu Jaka masih memperhatikan apa yang akan dilakukan oleh ayah mertuanya itu selanjutnya. "Ayuna, Nak bangun! Pindah ke kamar Sayang, kenapa tidur di sini?" panggil Juragan Wildan sambil menggoyang lengan wanita itu, agar segera bangun. "Ayah, biar saya saja yang bawa dia ke kamar, sepertinya dia sangat lelah," jawab Jaka yang melihat sepertinya istrinya itu sangat kelelahan, kasihan juga pikirnya. "Kamu yakin?" "Iya, biar saya yang bawa dia ke kamar," jawab Jaka lagi. "Baiklah, kalau begitu Ayah juga akan ke kamar untuk membersihkan diri," Setelah kepergian Juragan Wildan, Jaka langsung mendekati Ayuna. Sejenak lelaki itu menatap wajah sang istri yang terlihat sangat cantik, meskipun dalam keadaan tertidur sekalipun. Perlahan Jaka berjongkok, kemudian pemuda itu langsung menyelipkan tangannya diantara kaki dan kepala gadis itu, setelahnya
Ayuna ingin membuka suara, namun segera gadis itu urungkan kala kembali mendengar rintihan pemuda itu. "Ayo biar saya bantu, kita ke gazebo saja nanti biar saya bantu untuk mengeluarkan duri yang ada di kami kamu," ucap wanita itu. Tanpa sungkan Ayuna langsung membantu pemuda tersebut, memapahnya melangkah menuju gazebo yang berada tidak jauh dari tempat tersebut. Sedangkan dari kejauhan Jaka melihat istrinya yang berjalan bersama seorang pemuda yang masih belum diketahuinya, karena merasa sangat penasaran akhirnya Jaka mengikuti mereka. "Siapa sih laki-laki itu? Mengapa Ayuna begitu dekat dengannya?" gumam Jaka merasa tidak suka dengan pemandangan yang ada di depannya itu. Sesampainya di gazebo, Ayuna langsung membantu pemuda yang masih belum diketahui namanya oleh Ayuna. Sedangkan laki-laki tersebut masih menatap gadis cantik yang seperti malaikat baginya. "Nah ini sudah keluar durinya," ucap Ayuna sambil menunjukan tusukan duri yang tadi sempat bersarang di telapak kaki
Jaka membalikan tubuhnya saat pemuda itu merasakan sebuah tangan meraba punggungnya. Glek Jaka meneguk susah payah ludahnya, saat menyaksikan pemandangan indah di depan matanya, tentunya sebagai lelaki normal Jaka terpesona melihat tubuh indah istrinya, dada yang hanya tertutupi separuh oleh handuk, membuat gumpalan daging tersebut menyembul lebih menantang di depan matanya. Namun dengan cepat Jaka langsung membuang pandangannya ke arah lain, karena takut melakukan khilaf seperti sebelum-sebelumnya. "Mas lihat aku!" Ayuna memegangi wajah suaminya memaksanya agar menatap ke arahnya, membuat Jaka mau tidak mau terpaksa menurutinya. "Kenapa kamu selalu menghindariku? Apa sebegitu menjijikannya aku sehingga kamu selalu menjauhiku Mas?" tanya Ayuna dengan mata yang berkaca-kaca. "Maaf Ayuna saya tidak bermaksud--" "Sudahlah, jangan dibahas lagi, sebaiknya sekarang kamu bersihkan tubuhmu, setelah itu kita makan malam," ucap Ayuna. Lalu melangkah menuju lemari untuk mengambil pak
Perlahan Ayuna menuangkan minyak tersebut diatas telapak tangannya, setelah itu gadis tersebut langsung mengoleskannya di atas perut Jaka yang terlihat menggoda di indra penglihatan gadis itu. "Em, Jaka sedikit melenguh saat Ayuna mengusap lembut perutnya, pemuda itu merasakan detak jantungnya berpacu lebih cepat dari biasanya, terlebih saat ini Ayuna seolah dengan sengaja meraba tubuhnya, membuat Jaka yang baru pertama kali bersentuhan seperti ini dengan wanita langsung di buat tegang. Ayuna melirik kearah Jaka yang terlihat memejamkan mata, mencoba menahan sesuatu yang mulai bergejolak dalam dirinya. Sebenarnya Ayuna juga tidak kalah tegang, ini adalah pertama kalinya bagi gadis itu menyentuh tubuh seorang pria, dan untungnya itu adalah suaminya sendiri. Ayuna tersentak kaget saat tiba-tiba saja Jaka menahan lengannya yang tanpa sengaja sudah memegang sesuatu milik sang suami. "Ja-jaka," ucap lirih Ayuna. Gadis itu menelan ludahnya saat merasakan tangannya memegang sesuatu y
"Kamu menganggapku istri mu, dan saat lelaki lain menyentuhku kamu marah? Lucu sekali, dengar ya suamiku tercinta, Ahmad itu memelukku hanya karena ingin berpamitan, dia akan kembali ke kota asalnya, itu tadi hanya pelukan perpisahan saja," jawab Ayuna dengan santai. Sedangkan Jaka semakin berangkat melihat sikap santai istrinya itu. 'Apa dia bilang? Benar-benar tidak bisa di percaya, bisa-bisanya dia membiarkan tubuhnya di peluk oleh lelaki yang baru di kenalnya, aku saja sebagai suaminya belum pernah berinisiatif untuk memeluknya duluan, lelaki itu malah dengan kurang ajarnya memeluk istriku di depanku,' batin Jaka merasa darahnya mendidih. Entah mengapa Jaka merasakan perasaan demikian. 'Dia kenapa? Kenapa jadi melamun begitu? Apa rencanaku dan Ahmad telah gagal membuatnya cemburu?' batin Ayuna. Sebenarnya pelukan tadi adalah bagian dari rencana Ayuna dan Ahmad, gadis itu terpaksa meminta bantuan Ahmad untuk membuat suaminya itu cemburu. Ayuna beralasan kepada Ahmad jika saat i
Ayuna membeku kala matanya melihat pemandangan yang tidak seharusnya dilihatnya. Tangannya terkepal kuat, apa lagi saat wanita dalam pelukan suaminya tersebut tersenyum menyeringai kearahnya. Ya, saat ini Ayuna tengah menatap suaminya yang sedang memeluk wanita lain, yang tidak lain adalah Indah. Entah apa alasan dari pelukan tersebut yang pasti Ayuna yang melihatnya semakin bertambah kecewa. "Nak Kenapa kamu hanya berdiri di depan pintu? Kenapa tidak masuk?" tanya Juragan Wildan yang tiba-tiba mengagetkan Ayuna. "Assalamu'alaikum ..." Ayuna mengucapkan salam dengan suara keras, berharap dua orang yang tidak tahu malu di depannya segera melepaskan diri, sebelum ayahnya melihat perbuatan memalukan suaminya. Dan benar saja, Jaka yang kaget replek melepaskan pelukan Indah, saat mendengar suara yang di kenalnya, sedangkan Indah hanya mendengus kesal karena gangguan Ayuna. "Hei Nak, kenapa mengucapkan salamnya seperti itu? Nanti menggangu Pak Agus yang sedang sakit," tegur Juragan
Saat ini sepasang suami istri tersebut ada di sebuah gazebo, yang berada di belakang rumah orang tua Jaka. Di samping gazebo tersebut ada beberapa tanaman sayur dan juga beberapa pohon buah-buahan, seperti pepaya, jambu air, dan juga mangga. Ayuna tidak menyangka jika di belakang rumah mertuanya ada kebun, yang membuat matanya terasa di manjakan. Terlihat sejuk karena rindangnya pohon mangga yang ada di samping gazebo tersebut. "Maaf karena saya tidak memberitahumu tentang kondisi Bapak," jelas Jaka setelah dia beberapa saat. "Tidak masalah, toh aku tidak terlalu penting untuk mengetahuinya, benarkan?" Jaka yang tadinya menatap lurus ke depan, langsung menoleh pada sosok wanita cantik di sampingnya. "Kenapa berkata seperti itu?" "Lalu harus bagai mana? Toh kenyataannya memang seperti itu kan? Sekarang aku tanya sama kamu Mas, apa kamu ada memikirkan aku saat kamu memeluk wanita itu?" Jaka membeku, sejujurnya Jaka memang tidak memikirkan perasaan Ayuna saat memeluk Indah, s
Saat ini Jaka sedang di sibukkan oleh pekerjaannya, memantau setiap pekerjaan karyawan perkebunan. Di sisi lain terlihat ada beberapa orang pemuda yang sedang bergosip sambil menatap kearah Jaka. "Enak ya jadi Jaka, sekarang kerjaannya sudah terjamin, tinggal suruh sana, suruh sini," "Kau benar, sudah gitu dapat istri cantik pula, anak tunggal, warisannya banyak pula," sambung yang lain. "Huus, kalian jangan bergosip terus, nanti kedengaran Juragan Wildan bisa kena marah, kalian jangan iri, itu namanya nasib Jaka yang mujur, jadi jangan sirik," sambung Wawan sahabat Jaka. "Hem, iya deh yang punya sahabat," "Sudah-sudah sebaiknya kita kerja lagi," sambung yang lain. Di saat Jaka sibuk dengan pekerjaannya, tiba-tiba ponsel miliknya berdering, membuat Jaka langsung mengangkat panggilan tersebut, yang ternyata berasal dari Indah, mantan kekasihnya.Meskipun malas, Jaka tetap mengangkat panggilan dari wanita itu. "Iya Indah, ada apa?" "Aku ada di depan Bang, Abang bisa ke s